Memory Glass

By yulianawiddi

4.5K 869 118

Tak semua cerita berakhir bahagia. Sepasang merpati yang ditakdirkan bersama pun bisa berpisah. Mungkin akiba... More

prolog
MEMORY GLASS -1
MEMORY GLASS -2
MEMORY GLASS -3
MEMORY GLASS -4
MEMORY GLASS -5
MEMORY GLASS -6
MEMORY GLASS -7
MEMORY GLASS -8
MEMORY GLASS-9
MEMORY GLASS -10
MEMORY GLASS -11
MEMORY GLASS -12
MEMORY GLASS -13
MEMORY GLASS -14
MEMORY GLASS -15
MEMORY GLASS -16
MEMORY GLASS -17
MEMORY GLASS -19
MEMORY GLASS -20
MEMORY GLASS -21
MEMORY GLASS -22
MEMORY GLASS -23
MEMORY GLASS -24
MEMORY GLASS -25
MEMORY GLASS -26
MEMORY GLASS -27
MEMORY GLASS -28
MEMORY GLASS -29
MEMORY GLASS -30
MEMORY GLASS -31
MEMORY GLASS -32
MEMORY GLASS -33
MEMORY GLASS -34
MEMORY GLASS -35

MEMORY GLASS -18

111 20 3
By yulianawiddi

Aku tidak masalah seperti ini, tanpa status dan kepastian. Asalkan aku bisa berada di dekatmu. Itu saja!
(AudyKirana)

Seperti biasa, hari ini aku pergi ke sekolah tanpa semangat pada anak SMA umumnya. Tidak perlu aku beritahu, kalian pasti sudah tahu alasannya apa.

"Rana Rana!. Gilak sih ini bener bener hot!." Tara datang dari arah pintu dengan nafas tersengal-sengal.

"Ada apa sih Tar?"

Lagi-lagi ia susah mengatur nafasnya sendiri.
"Alzee!" Tunjuknya mengarah keluar kelas, tepat di lapangan. Yang benar saja_ Zee ada di sini? Mana mungkin. dia sedang diparis!

"Kenapa dengan Alzee?" Aku gugup bukan main karena ini menyangkut orang bernama Alzee Gardana!

"Kenapa Tar!?" Tanyaku sekali lagi dengan nada cemas.

"Tara kalau bicara yang bener! Jangan bikin kita tambah pemasaran." Fika yang duduk di sampingku kini ikut- ikutan penasaran.

"Penasaran bego! Bukan pemasaran." Tara berdecak sebal bermaksud membenarkan perkataan Fika. Dalam keadaan genting seperti ini mereka masih saja sempat berdebat, aku kesal sendiri!

"Beda m doang"

"Itu artinya be-"

"Kalian bisa diem dulu tidak sih! Kenapa sama Alzee, Tar?" Aku bicara dengan nada membentak, tidak perduli anak anak kelas melihat kerahku dengan berbagai macam tatapan. Sekarang aku hanya ingin bertemu Zee!.

"Alzee Ran..." aku mengangguk cepat,
"Kak Alzee berantem!"

"Kamu yakin itu Alzee?" Tanyaku memastikan ucapan Tara.

"Iya Ran, gue yakin banget dah. Dia berantem sama anak yang jadi king kemaren!"

Deg!!

Rasanya sesak untuk bernafas, tenggorokan tiba-tiba kering dan serak. Masih tidak percaya, hari ini Zee sekolah.?

Ketika sampai disekolah 5 menit lalu. Aku memang melihat keramaian yang memenuhi koridor depan kelas 10 IPA1. Dan santainya aku berjalan tanpa melihat apa yang menyebabkan keramaian itu tercipta. Aku bukan tipe orang yang suka melihat keributan. Tapi, jika masalahnya menyangkut Alzee mana mungkin aku bisa tenang!

Aku berlari cepat meninggalkan kelas melewati Tara dan Fika yang terus mengoceh. Masa bodo terhadap tatapan pasang mata sepanjang koridor yang melihatku aneh. Sekarang aku hanya ingin tahu, penyebab Zee berkelahi dengan Reiza.
Aku menerobos segerombolan siswa yang tengah menonton perkelahian itu. Sempat tidak percaya, tapi inilah yang kulihat. Reiza tersungkur lemah disudut dinding, wajahnya penuh lebam, berbeda dengan Zee yang hanya ada beberapa goresan kecil di wajahnya. Aku yakin Alzee sangat marah pada Reiza, tapi kenapa?
Apa yang membuat Alzee semarah ini?

"Berhenti!!!" Suara lantang pak Wardi guru BK akhirnya meredakan suasana.
"Apa apaan kalian ini, ikut saya ke ruang BK!!"

Tubuhku gemetar, ketika Zee berjalan melewati aku dengan tatapan penuh tanya. Sorot mata itu, sorot mata yang aku rindukan selama tiga bulan ini, sekarang ada di hadapanku. Ia berlalu tanpa sepatah kata pun dan berjalan mengikuti pak Wardi.

"Rana, astaga lo main kabur aja!  Bisa mati kegencet ntar lo!"
Aku masih bisu, memperhatikan punggung Zee yang kian menghilang dari pandangan.

"Hayok ke kelas" ajak Tara yang menarik tanganku.

Aku masih terdiam ditempak duduk, setelah Tara dan Fika menyerah untuk mengajak ku kekantin setelah bel istirahat 5 menit lalu. Aku tidak ingin kemana mana, perasaanku tidak menentu, sebenarnya apa hubungan antara Zee dengan Reiza?.

"Audy Kirana?, Ada yang namanya Audy Kirana?" Seorang guru berpawakan tinggi dan cantik muncul diruang kelasku, refleks aku tersentak dan tersadar dari lamunan.

"Saya Bu." Aku menunjuk tangan dan menghampiri guru BK wanita cantik itu.

"Kamu dipanggil Pak Wardi keruang BK"

Aku?
Kalian tahu, aku bingung dua kali lipat sekarang. Kenapa malah jadi Aku yang dipanggil ke ruang BK?
Aku berjalan dengan pandangan sayup.
Tepat didepan ruang horor ini aku berdiri menatap beberapa detik tulisan terukir kayu itu Ruang Bimbingan Konseling. Kalian tahu ini adalah kali pertama aku masuk keruang BK dalam semasa sekolah.

"Permisi. Bapak panggil saya?" Tanyaku bersikap tenang. Aku sengaja tidak melihat ke arah Alzee dan juga Rei.

"Kirana? Duduk. Kamu kenal dengan dua orang ini?"

Aku mengangguk, paham kemana arah pertanyaan pak Wardi sebenarnya.
"Jadi apa hubungan kamu dengan keduanya ?"

"Saya temannya, Pak."

"Yakin?" Aku mengangguk tegas, tapi anehnya kenapa tatapan pak Wardi sangat mengintimidasi? Seolah olah aku ini yang menjadi penyebab masalahnya.

"Kamu bukan pacarnya Alzee?"

Aku menggeleng kuat.

"Masalahnya disini, Alzee tidak mau Reiza mengganggu kamu sebagai pacarnya"

"Hah?" 

"Yasudah, kamu boleh keluar biar bapak yang urus mereka"

"Baik pak"

Pertanyaan ku tentang alasan mereka berkelahi sudah terjawab. Namun rasa aneh mengganjal disini, Alzee tahu dari mana jika aku kenal dengan Rei?. Dan memangnya kenapa kalau aku dekat dengannya?. Dan yang lebih anehnya lagi, Zee bilang aku ini pacarnya?
Aku mau tidur saja rasanya. Terlalu banyak pertanyaan yang hadir, namun tak satupun yang dapat terjawab!

Tiga jam pelajaran terkahir ini aku sama sekali tidak bisa konsen mendengar guru menjelaskan materi.  Sampai beberapa kali Fika menyengol lenganku agar tidak melamun.
Tidak tahu lagi, aku hanya ingin cepat pulang dan melupakan semuanya. Jariku terus mengetuk-ngetuk meja, melihat kearah jam dinding yang sebentar lagi akan berbunyi.

"Aku pulang duluan ya" ucapku sambil membereskan buku diatas meja.

"Kamu sakit Ran?" Tanya Fika khawatir sambil memegang keningku.

"Ah enggak kok, hanya ingin cepat cepat pulang aja." Tidak apa apa berbohong sesekali. Aku hanya perlu menghindari Zee untuk hari ini. Sungguh, tidak akan sanggup jika harus bertemu dengan seseorang yang telah pergi dan tiba-tiba kembali.

"Hati hati Ran, kalau ada yang macam-macam telpon gue." Kata Tara.

"Iya deh, aku duluan ya dahh"

Aku berjalan secepatnya, melewati koridor menuju gerbang sekolah sambil berkomat kamit agar Zee tidak muncul tiba-tiba. Namun, nampaknya dewi keberuntungan belum berpihak padaku. Zee lebih dulu sudah berada didepan gerbang sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Aku mencoba bersikap seperti biasa.

"Kamu mau lari?" Seperti mimpi tapi ini nyata, Zee bicara menggunakan kata 'kamu'!?

"Hah?"

"Kenapa lari?"

"Kenapa juga aku harus lari?" Kataku bertanya balik.

"Kamu takut?"

"Takut apa?"

"Soal perkelahian tadi"

"Percuma, walupun aku tanyakan soal itu, kamu tidak akan menjawabnya kan?"
Ada yang membuat aku lebih takut dari pada itu, kepergiannya!

"Aku bakal jelasin nanti" aku hanya menunduk ketika tersadar sebuah tangan menggenggam tanganku dan mulai berjalan.

"Kita mau kemana?" Percuma, bertanya pada seorang Alzee Gardana harus butuh kesabaran ekstra, sudah menjadi ciri khas nya, selalu tidak mau menjawab saat orang bertanya.

Ketika didalam mobil kami sempat diam beberapa detik. Aku takut suara detak jantung ku akan terdengar karena sangking sunyinya ,aku tidak bohong saat ini bisa kurasaakn kerja jantung ku semakin cepat ketika berada di samping manusia istimewa ini. Akhirnya suara Zee yang memecah keheningan terlebih dahulu.

"Kenapa?" Tanya Zee .

"Gapapa, aku hanya lagi perhatikan pemandangan saja."

"Kamu takut?" Semesata indah sekali rasanya mendengar Zee berkata 'kamu' saat sedang bicara dengan ku.

"Kalau sama kamu kenapa harus takut?"

"Habisnya lo_ hng kamu diem aja"

Aku menggeleng pelan " Zee, kenapa kamu sekarang manggilnya pakai aku kamu?"

"Biar kayak orang pacaran"

"Hah?"

"Biar tambah dekat sama yang namanya Audy Kirana" Zee mengacak puncak kepalaku pelan sampai membuat aku tidak bisa berkutik sekalipun, bagaimana bisa? panggilan namaku dari bibirnya, selalu bisa membuat pompa kerja jantungku semakin cepat.

Aku tersenyum. Lalu memiringkan tubuhku supaya menghadap ke jendela. Mataku mulai terasa berat. setelah itu aku lupa yang terjadi, aku tertidur.

Aku bisa merasakan sebuah tangan mengelus rambutku pelan, "Rana udah sampe "

"Hah udah sampe,ya ampun aku ketiduran!"

"Yudah hayok turun "

"Kita dimana Zee?"

"Udah ayok ikut dulu" aku pun keluar dari mobil yang sebelumnya sudah di bukakan oleh Alzee dan yang membuatku heran adalah, Alzee terus menggenggam tanganku sampai kami masuk ke dalam sebuah gedung. Aku bahkan bisa merasakan pipiku yang panas sampai menjalar ke telinga.

Aku termangu, diam, melihat keindahan yang luar biasa di depan sana. It's amazing. Indah sekali.

Berbagai miniatur rumah kaca ada didalam gedung ini, bahkan ada beberapa benda unik terbuat dari bahan glass. Contohnya seperti: sepeda mini, mobil mini dan benda lainnya yang sangat cantik. Semua terlihat sangat menarik, boleh tidak ya jika aku bawa pulang semuanya?

Zee membawaku ke pameran glass!

"Suka?" Aku menoleh, melihat ke arah Zee yang menatapku dengan binar senang

"Tentu, menurut kamu apa yang lebih indah dari ini" jawabku antusias

"Yaudah yuk, didalam ada yang lebih keren dari ini"

Continue Reading

You'll Also Like

683K 51.3K 59
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 66.5K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
716K 20.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
502K 30.6K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...