Memory Glass

By yulianawiddi

4.5K 869 118

Tak semua cerita berakhir bahagia. Sepasang merpati yang ditakdirkan bersama pun bisa berpisah. Mungkin akiba... More

prolog
MEMORY GLASS -1
MEMORY GLASS -2
MEMORY GLASS -3
MEMORY GLASS -4
MEMORY GLASS -5
MEMORY GLASS -6
MEMORY GLASS -7
MEMORY GLASS -8
MEMORY GLASS-9
MEMORY GLASS -10
MEMORY GLASS -11
MEMORY GLASS -12
MEMORY GLASS -13
MEMORY GLASS -15
MEMORY GLASS -16
MEMORY GLASS -17
MEMORY GLASS -18
MEMORY GLASS -19
MEMORY GLASS -20
MEMORY GLASS -21
MEMORY GLASS -22
MEMORY GLASS -23
MEMORY GLASS -24
MEMORY GLASS -25
MEMORY GLASS -26
MEMORY GLASS -27
MEMORY GLASS -28
MEMORY GLASS -29
MEMORY GLASS -30
MEMORY GLASS -31
MEMORY GLASS -32
MEMORY GLASS -33
MEMORY GLASS -34
MEMORY GLASS -35

MEMORY GLASS -14

111 24 0
By yulianawiddi

Saat kamu pergi, dunia ku hambar seketika.
(AudyKirana)

Angin berhembus semilir menerobos masuk hingga kekamar ku. Pikiranku tidak karuan, selalu saja teringat Zee. Tidak ada satu pesan pun darinya sejak kepergian dikoridor tadi siang. Sudahlah, tidak baik memikirkan sesuatu yang bukan milik kita.

Kupaksakan untuk memejamkan mata, masih jam 8. Biasanya aku tidur jam 9 tapi, tapi tidak ada alasan untuk berdiam diri selama 1 jam. Aku bergeming, diam didalam balutan selimut tebal. Perasaanku tidak bisa tenang, sesekali terdengar suara derit ranjang ketika aku mengembalikan badan.

Kalian pasti tahu aku sedang memikirkan apa. Apakah ini yang namanya jatuh cinta?
Kadang membuat kita bahagia, dan kadang juga menyiksa.

"Sayang," suara Mama membuka pintu kamarku "makan dulu ini mama udah bawain"

"Ma..." aku memeluk wanita tercantik ini dengan erat.

"Ada apa sayang? ceritakan sama Mama " Mama membalas pelukan ku, sudah paham benar jika aku sedang gulana.

"Apa Mama pernah jatuh cinta, bagiamana cinta Mama ke Papa?"

Mama mengangguk, "Semua orang pada akhirnya akan merasakan cinta sayang. Hanya waktu yang dapat mengatur cinta harus kehati siapa dan dimana. Kebanyakan orang merasakan jatuh cinta terlebih dahulu, baru bisa memiliki. Tapi, tidak dengan Mama. Mama baru merasakan jatuh cinta ketika sudah memliki Papa. Dari sana Papa lah yang mengajarkan Mama apa itu arti cinta."

"Apa itu gak menyakitkan Ma?" Tanyaku dengan wajah datar, "Memiliki seseorang yang sebelumnya, belum kita cintai?"

"Awalnya memang sakit, tapi Mama biarkan semuanya mengalir. Rencana Tuhan itu indah sayang " Mama mengecup keningku sekali.

"Nenekmu pernah bilang 'cintai dia setelah kamu memilikinya itu akan lebih indah, daripada kamu mencintainya namun tidak bisa memilikinya, itu yang sangat menyakitkan' "

Aku terdiam. Termangu dalam cerita Mama barusan. Tidak denganku, kisah ini berbeda, aku menyukai Zee, bahkan aku katakan, aku sangat mencintainya. Perasaan ini terus saja bergelut dengan pikiran, cukup aneh hanya karena aku mengingatnya. Hanya saja satu pertanyaan yang masih aku tanyakan oleh semesta, apakah ia merasakan yang sama?

"Anak Mama udah besar ya " Mama mengecup kening ku, "siapa yang sudah bisa menemukan kunci hatinya anak Mama? siapa hayoo"

"Seseorang Ma," aku masih ragu untuk menyebut nama Alzee ke mama

"Sayang.., perasaan suka dan cinta itu berbeda tipis, kamu harus bisa mengenalinya keduanya agar kamu dapat menjaga perasaan mu sendiri"

Aku mengangguk.

"Ma... Apakah kehilangan orang yang kita cintai itu menyakitkan? Bagaimana rasanya?. Seperti apa bentuknya?. Beritahu Ma, agar Rana tidak terkejut ketika nantinya ada orang yang Rana cintai menghilang suatu saa nanti"

"Sepertinya Mama tidak bisa merahasiakan perasaan mama sendiri, gadis Mama sudah dewasa sekarang." Mama mengusap rambutku lalu menciumnya sekali, " Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan didunia setelah perpisahan sayang. Bahkan rasanya sangat menyakitkan, lebih sakit daripada patah hati, kamu mau dengar kata terakhir yang papa ucapakan sebelum pergi?"
Aku menatap Mama lalu mengangguk cepat.

"Saat itu ketika hati Mama terluka karena tahu akan kehilangan Papa mu, ia dengan tenangnya sambil tersenyum berkata; 'kalau saya tidak bisa menemanimu setiap saat, lihat ke bulan. Jika bulan itu berbentuk sabit, anggap saja saya sedang menemanimu tersenyum malam itu juga. Tapi, jangan marah kalau bulan muncul dengan bentuk bulat telur, saat itu saya tidak bisa menemani mu tersenyum seperti biasany. Karena mungkin, saya sedang tidur sebentar karena kelelahan menemani kamu tersenyum setiap malam, sayang'."

Mama menitihkan air mata kecil. Aku tahu hatinya amat terluka. Seharusnya aku tidak bertanya kepada Mama tadi!

"Maaf Ma" Aku memeluknya lebih erat lagi merasakan kehangatan malaikat tanpa sayap ini.

"Mama ngerti, yudah itu di makan" Mama menunjuk piring berisikan sepotong ayam goreng dan tumis kacang sederhana dan berlalu pergi menuju kamarnya. Aku yakin setelah dari sini pasti Mama akan menangis lagi dikamar-nya. Sebegitu sakitkah kehilangan seseorang yang kita cintai?

Aku memasukan satu sendok nasi kedalam mulutku, namun terhenti karena suara dering ponsel diatas tempat tidur. Aku melongo sebentar melihat pop up nama pengirimnya. Sempat tak percaya tapi ini kenyataannya. Alzee mengirim pesan!

Alzee Gardana: Ran, besok gue berangkat. Lo hati-hati.

Masih kupandangi selama 5 detik sebelum aku memutuskan untuk membalas pesannya

Audy Kirana: Boleh aku ketemu kamu malam ini sebelum kamu pergi?

Kosong. Layar diponselku sudah menggelap, tidak ada balasan sama sekali dari Zee. Aku tahu ia akan pergi ke Paris, namun aku ingin bertemu dengannya sekali lagi.

Sudah jam 9.42 harusnya aku sudah tidur, tapi tidak bisa. Pikiran ini masih bergelut dengan sosok manusia itu. Aku turun kebawah menemui Abang yang tengah berselimut sarung disofa ruang tengah.

"Abang belum tidur kan? " Tanyaku sambil melirik tayangan tv yang ia tonton, tak tahu apa nama acaranya.

"Hm, kenapa?" ia hanya bergeming.

"Anterin aku ke jalan ini " aku melemparkan secarik kertas berisi alamat rumah Zee yang sempat ia berikan waktu pulang dari surga glass waktu itu.

"Lo gila?! " ia terlonjak sampai sarung yang ia gunakan untuk menutupi bokser pendeknya itu jatuh, bermotif Spongebob, lucu.
"Udah malem dan lo mau keluar? Mau dihajar Dana?, mau ngebunuh gue?"

"Plisss " aku memasang wajah se-inconet mungkin, agar Abang mau mengantarku.

"Mau ngapain kesana? Adiku sayang "
Akhirnya wajah memelas ku ini berhasil membuat bang Galih luluh.

"Ada hal penting mendadak sama teman, tapi jangan bilang Mama ya atau kak Dana toh, dia juga belum pulang."

"Ck, tunggu bentar"

Senang rasanya melihat Abang nurut dengan adiknya. Segera mungkin lelaki itu mengambil jaket dan celana hoodie yang dipasang secara asal.

***

"Ini rumahnya. Bener? Coba cek lagi alamatnya, nanti kalau salah gue juga yang malu "

"Bener kok. Rana turun dulu Abang tunggu sini aja "

"Lah siapa juga yang mau ikut, ogah"

Baru saja mau membuka gerbang, suara Abang menggerutu, " ck. Jangan lama-lama, lo tega liat Abang lo ini dibelai sama angin?"

Aku hanya mengangguk. Sekarang aku sudah tepat didepan pintu rumah Zee. Tidak butuh waktu lama sampai suara pintunya terbuka. Tapi harapan tinggal harapan yang membukakan pintunya bukan yang diharapkan, melainkan wanita paruh baya dengan daster panjangnya.

"Neng gelis cari siapa? " Tanyanya dengan ramah.

"Alzee ada Bu?"

"Waduh neng gelis telat, tadi sore mas Alzee sudah berangkat "

"Kemana?"

"Ke Paris katanya neng "

Boom.

Seperti teriris belati rasanya, sakit. Saat ini juga aku ingin menjatuhkan diri ke jurang yang tidak ada dasarnya, sakit karena terambang oleh dinding batu besar.
Apa salahnya jika aku ingin bertemu sekali saja sebelum ia pergi?

Aku pergi meninggalkan perempuan paruh baya yang berdiri di pintu jati. Tak perduli ia menilai aku sopan atau tidak karena tidak berpamitan dengannya. Aku hanya mau bertemu dengan Zee.

"Dek. Lo kenapa ?" Sudah kutebak Abang langsung bertanya ketika mengetahui wajahku berubah sedih.

"Gak ada yang nyakitin lo kan? " Sakit. Iya bang hati Rana yang sakit
"Terus ini rumah siapa sebenarnya, jawab Abang?!"

"Zee. " Bibirku gemetar, seluruh tubuhku lemas, hanya menyebut namanya saja bisa semenyakitkan ini, apalagi dengan kepergiannya, membuat sesak tanpa permisi!.

"Hah?"

"Dia pergi bang," Bening kristal jatuh begitu saja tanpa direncanakan mengalir perlahan dipipiku.

"Cowok yang nganterin lo pulang tempo lalu?"

Aku mengangguk. "Kirana cinta sama dia bang, dia yang memberi warna pelangi, dia yang menjadikan awan hitam menjadi senja indah, dia yang selalu mengukir bulan di wajah Kirana, dia pergi."

Abang menarik tubuhku, merangkul aku dalam pelukan hangatnya. Tidak kusangka bisa setenang ini.

"Dek. Kalau dia diciptain untuk bisa sama lo, dia pasti balik. Percaya sama Tuhan yang memberi tangis sebelum kebahagiaan"
Abang benar akan ada bahagia sesudah sedih, tapi kapan? Seorang manusia normal pun rasanya tidak akan sanggup menerima kenyataan pahit ini.

Didalam mobil aku hanya diam saja, melihat keluar jendela sambil menikmati jalanan sepi ibu kota.
Sudah jam setengah 12 sekarang, dan aku masih disini, ditengah kota metropolitan yang mempunyai berjuta kejutan tak terduga.

"Kalau ditanya sama Dana bilang aja gue nganterin lo kerja kelompok"

"Kenapa gitu?"

"Elah lo mau gue kena semprot sama tuh onta?"

Aku hanya bergumam. Berlalu membuka pintu rumah sambil mengucapkan salam, ternyata pintu tidak terkunci, menandakan bang Dana sudah pulang.

"Dari mana kalian?" Tanya lelaki berumur 24 tahun yang berdiri tegap dihadapan ku dan bang Galih, "udah mulai berani keluyuran tengah malem?"

"Sudah jam berapa ini?"
Aku hanya diam saja, biar bang Galih yang menjelaskan.

"Galih. Harusnya lo jagain Rana dirumah bukan malah ngajarin keluyuran gak jelas, besok dia harus sekolah!"

"Gue cuma nganterin Rana kerja kelompok" Alasan bang Galih sangat tidak masuk akal, kerja kelompok apa tengah malam begini? bahkan sedari tadi aku tidak membawa tas. Setidaknya ia sudah berusaha melindungi ku.

"Masuk!"

"Etdah lagi pms bang, awas berkerut itu lo"
Masih saja bang Galih tidak mau mengalah dan membalas bang Dana.

Bang Dana menatap sinis, masih terdengar suara keributan mereka sampai ke tangga menuju kamar. Aku tahu mereka hanya sedang bercanda.

"Pikiran lo bener-bener harus dicuci!"

"Emang gue mikirin apaan, otak gue mah bersih, setiap hari minum yogurtnya Rana" aku menghela nafas, menengok kearah mereka berdua. Memeberi tatapan untuk instruksi berhenti.

"Bodo amat "

"Rana masuk! "

Kenapa si abang-abang gak pernah ngerti apa yang Kirana mau. Percuma rasanya punya dua Abang yang selalu sibuk dengan pemikiran nya sendiri. Aku mau Zee !.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 237K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...
944K 86.3K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...