WIZARD (Broken Butterfly) END

נכתב על ידי Ghnufa_14

180K 13.5K 628

Yang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. b... עוד

Prolog
Kupu-Kupu
Kekuatan
Surat Misterius
Wizard Academy
Turnamen Penyambutan
Sekolah
Es dan Api
Menara Lex Talionis
Ujian Bersama
Rekan
Informasi
Peringatan
Pembalasan
Menara Pengorbanan
Sora
Death Master
Tangan Kanan Pemburu Underworld
Moon Gate
Teman yang menghilang
Underworld
Perjalanan Menuju Ujung Cahaya
Gadis Api
Sang Penegak Pilar Cahaya
Hutan Mistis
Kastil Putih
Rahasia Dea
Merah Diatas Putih
Dunia Keabadian
Sang Penjaga Alam
Gerbang - Gerbang Dunia
Anak-anak Bayangan
Darah Terkutuk
Gerbang Neraka
Menara Pembalasan
Jiwa Yang Terlelap
Rasa Kematian Yang Manis
Pertemuan Yang Tenang
Pulau Awan
Kawah Matahari
Pohon Kehidupan
Dinding Pengorbanan
Takdir Yang kejam
!!!
Para Dewi
Dinginya Hari Penuh Darah
Negeri di Penghujung Utara
Jantung Kegelapan
Rencana B
Arti Dari Sebuah Ikatan
Akhir Terbaik
Epilog
~~~
pengumuman!

Cahaya Terakhir

2.7K 225 15
נכתב על ידי Ghnufa_14

Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, walau semakin lama kami bergerak serangan mulai meredah. Sepertinya para monster enggan mendekati wilayah pusat, membuat kami yakin kami hampir sampai. Sebuah pulau melayang besar terentang luas saat kami terbang di tengah hari, para Alicorn tampak gelisah dan mendarat di depan pulau. Kami menemukan sebuah gerbang besar di tengah jalan setapak yang membelah hutan, sepertinya memang sengaja dibentuk untuk kedatangan seseorang.

Kami tidak terlalu yakin kalau kami sudah sampai, wilayah Kastil Putih yang berada di peta tidak terlalu jelas tapi kami memutuskan untuk meneruskannya. Pulau itu ternyata sangat luas, aku tidak tahu seberapa jauh dan nyaris melupakan kalau tanah yang kupijak ini melayang di angkasa lepas. Kami menemukan beberapa pemungkiman yang cukup besar dan padat, orang-orangnya beruntung tidak terlalu memperdulikan kami saat kami masuk ke dalam kota.

Menurut Egi yang memang suka menjelajahi semua tempat sejak tiba di Underworld, kemungkinan besar kami memang sudah tiba di wilayah Kastil Putih. Kami tidak memiliki cukup uang untuk memesan penginapan atau berbelanja sesuatu, juga untuk mengurangi kecurigaan akan orang asing, kami memutuskan untuk terus berjalan dan tidak menghiraukan yang lainnya.

Hutan kembali terbentang luas saat Jordi memutuskan untuk tidak melewati jalan utama, hanya untuk menghindari penjaga atau serangan dari orang-orang asli. Setelah cukup lama berjalan dan banyak yang mengeluh akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat setelah menemukan sebuah danau.

Aku mendengar desahan keras setelah kami duduk di pinggir danau, menemukan Zaki yang lagi-lagi mengeluh. "kenapa kita harus jalan kaki?!"

"Maaf." aku menoleh ke arah Ryoko yang meringis. "Entah mengapa para Alicorn tiba-tiba tidak mau masuk ke dalam."

"Tidak apa-apa. Lagipula kita hampir sampai." Ucap Jordi menenangkan keadaan.

Dini mengeluarkan beberapa perbekalan untuk kami santap, anak-anak yang lain sibuk mengobrol saat aku berputar menatap danau berair tenang itu. roti ku habis tanpa ku sadari dan perut ku masih terasa kosong, demi meminimalisir kelaparan yang sesungguhnya ku putuskan untuk tidak meminta tambahan.

Punggungku bergidik, membuat ku menoleh ke sekeliling. Anak-anak yang lain masih sibuk santai dengan makanan dan obrolan mereka, apa hanya perasaanku saja? Angin berhembus terasa menusuk hingga ke tulang. Aku kembali menatap danau, kali ini mengernyit karena danau itu tiba-tiba bergelombang rendah.

Merasa ada yang aneh aku bangkit berdiri, berdiri di ujung danau. Riak air danau semakin melebar, sesuatu seolah hendak muncul dari tengah danau.

"oh! Ya ampun!" seru Sirti yang entah sejak kapan sudah di sampingku, teriakannya menarik perhatian yang lain untuk mendekat.

Gelombang di danau semakin menjadi, tiba-tiba pusaran muncul dari tengah danau dan terus menyedot air danau. Jordi meneriakkan kami untuk menjauh dari tepian danau, tanpa pikir panjang kami lekas berputar dan berlari ke dalam hutan.

"Valery!" teriak Dini, membuat ku otomatis berhenti dan berputar. Kami hampir mencapai hutan ketika gadis itu berteriak, yang ternyata Valery masih di tepi danau dengan wajah kosong menatap ke pusaran air.

"Valery!" teriak Jordi, pemuda itu berputar. Melemparkan barangnya ke Sapta yang tepat berada di sampingnya dan berlari ke arah danau.

"gadis bodoh! Apa yang dia pikirkan?!" Sirti mendesis geram disampingku.

Aku menatapnya tajam. "kau ini—"

Jordi sudah berada di samping Valery, pemuda itu menarik tangannya tapi Valery tetap diam membeku. Air danau tiba-tiba meluncur ke udara, berpilin seperti membentuk pilar. Air itu menari dalam putaran sempurna di udara sebelum kembali menyebar ke danau, seketika ketenangan di danau membuat suasana menjadi dingin. Perhatian kami tak lepas dari air danau yang biru jernih.

"Faradiba?" Valery tiba-tiba terisak, tidak mempedulikan Jordi dan kami yang membeku di belakangnya.

Bagian tengah danau itu kembali bergetar, bergolak seolah-olah ada perubahan arus mendadak. Aliran itu menuju ke arah kami, semakin cepat dan bergerak dengan sendirinya, menciptakan riak air kecil yang lembut. Mengalir semakin cepat dan naik lebih tinggi keluar dari tepian danau. Air itu kembali melonjak, tidak setinggi sebelumnya, beberapa meter hingga membuat kemi sedikit mendongak. Tapi kali ini air itu tidak jatuh kembali ke danau, melainkan berhenti dan membentuk sosok wanita yang berdiri di sana. wujudnya benar-benar tercipta dari air itu sendiri, dari gerai rambut panjangnya, membentuk wajah cantik yang jauh lebih sempurna dari sebelumnya. Dari bawah pinggangnya air turun, membentuk semacam gaun yang terhubung dengan danau.

"Faradiba." Valery menangis terisak, beberapa kali dia menghapus wajahnya yang terus basah. Dia hendak melangkah ke danau ketika Jordi menahan lengannya lagi.

"Valery, mungkin dia hanya tipuan." Kata Jordi, yang menyentakkan ku juga karena sempat aku berpikir itu benar-benar Faradiba yang hidup kembali.

Tapi mahluk air itu tidak menyempurnakan wujudnya, dia masih terbuat dari air. walau ukiran wajah, bentuk tubuh, hingga rambutnya sangat mirip dengan Faradiba. Bedanya, makhluk air itu tidak berekspresi, namun kecantikan Faradiba yang selembut air itu sendiri tetap terpancar di wajahnya.

"tidak, itu Faradiba!" Valery bersikeras, setengah berteriak.

"itu tidak mungkin!" Sirti berteriak, aku meliriknya tajam. Gadis itu pucat pasih dan menggeleng. "Faradiba sudah mati! Jangan terlalu bodoh untuk tidak bisa menyadarinya, Valery!"

"Sirti, diam!" seru Dini, menyentakkan lengan gadis itu.

"ini semua salahku." Gumam Valery. "Faradiba, maafkan aku! Maafkan aku! Aku—aku lebih menyayangimu daripada Jordi! Tolong! Tolong kembalilah! Aku membutuhkanmu!"

Terlepas dari pengungkapan yang mengejutkan. Makhluk air serupa Faradiba itu bereaksi dengan memiringkan kepalanya, lalu sudut bibir airnya melingkar dengan gerakan manusiawi bersama ekspresi wajahnya. Tubuhku tiba-tiba menggigil, aku menatap sekeliling, bayangan berkelebat di ujung danau yang lain. apakah aku hanya berhalusinasi?

Faradiba air mengulurkan tangannya, menunjuk ke sisi kiri darinya. Kami serempak menoleh ke arah yang ditunjuk, angin menggoyangkan pepohonan yang lebat. Awan kelabu berderuh diatasnya.

"sesuatu datang mendekat." Gumam Melly, ketika aku menatapnya, gadis itu seperti hendak muntah.

Tepat setelah Melly mengatakan itu, tiba-tiba landasan bergetar. Faradiba air jatuh kedalam kolam dan melebur bersama air, Valery berteriak dan nyaris mengejarnya. Namun Jordi lebih dahulu mengangkat tubuh kecil gadis itu dan membawanya ke dalam hutan, kami bersembunyi di antara pepohonan, menyaksikan sesuatu membuat pohon-pohon di sisi lain hutan itu terlempar ke udara.

Makhluk itu memunculkan wujudnya, tingginya berkali-kali lipat seolah hampir menyentuh langit. Tubuh besarnya berkulit seperti tanah retak saat musim panas, tangan dan kakinya besar menginjak apapun yang dilewatinya. Makhluk itu sekilas mirip seekor naga namun tanpa ekor dan sayap, lehernya tidak panjang seperti ular, tapi dia memiliki tanduk di sepanjang kepala hingga ke punggungnya.

Mata besarnya tiba-tiba menatap kami, aku yakin itu walau kami sepenuhnya tersembunyi di dalam hutan. dia membuka mulutnya, suara berat seperti deruh mesin rusak memekakan telinga. Makhluk itu mengepalkan tangan dan melebarkan kembali mulutnya, cahaya muncul di ujung mulutnya dan refleks kami berlari sejauh mungkin. Tapi kecepatan kami tidak sebanding dengan kekuatan serangannya, kami terpental bersama pepohonan dan tanah yang terangkat ke berbagai arah. Daerah tempat kami bersembunyi sebelumnya membentuk danau baru.

"dari mana makhluk itu berasal!?" ku dengar suara Sapta berteriak, tapi tidak ku temukan teman-teman lain di sekitarku. pandangan sekitar ditutupi oleh pasir dan debu yang berterbangan.

Dengan susah payah aku bangkit berdiri dan berlari ke sembarang arah. Makhluk besar itu sudah berada di dekat kami, tingginya menjulang hingga menutupi matahari. Ledakan muncul dari belakang tubuhnya, Zod terbang di angkasa bersama Egi. Mereka mencoba mengalihkan perhatian monster itu, tapi setiap serangan tidak mengganggunya sama sekali. Tanah di bawah kakinya terangkat ke atas, membuat makhluk itu kehilangan keseimbangan dan mundur beberapa langkah. dari kejauhan kulihat Ilyas dan David berlari ke arah si monster, Ilyas memukulkan tangannya ke tanah yang membuat pijakan bergetar hebat. David melompat ke udara, sesuatu mirip cairan hitam berputar dan melesat dibawah pijakannya membentuk piringan hitam. melesat ke udara, David merentangkan tangannya di ikuti dengan cairan-cairan hitam besi yang berdenting memanjang membentuk tombak-tombak, tapi serangan itu bahkan tidak menggores kulitnya yang tebal.

Topan besar tiba-tiba terbentuk di udara, salju perlahan turun di sekitar, mengikuti deru angin yang semakin kencang. Di pinggiran danau terlihat Jordi, Dini dan sedikit jauh Zaki yang melompat ke udara dikelilingi oleh angin nya. Mereka menyerang bersamaan yang membuat monster itu berteriak semakin keras, langit tiba-tiba bergemuruh dan petir menyambar monster itu membuat kilauan cahaya yang membutakan mata dan memekakkan telinga.

Serangan itu belum cukup karena monster itu tidak mengalami cedera sedikit pun, malah membuatnya semakin marah dan menyerang secara brutal. Zaki dan David menghindar dengan cepat, namun Egi bersama Zod terkena pukulan dan jatuh ke hutan di sisi yang lain.

"Pira," ku dengar nama ku dipanggil dengan lemah, ketika aku berbalik ku lihat Sirti yang terjepit pepohonan. Aku segera berlari ke arahnya, pohon itu benar-benar menimpa tubuhnya. kuletakkan tanganku di tanah dan mendorong pohon dengan membuat penyangga es di kedua sisi tubuh Sirti, aku menarik gadis itu perlahan keluar dari bawah pohon. Kulihat darah merembes dari punggungnya.

"Sirti!" Ryoko muncul dari sisi lain, wajahnya penuh kotoran. Dari arah dia datang Alva melesat ke udara menuju monster itu. "tetap berbaring!"

Sirti berbaring di atas tanah, Ryoko mengulurkan kedua tangannya, memejamkan mata dengan konsentrasi penuh di wajahnya. Samar-samar tubuh Sirti mengeluarkan cahaya kehijauan yang lembut.

"aku akan membantu yang lain." seru ku bangkit berdiri, berputar ke arah pertarungan di belakang sana.

Sebenarnya dari mana asalnya makhluk sebesar itu muncul!? Mana mungkin dia sudah ada di tempat ini sejak awal! Tidak! Ada yang aneh, bahkan sejak kemunculan Faradiba air. bagaimana gadis itu bisa muncul? Apakah dia merasuki air? lalu dia menunjuk ke arah datangnya monster itu tepat sebelum monster itu sendiri muncul, apakah Faradiba datang untuk memperingatkan kami?

Sekeras apapun perjuangan kami untuk membuat monster itu sekedar berbaring diatas tanah saja tidak bisa. Dia terlalu kuat dan seolah memiliki kulit baja terkuat. Serangan kami sia-sia, bahkan aku dan Egi—yang muncul dengan kemarahan dari ujung hutan sendirian tanpa Zod—menggunakan kekuatan gabungan kami untuk menyerangnya namun tidak mempan.

David dan Zaki yang berada di udara terhempas jatuh ke tengah hutan, Alva masih berada di atas sana. dia mengangkat tangannya, gemuruh udara dan pusaran cahaya merah muncul. Cahaya itu berpilin membentuk tombak hitam panjang, belum sepenuhnya tompak itu tercipta tiba-tiba pusaran itu memecah. Alva sampai menatap tangannya dengan terkejut hingga dia tidak menyadari kedatangan lengan raksasa monster itu yang melemparnya jatuh ke hutan di sisi yang lain.

"ayolah! Apakah ada cara membuatnya tumbang?!" teriak David yang kembali berlari kearah si monster bersama yang lain, aku tidak ingin menjadi penonton saja dan ikut menyerang.

Semua usaha kami tetap sia-sia, makhluk itu tidak dapat dipukul mundur dan kekuatan kami mulai melemah oleh luka dan kelelahan. Secepat apapun Ryoko menyembuhkan kami dengan teknik barunya tetap tidak dapat memulihkan kekuatan kami, malah membuat gadis itu semakin lemah, sepertinya dia belum sepenuhnya menguasai kekuatan barunya.

"dia datang!" Seru David yang berlari ke arah kami. Monster itu bergerak, mengangkat kakinya tinggi. Aku membuat pasak es setinggi dan sekuat mungkin, tapi ketika kaki besar itu menginjak pasak ku seketika retak. Aku dengan sigap berlari menjauh sebelum pasak besar itu sepenuhnya hancur, namun akibat tekanan yang dibuat oleh setiap langkahnya membuat tanah bergetar dan apa pun yang ada di sekitarnya terhempas.

Monster itu mengejar kami, dia sama sekali tidak teralihkan pada apa pun. Itu membuat ku yakin dia dikirim untuk membunuh kami satu persatu. Tapi yang lebih penting, mengapa ada monster sekuat ini muncul di wilayah Kerajaan Pusat!? Bukankah hanya monster lemah yang bisa menembus pelindung yang melemah?

Oh, sial! Apakah ini ada hubungannya dengan penunggang yang dibicarakan Jordi?!

Kami terus berputar menjauhi si monster. Tak hentinya mengejar, ketika dia mengarah pada ku, satu-satunya pilihan ku adalah terus melarikan diri.

"Sirti menghindar!" teriakan itu dari arah David yang melesat di antara pepohonan tumbang, terbang ke udara sambil mengangkat tubuh Sirti. Kami melemparkan diri ke sisi lain selagi monster itu teralihkan dengan anak-anak yang menyebar ke berbagai arah.

"apa yang kau lakukan bodoh!? Tetap meringkuk di sana?! kau bisa mati!" seru David, karena kami berdekatan aku bisa melihat mereka.

"aku—aku tidak memintamu menolongku!" seru Sirti ketakutan, dia menangis. "sudah ku katakan! Kita semua akan mati! kita akan mati sekarang!"

"diamlah! Kau memang seperti ini! selalu ketakutan ketika kau merasa tidak bisa melakukannya, padahal kamu belum mencoba apapun!" seru David kesal, dia berdiri, ku lihat wajahnya mengalir darah dari kepala. "kau mungkin mengira kami membencimu, tapi aku tetap menyelamatkan mu. tidak, kami semua akan menyelamatkanmu!"

"bodoh! Aku tidak minta diselamatkan! Kita semua tidak berdaya!" seru Sirti meraung.

Aku siap berdiri untuk berlari ke arahnya dan menghajarnya. David berbalik dan mengulurkan tangannya, ku pikir dia akan menjambak Sirti dan melemparnya. Namun yang pemuda itu lakukan di luar dugaan, dia menepuk beberapa kali kepala gadis itu sambil menyengir lebar. sebenarnya lebih terlihat seperti menahan sakit.

"tidak perlu kau minta, kami akan membantumu. karena kita semua adalah teman, jadi, jika kau teman kami juga. maka tolonglah kami!" Setelah mengatakan itu David kembali terbang dibawa angin kencang ke arah si monster. Menyerangnya, berupaya membuat monster itu jatuh dengan dorongan angin kencangnya.

Aku berdiri, menghampirinya. "Sirti," kata ku terengah, aku nyaris pingsan. Gadis itu mendongak, wajahnya kosong. "aku mungkin kesal pada mu, tapi David benar, jarang sekali aku punya teman sebanyak ini dan aku tidak akan mensia-siakan ini. Jadi jika kau ingin tetap selamat pergi sejauh mungkin dari sini selagi kami mengalihkan perhatiannya. Jika kau pada akhirnya satu-satunya yang hidup, tolong! Setidaknya temui seseorang di tempat ini dan ceritakan apa yang terjadi, mereka pasti akan membantumu."

Aku tak menatapnya lagi dan langsung berlari ke arah monster walau sekujur tubuhku sudah benar-benar lelah. Sial! Mengapa tidak ada yang datang? Seharusnya penduduk di sekitar sini tahu ada keributan, apa lagi melihat besarnya mahluk ini. apakah kami masih jauh dari pemungkiman terdekat? Sial!

Makhluk itu mengaum, suaranya sampai menggetarkan udara. Dari cela-cela kulitnya yang retak-retak sesuatu seperti berputar-putar, mirip asap dari pada darah. Aku tidak tahu dimana yang lain berasa, kami serempak untuk memilih arah yang berlawanan untuk membuat monster itu kebingungan. Itu mungkin berhasil, karena dia sepertinya memang harus membunuh kami semua. Tapi tidak ada perubahan apapun, selagi dia berputar-putar dan semakin marah. Membuat tekanan angin menarik pepohonan dari akarnya dan teriakan dari setiap arah ketika tubuh kami ikut terlempar.

Ku hentakkan tanganmu yang bergetar, memindahkan pohon yang menimpa sebagian tubuh ku. nyeri menusuk hingga ke kepala, kaki ku sulit digerakkan dan rasanya seperti nyaris lepas dari tubuh. Aku tidak mungkin bisa kabur lagi saat makhluk itu mendekat, semuanya sudah selesai, kami benar-benar terjebak. Aku yakin itu!

Monster itu hanya beberapa meter dari arah ku, mengaum kencang seolah meneriakkan kemenangannya. Makhluk sialan! Kami bahkan kesulitan menumbangkannya, sekarang aku bertanya-tanya bagaimana kami bisa mengalahkan Dea?

Di tengah keputusasaan itu samar-samar aku mendengar seseorang bergumumam, semakin lama gumaman itu semakin jelas. Kepalaku yang pusing dan pandangan ku yang mulai kabur menangkap seseorang berjalan gontai disampingku, dari belakang punggungnya aku sadar jika dia perempuan. rambut hitam panjangnya lurus tergerai mirip tirai. Punggungnya membungkuk mungkin karena dia juga terluka parah, gadis itu berdiri beberapa meter di hadapan ku, kepalanya mendongak ke arah si monster yang siap menginjak kami menjadi bubur.

Dia menegakkan punggungnya, aku bisa melihat kedua tangan yang terkepal di samping tubuhnya bergetar. dari sela jarinya keluar cairan darah, yang kemudian disusul oleh cahaya keemasan yang indah. gadis itu tiba-tiba berteriak kencang, menghentakkan kakinya dan berlari ke arah si monster tanpa rasa takut.

"PERGI!"

"PERGI!"

"PERGILAH!!!"

Sirti, dia berlari melintasi kekacauan hutan yang telah di perbuatan monster itu. mungkin, dia satu-satunya diantara kami yang masih memiliki cukup tenaga untuk berlari sekencang itu, Sirti terus berteriak, suaranya bergetar namun juga kuat. Dia bahkan tidak kesulitan ketika melompati pohon tumbang atau undakan tanah. Gadis itu semakin mendekat kearah si monster yang menyadari kedatangannya.

Tubuh Sirti tiba-tiba bersinar, semakin terang hingga dia tampak seperti matahari baru yang muncul. Cahayanya yang keluar dari tubuhnya menutupi pandangan hingga membuat ku harus menyipitkan mata, tidak hanya terang, namun aku juga merasakan sengatan panas setiap kali cahaya itu semakin memancarkan sinarnya. Dia benar-benar mirip matahari, sampai-sampai pepohonan yang tergeletak di tanah terbakar. Tiba-tiba ada bayangan yang melesat di depan ku, sebelum aku merespon kedatangannya, sebuah tangan menarik lengan ku dan pandangan ku berputar.

Kemudian tubuhku jatuh diatas tanah keras, kepala ku terbentur. Terdongak ke belakang, melihat Ryoko tak sadarkan diri diatas pangkuan Jeriko yang berurai air mata namun wajahnya membeku. Aku tersadar, telah berpindah ke tempat lain, karena hutan masih dalam kondisi tegak berdiri di sekeliling ku dan aku juga sadar tempat kami berada adalah jalan setapak. Tanah tiba-tiba bergetar dan cahaya terpancar seperti matahari yang muncul dari ujung cakrawala.

Tepat dari tengah-tengah hutan, seperti ada matahari yang jatuh di atasnya. Cahaya yang membentuk seperti bola raksasa, terus membesar yang kemudian meletup seperti ditarik dari berbagai arah, sapuan cahaya membakar puncak-puncak pepohonan hingga ke langit-langit. sesuatu seperti lapisan tambahan dari langit itu pun ikut terbakar.

Sesaat setelah ledakan cahaya tanpa suara itu terjadi keheningan, aku masih dalam posisi setengah berbaring, menatap angkasa biru yang cerah. Seperti melihat langit yang baru dari sebelumnya, benar, sebelumnya ada lapisan lain yang menyembunyikan sebagian dari hutan itu. karena itu lah tidak ada yang menyadari pertarungan kami dengan monster itu.

Ku tarik tubuh ku hingga terduduk, melihat Dio yang berlutut di depan ku dengan kepala tertunduk dan darah yang mengucur dari kedua hidung dan sudut bibirnya. Sesaat aku tertegun namun kemudian semuanya seperti normal.

Tanah tiba-tiba bergetar, aku mendongak dan mendengar suara gemuruh dari kejauhan. Kami tidak jauh dari tempat pertarungan kami sebelumnya, aku rasa Dio berhasil memindahkan kami sejauh lapisan tambahan itu terbentuk. Kami pasti memang tidak bisa keluar sebelumnya, dan tidak menyadarinya.

Suara itu begitu mengerikan sampai-sampai aku tidak bisa menggerakkan tubuh ku. dari kejauhan sepucuk batu hitam keluar dari pepohonan, tubuhku semakin lemas, monster itu belum dikalahkan!

"oh, ya, ampun!" David terbaring kembali di sampingku, dia mengangkat tangannya menutupi matanya. "bahkan dengan kekuatan penuh Sirti tidak bisa menghabisinya."

Monster itu mungkin kembali bangkit, tapi dari kejauhan ini aku bisa melihat sebagian tubuhnya tidak lagi sempurna. Ya, Sirti sudah berjuang sangat keras, pengorbanannya tidak sia-sia.

"kalian sebaiknya pergi menjauh." Kata Jordi, bangkit berdiri. Lengan kirinya terkoyak, membuat darah terus merembes dari pundaknya. "pergi ke pemungkiman terdekat, atau mungkin kembali ke kota sebelumnya. mereka mungkin sudah sadar apa yang terjadi."

"kau ikut mengorbankan diri?" Sapta ikut berdiri, sudut bibirnya terkoyak. "jangan sok keren sendirian, aku ikut!"

"kalian sedang berkompetisi? Sialan!" Sarah hampir terjatuh ketika dia berdiri, membungkuk dengan tangan menopang di lututnya, kepalanya mendongak. "para gadis ini juga ingin tampil keren!"

Yang lain tertawa, aku bahkan tertawa. Rasa sakit di sekujur tubuh seolah tidak bisa kurasakan lagi, mungkin memang bukan saatnya membuat candaan dan tertawa tapi setidaknya ini sedikit mengalihkan kami dari rasa sakit dan keputusasaan ini. Melly membawa Ryoko yang tidak sadarkan diri ke tepi hutan, mereka sama terluka berat.

Melly mendongak, tersenyum. "tenang saja, aku akan memberitahukan orang di kota apa yang sudah terjadi!"

"ya, tolong!" seru Dio, mengusap darah di hidungnya.

Aku menghela nafas panjang, seseorang menepuk pundakku. ketika mendongak, wajah penuh luka Egi menyambut ku. "kau belum menyerah kan?"

Aku tersenyum, menyambut tangannya. "sebelum mati, aku tidak akan menyerah."

Kami berbalik menatap si monster yang siap untuk di habisi hingga nyawa terakhir, kami siap untuk berlari ke arahnya. Yang kemudian tanah kembali bergetar, bukan karena si monster, tapi dari sesuatu di dekatnya. Karena pancuran air tiba-tiba naik setinggi angkasa. Bervolum-volum air itu tebang ke sekeliling monster, mahluk itu menyadari adanya serangan. Menyerangnya juga, namun tangan-tangan besarnya hanya menembus air itu.

Air itu berputar di sekeliling si monster, menyembur ke arahnya. Membentuk semacam bola air raksasa yang mengeliling monster itu dan menariknya ke bawah. ketika kami mendekatinya, monster itu ditarik menuju ke dalam danau, mahluk besar itu terus memberontak, tapi yang dilawannya adalah air tak berbentuk.

Dari ombak yang menyebar hingga terciprat ke daratan, sesuatu seperti bergerak melawan arus air di dalam sana. sesuatu itu memiliki wujud yang dapat dibedakan dengan air di sekelilingnya walau dia terbuat dari air itu sendiri. mahluk air Faradiba itu berenang mengelilingi si monster, menekannnya untuk terus masuk ke dasar danau yang entah sedalam apa, hingga wujud monster itu tak lagi terlihat. Gelombang air danau yang perlahan menjadi tenang, walau sekelilingnya hutan telah serata tanah, ketenangan danau itu tampak tidak biasa.

Aku mundur dan jatuh terduduk di salah satu batang pohon yang setengah hangus terbakar, menatap sekeliling. Angin hangat berhembus, membawa dedaunan dan sisa yang terbakar ke udara. Aku mengangkat tangan ketika sehelai daun jatuh menghampiri ku, ada yang aneh pada daun itu, karena hanya pada bagian tengahnya yang terbakar.

Ya, bekas bakarannya mencetak di pinggir pola yang terukir di tengahnya. "Thank You."

Aku mendongak, memejamkan mata menikmati sisa kehangatan yang dibawa oleh cahaya terakhir Sirti. "sudah selesai."

.......

Haroo, di sini author.

Wah kita bertemu lagi, enggak mau bicara banyak sih cuma... saya sangat berterima kasih kepada kalian yang telah membaca cerita saya sampai sejauh ini.

Oke, sekian disini. Kritik dan saran sangat saya butuhkan. Dan jangan lupa vote nya yaa...

Gokigen'you
~ghefira~

המשך קריאה

You'll Also Like

1.7M 88.1K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
571K 49.8K 32
#11 in Action (13-09-17) Secret agent, atau yang biasa dipanggil SA. sekelompok orang yang selalu muncul di berbagai belahan dunia kriminal. Hampir t...
809K 75.4K 49
Semuanya membohongiku, seakan-akan aku makhluk terbodoh di dunia ini. Semuanya membenciku, seakan-akan aku makhluk terhina di dunia ini. Tidak! Bahka...
419K 26.9K 33
Percobaan mesin waktu yang berawal dari iseng membuat Vene dan Cindy terdampar di dimensi lain-Wozzart-beserta mesin waktu yang rusak parah berakhir...