Burning Desire

De TheRealRJune

292K 6.6K 176

21+ Konten dewasa, mohon kebijaksanaan pembaca 🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼 SLOW UPDATE, setiap 2 pekan. Mais

Prolog
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26

Part 1

35.4K 588 11
De TheRealRJune

   Irene Frandaiska, gadis berusia 20 tahun yang baru lulus SMA itu sedang mondar-mandir membawa map berisikan lamaran pekerjaan. Dengan rambut sebahu yang diikat kuda, blous polos warna peach dan celana kain hitam yang melekat pada tubuhnya. Tak lupa stileto 5cm hitam untuk mempercantik, dan meninggikan sedikit tubuh mungilnya. Ia terlalu mungil untuk gadis seusianya. Tak sedikit orang yang menyangka ia masih SMP karna wajahnya yang selalu tersenyum memancarkan aura anak remaja. Bahkan tubuhnya pun tidak berbentuk seperti gadis 20an pada umumnya. Tinggi 156cm dan berat badan tidak sampai 40kg, tidak memiliki bokong dan dada yang cukup kecil, membuat ia benar-benar terlihat jauh lebih muda.

   Peluh mengalir halus di pipi Irene yang putih tanpa bekas jerawat. Kulit cantik turunan dari neneknya itu tak pernah terlihat kusam. Dengan lembut ia mengelapnya tanpa merusak make up tipis diwajahnya. Irene mulai merasa lelah setelah setengah hari mencari pekerjaan. Tak disangka, lulusan SMA ternyata sangat sulit diterima di perkantoran.

   Irene bukan tidak pintar, justru nilai ijazahnya memuaskan. Nilai ujian bahasa Inggrisnya nyaris sempurna. Berkat belajar melalui film dan lagu membuatnya lancar berbahasa Inggris. Dulu para guru bilang, kemampuan berbahasa Inggris dapat menjadi poin plus saat melamar pekerjaan, namun sepertinya tak ada yang peduli dengan itu sekarang, rutuknya dalam hati.

   Perutnya mulai terasa perih. Diliriknya jam tangan mungil yang melingkar kebesaran di lengan kirinya, pukul 11.45. Waktunya makan siang, pikirnya. Berjalan sedikit dari kantor terakhir ia menuju ke sebuah warung kecil menjajakan ayam penyet. Sempurna.

  Irene duduk di kursi kosong diujung belakang warung, dekat dengan kipas angin tua yang dinyalakan cukup kencang. Sejuk, batinnya. Sambil menunggu pesanannya, ayam penyet bagian punggung tanpa tahu dan tempe hanya terong goreng dan kol goreng sebagai pelengkap. Menu favoritnya dimanapun. Irene mengecek handphone-nya. Tidak ada pesan. Irene memasukan lagi handphone-nya ke dalam tas lalu menyuruput es teh yang sudah disuguhkan. Segar.

  Tak lama datanglah si mbak, membawa dua porsi ayam penyet, satu diletakkan di depan Irene, dan satu lagi ke pria didepan Irene. Punggung atletis di balut kemeja biru dongker itu tercetak sempurna seakan memanggil kita untuk bersandar. Lengan bajunya tergulung sampai siku memamerkan lengan berototnya. Perut Irene yang semakin perih menyadarkannya dari lamunan konyolnya. Sesaat sebelum ia menyuapkan nasi kedalam mulutnya ia melihat ada yang aneh pada pesanannya. Ia tidak menerima bagian punggung ayam melainkan sayap ayam. Pelengkapnya juga lengkap dengan tahu dan tempe. Irene kemudian mengangkat tangannya dan memanggil si mbak yang tadi.

  "Mbak, ini bener punya saya? Saya punggung lho mba bukan sayap" kata Irene sopan. Si mbak yang kaget kemudian melirik ke pria yang duduk di depan Irene. Dari raut wajah si mbak terlihat bahwa menu mereka tertukar.

  "Ketuker ya, mbak? Mintain gih tolong" pinta Irene lagi sopan. Si mbak terlihat takut untuk menegur pria tersebut. Lalu setelah menarik nafas panjang si mbak memberanikan diri menegur pria itu.

  "Mas, mas. Maaf lauknya ketuker, sama mbak ini. Boleh tukeran, kah?" tanyanya hati-hati. Irene menunggu tidak sabar. Tidak ada respon dari si pria. Si mbak terus menjelaskan namun pria itu tetap diam. Kesal melihat hal itu Irene kemudian maju dan mencolek bahu pria itu pelan. Kekar, batin Irene sejenak. Sempat-sempatnya ia berpikir begitu.

  "Maaf mas, itu pesenan saya. Kita tukar ya. Belum saya sentuh kok tenang aja" kata Irene tersenyum agar terdengar ramah. Merasa kesal dengan gangguan itu akhirnya si pria mengeluarkan suara tanpa menoleh sedikitpun.

  "Makan saja yang diberikan. Kenapa harus ganggu orang lain?" jawab pria itu ketus dan dingin. Sombong sekali, pikir Irene. Tak terima, Irene menegur kembali pria itu. Kali ini tanpa senyum.

   "Mas yang ngomong sebelah sini, lho" tidak ada respon dari si pria.
   "Saya gak ganggu. Cuma mau minta tukar. Itu pesenan saya, ini punya mas" lanjut Irene meletakkan piring lauk itu di depan si pria tadi. Irene menunggu apa yang akan di lakukan pria ini.

   "Sudah dingin, saya gak bisa makan itu, kamu aja yang makan" jawab pria itu. Mendengar jawaban menyebalkan seperti itu membuat Irene geram. Ia mencondongkan kepalanya mendekat ke wajah si pria. Ia melihat sisi kiri pria ini. Tulang pipi yang tegas membuat sikap dinginnya tadi seakan cocok. Pasti menyenangkan menyentuh pipi itu, batin Irene lagi. Hei, pikirkan ayammu bukan pipi.

   "Mas, saya lagi ngomong lho. Liat saya bisa gak?" tanya Irene mencoba terdengar marah namun bersahabat. Apakah mungkin? Entahlah. Baru ingin melanjutkan kalimat lainnya, pria tadi menoleh dengan anggun. Kini wajah mereka berhadapan, mata mereka saling berpandangan. Pria ini tidak terlihat muda tapi juga tidak terlihat tua. Mungkin 20 akhir. Ia terlihat tampan dengan kulit wajah yang bersih tanpa bekas jerawat. Mata bulat dan sayu itu memberikan kesan seksi. Hidungnya yang mancung seakan serasi dengan bentuk pipinya yang tajam. Bibirnya tipis namun sangat layak untuk dicium. Yap, bibir indah itu hanya berjarak beberapa sentimeter didepan bibir Irene. Kemudian suara itu mengejutkan lamunan Irene.

   "Saya tau kamu lagi ngomong. Saya juga sudah melihat kamu. Apalagi yang kamu mau?"

  "Em.. aku.. eh.. saya mau kita tukar pesanan kita. Karna ini pesanan mas. Saya gak makan sayap ayam" jawab Irene terbata-bata. Nafas pria ini segar padahal ia terlihat seperti perokok aktif. Mungkin bisa menghabiskan satu bungkus rokok hanya dalam waktu setengah hari. Irene menarik kepala dan tubuhnya menjauh sebelum ia makin larut kedalam tatapan pria itu.

   "Ini. Selamat makan" kata Irene menyodorkan piring lauk ke hadapan pria yang saat ini menatap tajam Irene. Ia hanya melirik sekilas pada lauk itu kemudian menatap Irene lagi. Lama memandangi Irene lalu ia buka suara,

   "Saya sudah selesai makan" ujar pria itu mengangkat piring lauk yang sudah ludes menyisakan tulang ayam. Irene mengigit bibir bawahnya melihat lauk makan siangnya kini sudah berpindah kedalam perut pria itu.

***********

   Adrian Surya Riyanto atau Ian, pria asli Tasikmalaya yang sekarang bertugas di Kalimantan. Sebagai manager area pengembangan perumahan besar dari Jakarta, memang sudah seharusnya siap di kirim tugas kemana saja. Prestasinya bagus untuk seorang yang hanya lulusan SMA di Tasikmalaya hingga menjadi seorang manager saat usianya baru berusia 23 tahun. Ia kemudian dikirim ke satu kota di Kalimantan ini saat berusia 24 tahun, 5 tahun yang lalu. Bukan hal mudah bagi anak muda menjadi bos dikota orang. Namun, banyak karyawan yang justru lebih tua menaruh hormat padanya. Kepiawaiannya dalam bekerja membuat orang yang bekerja dengannya menjadi hormat.

   Hari ini ia sedang tidak banyak pekerjaan. Sejak pagi ia hanya bersantai di kantornya yang terletak di salah satu komplek ruko. Kantor dan juga rumah untuknya itu sangat lengang. Hanya terdapat 3 orang pria yang bekerja, termasuk dirinya. Dan ketiga orang itu juga tinggal di ruko tersebut. Jadi lebih sering mereka bekerja mengenakan kaos dan celana training atau sarung ketimbang pakaian rapi.

   Pukul 12.15. Ian keluar dari warung makan langganannya setelah sedikit cekcok dengan seorang wanita yang kini makan dengan tak semangat. Ia merasa bersalah tapi juga tak peduli karna ia tak kenal wanita itu. Ian kemudian mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya sambil berjalan kembali ke kantornya yang hanya 100 meter dari warung tadi.

   Ian sudah duduk manis di depan komputernya. Ia melihat denah perumahan baru yang akan di bangun. Tapi fokusnya terbelah. Ia terbayang wajah wanita tadi. Apa wanita adalah kata yang tepat? Wajahnya kecil dan terlihat muda. Mungkin masih belasan. Matanya yang besar dan penuh terlihat menyenangkan untuk dipandang. Dengan sedikit lingkar hitam dibawah matanya, mungkin banyak bergadang menonton drama Korea. Hidunganya yang mungil dan pipinya yang agak tembem terlihat sangat lucu. Juga bibir itu. Bibir itu tipis tapi terlihat lembut. Akan sangat nikmat jika bisa melumat bibir manis itu. Oh, Ian! Bisa-bisanya berpikir kotor begitu pada remaja.

   Dering telpon membuyarkan lamunannya. Terlihat nama Karim, tertera dilayar ponsel. Karim adalah kawannya yang ia kenal saat pertama kali datang kemari.

   "Halo?" sapa Ian ramah.
   "Oi, Ian. Gua mau ngabarin lupa mulu. Itu sodara gua, sepupu bini gua noh, hari ini udah taro lamaran disitu. Lu cek ya sapa tau cocok" kata Karim dari seberang telpon.

   "Oh. Iye dah ntar gua cek. Cantik kagak?" goda Ian.
   "Setan lu! Nanya nilainya kek ini malah muka ditanyain"
   "Yah muka juga penting kali. Siapa namanya?"
   "Awas macem-macem lu, digorok bini gua ntar. Irene namanya"

    Telpon kemudian ditutup setelahnya. Ian lalu mencari map bernama Irene di tumpukan pelamar. Tumpukan kelima dari atas. Ia membuka map dan memperhatikan CV dengan seksama dan melihat nilai-nilai di ijazah. Lumayan, pikir Ian. Pandangan Ian terhenti pada foto yang dilampirkan di kiri atas CV yang tadi tertutup ibu jarinya sendiri. Ia melihat mata indah yang baru saja ia lihat tadi siang. Gadis di warung makan tadi.


*Part 1 kenalan dulu sama tokoh utamanya. Ditunggu ya semua komen, kritik dan sarannya. Makasih guys 😊😊*

Continue lendo

Você também vai gostar

261K 10.6K 28
Apa yang kamu lakukan ketika suamimu masih mencintai mantan kekasihnya? khusus pembaca dewasa dan mengandung plot twist. tokoh akan tegas pada waktu...
691K 135K 45
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
5.5M 453K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...
304K 28.5K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...