WIZARD (Broken Butterfly) END

By Ghnufa_14

180K 13.5K 628

Yang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. b... More

Prolog
Kupu-Kupu
Kekuatan
Surat Misterius
Wizard Academy
Turnamen Penyambutan
Sekolah
Es dan Api
Menara Lex Talionis
Ujian Bersama
Rekan
Informasi
Peringatan
Pembalasan
Menara Pengorbanan
Sora
Death Master
Tangan Kanan Pemburu Underworld
Moon Gate
Underworld
Perjalanan Menuju Ujung Cahaya
Cahaya Terakhir
Gadis Api
Sang Penegak Pilar Cahaya
Hutan Mistis
Kastil Putih
Rahasia Dea
Merah Diatas Putih
Dunia Keabadian
Sang Penjaga Alam
Gerbang - Gerbang Dunia
Anak-anak Bayangan
Darah Terkutuk
Gerbang Neraka
Menara Pembalasan
Jiwa Yang Terlelap
Rasa Kematian Yang Manis
Pertemuan Yang Tenang
Pulau Awan
Kawah Matahari
Pohon Kehidupan
Dinding Pengorbanan
Takdir Yang kejam
!!!
Para Dewi
Dinginya Hari Penuh Darah
Negeri di Penghujung Utara
Jantung Kegelapan
Rencana B
Arti Dari Sebuah Ikatan
Akhir Terbaik
Epilog
~~~
pengumuman!

Teman yang menghilang

3K 234 4
By Ghnufa_14

Ketika aku membuka mataku rasakan tubuhku terbaring diatas tempat tidur keras. Dinding putih yang memancarkan aura sejuk mengelilingi ku dengan pencahayaan terang dari sebuah lampion besar di tengah langit-langitnya. Ruangan itu tidak besar, hanya terdapat dua tempat tidur, lemari penuh alat medis dan meja kerja di balik tirai, wanita yang merawat ku berkata aku berada di Underworld, tidak perlu terkejut saat mendengarnya, aku sudah tahu. Dia juga menjelaskan mengenai efek samping setelah aku menggunakan Moon Gate untuk pergi ke sini.

Lalu Ryoko muncul, menyambut ku dengan pelukan hangat dan tangis bahagia, aku senang mereka masih memikirkan kami dan menunggu. Ku pikir akan mencari keberadaan mereka setelah tiba di sini, mengingat mungkin mereka telah berpencar mencari jalan keluar.

Tak lama kemudian yang lainya datang, aku tidak terlalu ingat siapa saja yang hilang akibat ulah Dea. Tapi keberadaan Valery, Ryoko, Sarah, Sirti, Alva, Dini, Ilyas, Sapta, dan tentunya ada Egi, membuat ku senang melihat keadaan mereka yang baik-baik saja.

"Jadi yang lain juga ada disini?" Tanya Sarah di tengah pembicaraan kami.

Aku mengangguk. "Mereka ikut masuk. Tapi, aku tidak tahu mereka muncul dimana."

"Tidak apa, kami yang akan mencari mereka." Ucap Sapta dan di angguki yang lain.

Selagi kami berbincang suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian. Dokter yang merawat ku—maksudku bibi Telsi—berdiri dari meja kerjanya yang tertutup tirai dan membukakan pintu. Seorang pria tinggi dengan balutan armor berdiri di ambang pintu, sekilas dia terlihat mirip dengan kesatria yang kami temui di Menara Lex Talionis.

"Bisa saya bantu, tuan?" kata bibi Telsi menyambut si penjaga.

"aku menemukan dua orang anak yang terluka di hutan," katanya, kemudian menyingkir dari pintu dan dua orang pria berarmor lain masuk dengan membopong dua orang anak diatas tangannya, tampak mudah bagi mereka bergerak dengan adanya orang dalam gendongan mereka.

Seorang penjaga membaringkan orang yang dibawahnya di tempat tidur sebelahku, sedangkan penjaga lain mengikuti bibi Telsi ke ruangan berbeda. ketika penjaga di kamar ku menjauhi tempat tidur, mata ku langsung bertemu dengan wajah yang ku kenal.

"David!" Teriak kami serempak. Aku melihat Sarah dan Ilyas segera keluar untuk mengecek satu anak yang lain, hingga Ilyas kembali dan mengumumkan kalau anak di ruangan sebelah adalah Jeriko.

"Kalian mengenal mereka?" Tanya sang penjaga kepada kami.

"Mereka adalah teman-teman kami yang berasal dari Dunia Seberang," jelas Egi. "hanya saja mereka datang melalui Moon Gate."

"Oh, pantas aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya."

"Paman, bisakah anda membantu kami mencari teman-teman yang lain?" Ucap Egi lagi.

"Tentu saja." kata Pria itu dengan berwibawa. "Itu adalah tugas kami sebagai penjaga Wilayah Terang. Berapa banyak lagi teman kalian yang belum ditemukan?"

"empat orang lagi." Kata ku mengingat-ingat. "satu wanita dan tiga pria."

"Baiklah aku dan beberapa ksatria lain akan membantu kalian." kata si penjaga, dia mendesah berat. "kawasan ini sedang dipantau berbahaya, sebaiknya kita menemukan mereka dengan cepat sebelum terlambat."

Egi, Sarah, Alva, Dini, Ilyas, dan Sapta segera mengikuti si penjaga, sedangkan Valery, Ryoko, dan Sirti tetap di sini untuk menunggu.

*

Mereka membentuk beberapa kelompok untuk memudahkan pencarian, dibantu para penjaga di wilayah sekitar. Para penjaga menggunakan naga yang mereka dapatkan dari Kerajaan Pusat diikuti oleh Ilyas, Sapta, Sarah, dan Dini dengan masing-masing penjaga. Sedangkan Egi menunggangi Zod miliknya dan Alva menggunakan sayapnya untuk terbang. Kemudian mereka berpencar di sekitaran desa.

Di salah satu pulau melayang, terjadi sesuatu yang ganjil. Ketika pohon-pohon tersebut bergoyang tanpa adanya angin kencang di sekitarnya. tiba-tiba saja beberapa pohon terangkat ke udara dan terlempar keluar dari pulau kecil itu. salah seorang kesatria bersama Egi dengan Zod perlahan mendekat. Mereka menemukan sosok Zaki yang sedang menghadapi dua ekor monster berekor panjang yang ganas menyerangnya, para kesatria mengambil alih pertarungan sedangkan Egi membawa Zaki ke tempat yang aman.

Di salah satu pulau melayang, sosok Melly tengah duduk di pinggir jurang. Dia tahu kalau perbuatannya ini dapat merenggut nyawanya, tapi sebelum itu membayangkan dirinya pingsan selama berjam-jam dan menemukan seekor monster yang mengawasinya dari atas pohon, membuatnya berpikir akan segera mati. Tapi tidak, dia berhasil kabur tanpa melihat kebelakang saat mahluk mengerikan itu ternyata tidak mengejarnya. Dan dia mendapatkan kilasan waktu yang datang di waktu yang tepat, karena itu dia memilih menampakkan diri di ruang terbuka agar orang yang mencarinya dapat menemukannya dengan mudah. Dan benar saja, tak lama kemudian seekor naga terbang melintasinya.

Melly segera bangkit dan menjauh dari tepi jurang, melambaikan tangannya untuk menarik perhatian. Naga itu segera mendarat ke pulaunya dan menemukan Sarah bersama mereka. Gadis petir itu melompat seketika setelah sang naga mendarat, berlari ke arah teman baiknya dengan air mata legah membanjiri wajahnya.

Di tempat lain, waktu yang menyebalkan bagi si penjaga yang harus menemani anak laki-laki yang sepertinya tidak bisa mengendalikan mulutnya ketika mengomentari sesuatu. dia sudah biasa mendapat sanjungan, pujian, hingga kritik dari penduduk desa dan atasnya. Namun kali ini berbeda, dia tidak tahu apakah yang dibicarakan salah satu anak yang katanya berasal dari Dunia Lain itu maksudkan. Sejak mereka mendarat di salah satu pulau tempat penjaga sebelumnya menemukan dua anak yang tidak sadarkan diri, Sapta memulai komentarnya betapa menakjubkannya menjadi seorang kesatria.

"apakah ujiannya sulit? Bagaimana dengan kenaikan jabatan? Apakah semuanya murni karena usaha dan bakat?" kata Sapta mengebuh, dia menyukai film-film lama yang bertemakan kerajaan dan peperangan. Dia selalu terpukau melihat betapa kerennya para prajurit yang mengenakan zirah tebal, membawa bendera, dan menunggangi kuda. Tapi karenanya di kenyataannya prajurit seperti itu sudah tidak ada lagi, dia menyimpannya dalam mimpi, hingga terjebak di Underworld dan melihat para penjaga penunggang naga yang jauh lebih keren dari prajurit kerajaan yang pernah dia lihat di film. Dia tidak akan mensia-siakan kesempatan jika mereka membuka lowongan prajurit baru.

Si penjaga hanya diam, pandangannya fokus menatap sekeliling hutan.

Sadar tidak akan mendapatkan jawaban, akhirnya Sapta memilih bungkam. Menatap sekeliling hutan lebat sepanjang mata memandang. "sudah berapa lama kita berputar di tempat ini? apakah jangan-jangan mereka tidak muncul di sini?"

"Sabar anak muda" kata si penjaga, diam-diam menghela nafas. "Moon Gate melemparkan orang-orang di titik temu tidak tak sama namun jaraknya tidak berjauhan, teman-teman mu pasti ada di sekitar sini.

Mereka tiba di ujung pulau, hamparan awan berarak di sekitar mereka. Sapta memandangi sekitar dengan gusar, matanya mengernyit mencoba melihat menembus awan-awan ke ujung cakrawala jauh di sana. walau sangat jauh dia bisa melihat bayangan dari pegunungan tinggi yang mengelilingi seluruh daratan dan lautan di Underworld. Mereka berada di penghujung tanah Timur Wilayah Terang, entah dimana ratusan kilometer itu terdapat batas akhir kedua wilayah. Selama mereka berada di sini, penduduk desa selalu memperingatkan mereka untuk waspada atas kehadiran bangsa kegelapan yang bisa muncul dimana saja.

Dia tidak tahu apakah teman-temannya yang baru sampai itu mengetahui peringatan ini. Dia sangat cemas, Sapta tidak ingin ada korban lagi setelah terakhir Rey, teman karibnya itu masih membuatnya menggerutu hingga menyumpahinya. Walaupun sudah mati atau bagaimana pun keadaannya di sana, Rey masih membuatnya kesal. Dia masih tidak dapat menerima cara Rey membantu mereka semua untuk kabur dari para penjaga menara Lex Talionis. Tidak pernah disangka, seorang laki-laki yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menggoda para gadis dan menikmati kesenangan diatas penderitaan orang lain, rela mengorbankan dirinya untuk memastikan teman-temannya tetap hidup.

Sapta mendengus, mengusap hidungnya. sialan, Rey! Dia ingin menangis lagi tiap kali mengingat teman bodohnya itu.

"anak muda?" panggilan si penjaga membuat Sapta mendongak cepat.

Penjaga itu memunggunginya, beruntung! Dia tidak ingin terlihat cengeng di hadapan sosok yang dikaguminya. Penjaga itu menatap ke sisi lain dari tempat mereka berdiri, Sapta berputar ke samping si penjaga. Mengernyitkan matanya, pulau itu tidak benar-benar rata, tepiannya tidak lurus seperti garis pantai namun berliku seperti aliran sungai. Dan di salah satu ujungnya yang lebih jauh dari tepian tempat Sapta berada, dia melihat ada orang yang sedang duduk diatas batu besar tepat di pinggir jurang.

Sapta membelalakan matanya, tubuhnya bergerak dengan sendirinya untuk berlari ke tepian pulau terujung di dekatnya. Menarik nafas dalam-dalam dan berteriak kencang. "Dio!! Dio!!"

Orang dia atas batu itu menoleh ke sekelilingnya dengan kebingungan, hingga akhirnya dia menangkap sosok Sapta yang melompat girang sambil melambaikan tangan. Raut wajah Dio berubah berkerut, kelegaannya membuatnya hampir menangis. Sapta segera berputar bersama si penjaga untuk pergi ke sisi lain pulau.

Walaupun memiliki banyak pulau melayang, hanya ada Wilayah Terang saja sedangkan Wilayah Gelap tidak memilikinya. Pulau-pulau melayang terakhir di ujung Timur Underworld itu hanya berjarak lima ratus kilometer menuju dinding terakhir pertahanan bangsa Wilayah Terang. Di sanalah Ilyas dan Dini sedang memandangi kilatan mematikan yang ditimbulkan oleh langit Wilayah Gelap yang seolah sedang murka.

Mereka berdua bersama dua penjaga lain berkeliling pulau melayang untuk menemukan teman terakhir mereka yang belum ditemukan. Jordi Zenfronzone, hanya dia yang tersisa dan tidak menemukan jejak keberadaannya di pulau melayang. Para penjaga berinisiatif untuk mencarinya di darat namun tidak mengizinkan kedua remaja itu ikut serta, karena daratan jauh lebih berbahaya dari pada pulau melayang. Walaupun awalnya mereka berdua akan diantarkan pulang, Ilyas dan Dini bersikeras untuk tetap menunggu di pulau melayang terakhir.

"apakah di sana ada Dea?" tanya Dini, suaranya bergetar. Genggaman tangannya di samping tubuh menguat.

"bisa saja," jawab Ilyas, duduk di rerumputan. Angin berhembus dingin, membawa aromah terbakar dan bau busuk. "dia pasti berfikir dengan melemparkan kita kesini karena kita pasti akan memberitahukannya ke orang-orang Wilayah Terang, lalu bekerja sama untuk mengalahkannya."

Dini merunduk, mengernyit bingung. "bukankah lebih baik membunuh kita?"

"tentu, memang dengan membunuh kita musuhnya akan berkurang. Tapi, ku rasa," sesekali Ilyas melemparkan pandangan ke Dini dengan ragu. "dia ingin melihat kita melakukan sesuatu yang sia-sia, mereka menanti kita berusaha keras, berjuang dan yakin akan menang. Dea meyakini dengan tentara Wizard yang dia ciptakan dan bangsa kegelapan dia sudah jauh lebih unggul dan tak terkalahkan. Dia akan menikmati perjuangan sia-sia ini dan melihat wajah kita yang menyerah pada kegagalan."

Dini mengusap lengannya, terlintas di benaknya wajah pucat Faradiba yang memasang riak kengerian terhadap sesuatu di akhir hidupnya. Dini segera menggeleng, dia selalu bermimpi buruk setiap kali mengingat kejadian itu.

"kita semua sudah berkumpul," Dini mencengkram ujung kemeja yang dia dapatkan dari penduduk desa, mengangguk berusaha menyakinkan diirnya. "kita pasti menemukan cara untuk mengalahkan Dea."

Setelah kematian Faradiba, dan melihat kondisinya terakhir kali. Dini sudah memutuskan untuk menyerah, jika saja Faradiba yang dia tahu sebagai gadis yang memiliki pengendalian kekuatan yang kuat dan cerdas, dapat kalah dan ketakutan terhadap sesuatu. dia tidak yakin dapat menang ketika menghadapi sesuatu yang sebelumnya Faradiba hadapi. Berpikir untuk membalas dendam mungkin adalah keinginannya, tapi dia jauh lebih khawatir dengan kekuatannya yang tidak begitu kuat.

Tapi setelah mendengar perkataan Egi di pertemuan mereka setelah kematian Faradiba, membuka pikirannya lebih jauh. Mereka memang lemah, mereka baru belajar, mereka mungkin ketakutan saat itu tapi apakah hanya karena itu mereka harus berhenti? Dini percaya, mereka berhasil membuat Dea khawatir terhadap rencananya yang membuatnya memperingati mereka dari Faradiba. Dea menginginkan mereka ketakutan dan menyerah, dengan itu Dea akan tetap menang. Dari sana, Dini yakin mereka memiliki potensi untuk mengalahkan Dea, sesulit apapun rintangan yang menanti mereka kalau ada kemenangan yang menanti di ujung neraka sana, mereka pasti akan melewatinya dengan cara apa pun. Seperti yang dilakukan Rey, dengan mengorbankan dirinya, dan itu bukan kematian yang sia-sia. Begitu pun kematian Faradiba, yang membuat Dini yakin mereka akan menang.

Ya, itu cukup membuatnya kembali bersemangat. Dia akan berjuang dan terus berlatih hingga menjadi lebih kuat, dia akan membayar kekalahannya pada Pira dan mendapatkan kemenangannya.

Desahan panjang mengalihkan pikiran Dini, dia menunduk dan melihat Ilyas yang memasang wajah berkerut. "ada apa?"

"dia sedang menanti kita di sana." kata Ilyas, menatap pegunungan jauh di sana. "membawa para pengkhianat ke meja pengadilan."

"Ilyas," Dini menghela nafas kecil, mendudukan dirinya di samping pemuda itu. "apakah kau masih mau menyerah setelah apa yang terjadi? Sudah sangat terlambat untuk berhenti!"

"tidakkah kau lihat?!" kesal Ilyas, berputar menatap Dini. Dia mengernyit. "Dini, kita tidak memiliki kesempatan menang! Kau lihat apa yang ada di puncak menara Lex Talionis? Sora berkata mereka adalah teman-teman Pira yang merupakan reinkarnasi Dewi Underworld. Dea sudah memiliki kekuatan diatas rata-rata! Dia tak terkalahkan, bagaimana cara kita menghentikannya! Apa yang dia inginkan dari kita akan terwujud, penderitaan! Rasa takut!"

"Ilyas! Itu tidak benar! Kita masih memiliki kesempatan, orang-orang dari Wilayah Terang masih berusaha selama ratusan tahun ini!" Dini menggeleng, dia tidak bisa mengerti mengapa Ilyas begitu ingin menyerah. Bahkan setelah kematian Faradiba hari itu, Ilyas langsung mengajaknya untuk berhenti melakukan pencarian dan menjalani kehidupan akademi normal seperti anak-anak lain yang tidak tahu apa-pun. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? apa yang harus dia katakan nanti kepada Faradiba? Mensia-siakan kematiannya? Kabur karena takut?

"kekuatan orang-orang ini saja tidak cukup, Dini!" wajah Ilyas memucat, dia bangkit berdiri setengah panik. Menatap ujung pegunungan. "para monster yang tidak punya akal, Wizard, penjaga-penjaga Menara Lex Talionis, dan kekuatan para Dewi. Dan entah apalagi yang dimiliki Dea yang menampung kekuatan yang besar. wilayah Terang hanya memiliki kita para Wizard, penjaga dari Kerajaan Pusat, dan legenda peri penjaga itu! kekuatan kita masih jauh dibawah mereka!"

"Ilyas, kau berlebihan." Dini mencoba tersenyum menenangkannya, awal dia bertemu dengan Ilyas dia begitu kagum dengan laki-laki itu. partnernya yang membimbingnya dengan kaku namun penuh kelembutan dan kehati-hatian, yang membuatnya jatuh pada pesonanya yang begitu rupawan. Tapi kenapa sekarang berbeda? Sosok laki-laki di depannya ini tidak seperti Ilyas yang dia temui pertama kali. "Ilyas, menurut ku. jika pun kita pada akhirnya akan mati, aku ingin mati dengan cara yang baik. Setelah aku berjuang keras, menaklukan rasa takut dan khawatir ku, aku bersedia untuk mati saat itu juga."

Mata hitam Ilyas menyorot gadis itu tak percaya. "Dini, kau—"

Dini menggeleng, menarik tangan Ilyas dan menggenggamnya. "teman-teman kita yang lain pasti akan melakukan hal yang sama, melindungi satu sama lain, berjuang bersama. Walau kita tidak tahu apakah bisa menang mengalahkan senior kita sendiri. menurut ku itu keren! Ilyas, mungkin kau tak percaya, tapi kekuatan hati lebih hebat dari kekuatan apa pun!"

Dini mengangguk, senyumnya penuh percaya diri. Kata-kata itu tidak hanya ditunjukkannya untuk Ilyas tapi untuk dirinya sendiri, dia melepaskan genggamannya dari tangan Ilyas dan melingkarkan tangannya ke pundak lelaki itu. memeluknya dengan erat, ia memejamkan matanya. sejujurnya dia agak khawatir, ketakutan masih ada, tapi ketika bersama Ilyas dan teman-temannya suatu keyakinan asing membuatnya dapat berdiri tegak. Dia ingin Ilyas merasakannya juga, dia ingin Ilyas tahu ada dia dan teman-teman yang akan setia dia sampingnya hingga akhir.

Mereka memulai semua ini bersama, dan akan mengakhirinya bersama pula.

Ilyas membalas pelukan Dini, membenamkan gadis bertubuh kecil itu lebih dalam ke pelukannya. Semua rasa takut itu hanya berasal dari kekosongan dalam benaknya, kekhawatirannya yang berlebihan. Sedangkan dia lupa jika dia tidak sendirian, ada teman-temannya dan gadis dalam pelukannya yang berharga. Dia seharusnya tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri, itu benar! Dini telah menariknya dari keraguan itu, dan dia bersumpah akan melindunginya dari tangan kejam Dea, Ilyas tidak akan membiarkan Dini berakhir sama seperti Faradiba maupun Rey.

Suara kepakan sayap disadari Ilyas pertama kali yang langsung mendongak ke langit, matanya terbelalak dan refleks menarik dirinya. Dini tersadar dan ikut mendongak, wajah gadis India itu seketika memerah ketika menangkap sosok Alva yang sedang dalam posisi duduk melayang beberapa meter di atas mereka.

"oh, maaf!" seru Alva tanpa rasa bersalah, dia mengangkat kedua tangannya. "tapi aku suka sesuatu yang romantis."

Ilyas berdehem, menjauhkan dirinya walau masih menggenggam tangan Dini. "kau menemukan keberadaan Jordi, Al?"

Gadis setengah vampire itu menggeleng, rambut pirangnya seperti benang-benang emas yang berkilau di bawah cahaya matahari. Mata birunya berputar ke sekeliling. "dia dipastikan tidak ada di pulau melayang, aku sudah memberitahu yang lain. mereka mengirimkan penjaga tambahan untuk mencari di daratan. Aku diminta untuk membawa kalian kembali ke desa, sebaiknya kalian menurut karena hari mulai sore."

"ya, kurasa memang saatnya kembali." Kata Ilyas.

Alva mengangguk, dia bersiap untuk berputar. "kalian tunggu di sini, aku akan panggilkan penjaga untuk membawa kalian."

Ilyas mengangguk dan berbalik, menatap Dini sambil tersenyum legah. Dia kembali berputar menatap pegunungan dan lautan puncak-puncak pepohonan hijau, kuning, biru dan jingga dibawah sana. benar-benar dunia yang berbeda, namun tiba-tiba kepulan asap aneh terlihat di ujung yang jauh dibawah sana.

"apa itu?" kata Dini yang juga menyadarinya.

"Alva!" teriak Ilyas, beruntung Alva belum pergi dari tempatnya. "beritahu para penjaga yang lain!"

Alva menatap ke ujung daratan di bawah sana, dia bisa melihat kepulan asap putih yang membumbung ke langit. "baiklah, kalian tunggu di sini!"

Alva melesat cepat, berkat indranya yang semakin tajam dia bisa menemukan keberadaan manusia atau makhluk hidup lain dari pancaran panas tubuhnya. dia segera memberitahukan apa yang dia temukan pada para penjaga yang bergegas pergi ke sumber asap, dia juga meminta penjaga lain untuk menjemput Dini dan Ilyas di pulau terujung.

Dia kembali terbang ke tempat Ilyas dan Dini memberitahukan mereka para penjaga akan segera datang. Suara kepakan sayap naga yang menghasilkan hembusan angin yang dapat membelah awan terdengar nyaring ketika mereka melewati pulau.

"aku akan mengikuti mereka," kata Alva. "aku akan pastikan dimana Jordi berada."

Setelah itu Alva terbang mengikuti rombongan penjaga dengan para naga mereka. Walaupun naga itu terbang dengan cepat Alva masih bisa menyusulnya dan terbang lebih dahulu ke sumber asap. Dia melambatkan terbangnya ketika merasakan uap dingin yang dia yakini berasal dari asap itu, dia terbang merendah perlahan, mencari ke sekeliling hutan yang sebagian besar seperti baru saja di sapu oleh badai es.

Gadis itu mendongak sesaat, pegunungan akhir wilayah menjulang tinggi di kejauhan. Mereka bisa mencapainya dalam waktu tiga hari jika terbang cepat. Alva kembali merunduk, mencari-cari diantara pohon lebat dan sapuan salju, dia yakin Jordi ada di sana. Alva mendarat di salah satu pohon tertinggi yang setengah dari batang raksasanya membeku oleh es.

"ayolah, dimana kau Pangeran Es!" bisik Alva kesal, dia ingin cepat kembali ke desa sebelum malam tiba. Apa lagi mereka sedang berada cukup dekat dengan ujung Timur.

Para penjaga juga sudah sampai, mereka memeriksa keadaan di darat. Ketika tanah tiba-tiba berguncang, Alva kembali terbang ke udara. Para penjaga di bawah sana bersiaga, naga bersiap untuk menyemburkan api mereka. di suatu titik di lapisan salju yang menyelimuti tanah semburan air meluncur tinggi ke udara, para penjaga menjauh saat sesuatu merangkak keluar.

Monster itu mirip kadal dengan selaput di jari mereka, ekornya memiliki bola bergerigi di ujungnya. Monster itu mempunyai enam pasang mata di samping kepalanya yang bermoncong panjang. makhluk itu menatap sekeliling dengan keenam mata emasnya, tubuhnya bergoyang pelan hingga tiba-tiba dia tumbang ke samping hingga membuat salju berhembus.

Para penjaga mendekat, masih bersiaga dengan pedang teracung. Alva memperhatikan dari udara ketika para penjaga itu seperti menarik sesuatu dari kepulan asap tipis dan tumpukan salju lain, dan dia menemukan Jordi. Dalam keadaan pingsan.

Alva segera melesat ke darat, berlari mendekati para penjaga untuk melihat kondisi Jordi lebih dekat.

"dia baik-baik saja, hanya lecet dan memar." Kata salah satu penjaga.

Alva menghela nafas legah dan melompat, kembali terbang selagi para penjaga kembali ke naganya untuk membawa Jordi. Ketika hendak berputar kembali ke langit Alva menemukan sesuatu yang ganjil pada monster itu, dia mendekati bangkai makhluk itu yang mengeluarkan hawa dingin. Memeriksanya sesaat, dan dia menemukannya! Ada sesuatu yang menancap di sekitar leher makhluk itu, bukanlah dahan pohon yang berwarna hitam. itu adalah besi hitam besar seukuran pilar rumahnya. Alva mendarat di atas kepala mahluk itu yang cukup besar, ukurannya tidak sebesar para naga.

"ini," gumam Alva. Dia berputar, para penjaga memperhatikannya dari kejauhan. "maaf! bisakah kalian kemari?"

Beberapa penjaga berdatangan, ikut menaiki mayat monster itu. mereka memeriksa apa yang Alva temukan, besi besar itu adalah pengaitnya. Yang menghubungkan dengan helai-helai tali tebal yang juga tersambung ke sisi lain leher, membuatnya tampak seperti tali kekang kuda.

"ada yang menungganginya." Kata salah satu penjaga itu, dia menatap rekannya yang lain. wajah mereka berubah pucat. "mereka sudah bisa melewati pembatasnya?"

"bukankah hanya para monster?" kata penjaga yang lain.

"kita harus memberitahu Raja," para penjaga itu berdiri. "gerbangnya semakin melemah, bangsa kegelapan mulai menyelinap masuk. Ratu Peri pasti menyadarinya."

Para penjaga segera kembali ke naganya dan lekas mengudara. Alva mengikutinya sambil kebingungan, sesekali dia melirik kearah tubuh tak bernyawa monster itu. sesuatu yang ganjil berkelebat di benaknya, jika makhluk itu memiliki penunggang, dimana penunggangnya?

..........

Next part....
~ghefira~

Continue Reading

You'll Also Like

12.4K 1.6K 48
Dianjurkan membaca terlebih dahulu Kimberly Academy pertama. UPDATE based on life's schedule ^^ 🍃🍃🍃 KIMBERLY ACADEMY SERIES : LOST AND FOUND Kimbe...
1.6M 86.7K 81
[FA #1] Seorang Putri kecil bernama bellezza Luna pien, putri dengan kemampuan khusus harus meninggalkan istana nya karena peperangan besar yang terj...
703K 54.6K 30
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
14.5M 1.6M 67
Ini kisah Clarissa si Queen Racing yang memasuki Novel My Ice Boy, dia bukan memasuki tokoh Antagonis maupun Protagonis tapi dia memasuki tokoh Figur...