Beautiful Days [Completed]

By Chapearce

53.1K 3.9K 276

Im Na Yeon. Diumurnya yang masih 18 tahun, ia harus menghadapi berbagai macam masalah yang datangnya dari ora... More

Come Late Again!
What's Wrong?
Who? Park Chanyeol?
Records Missing
Embarrassing
Find
Heartbeat
Kobaek [Pengakuan : Seo Ji Eun]
Don't Think You're Alone
New Problem
Dating or not?
Holiday
Disappear
Love Confession
Flashdisk
Jealous[1]
Jung Soojin x Im Nayeon
Unexpected
He will Go
Jealous[2]
Allow
FYI
Is This Fate?
Ekstra Chapter - I Will Not Forget This Night
FYI [2]
FYI [3]

Dating with Chanyeol

1.5K 145 15
By Chapearce

Seperti yang sudah kukatakan. Malam ini, aku dan Chanyeol pergi berkencan ke salah satu tempat hiburan menarik yang memang menjadi tempat favorit bagi para pasangan.

Aku tidak bisa menarik kembali kata-kataku yang telah menyetujui untuk berkencan dengannya. Karena Chanyeol terlihat semangat dan senang setelah aku menyetujui ajakannya.

Dan sumpah, kedengarannya aneh sekali jika aku menyebutnya kencan. Kami bukan sepasang kekasih. Tapi kami berkencan layaknya pasangan yang lainnya.

Disini terdapat banyak sekali toko yang berjualan di tepi jalan. Ada yang menjual beraneka macam topi, kacamata, baju, aksesoris, makanan khas Korea, mainan, dan lain-lain.

Tempatnya sangat ramai dikunjungi orang-orang. Meski begitu, tidak membuat tempat ini menjadi sempit dan sesak. Lampu-lampu kecil dengan cahaya yang berwarna-warnipun ikut menghiasi tempat ini sepanjang jalan.

Aku belum pernah ke tempat seperti ini sebelumnya. Bahkan aku tidak tahu kalau ada tempat seperti ini di Korea.

"Bagaimana? Kau suka tempat ini?"

"Eoh. Aku sangat suka tempat ini. Tapi, bagaimana kau bisa tahu tempat seperti ini?"

"Aku sudah pernah ke tempat ini sebelumnya."

Aku mengangguk-anggukan kepalaku sambil berucap, "Ah...benar. Kau pasti sudah sering ke tempat ini dengan semua pacarmu itu."

Chanyeol menghentikan langkahnya. Kemudian dia menatapku sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau selalu saja berfikiran buruk tentangku. Apa kau segitunya membenciku?"

"Aku tidak berfikiran buruk. Bukankah itu memang kenyataannya?" Aku mendengar helaan nafas dari mulut Chanyeol. Kemudian pria itupun melanjutkan langkahnya. "Aku juga tidak membencimu." Gumamku dengan suara pelan yang mungkin hanya terdengar olehku.

"Dulu aku pernah datang ke tempat ini dengan ibuku. Hmm..maksudku---Nam-saem."

"Jinjja? Ke tempat kencan seperti ini?"

"Eoh. Dan kau tahu? Kau gadis pertama yang kuajak ke tempat ini."

"Aku sama sekali tidak senang."

"Wae?"

"Kalau aku yang pertama kau ajak ke tempat ini, maka nanti akan ada yang kedua, ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Aku lebih senang menjadi yang terakhir."

"Kurasa aku harus memeriksa kejiwaanku sekarang. Bagaimana bisa aku menyukai gadis sepertimu? Astaga! Aku pasti sudah gila!" Chanyeol mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian Chanyeol menghela nafas yang terdengar frustasi di telingaku. Yah, kuakui ucapanku tadi memang 'sedikit' mengesalkan. Tapi entah kenapa, melihat Chanyeol kesal seperti itu, membuatku tertawa pelan.

"Lupakan. Aku mengajakmu kemari bukan untuk bertengkar tapi untuk bersenang-senang. Jadi---ayo kita mulai kencan pertama kita."

Awalnya aku sedikit terkejut dan merasa canggung ketika Chanyeol tiba-tiba saja menggenggam tanganku.

Ya, aku tahu ini bukan pertama kalinya Chanyeol menggenggam tanganku. Tapi entah kenapa aku jadi merasa canggung. Terutama sejak mengetahui perasaannya.

Namun lama-kelamaan, rasa canggung itu telah hilang dan berganti dengan rasa nyaman.

Tempat pertama yang kami kunjungi di tempat ini adalah toko yang menjual berbagai macam jenis topi. Setelah sampai di toko itu, Chanyeol dengan segera memilih dan mencoba beberapa topi.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Chanyeol. Aku yang sedang asik melihat-lihat koleksi topi di toko inipun, berjalan mendekat ke arah Chanyeol yang masih sibuk membenarkan topinya.

"Ya! Ini kekanakan sekali. Kau fikir umurmu sekarang berapa? 5 tahun? Hahaha..." Aku tertawa geli melihat Chanyeol yang memakai topi berbentuk kepala kucing berwarna abu-abu dengan aksen telinga kucing di atas topi tersebut. Ditambah lagi dengan ekspresi wajah Chanyeol yang terkesan aegyo di mataku.

Benar-benar tidak seperti Chanyeol yang kukenal di sekolah.

"Kalau begitu, kau harus pakai ini." Ucapnya sambil memakaikan sebuah topi berbentuk kepala panda berwarna hitam putih. Tak lupa dengan aksen telinga panda di atas topi tersebut.

Aku sempat berniat untuk melepas topi itu kembali. Namun kuurungkan niatku begitu Chanyeol menghadapkan diriku ke arah cermin.

"Wah..kau benar-benar terlihat imut. Sudah kuduga topi ini memang cocok untukmu."

"Jinjja?" Tanyaku sambil memperhatikan wajahku di cermin.

Aku melihat Chanyeol menggangguk dari cermin. Kemudian tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan giginya. Aku tertawa kecil melihat Chanyeol yang memakai topi kucing sambil tersenyum lebar. Menurutku, Chanyeol terlihat bodoh ketika tersenyum lebar menggunakan topi itu.

Tapi tetap saja. Dia terlihat cocok memakai topi itu. Aku saja sampai lupa bagaimana sikap dan sifat Chanyeol saat di sekolah. Benar-benar berbanding terbalik dengan dirinya malam ini.

Setelah membeli topi, kamipun melanjutkan perjalanan mengunjungi setiap toko yang menurut kami terlihat menarik. Tidak semuanya dibeli, ada beberapa toko yang hanya kami lihat saja barang-barangnya.

Selain mengunjungi toko-toko yang ada, kami juga mengunjungi----atau singgah--di tenda-tenda yang menjajakan makanan khas Korea.

Setelah puas mencicipi semua makanan, kamipun melanjutkan kembali perjalanan kami. Aku tidak tahu harus berkunjung kemana lagi. Karena tempat ini semakin ramai dan setiap toko dipadati oleh pengunjung. Sampai akhirnya Chanyeol menarikku kearah tempat permainan.

Mataku melebar seketika saat melihat berbagai macam hadiah yang menggantung di atas dan juga hadiah yang bersandar di dinding kayu tempat ini. Mungkin kalau aku adalah seorang tokoh kartun, kedua mataku pasti sudah berbinar memancarkan cahaya bintang-bintang.

Entah sejak kapan, Chanyeol sudah memegang lima buah ring berwarna merah muda di tangan kirinya.

"Kalau semua ring yang ada di tangan anda dapat masuk ke leher botol, anda akan mendapatkan salah satu hadiah berukuran besar yang ada di belakang saya. Tapi jika tidak semuanya, anda hanya mendapatkan salah satu hadiah berukuran kecil yang digantung di atas sini." Ucap seorang paman yang menjaga tempat permainan ring ini.

Setelah mendengar penjelasan dari paman tersebut, Chanyeol mencondongkan wajahnya ke arah telingaku. Kemudian dia berbisik, "Aku akan mendapatkan hadiah yang besar itu untukmu. Permainan ini tidak ada apa-apanya. Aku sudah biasa memainkan permainan yang lebih sulit dari ini. Jadi aku yakin, aku pasti bisa memenangkan permainan ini."

"Aku percaya kau pasti bisa. Sudah cepat sana lakukan dan dapatkan boneka kelinci yang super besar itu untukku." Ucapku setengah berbisik.

Chanyeolpun bersiap-siap untuk memulai permainannya. Dia tampak serius memperhatikan botol-botol bekas minuman soda yang ada beberapa meter di hadapannya.

Empat ring sudah berhasil dimasukkan ke dalam leher botol itu. Dari awal permainan dimulai sampai permainan yang hampir berakhir, aku dan Chanyeol tidak henti-hentinya berteriak. Apalagi, saat ring ketiga hampir saja jatuh. Permainan ini benar-benar menyenangkan. Tapi, juga benar-benar menegangkan.

Kau tahu? Ring yang Chanyeol lemparkan itu, ukurannya sangat kecil. Sehingga sangat sulit untuk memasukkan ring tersebut ke leher botol. Ditambah lagi, tempat botol-botol itu bergerak ke kanan dan ke kiri dengan tempo yang cukup kencang. Sehingga menambah kesulitan permainan ini.

"Sudah kubilang 'kan, permainan ini tidak ada apa-apanya." Ucap Chanyeol pelan yang mungkin hanya terdengar olehku saja.

Aku tidak menanggapi ucapannya. Pandangan mataku terus tertuju pada boneka kelinci merah muda yang berukuran sangat besar itu.

***

"Ternyata murid peringkat satu tidak jauh beda dengan murid peringkat ratusan sepertiku. Hah, kau payah sekali."

"Aku sudah susah payah melakukannya. Seharusnya kau menghargai usahaku. Kalau tidak suka buatku saja. Biar aku berikan pada Eunha. Dia pasti lebih menghargai pemberianku."

Aku menepis tangan Chanyeol dengan kasar saat pria itu berniat merebut boneka gajah kecil yang ada di tanganku.

Tong kosong nyaring bunyinya. Sepertinya, itu pribahasa yang cocok untuk si playboy besar kepala yang ada di sampingku ini.

Beberapa menit yang lalu, dia terus saja menyombongkan diri saat bermain ring luck. Dan terus saja berkata kalau 'permainan itu tidak ada apa-apanya, aku pasti bisa mendapatkan boneka itu untukmu, aku pasti memenangkan permainan ini'.

Namun kenyataannya, bukan boneka kelinci yang kudapatkan, justru aku mendapatkan boneka berbentuk gajah yang berukuran kecil.

"Aku akan menyimpannya. Lagipula, kau 'kan sudah berusaha. Jadi, gomawo Chanyeol-ah." Ucapku sambil melambaikan boneka gajah itu di depan wajahnya.

Yah, daripada diberikan kepada orang lain, lebih baik kusimpan saja bonekanya. Bagaimanapun, boneka itu didapatkan dari usaha Chanyeol. Aku tidak mungkin membiarkan boneka itu berpindah tangan pada gadis lain.

"Kurasa, sekarang aku lebih menyukai boneka gajah ini daripada boneka kelinci tadi."

"Jinjja? Wae?"

Aku terduduk di sebuah kursi taman yang menghadap langsung ke arah Sungai Han, dan diikuti oleh Chanyeol. Dia terduduk di sampingku dengan tangan kanan yang ia rentangkan di punggung kursi. Sehingga membuatnya terlihat seperti sedang merangkulku.

"Karena, boneka ini mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa yang kau maksud?"

"Kau, Park Chanyeol." Kulihat Chanyeol yang memandang bingung kearahku. Akupun menunjuk-nunjuk kearah telinga dari boneka gajah yang sedang kupengang. "Lihat! Telinganya mirip sekali dengan telingamu. Jadi kalau aku merindukanmu, aku hanya perlu melihat gajah kecil ini."

"Ya! Apa kau bilang? Telinga gajah itu mirip dengan telingaku? Apa telingaku sebesar itu? Jangan suka melebih-lebihkan! Kau dan Baekhyun itu sama saja! Tidak adakah orang di dunia ini yang tidak-------

'Chu'

Chanyeol terdiam ketika aku tiba-tiba saja mencium pipinya. Entah aku sudah gila atau bagaimana, tapi yang terpenting, aku menciumnya dengan kesadaran penuh. Bukan karena spontan atau dirasuki setan.

Aku tersenyum menahan tawa ketika melihat ekspresi Chanyeol yang terkejut dan tiba-tiba saja terdiam sambil memegangi pipinya.

Dia terlihat sangat lucu dengam ekspresi seperti itu. Apalagi, dengan topi kucing yang dipakainya. Membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

Namun tiba-tiba saja, Chanyeol merubah raut wajahnya. Dia tersenyum miring kearahku. Dan itu tidak lagi membuat dirinya kelihatan menggemaskan.

"Apa itu tadi? Kau menciumku? Wah...sekarang kau sudah berani ya, mencium orang lain. Siapa yang mengajarimu seperti itu? Kenalkan padaku orangnya. Karena aku akan memberikan orang itu sebuah penghargaan."

"Kau ingin tahu siapa orangnya?"

"Eoh. Siapa memang orangnya?"

"Kau...benar-benar ingin tahu?"

"Iya, aku benar-benar ingin tahu."

"Kau...benar-benar sangat-sangat ingin tahu?"

"Eoh. Sangat ingin tahu!"

"Kau..sangat-sangat-sangat-sangat-sangat ingin tahu?

"Kau mengerjaiku?"

Aku terkekeh melihat Chanyeol yang mulai tampak kesal. Kemudian aku mengeluarkan sebuah cermin kecil dari dalam tas kecilku. Kemudian kuberikan pada Chanyeol. Dan menyuruhnya untuk bercermin.

"Kau lihat orang yang ada di cermin itu?"

"Tentu saja. Itukan aku."

"Siapa nama orang yang ada di cermin itu?"

"Park Chanyeol yang sangat tampan."

Aku mengambil kembali cermin kecilku dan meletakkannya di dalam tas. Chanyeol memandangku bingung. Dan itu merupakan ekspresi favoritku. Karena dengan melihat Chanyeol bingung, membuatku merasa lebih pintar darinya. "Nah, sekarang kau sudah tahu 'kan siapa orangnya?"

"Maksudmu....aku?"

"Tentu saja. Kau tidak ingat saat di rumah sakit kau mencium dahiku tiba-tiba?"

Chanyeol mengeluarkan tawanya setelah mengingat kejadian itu. Kemudian dia mengacak-ngacak rambutku dengan gemas.

I like it.

"Aigoo.. kau ini ada-ada saja. Baiklah, kau boleh melakukan itu. Tapi, hanya padaku saja! Tidak boleh pada pria lain! Termasuk sepupumu itu, Kim Gongin....Jungin...Dongin...atau siapa lah itu namanya."

"Kim Jongin?" Tanyaku mengingatkan.

"Ya...mungkin itulah namanya."

Aku terkekeh melihat Chanyeol yang seperti enggan menyebut nama sepupuku Kim Jongin dengan benar.

Sekarang aku tahu, kenapa remaja seusiaku sangat suka berkencan dengan kekasihnya. Rasanya memang sangat menyenangkan. Dan aku belum pernah merasa sesenang ini sebelumnya. Aku merasa pikiranku begitu ringan seperti tidak ada beban. Apalagi, tempat ini sangat indah, suasananya romantis seperti memang sudah dirancang untuk tempat kencan, dan juga anginnya yang begitu sejuk.

Kesenangan itu membuatku lupa dengan kenyataan, kalau aku dan Chanyeol hanya berteman. Aku ingin segera memberikan jawabanku padanya. Tapi sorak sorai yang tak jauh di belakang kami, membuatku tertarik untuk melihatnya. Jadi aku mengurungkan niatku untuk memberinya jawaban.

"Disana ramai sekali. Apa ada artis yang datang kesini?" Tanyaku.

"Molla. Tapi kurasa, artis tidak mungkin datang ke tempat ramai seperti ini."

"Ayo kita lihat." Aku menarik lengan Chanyeol dengan segera tanpa meminta persetujuan darinya. Dan Chanyeolpun tidak menolak ajakanku.

Setelah susah payah menerobos kerumunan orang-orang, kamipun berhasil berdiri di paling depan.

Oh, ternyata..itu pertunjukkan band.

Aku ikut bersorak dan bertepuk tangan bersama orang-orang yang menonton lainnya. Walaupun aku tidak mengenal group band itu.

Namun, jika dilihat lamat-lamat, aku seperti mengenal dua dari empat personil group band itu. Mereka berdua seperti teman masa SMP-ku.

Oh benar! Itu Kim Minseok dan Kim Jongdae! Mereka berdua adalah seniorku saat SMP.

Aku tersenyum dan melambaikan tangan ke arah sang gitaris dan juga vokalis. Kemudian mereka berduapun membalas senyumku dengan begitu merekah. Jongdae-sunbae sebagai vokalisnya, melambai-lambaikan tangannya kearahku. Dan hal itu membuat penggemar wanitanya menoleh kearahku dengan tatapan yang---ehm, kau tahu bagaiamana fans fanatik 'kan?

Aku menurunkan tanganku ketika melihat atmosfer disekitarku memburuk. Kemudian aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Kau mengenal mereka?" Itu suara Chanyeol yang berada di dekat telingaku. Chanyeol sengaja mendekatkan mulutnya ke arah telingaku dan mengencangkan suaranya agar terdengar olehku.

"Ya..mereka itu seniorku saat SMP. Yang gitaris namanya Kim Minseok dan yang vokalis namanya Kim Jongdae." Ucapku sambil mengenalkan kakak kelasku itu pada Chanyeol tanpa Chanyeol meminta.

Setelah selesai menyanyikan dua buah lagu---yang sepertinya itu adalah lagu andalan mereka, Jongdae-sunbae menyapaku lewat microphone sambil tersenyum. Dan lagi-lagi, aku menjadi pusat perhatian.

Berselang dua puluh menit, pertunjukkannyapun akhirnya selesai. Aku sangat menikmati pertunjukkan ini. Band mereka benar-benar bagus! Lagunya, musiknya, semuanya bagus! Terutama, suaranya Jongdae-sunbae yang membuatku berdecak kagum tiada henti. Dan sepertinya, Chanyeol juga menikmati----eh tunggu, kenapa pria itu tidak ada di sampingku?

Aku kembali menerobos kerumunan orang-orang yang ada di hadapanku untuk mencari keberadaan Chanyeol. Setelah keluar dari kerumunan, akupun menemukan Chanyeol yang sedang terduduk di kursi yang sebelumnya kami duduki.

"Kau disini rupanya. Kukira kau sudah pulang." Ucapku sambil menjatuhkan bokongku tepat di sebelahnya.

"Tadinya aku ingin pulang duluan dan meninggalkanmu disini. Tapi sayangnya aku tidak setega itu. Melihatmu begitu semangat dan fokus pada pertunjukkan itu membuatku sakit kepala. Jadi kuputuskan untuk menunggumu disini."

"Kau cemburu?"

"Menurutmu bagaimana? Aku tidak suka melihatmu tersenyum kepada pria lain. Terutama kepada seniormu itu."

"Aku hanya bersikap ramah. Karena sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan mereka."

"Ah, benar. Mian, karena aku sudah terlalu cemburu. Kau 'kan belum menerimaku. Seharusnya aku tidak boleh cemburu seperti itu." Ucap Chanyeol. Nada suaranya terdengar sendu di telingaku. Kemudian dia berdiri dari duduknya. "Ayo pulang. Ini sudah terlalu malam."

"Apa besok kita bisa jalan-jalan lagi? Hm---maksudku, kencan?" Tanyaku begitu kami sudah meninggalkan kursi taman itu.

"Tentu saja. Kau ingin kemana?"

"Aku ingin nonton film dan juga makan malam denganmu. Karena besok, ada hal penting yang ingin aku katakan."

"Jinjja? Memangnya hal apa yang ingin kau katakan? Kenapa tidak katakan saja sekarang?"

"Rahasia. Kau akan mengetahuinya besok."

"Baiklah. Kalau malam ini aku tidak bisa tidur, aku akan menyalahkanmu dan meneleponmu setiap menit."

Aku tertawa mendengar ancamannya yang menggelikan bagiku. Sepanjang perjalanan menuju parkiran, aku tiada hentinya tertawa mendengar Chanyeol yang terus saja memaksaku untuk memberitahukan apa yang ingin aku katakan, atau paling tidak, aku memberikannya sebuah clue dari satu kata.

Tentu saja aku tetap tidak memberitahunya. Meskipun dia sampai kesal sendiri di dalam mobil.

Malam ini, lagi-lagi aku mengetahui sosok Chanyeol yang lainnya. Rupanya, dia adalah tipikal orang yang sangat mudah penasaran dengan sesuatu. Pantas saja, dia selalu tahu lebih dulu tentang masalah yang terjadi di sekolah.

Aku tahu aku kejam. Karena telah membuatnya menunggu lama hanya untuk mendengar jawabanku. Bahkan dia tidak takut akan membuang-buang waktunya semisal aku tidak mempunyai perasaan yang sama dengannya. Dia semakin menunjukkan kesungguhan dari pengakuannya padaku. Padahal, dia bisa saja meninggalkanku demi gadis-gadis lain yang lebih menginginkannya dan tentunya, lebih cantik dariku.

Yah, tapi aku tidak mengharapkan hal itu terjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
-to be continued?

Haii...
Aku minta maaf ya karna baru bisa update sekarang.. udah gitu, malem banget lagi hehe :'v
Siapa nih yang lagi ngikutin acara MBC Gayo? Ayooo..tunjuk biasnya(?):v

Btw, Happy New Year ya!!!

Oh iya, aku mau nanya nih.
-Apa wish kalian dengan bias di tahun 2017?

-Kalo aku sih sederhana aja. Semoga aku jadi jodohnya bias. Atau kalo ga bisa, bias aja yang jadi jodohnya aku :'v

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya!!^^

Gomawo❤
Rizka

Continue Reading

You'll Also Like

180K 15.6K 84
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
153K 14K 26
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...
701K 44K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
141K 12.5K 83
WARNING!!! Typo bertebaran.