Love Me If You Dare

By Kimikara

389K 46.9K 1K

Lalitya seorang cewek yang menganggap dirinya misanthrope (pembenci manusia) dan alien yang tidak terhubung d... More

Part 1 Extraordinary Day
Part 2 Who Are You?
Part 3 Manic Monday    
Part 4 You Again
Part 5 Mr. Right vs Mr. Wrong    
Part 6 In or Not?
Part 7 My Neighbor, My Officemate
Part 9 New Kid on the Block
Part 10 It's Showtime
Part 11 Those Girls
Part 12 Nothing is Free in This World
Part 13 Never Forget Your Old Friend
Part 14 And When He Smiles
Part 15 His Crazy Ex-Girlfriend
Part 16 Prince Charming vs Monster
Part 17 Love Moves in Mysterious Way
Part 18 Arrgh!
Part 19 It's You Again
Part 20 Are You Gonna Be My Girl?
Part 21 Happy Birthday Kailash
Part 22 My Untamed Heart
Part 23 A Good Book vs a Shirtless Guy
Part 24 Spread Your Wings
Part 25 Sunset Rendezvous
Part 26 Heart of the Sunrise
Part 27 ¡Hasta Mañana!
Part 28 The Art of Loving
Part 29 You Don't Own Me
Part 30 How My Heart Behaves
Part 31 A Rainy Day and Saturday
Part 32 One Sunday Morning
Part 33 Hello Mr. Heartache
Part 34 Don't Waste Your Heart
Part 35 Frog Prince
Part 36 Su Ex Novia
Part 37 A Girl in A Plaid Pleated Skirt
Part 38 When We First Met
Part 39 As Beautiful as Stars in the Sky
Part 40 Are You Strong Enough to be My Man?
Part 41 Say It with Sunflower
Part 42 Bon Voyage
Part 43 I Don't Want to be A Bride
Part 44 The Young Man and The Sea
Part 45 Don't Mess with My Heart
Part 46 Should I Kiss You or Should I Kill You?
Part 47 Past, Present and Future
Part 48 Kiss You Tonight
Part 49 Books, Boys and Broccoli
Part 50 Love at Thousandth Sight
Part 51 Que Sera Sera (Final Chapter)
Author's Note

Part 8 When He Sees Me

8.9K 951 12
By Kimikara

"Jadi kamu beneran resign?" tanya Roy. Cowok kurus yang tinggi badannya tidak terlalu jauh dariku itu menyandarkan tubuhnya di dekat tempat cuci piring.

"Iyalah masa bohong, sih," balasku sambil mengisi botol minuman dengan air dari dispenser.

"Wah, berarti kita enggak bakal ketemu lagi dong," kata Roy. "Boleh kan kalau kapan-kapan main ke kost?"

Ew, males banget sih. "Oh, aku bakal pindah kok," balasku. Aku terpaksa berbohong karena enggak mau si Roy tiba-tiba muncul di kost.

"Pindah kemana?" tanya Ria yang tiba-tiba ada di belakangku. Dia mengambil cangkir dari dalam lemari, lalu memasukkan kopi dan gula ke dalam cangkir itu.

"Mm... Mungkin balik rumah, kan masuk kantornya jam sembilan," jawabku. "Permisi dulu ya, deadline nih." Aku buru-buru meninggalkan dapur sebelum mereka menghujaniku dengan banyak pertanyaan.

Hari ini adalah hari terakhirku di Magnitude. Perasaanku agak sedih juga meskipun aku merasa terasing di tempat ini. Aku juga tidak kenal semua penghuni kantor. Jadi, rasa senang melebihi rasa sedih. Yang pasti, kalau ada orang kantor yang kurindukan, mereka adalah Pak Barry dan Pak Musa. Aku bakal kangen nasehat mereka. Aku juga bakal kangen mengobrol soal politik dan dunia dengan mereka.

Setelah pamit dengan teman-teman kantor, aku pulang ke kost. Tidak ada acara perpisahan atau makan bareng. Aku memilih untuk makan malam bareng dengan Cesta dan Manuel.

"Oliver, ambil bolanya!"

Kami mendengar teriakan seorang cewek dan gonggongan anjing. Oliver sedang bermain bola dengan cewek yang beberapa waktu lalu kulihat bersama Kai.

"Manuel mana?" tanyaku.

Aku dan Cesta menunggu Manuel di depan rumah Kai. Kami mau makan mie Aceh di dekat kost. Cesta sibuk dengan ponselnya. "Bentar lagi muncul," jawab Cesta sambil melihat ke arah kost Manuel. "Nah, itu dia."

"Michelle enggak ikut?" tanya Manuel.

"Lagi sibuk sama Oppa," jawab Cesta. "Cap cus yuk, sebelum penuh."

Oppa adalah sebutan yang kami berikan untuk cowok yang lagi PDKT sama Michelle. Meskipun mereka seumuran, tapi Michelle penggemar drama Korea dan K-Pop. Biasanya penggemar K-Pop kan suka manggil cowok yang disukainya Oppa.

Jarak antara kost dengan rumah makan tujuan kami hanya sepuluh menit jalan kaki. Sampai di sana, suasana cukup ramai, tapi kami berhasil mendapatkan tempat duduk.

Tahu-tahu si Kai nongol di dekat meja kami. "Hai, makan mie Aceh enggak ngajak-ngajak," kata Kai. Perkataan ini entah ditujukan pada siapa.

"Tadi enggak bilang kalau mau mie Aceh," balas Manuel.

Kai duduk di samping Manuel dan memesan dua bungkus mie Aceh untuk dibawa pulang. Pasti buat dia dan cewek itu.

"Kalian kakak adik?" Pertanyaan Kai ini tentu saja ditujukan padaku dan Cesta.

"Iya," jawab Cesta. "Mirip enggak?"

Kai mengamati kami dengan saksama, membuatku jadi salah tingkah dan tidak nyaman. Ada sesuatu dalam caranya melihatku. Pupilnya membesar yang diiringi seulas senyum. Tapi, bukan jenis pandangan cowok mesum yang melecehkan, atau seorang psikopat yang sedang mengamati calon korbannya. Kalau pandangan jenis itu sih pasti sudah kutimpuk pakai es batu yang ada dalam gelas es jerukku. Justru sebaliknya, aku menyukai caranya memandangku. Ini menyebalkan sekali.

"Enggak gitu mirip sih. Tapi, kalau dilihat-lihat mirip juga," jawab Kai.

"Kapan kamu mulai kerja," tanya Kai sambil memandangku.

"Tanggal sembilan."

"Kalian bakal jadi teman sekantor, kayak kita dong Ces," kata Manuel.

Manuel dan Cesta awalnya teman kantor yang sering berangkat bareng dan pulang bareng. Makan malam juga kadang bareng.

"Emang kalian enggak bosen ya? Tetanggaan, kerja juga sekantor," tanyaku.

"Kalau bosen enggak jadian dong," jawab Cesta.

Manuel dan Kai tertawa mendengar jawaban Cesta.

"Kamu jangan bosen sama aku ya," kata Kai sambil memandangku.

Aku pura-pura tidak mendengar dan menoleh ke arah dapur dengan harapan makananku segera datang. Aku enggak kelaparan sih karena sudah makan nasi sisa makan siang. Sejak kerja di Magnitude aku terbiasa makan malam pukul lima sore, jika melebihi jam itu magku langsung kumat. Beberapa saat kemudian, makanan pesanan kami datang. Aku memilih untuk fokus pada makananku.

"Ini pesanan yang dibawa pulang," kata seorang pelayan sambil menyerahkan tas kresek berisi mie Aceh dan notanya.

Kai bangkit dari tempat duduknya. "Balik dulu ya," pamit Kai.

"Iya," balas Manuel.

"Kok Mas Kai ada di mana-mana, sih?" tanya Cesta setelah Kai pergi.

"Mungkin dia temannya lumut, kosmopolit," jawabku.

"Ngomong-ngomong dia sudah berapa lama ngekost di situ?" tanyaku pada Manuel.

"Dia enggak ngekost di situ Mbak. Dia bapak kostku," jawab Manuel. "Orang tuanya tinggal di Bali, jadi dia yang jagain kost."

"Hah? Untung kost cowok kalau kost cewek bahaya tuh," kataku.

"Jangan gitu dong Mbak. Dia orangnya baik kok," bela Manuel.

"Er....... Ngomong-ngomong," kataku ragu-ragu.

"Ya Mbak," balas Manuel.

"Eh, enggak jadi." Tadinya aku mau nanya siapa cewek yang bermain bersama Oliver tapi aku berubah pikiran. Mau apanya juga bukan urusanku kok.

***

Tristan: Happy New Year.

Lalitya : Happy New Year.

Tristan : Are you ready for the challenge?

Lalitya: Yup. BTW. Nomer satu sudah terpenuhi. Nomer dua sedang dalam progres.

Yap, selama menjadi pengangguran di rumah aku fokus untuk membuat baju yang akan dijual. Selama ini aku lebih sering memakai baju rancanganku sendiri karena setiap masuk toko pakaian aku merasa tidak ada baju yang tercipta untukku. Sayangnya, aku tidak bisa menjahit, jadi urusan itu kuserahkan pada penjahit yang ada di dekat kost. Nah, tahun ini aku berencana untuk menjual baju rancanganku.

Tristan: Bagus.

Lalitya: How about you? How many bottle for today?

Tristan: Five.

Lalitya: OMFG. You're still alive.

Tristan: Hey, Don't swear at me, young lady.

Lalitya: Yes, Grandpa. Kamu sudah gagal di hari pertama.

Tristan: Iya tapi kan masih ada 364 hari lagi.

Lalitya: Good luck.

Dua bulan lalu.

Tristan mengajakku mengobrol lewat Skype.  Kami pun berdebat mengenai resolusi apa yang harus kami tulis. Ide ini datang dari Tristan. Setiap tahun dia membuat resolusi. Alasannya untuk memperbaiki diri, tapi prakteknya dari dua puluh poin hanya ada dua atau tiga poin yang terlaksana.

"It's hard you know. It's easier said than done," kata Tristan.

"Terus kenapa kamu bikin tiap tahun."

"Aku enggak gampang menyerah. Justru kegagalan akan memacuku untuk terus berusaha. You only live once. You should do the best," balas Tristan. "Ayo kita tulis resolusi buat kamu dulu. Yang pertama jatuh cinta,"

"Ew, no thank," tolakku. "Mencari kerjaan dengan gaji tinggi dan jam kerja normal."

"Okay. Number two is fall in love with a man or woman."

"Itu buat kamu aja. Aku tidak berencana untuk jatuh cinta dengan seorang pria," balasku.

Tristan memandanku dengan ekspresi tidak percaya. "Are you sure?"

"Jane Austen said there are as many forms of love as there are moments in time," terangku. "I love my family, I love my pets and I love people who loves me. That's enough for me."

"Okay, if you said so."

"Next."

"Can I ask you something?" tanya Tristan.

"No."

"I'm going to ask you."

"Don't ask."

"Mm......."

"For your information. There is no trauma, or bad break-up. Okay?" kataku.

"Oh, I know. You're afraid of falling in love.

"Nope. I'm not afraid of falling in love. I'm just afraid of falling in love with a wrong guy. Can we change the subject please!"

"Okay. I'm sorry I don't mean to pry."

"But you did. You're so annoying," omelku. Aku bersedekap sambil memasang wajah cemberut.

"Sorry. Ayo kita temenan lagi," kata Tristan. Aku mengabaikannya. "Oh, come on."

"Oke. Awas ya kalau kamu nanya macam-macam lagi!"

"I'll try," balas Tristan.

"Do. Or do not. There is no try," aku menirukan perkataan Yoda di film Star Wars: Episode V - The Empire Strikes Back.

"Okay Master Yoda. Should we finish it now?"

Aku mengangguk.

Akhirnya, kami berhasil menulis dua puluh resolusi untuk tahun 2017.

Resolusi Lalitya tahun 2017

1. Mencari pekerjaan dengan gaji tinggi dan jam kerja normal.

2. Memiliki clothing line sendiri.

3. Hidup sehat: mengurangi gorengan dan makanan berpengawet.

4. Olahraga. Minimal jalan kaki 10000 langkah per hari.

5. Berhemat dan menabung.

6. Mengurangi penggunaan ponsel dan laptop di luar urusan kerja.

7. Berhenti menjadi pemalas.

8. Mengurangi stres.

9. Bertemu orang baru setiap hari.

10. Berhubungan dengan teman lama.

11. Bersosialisasi.

12. Membaca satu buku setiap bulan.

13. Beramal.

14. Menjadi relawan.

15. Berpetualang

16. Berhenti memikirkan dan menganalisis segala hal.

17. Menghadapi rasa takut dan tidak aman.

18. Menulis jurnal.

19. Mencoba hal baru.

20. Menghilangkan kebiasaan buruk.

Resolusi Tristan tahun 2017

1. Mencari pekerjaan tetap.

2. Mengurangi alkohol.

3. Minum lebih banyak air putih.

4. Mengurangi junk food.

5. Makan lebih banyak sayur dan buah.

6. Berhenti menjadi pemalas.

7. Berhubungan dengan teman lama.

8. Membaca satu buku setiap bulan.

9. Beramal.

10. Menulis jurnal.

11. Belajar bahasa asing.

12. Mengurangi penggunaan ponsel.

13. Menabung

14. Memulai perjalanan dari Asia ke Eropa dengan kereta api.

15. Lebih tepat waktu.

16. Lebih terorganisir.

17. Menghilangkan kebiasaan buruk.

18. Menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga.

19. Memiliki binatang peliharaan.

20. Jatuh cinta.

Continue Reading

You'll Also Like

ALVASKA By Ay

Teen Fiction

31.5M 2.2M 49
©2021
ZiAron [END] By ✧

Teen Fiction

7.7M 734K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
9.6M 1.1M 67
Tidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada r...
19.6M 640K 46
BLURB: Gabriella Anatasya, seorang bad girl di SMA Garuda terpaksa tinggal berdua di satu rumah bersama Alvaro, seorang Ketua OSIS sekaligus Kapten B...