From Me To You [FIX YOU] - CO...

Autorstwa pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... Więcej

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bolos dan Puncak [edited]
Bagi Rapot [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Story [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Anak Baru [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Ulang Tahun [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Pengumuman [edited]

1.5K 103 4
Autorstwa pendairy

Maret 2014

Nana perlahan membuka kedua matanya begitu ia mendengar suara alarm yang berbunyi sangat nyaring pagi itu. Samar-samar Nana mendengar suara kicauan burung di luar sana.

Nana beranjak dari kasurnya lalu membuka jendela kamarnya. Ia tersenyum masam menatap jendela kamar Ferdi yang tertutup rapat, sudah dua minggu Nana dan Ferdi tidak saling berhubungan.

Mereka tidak putus ataupun bertengkar, hanya saja Nana ingin Ferdi fokus belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Dan hari ini adalah hari terakhir Ujian tersebut.

Tok. Tok. Tok

Nana menoleh kearah pintu kamarnya yang perlahan terbuka. "Nanaku!" panggil Sarah begitu memasuki kamar Nana.

"Eh elu, dikirain siapa." sahut Nana.

Sarah menutup pintu kamar Nana lalu langsung melempar tubuhnya ke atas kasur Nana yang masih berantakan.

"Ngapain lu pagi-pagi kesini? Tumbenan." ucap Nana lalu duduk di ujung kasurnya.

"Ku kangen sama kamu". sahutnya.

Nana berdecak lalu melempar bantal ke arah Sarah. "Jijik!"

"Ack!" ringis Sarah lalu balas melempar bantal ke arah Nana, namun lemparannya meleset.

"Rusuh dah pagi-pagi, bangun bangun!" Nana mendorong tubuh Sarah untuk bangun dari tempat tidurnya.

Sarah beranjak dari kasur sambil menpautkan bibirnya. "Iya iya."

Nana merapihkan kasurnya yang berantakan. Ia merapihkan seprai dan melipat selimut tersebut.

"Masih belom ngasih kabar tuh orang?"

Nana terdiam, ia tersenyum lalu kembali merapihkan kasurnya. "Emang gue yang nyuruh dia kok biar gak ngubungin gue. Lagian hari ini hari terakhir UN, nanti palingan dia juga bakal ngasih kabar."

"Tapikan seenggaknya dia nanya kabar lo kek tentang keadaannya. Bener-bener deh , dibilang gak usah ngubungin ternyata beneran gak ngubungin sama sekali lho, Na."

Nana tertawa kecil. "Ribet lo ah, kan di bilang emang gue yang nyuruh. Paul juga lo!" Nana duduk di ujung kasurnya, ia menatap jendela kamar Ferdi yang tertutup dengan rapat.

Sarah menatap Nana miris. "Kangen kan? Udah Line aja sih."

Nana menoleh ke arah Sarah. "Percuma gue Line sekarang juga orangnya lagi ujian oon."

"Oh iya ya." Sarah tertawa seperti orang bodoh sambil menggaruk ujung kepalanya yang padahal tidak terasa gatal sama sekali.

Setelah mengobrol lama dengan Sarah, Nana memutuskan untuk mengantar Sarah pulang sampai depan gerbang rumahnya. "Maaf ya Sar, gak bisa nganter pulang. Dirumah lagi gak ada orang soalnya." ucap Nana.

"Yelah, selo aja sih Na. Gue balik ya!" pamitnya.

"Iya, hati-hati."

Nana berjalan memasuki rumahnya, ia melirik meja makan yang hanya terdapat beberapa lauk untuk di makan. Ia teringat dengan bi Endah yang sedang pulang ke kampung halamannya dari dua hari yang lalu.

Nana melanjutkan perjalanannya menuju ruang tengah. Ia langsung menduduki dirinya di sofa yang panjang lalu menyalakan TV, setidaknya untuk menghilangkan sedikit rasa kebosanannya. Ia merebahkan dirinya di sofa, kemudian terus mengganti channel TV tersebut, mencari acara yang menurutnya asyik untuk di tonton.

Nana menghela napas panjangnya. "Bosan." gumamnya. Ia mematikan TV tersebut dan memilih untuk tertidur di sofa.

"Na? Nana?" Seseorang memanggil namanya dan sesekali menyentuh pipinya. Nana perlahan membuka kedua matanya yang terasa berat. Ia memicingkan matanya untuk melihat siapa yang telah membangunkannya.

"Nana!" panggilnya lagi.

Kedua mata Nana membulat begitu ia tersadar sepenuhnya dan dapat dilihat dengan jelas oleh matanya kalau di hadapannya sekarang ini adalah Ferdi. Laki-laki yang selama dua minggu ini sangat ingin ia temui.

"Ferdi?" gumam Nana.

"Kok lo disini? Ujiannya udah selesai?" tanya Nana dengan suara yang masih terdengar serak.

Ferdi tersenyum dan langsung menarik Nana ke pelukannya. "Udah, alhamdulillah lancar kok ujiannya."

Nana tersenyum lalu membalas pelukan laki-laki itu. "Bagus deh."

Untuk beberapa saat mereka saling berpelukan untuk melepas rindu yang selama ini mereka tahan. Ferdi melepas pelukannya lalu menatap Nana. "Gue kangen sama lo, Na. Terutama sama tatapan lo ini. " ujar Ferdi lalu mencium kedua mata Nana secara bergantian. "Hidung lo yang selalu ngendusin bau gue." ucapnya lagi lalu mencium ujung hidung kecil Nana.

"Pipi tembem lo yang bikin gue gemes." Ferdi mencubit pipi tembem Nana lalu mencium kedua pipi itu juga secara bergantian.

Nana terkekeh pelan. "Apaan sih, Fer?"

"Terus," Ferdi menghentikan ucapannya. Ia menatap Nana yang sedari tadi tersenyum ke arahnya. Seakan tahu maksud Ferdi, Nana perlahan menutup kedua matanya. Ferdi tersenyum, wajahnya perlahan mendekati wajah Nana.

Nana menutup kedua matanya rapat-rapat untuk sekian lama, namun ia belum merasakan sesuatu yang menempel di bibirnya. Nana membuka matanya sedikit, dan melihat Ferdi yang sedang tersenyum menatapnya.

"Mandi dulu gih!" ucap Ferdi lalu tertawa geli karena berhasil mengerjai Nana yang berharap di cium olehnya.

Nana berdecak kesal, ia langsung berdiri dan meninggalkan Ferdi yang masih tertawa di atas sofa. "Ngeselin banget sih!" gumam Nana sambil berjalan menuju kamar mandi.

✈✈✈

Nana berjalan keluar kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Ia memasuki kamar orang tuanya mencari hair dryer miliknya yang di pinjam oleh Widia waktu itu.

Setelah mengeringkan rambutnya, Nana menghampiri Ferdi yang sedang asyik menonton TV sendirian di ruang tengah. "Masuk lewat mana lo?" tanya Nana begitu duduk di sebelah Ferdi.

"Minjem pintu rahasianya doraemon." sahutnya asal.

"Serius, ih!"

"Kepo ah, yang penting kan bisa ketemu." ucap Ferdi sambil mengelus ujung kepala Nana.

Ferdi mencium telapak tangannya yang wangi shampoo, lalu mengelus kembali ujung rambut Nana. "Gitu dong mandi, kan wangi jadinya."

Nana menyingkirkan tangan Ferdi dari kepalanya. "Rese lo!" ucap Nana kesal, namun bukannya menyudahi kejahilannya, Ferdi malah semakin menjadi-jadi mengacak-acak rambut yang baru saja Nana sisir.

Nana menendang dan juga memukul punggung Ferdi dengan bantal untuk menjauhkan tubuhnya dari Ferdi, ia juga berteriak karena sesekali Ferdi menggelitik kakinya. Dan, acara balas membalas Nana dan Ferdi pun terus berlangsung sampai keduanya merasa kelelahan.

✈✈✈

Juni 2014

Ferdi menggertakkan giginya begitu ia mengetik namanya dan NISN miliknya di web sekolah. Nana yang juga nervous , tidak henti-hentinya menariki kaos lengan Ferdi.

"Udah di klik cepet!" ucap Nana gemas.

Ferdi perlahan menggeser kursor di layar laptopnya, dan langsung mengeklik tulisan 'lihat hasil' di web sekolahnya. "Yah ke pencet!" gumamnya.

Nana memegang tangan Ferdi erat-erat begitu internetnya mulai meloading. Nana hampir berteriak, namun tidak jadi begitu di laman internetnya berubah menjadi 'Anda sedang offline'

"Kampret!" umpat Ferdi lalu mengecek kuota internet nya yang ternyata sudah habis.

"Yelah, yaudah beli dulu sono gih!" kata Nana. Dengan sigap Ferdi langsung berlari ke warung pulsa dekat rumah Neneknya.

"Udah!" ujar Ferdi begitu kembali dan langsung menyalakan kembali hotspot dari ponselnya lalu merefresh koneksi internetnya lagi.

Nana berteriak histeris begitu melihat nama Ferdi di dampingin dengan ucapan LULUS di layar laptop tersebut. "Lulus Fer!!" teriak Nana histeris sambil memeluk Ferdi.

"Udah gue duga." gumam Ferdi dengan santainya.

Nana melepas pelukannya lalu menatap Ferdi. "Asik, jadi trakrir dong!"

Ferdi memaksakan tawanya begitu ia mengingat janji yang ia buat untuk mentraktir apapun yang Nana inginkan jika ia lulus nanti. "Ah, lagi bokek padahal." batin Ferdi sambil tersenyum ke arah Nana.

✈✈✈

"Serius cuma ini aja?" sudah keempat kalinya Ferdi meyakinkan Nana dengan pertanyaan yang sama.

Nana meletakkan garpu yang ia pegang lalu menatap Ferdi "Iya Ferdi sayang, bakso aja udah cukup kok." kata Nana dengan suara yang di imut-imutkan.

"Yaudah, kalo gitu di abisin ya baksonya." sahut Ferdi juga dengan nada yang sok di imut-imutkan. Padahal amit. Ferdi menghela napas leganya, setidaknya Nana peka dengan uang sakunya yang sedang menipis karena dampak dari liburan yang panjang.

✈✈✈

Hari ini, seperti biasa sekolah terasa sangat sepi, dikarenakan anak kelas tiga yang sudah libur sejak selesai UN dan sibuk mengurusi hal-hal lainnya.

Nana yang sedang berdiri sendirian di balkon depan kelasnya tiba-tiba di kejutkan oleh Ado yang tak sengaja melewatinya.

"Oi!" sapa Ado sambil menepuk pundak Nana.

Nana menoleh melihat Ado lalu mengalihkan lagi pandangannya.

"Ih gila, udah sombong sekarang nih bocah." ucap Ado yang masih tidak di tanggapi oleh Nana.

"Oi!"

"Oi!"

Nana masih tidak menanggapi panggilan Ado, ia masih asyik memandangi kelas Ferdi yang bersebrangan dengan kelasnya.

"Oi, congek!" teriak Ado sambil menarik pelan rambut Nana.

"Sakit oon!" umpat Nana sambil mengelus rambutnya yang sakit.

"Abisnya gue panggil gak di sautin, sombong!"

Nana berdecak, tangannya ia kepalkan seakan ingin memukul Ado. "Ganggu tau gak!"

"Yah, padahal gue mau ngasih tau sesuatu." ujar Ado dengan raut wajah sok misterius.

"Ngasih tau apaan? Kalo gak penting pergi aja lo."

"Yaudah kalo gak mau tau, ini tentang Ferdi lho!" ucapnya yang sedikit ia tekankan saat menyebut nama Ferdi.

Nana menoleh, ia merasa penasaran jika sudah bersangkutan dengan Ferdi. "Apaan? Ada info-info apa lagi tentang dia?"

"Males ah, lo kan jahat sama gue Na."

"Ih, jangan gitu dong, masa sama temen sendiri gitu sih!"

Ado tersenyum miring. "Kalo gitu ikutin omongan gue dulu, okay?"

"Apa?" tanya Nana sambil mengerutkan dahinya.

"Nana janji gak bakal jahat sama Ado ganteng lagi, dan ngerestuin sampe mati hubungan Ado ganteng sama Princess Sarah!" ujar Ado.

"Ih, najis!"

"Tuh tuh, yaudah gak jadi deh."

Nana menahan tangan Ado yang ingin melangkah meninggalkannya "Iyaya gue ikutin!"

Ado tersenyum puas. "Nah, gitu dong!"

Nana menghembuskan napasnya lalu memaksa bibirnya untuk tersenyum lebar sambil mengulangi ucapan yang tadi Ado perintahkan. "Nana janji gak bakal jahat sama Ado ganteng lagi, dan ngerestuin sampe mati hubungan Ado ganteng sama Princess Sarah!" ulang Nana yang merasa muak.

"Good girl!"

"Terus apa tentang Ferdinya?" tanya Nana.

Ado tersenyu. "Gak ada apa-apa sih sebenernya." ucapnya lalu tertawa puas.

"Sialan lo, Do!" umpat Nana kesal.

Ado masih terbahak-bahak sambil sesekali meledek Nana lagi.

"Ih, Ado mah!" Nana merasa kesal lalu memukul-mukul Ado untuk mengeluarkan amarahnya.

"Ack! Sakit Na! Ack!" ringis Ado kesakitan. Ia pun langsung menahan tangan Nana yang ingin memukulnya lagi. "Sakit!" ucapnya.

"Bodo amat!" sahut Nana tak peduli mau sakit atau tidak pukulannya itu.

"Oh iya, lo udah tau belom?"

"Tau apaan?" tanya Nana.

"Pacar lo masuk Univeristas Malang noh, jurusan management, tadi gue denger pas Pak Satrio lagi telponan sama dia kayaknya."

Nana terdiam, ia tidak tahu sama sekali kalau Ferdi mendaftar SNMPTN di Universitas luar daerah. Ferdi tidak pernah mendiskusikan hal tersebut dengannya, bahkan memberitahunya saja tidak. Nana menggeleng menjawab pertanyaan Ado.

Ado terdiam, ia merasa telah melakukan kesalahan besar karena memberitahu Nana mengenai SNMPTN bukan dari mulut Ferdi langsung. Mengingat kemarin adalah pengumuman SNMPTN setelah pengumuman UN satu minggu yang lalu.

"Malang ya?" gumam Nana.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.3M 166K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
600K 23.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...