From Me To You [FIX YOU] - CO...

By pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... More

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bolos dan Puncak [edited]
Bagi Rapot [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Story [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Anak Baru [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Pengumuman [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Ulang Tahun [edited]

1.6K 92 1
By pendairy

Nana melihat sekeliling begitu ia memasuki sebuah café sepulang sekolahnya.

"Nana!" seorang gadis yang memakai masker tengah melambaikan tangannya ke arah Nana.

"Kak Rena?"

Rena membuka maskernya begitu Nana duduk di kursi depannya. "Mau pesen apa?" tanya Rena sambil membuka buku menu.

"Hmm, kak?"

Rena menatap Nana yang memanggilnya. "Kenapa?"

Nana terlihat gugup di depan Rena, ia takut Rena menyuruhnya untuk memutuskan hubungannya lagi dengan Ferdi.

"Kenapa? Mau pesen apa?" ulangnya.

"Kak, maaf banget, tapi kali ini gue gak bakal terpengaruh sama omongan lo buat mutusin Ferdi lagi." ujar Nana yang mengundang tawa Rena.

Rena mengusap ujung matanya yang hampir mengeluarkan air mata karena ucapan Nana tadi. "Aku gak nyuruh kamu putus lagi kok." ucapnya lalu terkekeh. "Aku cuma mau traktir kamu." lanjutnya membuat Nana menaikkan sebelah alisnya.

"Maksudnya?"

"Udah mending makan dulu, baru kita ngomong lagi. Aku laper belum sempet sarapan tadi."

Nana melirik jam di tangan kirinya. "Kak, ini udah jam empat sore lho? Masa belum sarapan sih?"

Rena mengabaikan ucapan Nana, ia malah memanggil pelayang café yang kebetulan melewatinya. Ia menyebutkan satu persatu pesanannya kepada pelayan itu.

"Di tunggu sebentar ya." ucap pelayan itu.

"Iya." sahut Rena.

Hening.

Keduanya saling membungkam mulutnya sampai akhirnya makanan yang mereka pesan datang.

"Makasih ya." ujar Rena kepada pelayan café tersebut.

"Ayo dimakan dulu Na, nanti kita baru ngomong lagi ya." lanjutnya membuat Nana bertambah bingung.

"Lagi kenapa sih? Kok tumben sikapnya lembut kayak gini?" batin Nana.

Setelah menghabiskan makanan mereka masing-masing, suasana canggung kembali menyelimuti mereka.

"Jadi?" ucap mereka berbarengan.

"Kakak duluan aja." ujar Nana mempersilakan Rena untuk berbicara terlebih dahulu.

"Kamu pasti penasarankan soal hubungan aku dan Ferdi dulu itu kayak gimana?" Nana mengangguk, ia memang penasaran, sebelumnya ia juga ingin bertanya kepada Ferdi, namun waktunya selalu tidak tepat.

Rena tersenyum tipis. "Dulu saat ayahku masih muda, dia sempet suka sama teman satu sekolahnya. Tapi sayang, teman yang ayahku sukai udah pacaran sama orang lain, sampai si temen itu menikah sama pacarnya. Dan orang yang disukai ayah aku itu, Mamanya Ferdi. Tapi, takdir berkata lain, walaupun telat dan sama-sama sudah memiliki anak, mereka di pertemukan kembali. Ayahku dan Mama Rini, mereka menikah lagi."

Nana menatap Rena yang sedang menahan air matanya. "Saat mereka memutuskan untuk menikah kembali, saat itu juga aku dan Ferdi lagi pacaran. Waktu itu, kami sudah pacaran selama setahun. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk berpisah. Aku memang telah menyakiti Ferdi karena mengambil keputusan tanpa bertanya bagaimana perasaannya saat itu. Tapi saat itu aku tidak bisa berpikir panjang lagi, aku masih sangat muda, yang ada di benakku dulu hanyalah kebahagiaan ayahku yamg harus di utamakan. Dan sampai sekarang hanya ada kata penyesalan yang terus membayangiku. Penyesalan karena diriku yang dulu adalah seorang pengecut." Rena menyeka air matanya sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"Selama ini, Ferdi udah banyak banget menderita. Aku tahu perbuatanku terhadap kalian berdua itu memang salah, bahkan aku seperti pengecut yang memanfaatkanmu. Ferdi adalah cinta pertamaku, aku ingin dia bahagia bersamaku. Tapi, saat ini dia lebih memilih untuk bahagia bersama kamu Na, jadi aku mohon jangan sakiti dia lagi." ujar Rena sambil menggenggam tangan Nana.

Nana menatap Rena, baru pertama kalinya Nana melihat sisi lain dari Rena yang membuatnya tersentuh. Nana menggenggam balik tangan Rena lalu tersenyum. "Gue tau gimana perasaan lo selama ini. Dan gue janji, tanpa lo minta pun gue juga udah berjanji sama diri gue sendiri buat ngebahagiain dia, jadi, lo gak usah khawatir lagi, ya?"

Rena tersenyum, ia merasa lega setelah mendengar itu dari Nana. "Makasih Na, aku lega dengernya."

"Iya, kak." Akhirnya Nana bisa merasa nyaman setelah Rena memutuskan untuk lebih terbuka kepadanya, begitu juga dengan Nana.

"Jadi kita temenan kan sekarang? "

Nana tertawa kecil. "Iya kak."

✈✈✈

Bulan Februari adalah bulan dimana anak kelas XII sedang di sibukkan dengan ujian praktek untuk mempersiapkan ujian nasional yang sebentar lagi tiba. Nana berjalan menbarengi Pak Herman keluar kelas begitu bel pulang sekolah berbunyi.

"Nana!" Rena berteriak dari ujung lorong lantai tiga begitu ia melihat Nana yang sedang berjalan di belakang Pak Herman.

Nana mempercepat langkahnya mendahului Pak Herman. Hari ini, Nana dan Rena sudah berjanjian untuk membuat surprise party untuk Ferdi mengingat sekarang sudah tanggal 13 Februari.

"Ferdi dimana?" tanya Nana begitu sampai di hadapan Rena.

"Dia masih beresin kelasnya, abis praktek bahasa inggris." sahutnya.

"Ayo buruan!" ajak Rena sambil menarik tangan Nana.

Sesampainya di rumah Nenek Ferdi, Nana dan Rena mulai beraksi mendekor kamar Ferdi dengan balon-balon dan juga tulisan Happy Birthday yang di tempelkan di dinding kamarnya.

"Kak, kue?" tanya Nana yang baru ingat.

"Tenang aja, udah aku beli kok. Ada di kulkas nenek."

"Ok, bagus!"

"Aku juga udah bilang Haryo, Zizi, sama Rahel buat bikin keder dia dulu hahaha." ujar Rena.

"Iya, aku juga udah sms Sarah sama Ado buat beli kadonya."

"Good job!"

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Sarah dan Ado juga sudah datang membawa kado yang dipesan oleh Nana.

"Kak, gimana situasi?" tanya Nana.

Rena mengeluarkan ponselnya lalu mengetik pesan singkat kepada Haryo yang tak lama kemudian di balas olehnya.

"Udah di depan." bisik Rena.

Ado berlari mematikan lampu kamar Ferdi. Nana dan Sarah mengumpat di balik pintu dengan cheese cake yang lilinnya sudah menyala.

Tak lama kemudian, pintu kamar Ferdi perlahan terbuka. "Kok gelap" gumam Ferdi.

"SURPRISE!!" teriak Nana, Rena, Ado, Sarah berbarengan begitu juga dengan Haryo, Zizi, dan Rahel yang berdiri di belakang Ferdi.

Wajah Ferdi terlihat terkejut sekaligus senang. Sebenernya ini terkesan klasik, biasa saja, tapi, kejutan sederhana ini tetap saja membuat Ferdi merasa senang.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!" Nana menyanyi sambil mendekatkan kue yang ia pegang kepada Ferdi.

"Happy birthday ya, Fer!" ujar Nana, "Tiup lilinnya, jangan lupa make a wish dulu!"

Ferdi tersenyum, ia tidak menyangka Nana dan teman-temannya akan menyiapkan surprise party untuknya, yang aslinya ia juga tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Makasih ya!" ucap Ferdi lalu meniup lilin tersebut.

"Yey, potong kuenya!" ujar Ado dan Haryo yang paling semangat.

Ferdi tertawa kecil lalu memotong cheese cake miliknya.

"Yey, makan!" ucap Haryo yang langsung mengambil sepotong cheese cake itu.

"Haryo apa-apaan sih!" celetuk Zizi melihat kelakuan Haryo yang tidak sebaran.

Melihat Haryo melakukan itu, Ado tidak mau kalah dah mengambil sepotong kue yang besar begitu Nana meletakkan cheese cake tersebut di meja belajar.

"Ya ampun, gak di kasih makan apa lo sama emak lo?" celetuk Zizi sambil menggelengkan kepalanya.

Nana melirik ke arah Ferdi yang sedang tertawa puas melihat tingkah temannya itu. Setelah acara surprise party selesai, Zizi yang sedang duduk di depan teras rumah nenek Ferdi melihat Ferdi menarik Nana berjalan keluar gerbang.

"Zi?"

Zizi menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.

"Eh, lo Ren." gumam Zizi.

"Sendirian aja." ucap Rena sambil memberikan segelas jus kepada Zizi.

Zizi meraih jus yang di berikan oleh Rena lalu menyesapnya. "Kayak lo gak sendiri aja." lalu mereka berdua saling tertawa.

"Aku gak sendirian kok, kan ada kamu." ujar Rena lalu terkekeh.

Zizi meminum habis jusnya. "Sama deh kalo gitu."

Hening.

Zizi menatap gelas kosong yang ia pegang. "Dulu kita sama-sama suka sama Ferdi. Walaupun lo lebih beruntung pernah pacaran sama dia." gumam Zizi lalu tersenyum miris.

Rena menatap Zizi. "Tapi seenggaknya kamu gak pernah nyakitin dia."

Zizi hanya tersenyum, ia teringat kembali saat ia pernah memanfaatkan Nana dan membuat Ferdi kesal waktu itu, hanya saja ia tidak pernah mengungkitnya kembali sehingga Rena tidak mengetahuinya.

Mereka saling menatap satu sama lain lalutertawa, entah mengapa mereka merasa aneh saja pernah menyukai laki-laki yangsama, dan kalah pada gadis yang sama.

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
6.1M 707K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...