From Me To You [FIX YOU] - CO...

By pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... More

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bolos dan Puncak [edited]
Bagi Rapot [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Story [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Ulang Tahun [edited]
Pengumuman [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Anak Baru [edited]

1.7K 99 0
By pendairy

Nana berdesis dibalik selimutnya. Ia sangat menyesali perbuatannya terhadap Ferdi tadi. Tiba-tiba saja cahaya dari layar ponselnya menyala, Nana membuka lockscreen ponselnya dan dilihatnya satu pesan masuk dari Ferdi.

Ferdi ♥ : Aku jalan

Nana mengerutkan alisnya, berpikir maksud dari pesan singkat Ferdi. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya kemudian melirik jendela kamar Ferdi yang sudah gelap. Nana beranjak dari kasur, ia berlari dengan terburu-buru menuju rumah Ferdi. Perasaan tidak mengenakkan menyelimutinya. Ia mencoba melakukan panggilan keluar, namun tidak di angkat oleh Ferdi.

"Fer-" baru saja ingin meneriakkan namanya, pemilik nama tersebut sudah muncul begitu Nana membuka gerbang rumahnya lebar-lebar.

"Nana?" Ferdi terkejut melihat Nana yang sudah berada di hadapannya.

"Mau pergi kemana lo?" tanya Nana.

"Gue mau pindah." jawab Ferdi.

Nana terdiam sesaat. "Pindah?" gumamnya. "Tapi kenapa? Gara-gara gue ya?" Ferdi menatap Nana yang matanya mulai terlihat berkaca-kaca.

"Engga kok." sahut Ferdi sambil mengelus pelan ujung kepala Nana.

"Terus kenapa? Kok pindah?" Perlahan air mata Nana mulai berjatuhan dan membasahi pipi mungil gadis itu.

Ferdi mengusap air mata Nana, lalu memegang kedua pipi Nana. "Maaf." ucap Nana masih tersedu.

"Dibilang bukan karena lo!" ujar Ferdi lalu menekan pipi chubby Nana dengan kedua tangannya.

"Maaf Fer, gue mau minta maaf soalnya udah boongin lo, maaf juga udah jalan sama Erfan, maaf juga udah sempet ngatain lo coper, maaf juga udah..udah," Kedua bola matanya berputar melihat sekeliling, ia berpikir lagi mengenai kesalahan yang pernah ia perbuat.

Ferdi terkekeh, dimatanya Nana terlihat sangat imut. Dirinya gemas sampai-sampai ingin mengunyah gadis dihadapannya ini.

Ferdi menarik Nana kedalam pelukannya. "Lo gak salah kok Na, gue juga minta maaf udah bersikap kayak tadi. Gue begitu karena gue cemburu, apalagi ngeliat Erfan ngasih hadiah ke lo. Gue aja yang notebennya itu pacar lo, belom pernah tuh ngasih apa-apa. " ujar Ferdi.

Nana melepas pelukannya lalu menatap Ferdi. "Kan lo udah ngasih gue... cinta lo, Fer." Ujar Nana lalu merasa geli sendiri dengan ucapannya tadi.

Ferdi terdiam sesaat lalu tersenyum, sebenarnya, ia ingin sekali tertawa tapi ia menahannya, kapan lagi ia mendengar gombalan Nana. Pikirnya.

"Iya ya."

"Jadi kita baikan sekarang?" tanya Nana. Ferdi mengangguk lalu memeluk Nana kembali.

"Gak jadi pindah kan?" bisik Nana.

Ferdi melepas pelukannya lalu menatap lurus tepat ke bola mata berwarna almond yang indah milik gadisnya."Sorry Na, gue bakal tetep pindah. Tapi tenang aja kok kita masih tetep bisa ketemuan di sekolah. Gue juga bakal sering-sering main kesini, okay?" ujar Ferdi.

Nana menghembuskan napasnya, terlihat dengan jelas rasa kecewa di raut wajahnya. "Hmm, kalo emang harus begitu, ya, gue gakpapa kok. Bener kata lo kita masih bisa ketemu di sekolah." ucap Nana sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

Tin.. Tin

Suara klakson mobil Tyo mengalihkan perhatian mereka, Ferdi tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu saat melihat Tyo sudah berada di dalam mobil sambil menatapnya tajam.

"Sampe ketemu besok di sekolah!" pamit Ferdi sambil mengacak-acak rambut Nana.

"Iya, hati-hati. Kalo udah sampe kabarin ya?" sahut Nana.

Nana melambaikan tangannya begitu mobil yang membawa Ferdi melaju meninggalkannya.

✈✈✈

Hari pertama masuk sekolah lagi, Nana melihat namanya tertulis di selembar kertas urutan absen keempat di kelas XI IPA 1, ia tersenyum saat melihat beberapa dari nama teman kelas X-nya ada dikelas yang sama dengannya.

"Seenggaknya ada yang kenal." batin Nana.

Nana berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga, saat ingin menaiki tangga ia bertemu dengan kedua sahabatnya. "Sar, Do!" sapa Nana.

Ado dan Sarah menoleh ke belakang, dilihatnya Nana menyusul mereka menaiki tangga. "Eh Nana!" sapa Sarah.

"Dapet kelas berapa?" tanya Sarah.

"Ipa satu, lo?"

Ado yang mendengar pertanyaan Nana langsung merangkul Sarah "Sekelas lah kita, ya gak beb?"

Sarah menyingkirkan tangan Ado dari pundaknya. "Au! males banget gue sekelas sama tukang roti lagi elah, mau gue demo rasanya yang ngebagiin kelas!"

"Ih, enak banget sih kalian!" ujar Nana iri.

"Kita ini emang gak bisa terpisahkan Sar, udah terbukti kan? Berarti gue ini emang beneran jodoh lo!" ucap Ado dengan sangat yakin.

Sarah menoyor kepala Ado. "Apaan sih, ini tuh cuma kebetulan! Kalo ngomong tuh difilter dulu sih, kalo ada malaikat lewat nanti di-Aaminin yang ada rugi gue!"

Nana tertawa "Bener-bener deh lo berdua, masih pagi udah ribut." ujarnya.

"Na?" Nana menoleh ke arah suara itu, dilihatnya Elsa, teman sewaktu kelas X dan sekarang ia sekelas lagi dengannya.

"Elsa?" sahut Nana.

Elsa menghampiri Nana. "Eh, kita sekelas tau Na. Lo mau gak duduk sebangku sama gue?" pinta Elsa sambil memeluk tangan Nana.

Nana mengangguk pelan. "Iya, tadinya gue juga mau ngajakin lo."

"Elsa, gue titip Nana ya. Kalo bandel tepok aja pantatnya!" ujar Sarah.

"Apa sih Sar, udah deh, mending lo urusin dulu tuh urusan lo sama Ado. Gue duluan, bye!"

Nana dan Elsa berjalan memasuki menuju ruangan kelasnya. Begitu ia memasuki kelas, ternyata baris ketiga dan baris keempat sudah penuh, akhirnya mereka memutuskan duduk di barisan kedua dari depan.

"Gue pojok ya, Na?" pinta Elsa. Nana hanya mengangguk setuju lalu melepaskan tas yang sedaritadi menggantung di pundaknya.

"Nana? Sekelas lagi kita!" Nana menoleh dan melihat Adit duduk di seberang barisannya.

"Adit?" Nana tersenyum ke arah Adit.

"Woi, Dit!" sapa Elsa sambil melambaikan tangannya kepada Adit.

"Eh ada si tengil, cocok dah lo berdua jadi teman sebangku, sama-sama kecil. " goda Adit lalu tertawa.

Elsa yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya ke arah Adit, sedangkan Nana hanya tertawa, ia sudah terbiasa dikatakan 'kecil', 'anak kecil', 'bocil' oleh Sarah dan Ado.

Tawanya terhenti begitu ia melihat Ferdi melintasi kelasnya dari jendela.

"Ferdi?" batin Nana. Ia langsung berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar kelas untuk menyapa Ferdi.

Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu kelas begitu ia melihat Ferdi berjalan melewati kelasnya dengan seorang gadis yang tidak ia kenal. Gadis dengan rambut pirang sebahu, tubuh yang tinggi, dan kulitnya berwarna putih pucat itu menggandeng manja tangan Ferdi.

Nana melangkah keluar kelas, ia melihat Ferdi dan gadis itu perlahan berjalan menjauh dari pandangannya.

"Fer, temenin dulu sih!" Samar-samar Nana mendengar ucapan gadis itu dengan suara yang manja.

"Siapa lagi?" gumam Nana sambil memperhatikan mereka berdua yang terlihat sangat dekat.

Nana mulai melangkah lagi, ia berniat untuk menghampiri Ferdi dan bertanya mengenai gadis itu. Tapi niatnya terhalangi begitu ia mendengar bel tanda masuk berbunyi.

Nana mengendus kesal sambil berjalan kembali memasuki kelas.

✈✈✈

Bel pulang sekolah menggema di setiap penjuru sekolah. Nana menekuk wajahnya, ia sangat kesal karena ia tidak bisa bertemu dengan Ferdi saat istirahat pertama dan kedua. Akhirnya, ia memutuskan untuk mampir ke kelasnya Ferdi untuk yang ketiga kalinya.

"Susah amat sih ketemunya, sebel dah ngilang mulu kayak hantu aja!" gerutu Nana selama perjalanannya menuju kelas IPS 2, kelasnya Ferdi.

"Awas aja kalo-"

Nana menghentikan langkahnya begitu ia melirik Ferdi sedang bersama dengan gadis yang tadi pagi ia lihat sedang berduaan dengan Ferdi di dalam kelas yang sudah sepi.

Nana memutuskan untuk bersembunyi dan mengintip mereka dari balik jendela kelas itu. Nana sedikit memajukan telinganya untuk mendengar pembicaraan mereka yang terlihat serius.

"Mau temenin gak ke tempat jus? Mama minta jus soalnya." ucap gadis itu.

"Gak bisa aku ada urusan, kamu pergi sendiri aja ya?" sahut Ferdi yang masih sibuk memasukkan buku-bukunya.

"Yah, gak bisa gitu dong. Aku kan baru pindah. Nanti kalo nyasar gimana? Kamu mau tanggung jawab?"

Ferdi menoleh menatap gadis itu. "Jakarta itu sempit, kamu gak bakal kesasar Rena."

"Kalo aku kenapa-napa gimana? Orang-orang bilang Jakarta itu keras. Gak baik kalo cewe pulang sendirian bahaya kata Mama. Kamu tau sendirikan belakangan ini tuh lagi banyak kasus pelecehan lah penculikan lah, pe-"

"Iya iya, aku temenin." Ujar Ferdi lalu menghela napasnya.

Nana bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka. Nana menutup mulutnya lalu bersembunyi dibalik tembok begitu Ferdi dan gadis yang di panggil Rena berjalan keluar kelas.

Nana membulatkan kedua matanya begitu ia melihat Rena memeluk lagi tangan Ferdi. "Siapa sih tuh cewe?! Gaktau Ferdi udah punya orang apa?! Gedek amat elah!" gerutunya.

Nana menghentakkan kakinya kesal. "Udah gak ngubungin semalem, paginya malah gandengan sama cewe lain? Wah, bener-bener dia mau balas dendam sama gue kayaknya." gumam Nana kesal.

✈✈✈

Nana berjalan memasuki parkiran dengan langkah terburu-buru "Na?"

Langkahnya terhenti begitu suara yang sangat ia kenal memanggil namanya.

Nana menoleh dan melihat Ferdi sedang membonceng Rena. "Eh, Fer?" sapa Nana sambil memaksakan senyumannya.

"Baru mau pulang?" Nana mengangguk, ia enggan untuk membuka suaranya.

"Kemaren maaf ya gak ngubungin. Paket data gue abis, belum sempet ngisi lagi." Lagi-lagi Nana hanya menganggukkan ucapan Ferdi.

"Siapa?" tanya Rena.

"Oh iya kenalin. Na, ini Rena. Ren, ini Nana pacar gue." ujar Ferdi memperrkenalkan.

"What?! Pacar kamu Fer? Gak salah?" Rena terlihat terkejut mendengar pernyataan tadi.

"Iya, kan aku sempet cerita waktu itu. Gak inget?" Rena menggeleng tidak inget.

"Gue balik dulu ya Fer, ada urusan." ucap Nana lalu meninggalkan Ferdi dan Rena yang masih terdiam.

Nana mengendarai motornya perlahan meninggalkan sekolah. Selama di perjalanan mulutnya tak berhenti berkomat kamit bertanya-tanya mengenai siapa Rena dan apa hubungan Rena dengan Ferdi.

"Aku-kamu? Huh? Aku-kamu?! Ih sebel! Siapa sih Rena itu, pake sok-sok an aku-kamu segala ngomongnya. Genit banget pake nempel-nempel segala sama Ferdi. Mampus aja kalo dia ketemu lagi sama gua. Ihh gondok, rasanya mau ngunyah orang isss!!" ujar Nana di balik kaca helm nya itu selama perjalanan pulangnya.

✈✈✈

Ferdi memarkirkan motornya begitu ia sampai di depan gerbang rumah Nana. "Ferdi?" pemilik nama itu menoleh dan melihat Widia dengan kantung belanjaannya indomart berdiri sambil tersenyum kearah Ferdi.

"Eh tante" sapa Ferdi.

"Kata Tyo kamu sekarang tinggal sama nenek kamu ya?"

Ferdi mengangguk pelan. "Iya."

"Wah pantes aja Nana cemberut terus dari semalem. Mau ketemu Nana kan? Ayo masuk!"

"Sini tante, belanjaannya biar Ferdi yang bawain."

"Yaudah ini tolong bawain ya, motornya masukin aja ke dalem." ujar Widia sambil memberikan kantong belanjaannya.

"Siap Tante!"

"Nanti langsung masuk aja ke rumah. Belanjaannya kasih ke bibi aja. Tante mau balik lagi, lupa ada yang belum kebeli."

Ferdi mengangguk mengikuti instruksi dari Widia.

✈✈✈

"Assalamualaikum?" ucapnya namun tidak ada jawaban.

Ferdi memasuki rumah Nana yang terlihat sepi.

"Mama lama bang-" kalimatnya terputus begitu ia melihat Ferdi memasuki rumahnya. "Ngapain lo kesini?" tanya Nana dengan nada yang dingin.

"Mau ngasih ini, tadi mama lo nitip." sahut Ferdi sambil menjulurkan bawaannya.

Nana meraih belanjaan itu. "Makasih!" sahutnya dengan nada ketus.

"Kalo gitu gue balik lagi deh, tadinya mau nemuin lo. Tapi kayaknya mood lo lagi gak ngedukung gue buat ketemuan sama lo." ujar Ferdi.

"Eh mau kemana?" tanya Nana begitu Ferdi ingin melangkah pergi.

"Mau pulang." sahutnya.

"Oh." Ferdi tersenyum, ia bisa melihat ekspresi kecewa Nana saat ia bilang ingin pulang.

"Bercanda kok!" ucap Ferdi.

"Iya."

"Marah ya?" tanya Fedi.

"Engga."

"Masa? Kok sok dingin gitu sih sama gue."

"Apaan sih!"

"Tuh tuh nyolot kan!"

"Gua gak nyolot elah!"

Ferdi tersenyum. "Iya deh, maaf kalo gue punya salah, ya?"

"Gak gua maafin!"

"Tuhkan marah."

"Gak bakal gue maafin sebelum lu jelasin semuanya!"

Ferdi mengerutkan alisnya "Jelasin apa?"

"Cewek genit tadi yang nempel mulu sama lo."

Mendengar itu Ferdi tertawa kecil "Rena maksud lo?"

"Kok ketawa sih."

"Lucu aja cemburunya."

"Ish, dia mah orang gue gak cemburu juga!"

"Iya iya, dia sodara tiri gue. Kemaren dia baru balik dari Jepang terus pindah ke sekolah kita."

"Sodara tiri?" Nana menatap Ferdi yang sedang tersenyum ke arahnya "Iya, dari bokap tiri gue."

Entah mengapa Nana merasa sedih melihat senyum di wajah Ferdi. Nana memeluk Ferdi "Maaf."

Ferdi hanya tertawa lalu membalas pelukan Nana. "Minta maaf mulu lebaran aja beloman." bisiknya.

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
618K 24.4K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
533K 87.7K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...