From Me To You [FIX YOU] - CO...

By pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... More

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bolos dan Puncak [edited]
Bagi Rapot [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Anak Baru [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Ulang Tahun [edited]
Pengumuman [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Story [edited]

1.8K 102 0
By pendairy

Lima hari sebelumnya, setelah pengambilan rapot.

Ferdi berjalan membuntuti Rini begitu ia sampai di rumah Rini. Langkahnya terhenti di ambang pintu ketika ia ingin memasuki ruang tamu rumah tersebut. "Gak ada yang berubah." batin Ferdi lalu berdecih pelan.

Rini menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Ferdi yang masih berdiri diambang pintu. "Masuk, ngapain diri di situ. Kamu duduk dulu aja, Mama mau ke kamar sebentar." ucapnya.

Ferdi mengangguk pelan mengikuti perintah Rini untuk menunggunya. Ia pun mengedarkan pandangannya pada sebuah lemari kaca. "Dih, masih aja di pajang." gumam Ferdi begitu melihat foto masa kecilnya.

Ferdi menduduki dirinya di atas sofa empuk, lalu meraih sebuah majalah yang tergeletak di atas meja di hadapannya. Tak lama kemudian, Rini datang dengan baju santainya lalu duduk di sebelah Ferdi.

"Kita langsung ke inti aja ya?" ujar Rini.

Ferdi mengela napasnya sambil meletakkan kembali majalah tersebut "Iya." sahutnya yang sudah tahu betul sifat Rini yang tidak suka basa-basi.

"Sesuai perjanjian kita di awal, setelah liburan berakhir kamu harus ikut Mama." ujar Rini.

"Tapi Ma, kayaknya nanggung deh kalo Ferdi ikut Mama sekarang. Gimana kalo abis lulus SMA aja?" tawar Ferdi.

"Engga, Mama udah gak percaya sama Papa kamu. Buktinya, nilai-nilai kamu jadi berantakan gitu, padahal baru tinggal sebentar disana. Mau jadi apa kamu nanti? Kamu tuh satu-satunya anak Mama, siapa lagi yang bakal nerusin usaha Mama nantinya kalo bukan kamu, Fer!" jelas Rini.

"Kamu tenang aja Fer, Mama udah urus semuanya." lanjutnya.

"Tapi, Ma-"

"Gak pake tapi-tapian, kita udah sepakat sebelumnya. Gak usah ngebantah, kamu baru tinggal sebentar aja sama Papa udah berani ngebantah Mama. Mama ngelakuin ini demi masa depan kamu. Please percaya sama Mama." ujar Rini tidak ingin dibantah.

Ferdi menghela napas panjangnya. "Janji adalah janji. Oke, Ferdi bakal ikut sama Mama." Ujarnya pasrah.

"Bagus kalo gitu!"

"Hmm, Ma. Ferdi bakal pindah ke sini, tapi nanti. Masih ada urusan yang belum Ferdi lakuin di sana. Jadi Ferdi minta sedikit waktu sebelum liburan selesai, ya?"

"Urusan? Urusan apa?"

"Itu.. "

"Oke, Mama izinin, kalo gitu urusan kita udah beres. Mama tunggu kamu secepatnya pindah ke sini!" Ferdi hanya tersenyum, sejujurnya ia benar-benar tidak ingin membantah perkataan Rini, ia tidak ingin menyakiti Rini seperti apa yang dilakukan oleh Papanya, Tyo.

✈✈✈

Haryo menatap Ferdi dalam-dalam ia melambaikan tangannya tepat di depan wajah Ferdi "Fer?" panggil Haryo yang memecahkan lamunan Ferdi.

"Ha? Ya? Kenapa Yo?" tanya Ferdi linglung.

"Lo beneran mau pergi? Bukannya di jawab malah senyam-senyum gitu kayak orang bloon." ujar Haryo lalu menggeleng pelan.

"Oh? Kata siapa gue mau pergi?"

"Kok malah nanya balik?"

"Ya abisnya, lo dateng, terus tiba-tiba nanyanya gitu ke gue."

Haryo terdiam sesaat. "Gue tau dari Zizi, dia nangis seharian pas denger lo bakal pergi. Gue gak tau dia bisa dapet info darimana. Yang jelas gue dateng kesini mau tau itu yang dibilang Zizi bener atau enggak." jelas Haryo.

"Engga kok." sahut Ferdi dengan senyum terpaksa.

"Bagus deh kalo enggak, seenggaknya Zizi bisa berenti ngerengek kalo gue kasih tau kalo itu cuma rumor. Tapi kalo di pikir-pikir, Zizi aja sampe nangis sehisteris itu, gimana si Nana ya kalo sampe denger beginian? Kelojotan kali yak?" ujur Haryo lalu tertawa.

"Ah iya, Nana" batin Ferdi.

"Fer? Kacangnya dijual berapa Fer?" ucap Haryo yang lagi-lagi di diamkan oleh Ferdi.

"Ha?" sahut Ferdi.

"Kayaknya lo kurang minum air putih deh, dari tadi gue dikacangin mulu."

"Sorry, gue lagi gak enak badan makanya jadi kurang fokus."

"Yah si bloon gimana sih, yaudah gue balik dah biar lo bisa istirahat"

"Sorry ya, Yo."

"Iye, gue balik dulu ya, Fer." pamit Haryo sambil menepuk pundak Ferdi.

"Tiati, Yo." sahut Ferdi.

Ferdi menghela napasnya. "Nana? Ahh kenapa gak kepikiran dia." batinnya. Ia melempar tubuhnya ke atas kasur, lalu meraih ponselnya, lalu mengusap layar ponsel tersebut sehingga menampilkan fotonya dan Nana saat mereka berada di Puncak.

"Selama masih di jakarta it's okay kali ya, Nana pasti ngerti." gumam Ferdi.

✈✈✈

Nana berjalan ke arah pintu kamarnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan begitu ia ingin membukanya.

"Eh Mama?" Nana terkejut melihat sosok wanita yang mengetuk pintu kamarnya.

"Tumben cepet buka pintunya?" sahut Widia. "Oh iya, kamu di panggil sama Papa tuh, Mama mau ke rumah temen dulu sebentar, oke?" lanjutnya.

"Papa? Dimana?" tanya Nana.

"Dikamar. Mama jalan dulu ya!" pamitnya.

"Iya, hati-hati."

Nana berjalan menuruni tangga menuju kamar orangtuanya yang berada di lantai satu dengan langkah yang terburu-buru. "Pa?" panggilnya sambil mengetuk pintu kamar.

"Masuk!" sahut Daniel dari dalam kamarnya. Nana pun membuka pintu tersebut, dilihatnya Daniel sedang duduk di atas kasurnya sambil tersenyum memandangi album foto yang terlihat sedikit usang.

"Ada apa nyari Nana, Pa?" tanya Nana sambil menghampiri Daniel.

"Papa mau ngasih unjuk ini ke kamu." sahut Daniel memperlihatkan sebuah album foto lamanya. "Ini foto-foto Mama sama Papa dulu." lanjutnya.

"Serius?" Nana yang penasaran pun langsung lalu duduk di samping Daniel.

"Ih! Mama cupu banget hahahahaha." Nana tertawa melihat penampilan Widia di foto yang ia pegang. Tidak pernah terbayang dipikirannya sosok Widia yang selalu terlihat elegan dulu pernah dikepang dua dengan poni klimis dibelang pinggir.

"Cupu sih tapi cantik kok. Mama kamu tuh beda dari kebanyakan cewek, dia unik." ujar Daniel.

"Iya deh yang udah di butakan oleh cintanya." canda Nana yang disambut oleh tawa Daniel.

"Ini foto pas Mama sama Papa main ke Taman Mini, waktu itu kita lagi bolos kerja." ceritanya.

"Ih, bandel, ih!" ujar Nana lalu tersenyum-senyum sendiri melihat potret romantis saat kedua orang tuanya belum menikah.

Daniel hanya tersenyum mendengar ucapan Nana lalu melanjutkan ceritanya kembali. Nana terdiam mendengarkan cerita Daniel dengan seksama. Ia sangat kagum dengan hubungan kedua orangtuanya "7 tahun?! Lama banget pacarannya, untung jadi!" sahut Nana.

"Iyalah, kalo gak jadi kamu gak bakal ada di dunia ini." ujar Daniel sambil terkekeh.

"Ih, Papa!"

"Alasan Papa cerita tentang masa lalu Papa, soalnya Papa mau kamu nikmatin juga masa muda kamu. Belajar emang penting Na buat ngasah otak, tapikan perasaan juga perlu di asah dari pengalaman-pengalaman yang kamu dapet." jelas Daniel.

"Iya, Pa" sahut Nana.

"Jadi, gimana hubungan kamu sama Ferdi?" tanya Daniel membuat anaknya itu terkejut.

"Fe.. Ferdi?" sahut Nana gugup.

"Iya, Ferdi. Papa udah tau kok tentang hubungan kalian." ujar Daniel.

"Papa tau darimana tentang hubungan aku sama Ferdi?" tanya Nana penasaran.

"Ya nebak aja, abisnya kamu sering banget senyum-senyum sendiri, apalagi kalo udah ngomongin Ferdi, kamu jadi semangat banget."

Nana tertawa dengan nada yang terpaksa "Ketauan ya?" batin Nana.

"Ya asalkan kamu seneng Papa sih gak gimana-gimana juga, cuma mau tau aja." ucap Daniel.

"Serius Pa? Kalo gitu aku jujur deh!" Nana menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya "Aku sama Ferdi baru aja resmi pacaran! Baru banget!" ujar Nana cepat lalu langsung menutupi wajahnya dengan bantal menahan malu.

Daniel tersenyum melihat anaknya salah tingkah sendiri lalu mengusap ujung kepala anaknya. "Bagus dong! Masih anget-angetnya." sahut Daniel sambil memberikan thumbs up kepada Nana.

"Anak Papa sudah besar ternyata." goda Daniel. "Tapi inget ya, kalau Ferdi berani macem-macem sama kamu, langsung kasih tau Papa, oke?"

Nana tertawa. "Ah, Papa emang aku udah besar kok, sampai kapan aku mesti jadi anak kecil mulu. Lagian Ferdi mana berani sih macem-macemin aku hahaha." ujar Nana.

Tiba-tiba saja ponsel Nana berbunyi di tengah keasyikannya dengan Daniel. Nana membuka satu pesan masuk itu yang ternyata dari Ferdi.

Ferdi ♥ : urgent! depan rumah lo nih

Nana mengerutkan kedua alisnya yang terlihat hampir menyatu. Ada apaan nih?

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
895K 66.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
582K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
13.5M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...