From Me To You [FIX YOU] - CO...

By pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... More

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bolos dan Puncak [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Story [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Anak Baru [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Ulang Tahun [edited]
Pengumuman [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Bagi Rapot [edited]

2.3K 113 0
By pendairy

Hujan turun semakin deras, Nana dan Ferdi saling membisu satu sama lain. Sesekali Ferdi melirik sekilas ke arah Nana yang sedang asik meneguk teh hangat lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil tersenyum kecil, begitu juga dengan Nana yang diam-diam melirik ke arah Ferdi.

Ferdi berdeham pelan. "Lo ngerasa dingin gak, Na?"

Nana menggenggam erat gelas teh hangatnya, menikmati setiap kehangatan teh yang menyentuh permukaan kulit telapak tangannya. "Dingin Fer," sahut Nana pelan. "Sebenernya daritadi gue juga udah nahan dingin sih, tapi lo-nya aja yang gak peka-peka." gerutunya lalu terkekeh.

Ferdi tersenyum lalu mengacak dengan gemas rambut Nana. "Gimana mau peka, lo aja diem daritadi. Malah gue kira lo udah gak bernapas." ucapnya lalu tertawa. "Dasar cewek maunya dipekain terus, ih."

"Ish! Rese lo!" ketus Nana sambil merapihkan rambutnya yang berantakan akibat ulah Ferdi. "Bukannya mau dipekain tapi emang cowoknya aja yang gak peka." ujarnya membela diri.

Ferdi menggeleng pelan. "Emang deh ya, cewek itu selalu benar." Gumamnya pelan.

"Apa lo bilang?"

"Enggak, gue mau ambil selimut." Sahutnya dengan cepat lalu bangkit dari tempat duduknya.

Nana mengembuskan napas panjangnya lalu tersenyum, entah mengapa ia merasa senang saat sedang bersama Ferdi seperti sekarang. Entah apa yang telah diperbuat oleh Ferdi hingga dirinya yang sekarang merasa kalau perasaannya lebih tulus dan terbuka, berbeda sekali saat dirinya bersama dengan Erfan.

"Nih selimutnya." Ferdi menyadarkan Nana dari lamunan indahnya dengan melemparkan selimut ke atas kepalanya.

"Ngasih tuh yang ikhlas dong!" celetuk Nana kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang diberikan Ferdi.

"Yaudah sini balikin, baru digituin doang udah baper aja." goda Ferdi sambil menarik selimutnya.

"Ah iyaya, asalkan jangan koper aja." sahut Nana sambil menahan selimutnya yang ditarik-tarik Ferdi.

"Koper?"

"Korban Perasaan!" ujar Nana lalu tertawa geli.

Ferdi menatap heran Nana lalu menggelengkan kepalanya. "Dasar anak baru gede." gumannya.

✈✈✈

Ado bersenandung sambil menaiki tangga menuju kelasnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu ia melihat Nana sedang berdiri sendirian di depan kelas, sebelah sudut bibirnya tersenyum licik begitu sepercik ide jail muncul di pikirannya, ia berjalan secara perlahan-lahan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan gerak-gerik yang mencurigakan, bahkan Ado sampai menahan napasnya hanya untuk menjaili gadis itu.

"Woi!" teriak Ado sambil memegang pundak Nana.

"Apaan sih Do gak kaget!" celetuknya dengan santai karena sudah tahu kalau Ado akan mengejutkannya.

Ado menghela napas panjang yang sempat ia tahan tadi. "Ah gak asik ah!" ujarnya.

"Sarah mana? Daritadi gak keliatan batang idungnya?" tanya Nana sambil melirik ke sekitar.

"Bentar lagi juga dateng palingan," Dan ternyata benar, tak lama kemudian Sarah pun datang dengan ekspresi wajah yang sedikit menyeramkan. "Tuh orangnya." ucap Ado sambil menunjuk dengan bibirnya.

"Ada yang lagi ngambek nih." ucap Ado saat Sarah berjalan melewatinya begitu saja. Nana menaiki sebelah alisnya, lalu melirik ke arah Sarah yang langsung menyibukkan dirinya dengan merapihkan meja guru.

"Kemaren ada apaan emang?" tanya Nana penasaran. Ado menaikkan kedua pundaknya lalu melongos masuk ke dalam kelas. "Ish, ditanya juga, Ado! " dengus Nana sambil berlari kecil masuk ke dalam kelas.

Nana perlahan mendekati Sarah yang sedang sibuk merapihkan meja guru di depan kelas. "Sa, lo diapain sama Ado kemaren? Bilang ke gue biar gue kasih pelajaran tuh bocah." ucap Nana, namun Sarah hanya diam tidak menjawab, ia melirik Nana sekilas dengan death glare nya lalu kembali merapikan meja guru.

"Yaudah gakpapa kalo gak mau cerita." nyali Nana langsung dibuat ciut. Nana pun mengubah targetnya menuju Ado yang sedang sibuk merapihkan bingkisan untuk orangtua murid.

"Ado, kan lo udah mancing gue nih sekalian mau ditangkep gak?" ujar Nana.

Ado menatap Nana sambil mengerutkan kedua alisnya yang hampir menyatu. "Sakit?"

"Ih, maksudnya gak mau sekalian cerita kemaren ada tragedi apa antara lo sama Sarah?"

"Kepo."

"Ih, seriusan! Cerita gak! Kalo engga gue tinju lo!"

"Lah gitu maksa, dasar bocah." ujar Ado lalu kembali meneruskan kegiatannya. "Dimana-mana dalam pertemanan, sedekat apapun kalian 'privasi' antar sesama tetap berlaku, ngerti?"

"Ado mah, lo tau sendiri kan, gue kalo udah kepo itu bisa sampe gak bisa tidur. Pokoknya tanggung jawab!"

"Oh, jadi minta pertanggung jawaban nih sama gue?"

"Iya, tanggung jawab Do!"

"Oke, abis ini kita ke kua ya, K. U. A loh!" ujar Ado mengulang sekaligus menekan kata KUA sambil melirik Sarah.

"Apaan sih kok jadi KUA, ngaco dah! " ucap Nana.

Nana mendengus kesal ia berjalan keluar kelas menuju balkon. "Kok jadi gedek sendiri sih!" gumamnya. Nana meraih ponsel disaku roknya. Dilihatnya panggilan masuk dari Ferdi. Dengan sigap Nana langsung mengusap warna hijau dilayar ponselnya.

"Yo kenapa?" ujur Nana begitu mengangkat panggilan itu.

"Liat kebawah dong."

Nana menoleh ke bawah, dilihatnya Ferdi sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Ih, apa-apaan sih, bikin malu tau gak pake lambai-lambai tangan segala." ucap Nana sambil melangkah mundur menjauhi balkon.

"Biarin aja sih, gak ada yang liatin gini."

"Gigi lo, noh liat ada Zizi disebrang lagi ngeliatin gue."

"Yeelah baru diliatin sama Zizi doang masa udah takut aja, gimana nanti kalo diliatin sama ibu mertua." goda Ferdi lalu tertawa karena malu dengan ucapannya sendiri.

"Haduh, masih bau kencur juga omongannya udah ibu mertua, gaya banget lo, sok tua."

"Wah diem-diem lo ngendusin bau gue ya? Lu anjing apa manusia sih sebenernya? Mencoba dewasa Na, bukan sok tua."

"Mana ada sih anjing secantik gue." Nana tertawa renyah.

"Iya deh suka-suka lo ya." ucap Ferdi lalu disusul suara tawa kemenangan Nana yang terdengar jelas di telinganya. "Eh, btw emak sama bapak lo udah dateng?"

"Belum, mungkin nanti siangan baru dateng, om Tyo udah dateng?"

"Engga, nanti yang ngambil Mama gue kayaknya. Si Tyo lagi sibuk nyari duit."

"Mama lo?"

"Iya, mau ketemu? Terus cipika cipiki gitu?"

"Engga deh makasih, gue belom siap mental ketemu sama emak lo."

"Pake nyiapin mental segala, emak gue gak gigit kok tenang aja. Kalo anaknya tuh baru dah ngegigit." ujar Ferdi sambil terkekeh.

Sarah mencolek pelan pundak Nana yang sedang asyik mengobrol dengan Ferdi melalui telepon. "Pacarannya bisa di break dulu gak? Tolong panggilin Bu Tarigan di kantor, bilang kelasnya udah rapih gitu, gue mesti jaga kelas takutnya nanti ada orangtua murid yang dateng."

Nana langsung mengakhiri panggilannya dengan Ferdi, ia begitu takut melihat ekspresi datar Sarah saat memerintahnya. "Iya." sahut Nana lalu berjalan menuju kantor yang letaknya di lantai satu.

"Pasti ada apa-apa nih kemaren. Sarah serem banget ih kalo lagi bete, awas aja si Ado!" gumam Nana menduga-duga sambil menuruni anak tangga sekolahnya.

Nana memasuki ruang guru, ia mengatur napasnya begitu ia melihat bu Tarigan sedang menyantap sarapan pagi dengan lahap.

"Bu?" wanita paruh baya itu menoleh dan melihat Nana yang sudah berdiri disampingnya.

"Iya, sebentar lagi." ujarnya yang sudah tahu maksud kedatangan anak muridnya.

"Oke siap bu, kalau begitu saya ke kelas duluan."

"Eh ini sekalian bawain tas ibu, mohon dibantu ya." Nana menarik pakda sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman sambil meraih tas dan handbag yang ukurannya cukup besar.

"Kalau begitu saya permisi dulu bu." sahut Nana dengan nada yang sangat lembut. "Iya, sebentar lagi ya," ujarnya mengulang perkataan Bu Tarigan begitu ia keluar daro kantor guru. "Prett perut mulu yang diurusin"

"Permisi dek?" tiba-tiba seorang wanita patuh baya menghentikan langkahnya.

Nana langsung tersenyum ramah. "Iya bu, ada yang bisa saya bantu?"

Cantik banget, mukanya kok kayak familiar gitu ya?

"Ini dek, mau tanya kelas 11 IPS 4 dimana ya? Ibu lupa."

"Oh disana bu kelasnya." ujar Nana sambil menunjuk kelas yang berada ujung di lantai 3 gedung sekolah.

"Makasih ya."

"Sama-sama." sahut Nana.

Nana duduk di sebelah Widia begitu namanya di panggil oleh Bu Tarigan. "Gimana bu rapot Nana?" tanya Widia.

"Selamat ya bu, Nana masuk jurusan ipa. Nana dapet peringkat 3 dikelas, terus untuk peringkat paralelnya itu, Nana di peringkat ke-8. Nilai-nilainya bagus, semuanya di atas KKM, cuma nilai geografinya ini yang ngepas banget sama KKM." ujar Bu Tarigan sambil menjelaskan hasil rapot Nana.

Nana hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Bu Tarigan, sedangkan Widia terlihat puas dengan hasil rapot anaknya itu.

"Belajar lebih giat lagi ya Na." ujar Bu Tarigan.

"Iya bu makasih." sahut Nana begitu menerima hasil rapotnya.

"Makasih ya bu." ujar Widia.

Setelah mendapatkan rapot Nana, Widia langsung izin pamit lagi karena masih ada pekerjaan yang menunggunya di kantor. Sedangkan Nana ia masih menunggu hasil rapot kedua sahabatnya itu.

Nana duduk di bangku depan kelasnya. Ado datang menghampirinya lalu ikut duduk disampingnya.

"Dapet jurusan apa?" tanya Ado.

"Ipa." sahut Nana singkat.

"Kita emang gak berjodoh." ujar Ado.

"Bagus deh."

Tak lama kemudian Sarah pun keluar dari kelas lalu menghampiri Nana dan Ado. "Ipa atau ips?" tanya Nana begitu Sarah duduk di sampingnya.

"Ips" sahutnya datar.

"Kita emang jodoh." celetuk Ado.

"Yah, kalian gak setia kawan ternyata, jadi gue dibuang gini aja nih. Masa gue sih yang misah sendiri." ujar Nana kesal.

"Karena gue sama Sarah tuh emang udah di takdirkan untuk selalu bersama." ucap Ado yang membuat Nana ingin muntah.

Sarah menghela napasnya. "Sialnya gue." gumamnya sambil melirik Ado yang sedang tersenyum lebar ke arahnya.

"Terima nasib ajalah Sa. Lo mesti bersyukur, seenggaknya lo gak bakal kesepian karena orang oon yang satu ini pasti bakal selalu nguntit lo kemana pun." ujar Nana lalu menepuk pelan pundak Sarah.

"Kalo penguntitnya model Lee Min Ho sih oke oke aja, lah ini mah apa." sahutnya lalu berdecak kesal.

"Cakepan juga gue daripada Le Min Ho, natural tanpa oplas lagi." Nana dan Sarah bergedik geli mendengar ucapan Ado yang sudah kelewat pede.

"Iya deh cakepan lo kalo diliat dari keteknya Lee Min Ho." celetuk Nana.

"Oh jadi Nana demen yang berbau ketek nih." balas Ado.

"Kalo keteknya setara Lee Min Ho mah oke oke aja gue." sahut Nana.

"Ketek gue setara kok sama Lee Min Ho, nih coba cium." goda Ado sambil mengangkat tangannya lalu menyodorkan keteknya ke wajah Nana.

"Ado ih, bau ketek lo busuk parah tau gak!" Nana menutup lubang hidunyanya rapat-rapat.

"Jorok!" ucap Sarah lalu tertawa kecil.

Ado yang melihat itu langsung ikut tersenyum. "Nah gitu dong. Senyum, ketawa, kan jadi makin cantik." Sarah langsung berhenti tertawa, raut wajahnya kembali datar begitu Ado menggodanya.

"Yelah, capek gue jadi nyamuk di tengah-tengah cinta yang tak berujung ini." ketus Nana lalu langsung berdiri.

"Mau kemana?" tanya Sarah.

"Mau nyari Ferdi!" Ado tersenyum puas menyadari arti kedipan mata Nana.

Nana berjalan menuju parkiran sekolahnya. Langkahnya terhenti begitu melihat wanita paruh baya yang tadi meminta bantuannya sedang berbicara dengan wajah serius kepada seorang laki-laki di hadapannya.

"Ferdi?"

Continue Reading

You'll Also Like

7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 74.8K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2M 328K 66
Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- •BACK TO GAME•...