From Me To You [FIX YOU] - CO...

By pendairy

80.1K 4K 101

Ketika Cinta datang menyapa dan pergi tiba-tiba. Sebuah cerita tentang perjuangan seorang gadis yang bernama... More

Sekolah Menengah Atas [edited]
Cuma Teman [edited]
Kesempatan kedua [edited]
Hampir Kena [edited]
Kencan Dadakan [edited]
Baikkan [edited]
Tragedi Bioskop [edited]
Bagi Rapot [edited]
Malaysia [edited]
Finally you're mine! [edited]
Story [edited]
Kecupan [edited]
Marahan [edited]
Anak Baru [edited]
Rena Ammalia [edited]
Gagal Paham [edited]
Masalah Baru [edited]
Putus [edited]
Pengakuan Adit [edited]
Kembali Lagi [edited]
First Kiss [edited]
Ulang Tahun [edited]
Pengumuman [edited]
Kepergiannya [edited]
Porposed [edited]
Harapan Yang Terkabul [edited]
Jepang [edited]
Dipertemukan Lagi [edited]
Air Mata Penyesalan [edited]
Ini Bukan Akhir Dari Kisah Kita [END] [edited]
Bukan Akhir
Extra 1 - Video Call
Extra 2 - Happiness!
New Story!
COMING SOON EXTRA!!

Bolos dan Puncak [edited]

2.7K 144 3
By pendairy

Oktober 2015

Ferdi terus menatap langit malam dari balik jendela rumahnya. Ia teringat kembali pada masa lalunya. Seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu dan membuyarkan lamunannya.

"Kamu gakpapa? Daritadi aku panggil-panggil gak disautin, emangnya lagi mikirin apa sih?" Ferdi hanya tersenyum mendengar suara lembut wanita dihadapannya.

"Aku gakpapa kok, cuma kepikiran Papa sama Mama aja."

Wanita itu tersenyum lalu menggenggam tangan Ferdi. "Tenang aja, aku yakin mereka baik-baik aja disana, lagian liburannya gak jauh kok." Ferdi memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

✈✈✈

Juni 2013

Ferdi melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi, pandangannya ia edarkan ke sekeliling untuk mencari sosok yang ditunggunya. Tak lama kemudian, senyum diwajahnya mengembangkan hingga kedua pipinya terangkat begitu ia melihat Nana datang menghampirinya dari kejauhan dengan setelan kemeja berwarna peach dipadukan dengan celana jeans dan rambut sebahu yang dibiarkan terurai begitu saja.

Langkah kaki Nana berhenti begitu sampai dihadapan Ferdi "Lama ya?" tanyanya.

Ferdi menggelengkan cepat. "Enggak kok, gue juga baru nyampe." Bohong, padahal Ferdi sudah menunggunya selama 1 jam karena ia datang lebih awal dan tidak ingin Nana yang menunggunya.

"Bagus deh kalo gitu." gumam Nana sambil tersenyum. "Jadi, kita mau kemana?" Nana terlihat bingung karena sejak Ferdi mengajaknya bolos laki-laki itu tidak memberitahu tempat tujuannya.

"Udah ikut aja." sahut Ferdi sambil memakaikan helm ke kepala Nana. Ferdi menyalakan mesin motornya, diikuti Nana yang menaiki motor vespa hitam itu.

Selama di perjalanan Nana dan Ferdi saling berbagi cerita tentang diri mereka masing-masing, hingga akhirnya Nana terkejut begitu ia menyadari jalan yang mereka lalui adalah jalan menuju ke puncak.

"Fer, gak salah kita mau kepuncak? Lo kan belum punya SIM?!" ujar Nana sedikit panik.

"Tenang aja sih, gak bakal ketangkep polisi kok." sahutnya santai.

"Ih, si oon. Ketangkep si engga, kalo ketilang gimana?!"

"Tenang aja sih, gak usah panik gitu. Kalo ketilang tinggal siapin kata-kata manis aja buat pak polisinya."

"Ish, malah bercanda!"

"Dih, geer banget siapa juga yang ngajak bercanda."

"Lagian jawabnya gitu"

"Lah emang bener, siapa sih yang gak luluh hatinya kalo di cekokin pake kata-kata manisnya Nana," ujar Ferdi. "Buktinya nih gue, korban dari mulut manis lo."

Nana tersenyum malu lalu memukul pelan punggung Ferdi "Apaan sih!"

"Emang bener." sahut Ferdi sambil tertawa kecil.

Setelah beberapa jam diperjalanan akhirnya mereka pun memasuki kawasan puncak, Ferdi memarkirkan motornya, lalu menghampiri Nana yang sedang repot memotret dirinya.

"Mulai deh selfie nya." Nana tertawa kecil, mata dan jarinya masih sibuk melihat-lihat hasil fotonya di layar ponsel.

"Yang ini bagus gak?" tanya Nana sambil menunjukkan fotonya.

"Bagus."

"Kirim ah, ke Ado sama Sarah, biar iri." ujarnya lalu terkekeh geli.

"Eh, jangan yang itu yang dikirim, yang itu kurang bagus deh.' cegah Ferdi lalu merebut ponsel Nana. "Sini foto bareng gue pasti hasilnya bakal lebih bagus." Nana menghela napasnya melihat tingkah Ferdi saat mencari spot yang bagus.

"Sini deketan!" pinta Ferdi lalu menarik pundak Nana untuk lebih dekat dengannya. "Senyum ya, 1..2..3!" lanjutnya.

Nana melirik sekilas Ferdi yang telah berhasil membuat jantungnya berdebar cepat. "Nah, bagus. Yang ini boleh dikirim." ujar Ferdi sambil mengembalikan ponsel tersebut kepemiliknya.

Setelah dua jam puas memotret pemandangan sekitar, Ferdi mengajak Nana untuk pergi lagi kesuatu tempat.

"Mau kemana lagi?" tanya Nana sambil memakai helmnya.

"Udah ikut aja, nanti juga tau kok," Nana hanya mengangguk lalu menaiki vespa tersebut.  "Gak jauh kok." ujar Ferdi.

Setelah 20 menit menempuh perjalanan, Ferdi menghentikan motornya tepat di depan rumah yang tak lain adalah sebuah villa.

"Rumah siapa nih?" tanya Nana.

"Villa keluarga gue, masuk yuk."

"Villa? Ngapain lo ngajakin gue kesini?" ucap Nana sambil berlari kecil mengejar Ferdi yang sudah berjalan terlebih dahulu memasuki villa itu.

"Ada sesuatu yang pengin gua kerjain disini."

Nana mengangkat sebelah alisnya "Sesuatu? Apaan?"

"Ada deh pokoknya."

Nana menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dadanya sambil menatap sinis kearah Ferdi.

Ferdi mengernyit heran. "Lo kenapa Na?"

"Berjaga-jaga Fer."

Ferdi tertawa mendengar ucapan Nana. "Ada-ada aja lo." ujarnya sambil mengacak-acak rambut gadis itu.

Nana menatap Ferdi dalam-dalam, kedua bola matanya berjalan mengikuti Ferdi yang sedang berjalan melewatinya.

"Lo tunggu sini dulu ya, gue mau kebelakang bentar." Nana mengangguk lalu duduk di sofa ruang tengah villa menunggu Ferdi.

Nana menatap layar ponselnya berharap Sarah atau Ado mengirimkannya sebuah pesan. Nana menghembuskan napas panjangnya, lalu menyederkan badannya, entah mengapa ia merasa sangat lelah, sampai-sampai kesadarannya mulai memudar perlahan dan ia pun tertidur pulas saat menunggu Ferdi.

✈✈✈

Nana perlahan membuka kedua matanya begitu merasakan sesuatu mengelus ujung kepalanya.

"Nyenyak tidurnya, Na?" Nana tersentak, ia langsung menegakkan tubuhnya begitu ia melihat Ferdi di sampingnya.

"Lo-" Nana langsung menyilangkan kedua tangannya lagi.

Ferdi terkekeh. "Apaan sih Na, baru gue sentuh rambutnya doang." ujarnya.

Nana menyipitkan matanya. "Serius?"

"Iya seriusan, gue balik lo udah tepar, ngorok lagi."

"Serius gue ngorok?"

Ferdi tersenyum jahil lalu mengangguk. Nana yang percaya akan perkataan Ferdi hanya bisa menahan malunya dan merasa tidak enak kepada Ferdi.

"Mau kemana?" tanya Ferdi begitu Nana tiba-tiba berdiri.

"Pulang." sahut Nana jutek.

"Ujan Na, udah jam segini juga."

"Jam berapa emang?" Nana mengedarkan pandangannya mencari jam. "Ha? Demi apa udah malem?!" ujarnya terkejut begitu melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Yah gimana nih pasti pada nyariin." gumam Nana panik lalu mengecek ponselnya yang sedaritadi tidak ada sinyal.

"Tenang, gue udah bilang ke Papa gue kalo kita ada disini."

"Tapikan kita cuma berdua doang disini."

"Kata siapa? Tuh ada orang lagi kok." Ferdi menunjuk seorang wanita paruh baya yang sedari tadi sedang memandangi mereka dari ambang pintu dapur.

"Siapa?" bisik Nana.

"Bi Nining." sahut Ferdi.

"Oh, malem." sapa Nana ramah.

"Malam juga neng." sahutnya sambil tersenyum lalu kembali masuk ke dapur.

"Udah gak panik kan?" tanya Ferdi.

"Engga si, tapi tetep aja mesti waspada." celetuk Nana membuat Ferdi gemas.

"Tenang aja gak akan gak serang asalkan gak dipancing aja." godanya.

Nana panik dan mengambil bantal sofa lalu mendekapnya sambil melangkah mundur. Ferdi yang melihat itu langsung tersenyum jahil sambil mengambil ancang-ancang seakan ingin menerkam.

"Waaa!!" teriak Ferdi yang berpura-pura seperti ingin berlari.

Nana tersentak kagetdan langsung berlari menjauhi Ferdi. "Gue tinju lo ya!" teriaknya.

Ferdi tertawa lalu berjalan melewati Nana yang sedang meringkuk ketakutan di samping sofa.

"Bercanda Na, tenang aja gue cowok baik-baik kok."

"Semua cowok sama aja." gumam Nana sambil menatap sinis Ferdi.

"Sini Na, tadi bi Nining udah nyiapin teh anget sama pisang goreng pas lo tidur." ujar Ferdi agar Nana menghampirinya ke balkon villa. "Pas banget ngeteh sambil ujan ditemenin pisang goreng buatan bi Nining."

Nana sudah mulai tenang, ia pun bangkit dan menghampiri Ferdi. "Sini duduk." ujar Ferdi sambil menepuk kursi disebelahnya.

Nana menurut dan langsung duduk disebelah laki-laki itu. Mereka menghabiskan teh hangat dan pisang gorengnya tanpa bersuara sama sekali. Hanya terdengar suara hujan dan suara katak di sekelilingnya.

Nana sesekali melirik Ferdi yang sedang memakan pisang goreng. Laki-laki itu menatap kembali Nana begitu ia sadar kalau sedari tadi ia tengah diperhatikan oleh gadis disampingnya.

"Kenapa?" tanya Ferdi.

"Gakpapa, gue ngerasa aneh aja, kok lo bisa setenang ini."

Ferdi tersenyum, ia meletakkan pisang gorengnya di atas piring itu. "Kata siapa gue tenang? Tapi tenang aja gue gak bakal macem-macem, gue mau jadi cowok baik-baik buat lo."

Nana mengalihkan pandangannya lagi, jantungnya berdebar dengan cepat begitu ia mendengar ucapan Ferdi. Cowok baik?

Nana tersenyum. "Makasih Fer." gumamnya

-TBC

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
6.1M 706K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...