26 Days : Koi of Love [COMPLE...

By MRX-CLAY

88.2K 4.8K 306

Demi perasaan cintanya, ia mencoba peruntungan selama 26 hari. Sebuah mitos yang belum tentu ketepatannya, ta... More

Prolog
1st Day : Abadi
2nd Day : Bebas
3nd Day : Cahaya
4th Day : Demam
5th Day : Embun
6th Day : Firasat
7th Day : Gunung
8th Day : Hinata
9th Day : Ingatan
10th Day : Jujur
11th Day : Kalah
12th Day : Lahir
13th Day : Magatama
14th Day : Naruto
15th Day : Obat
16th Day : Pacar
17th Day : Queen
18th Day : Rival
20th Day : Tragedi
21th Day : Usai
22th Day : Vas
23th Day : Warna
24th Day : Xenophobia
25th Day : Yakin
26th Day : Zaman
Cerita Baru

19th Day : Surat

2K 143 2
By MRX-CLAY

Hari ini, aku mendapatkan sebuah kejutan di kotak surat rumahku. Baru pertama kali, ada surat yang nyasar di rumahku! Bukan nyasar sih, tapi jarang sekali ada yang kirim surat ke rumah. Jadi saat mendapatkan surat, begitu deh. Tapi ada hal yang aneh.

Iya sih surat, tapi itu surat kaleng!

◐ 26 Days : Koi of Love ◐

Hinata terpaku memegang surat di depan rumahnya. Baru saja ia keluar dari dalam rumah, niatnya untuk menyapu halaman rumah yang sudah mulai dipenuhi dengan dedaunan kering. Tapi matanya langsung tertuju pada kotak surat yang tidak seperti biasanya. Apa? Terdapat surat di dalamnya! Lantas, langsung saja ia mengambil surat itu dan melihat siapa pengirimnya. Tapi, saat dicari-cari, disisi depan maupun belakang, tidak ada nama yang mengirimkannya! Hanya terdapat tujuan, yaitu Hyuuga Hinata.

"Ini yang disebut surat kaleng, ya?" tanyanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Keringat dingin mulai keluar dari dalam tubuh Hinata, gemetar karena takut. Biasanya yang mengirim surat kaleng adalah orang yang ingin berbuat jahat! Tapi Hinata tidak boleh langsung mengambil keputusan seperti itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dibuka surat itu secara perlahan. Kemudian dibacanya secara hati-hati, "Kutunggu kau di sekolah pukul sebelas siang," itulah isi suratnya.

"Siapa?" tanya Hinata, tulisannya tidak dikenal olehnya. Tulisan Naruto tidak seperti ini, Ino juga, jadi siapa?

Untuk mengurangi rasa penasaran, akhirnya Hinata pun memutuskan untuk datang ke sekolah pukul sebelas siang nanti. Sebelum itu, ia melipat kembali surat itu dan memasukkannya ke dalam kantung baju, agar ayahnya tidak melihat. Akhirnya, kegiatannya menyapu halaman pun ditunda. Berikutnya ia masuk ke dalam rumahnya dan bersiap untuk membawa perlengkapan. Dari makanan dan minuman, soalnya sekalian Hinata ada di sekolah sampai malam. Lalu, Hinata menuju dapur untuk mengambil sebuah benda. Talenan. Ia melihatnya secara angkuh, talenan tersebut untuk perlindungan kalau ada apa-apa.

"Kak Hina, ngapain melihat talenan dengan sebuah pandangan yang mengisyaratkan sesuatu?" tanya Hanabi yang secara tiba-tiba itu mengagetkan Hinata.

"Eh? Bukan buat apa-apa kok!"

Pukul setengah sebelas tiba, Hinata sudah siap seutuhnya. Akhirnya talenan itu batal dibawa karena dilarang oleh Hanabi. Sekarang ia berpamitan dengan orang yang ada di rumah dan langsung pergi. Selama perjalanan, Hinata hanya berjalan santai. Tidak ada yang membuatnya terburu-buru, hanya saja ada yang membuatnya penasaran.

"Siapa yang mengirim surat itu ya?" tanyanya dikala ia berjalan.

Tidak lebih dari tiga puluh menit, Hinata sudah sampai pada tempat tujuan. Di depan gerbang sekolah, ia menengok ke kanan dan ke kiri. Siapa tahu ada orang yang dicari Hinata, walau ia tidak tahu seperti apa orang yang dicarinya. Tapi saat ia menengok, tidak ada orang sama sekali. Jadi ia melangkahkan masuk kakinya ke dalam sekolah.

Hinata bersandar pada dinding sekolah, dan mulai menunggu sampai ada orang yang datang. Sepuluh menit menunggu, Hinata sudah mulai merasa bosan. Ia menguap dan sesekali mengucek-ngucek matanya. Sebenarnya orang yang mau bertemu dengan Hinata itu serius tidak sih?! Katanya akan menunggu, ini malah Hinata yang harus menunggu.

"Hinata!" panggilan itu menghentikan langkah Hinata, ia menengok ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Siapa tahu yang memanggilnya itu adalah si pengirim surat.

"Kiba?" tanya Hinata tidak percaya. 'Jadi, yang mengirim surat itu Kiba?' batinnya bertanya. Mungkin memang Kiba, tapi ada urusan apa ya? Tapi kalau Kiba, rasanya Hinata kurang percaya. Kenapa? 'Kalau memang Kiba, kok tulisannya bagus sih?!' inilah yang membuat Hinata tidak percaya. Tulisan Kiba itu, terkenal paling hancur di sekolah.

"Kenapa ada di sini?" sudah begitu, Kiba pakai tanya kenapa Hinata ada di sini segala. Berarti benaran bukan Kiba, 'kan? Lalu siapa?

"Ah. Bukan apa-apa, hanya mau kasih makan ikan saja." jawab Hinata dan melihat-lihat kembali, siapa tahu ada orang lagi di sekitar sana. Apa orang yang dicari Hinata sedang bersembunyi? Atau sedang memata-matai dirinya? Makanya tidak kelihatan dari tadi.

"Hoo. Ada yang kau cari ya?" tanya Kiba heran melihat mata Hinata yang bergerak tidak menentu, ia pun ikutan melihat-lihat sekeliling, siapa tahu ia menemukan sesuatu yang dicari Hinata.

"Tidak kok," jawab Hinata langsung.

Akhirnya, tanpa mempedulikan hal itu, Hinata memutuskan untuk mengabaikan surat itu. Anggap saja sebagai angin lalu, atau perbuatan orang iseng. Di dunia ini 'kan banyak orang iseng dimana-mana. Ia jalan masuk ke sekolah, bersama dengan Kiba. Langsung saja pada tujuannya.

Kiba melihat Hinata, ia begitu terpesona pada sosok Hinata. Jadi ia mau mengajak Hinata bicara, daripada ada keheningan yang melanda. "Ngomong-ngomong," baru saja Kiba memulai pembicaraan, tapi...

BLASH.

Seseorang tiba-tiba melompat dari atas pohon dan mendarat tepat di hadapan mereka. Gayanya yang sok keren serta rambut yang berterbangan karena terpaan angin, sungguh membuatnya tampak berkilau di mata Hinata.

"Yahuu." sambut orang tersebut, ia mengangkat tangannya sebagai gerakan yang ia lakukan. Kemudian berdiri dengan benar.

"Naruto?" Hinata kaget dengan kemunculan satu orang lagi. Mungkinkah Naruto yang mengirimkan surat itu? Tapi, tulisannya juga bukan tulisan Naruto! Lebih tepatnya, itu adalah tulisan seorang perempuan.

"Halaaah." sedangkan Kiba mendengus kesal, acaranya berdua dengan Hinata saja jadi berantakan.

Saat ini, Hinata dibingungkan dengan beberapa kejadian. Pagi-pagi sudah dapat surat kaleng, katanya suruh datang ke sekolah jam sebelas. Sampai di sekolah, ia tidak bertemu dengan si pengirim surat. Hinata malah bertemu dengan orang yang sudah jelas bukan si pengirim surat. Jadi.

'Siapa yang mengirim surat itu?!'

˚°◦ ◦°˚ ◐ 19th Day ◐ ˚°◦ ◦°˚

"Haha. Si Putih lahap banget!" seru Naruto kegirangan sambil tertawa. Tidak biasanya ia melihat si putih yang berenang dengan kecepatan penuh sambil makan seperti itu.

"Kalau aku bawa Akamaru, pasti dialah yang lebih lahap." cetus Kiba kemudian.

Naruto menatap Kiba tajam, "Kau tidak bermaksud untuk menyuruh Akamaru makan si putih, 'kan?" tanyanya datar.

"Tidak lah, ada-ada saja kau. Kalau itu terjadi, bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah dan masuk penjara kali." jawab Kiba memutar bola matanya dan menatap si putih kembali.

Dari sisi lain, di bangku taman, Hinata melihat tingkah keduanya, ia menopang dagunya bosan. Memang tidak ada kerjaan lain yang dapat dilakukan olehnya setelah ia memberikan makan ikan. Ia menghela napasnya, berpikir apa yang sebaiknya dilakukan. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya memang tidak ada kegiatan. Ia jadi menghela napasnya lagi.

Orang yang katanya menyuruh Hinata untuk datang ke sekolah juga, tidak datang. Jadi, surat itu sudah tidak penting lagi. Tapi, Hinata tetap saja penasaran! Mungkin memang cuma orang iseng saja, abaikan saja yang begituan. Tapi, mau diapakan lagi. Hinata adalah orang yang sekali penasaran, harus cepat dihilangkan rasa penasaran itu.

Dari sisi Naruto dan Kiba, saat ini mereka sedang bertatap-tatapan. Kenapa? Kemudian mereka melihat Hinata.

"Sepertinya Hinata sedang bosan," ucap Kiba, ia melihat Hinata yang sudah berkali-kali menghela napas.

"Aku sependapat denganmu," balas Naruto, ia juga melihat hal yang sama.

Kemudian Naruto dan Kiba bertatap-tatapan kembali. "Apa kamu punya kegiatan yang dapat membuatnya tidak bosan?" tanya Kiba menunjuk Hinata dengan jari jempolnya, tapi masih menatap Naruto.

"Hmm." keduanya mulai berpikir.

Sepuluh menit berpikir, cukup lama juga waktu yang diperlukan untuk berpikir. Tapi karena itu, otak cermelang Naruto bergerak. "Aku tahu!" serunya mengangkat jari telunjuknya.

Kiba yang masih asyik berpikir jadi berhenti, kemudian bertanya apa ide yang didapatkan oleh Naruto.

"Petak umpet," kata Naruto dengan sok, ia menurunkan tangannya. Karena telah menemukan ide, Naruto jadi merasa lebih unggul dari Kiba.

"Hah? Petak umpet?!" tanya Kiba kaget. Layaknya anak-anak, masa main petak umpet?! "Memangnya kita masih kecil apa!? Tidak ada yang lain?" ucapnya meninggikan suara tapi dengan suara berbisik.

"Yah. Untuk menghilangkan rasa bosan, apa salahnya bertingkah seperti anak kecil?"

Kiba berpikir kembali, kemudian ia melihat Hinata yang masih saja diurungi kebosanan. Tidak ada pilihan lain, ia harus menerimanya. "Baiklah, demi Hinata." ucapnya terpaksa.

"Oke, demi Hinata."

Kedua kepalan itu pun bertemu.

Naruto dan Kiba berjalan menuju Hinata, begitu kompak. Sampai pada tujuan, langsung saja tangan keduanya menyuruh Hinata berdiri. Mereka membantu Hinata, sampai berdiri dengan benar.

"A-Ada apa?" tanya Hinata kaget sekaligus gugup dengan tindakan keduanya.

Naruto dan Kiba melepas pegangannya pada Hinata, "Ayo main, petak umpet!" seru keduanya dengan bersemangat.

Dan sekarang, setelah pernyataan perang itu diutarakan. Setengah jam telah berlalu berlalu, dan akhirnya permainan ini dilakukan setelah menunggu persetujuan dari Hinata yang begitu lama. Lalu, apa yang dilakukan Hinata sekarang? Kali ini, giliran Hinata yang menjadi pencari. Sudah tahu kalau Hinata tidak pandai mencari orang, tidak pandai bersembunyi juga sih. Bakalan butuh waktu lama untuk menemukan keduanya nih. Yang Hinata tahu, Naruto dan Kiba itu sangat pandai bersembunyi. Kalau mereka ikut lomba petak umpet, pasti mereka yang bakalan menang.

"Haduuh." Hinata berjalan menelusuri lorong sekolahan, sekalian membuka ruang yang pintunya tidak terkunci dan mencari mereka di dalam. Siapa tahu salah satu dari mereka ada di ruangan yang tak terkunci itu.

Tapi setelah lima ruang dicari, tetap saja Hinata tidak menemukan keduanya. Jadi harus dimana lagi Hinata mencari? Ruang satu tidak ketemu, ia melanjutkan ke ruang yang berikutnya. Seperti itu terus yang Hinata lakukan, sampai bertemu dengan salah satu dari Naruto dan Kiba.

"Sstt."

Tidak ada tanggapan, sekali lagi ia mencoba.

"Sstt."

Lagi-lagi panggilan itu tidak didengar oleh orang yang dipanggil. Jadi, langsung saja orang yang memanggil ini beraksi dengan pelan.

"Woy! Bukannya sembunyi malah ngikutin Hinata diam-diam!" seru orang ini berbisik dan menggetok kepala yang satunya lagi.

"Eh, apa?! Naruto!? Kenapa kau ada di sini?! Kenapa kau tidak sembunyi?!" teriak Kiba kaget dan memegang kepalanya yang sakit karena digetok Naruto.

"Sstt. Berisik tahu! Kalau kedengaran sama Hinata bagaimana?" balas Naruto menutup mulut Kiba, ia melihat Hinata yang mulai menjauh.

"Sendirinya kamu juga begitu." ucap Kiba menepis tangan Naruto yang menghalangi pergerakannya. Tanpa mempedulikan Naruto, Kiba kembali mengikuti Hinata, Naruto pun menyusulnya.

"Apa dibiarkan seperti ini saja? Kalau seperti ini terus, mana mungkin Hinata dapat menemukan kita, 'kan?" tanya Naruto tidak tega. Yah. Naruto tahu kelemahan Hinata yang payah dalam permainan petak umpet ini. Payah dalam hal mencari maupun bersembunyi.

"Apa kita buat sebuah kejadian disengaja agar Hinata dapat menemukan kita?" tanya Kiba serius.

"Itu sama saja namanya curang, bermain curang itu tidak bagus." balas Naruto, dan ia tidak menyukai hal yang namanya curang. Jadinya ide Kiba, ia tolak dengan tegas.

Tanpa mempedulikan Naruto yang tidak menyetujui idenya, ia kembali mengikuti Hinata. Begitu pula Naruto, mereka menatap Hinata secara tajam. Entah Hinata merasakan aura mereka berdua atau tidak. Inilah yang membuat Naruto khawatir, Hinata tidak pernah sadar kalau ada yang mengikutinya maupun menguntitnya.

Dua jam berlalu sejak kejadian tadi, Naruto dan Kiba sudah mulai lelah mengikuti Hinata yang tidak pernah ada kata lelah dalam mencari. Walaupun tidak menemukan, tetap saja terus berjuang.

"Hei, sepertinya kita memang harus menggunakan caramu itu." disaat seperti ini, Naruto tidak peduli dengan yang namanya curang atau tidak. Naruto sudah lapar! Beberapa kali perutnya berbunyi. Mau makan, tidak enak meninggalkan Hinata yang mencari dan dirinya makan.

"Dari tadi dong," akhirnya ide Kiba diterima juga, jadinya langsung saja Kiba memilih jalan memutar untuk berada di depan Hinata nanti.

Kalau Naruto, ia tidak mau menggunakan cara yang ribet. Saat Hinata menengok untuk mencari, dengan kecepatan penuh ia berlari dan menyelinap di sebuah tempat yang pas. Sekarang, semuanya sudah sukses menjalankan rencana awal.

Selesai dengan ruang ke dua puluh yang tidak terkunci, di sana Hinata juga tidak menemukan keberadaan Naruto maupun Kiba. Rasanya Hinata jadi sedih, kenapa kemampuannya mencari sesuatu sangat payah? Pasti Naruto dan Kiba merasa bosan karena harus dibuat menunggu beberapa jam oleh Hinata. Pasti mereka sudah pulang, 'kan?

Hinata tertunduk, "Kalau seperti ini terus, kapan aku menemukan mereka?" tanyanya kesal pada dirinya sendiri.

Melihat Hinata yang tertunduk sedih, membuat perasaan kedua lelaki ini tidak enak. 'Apa yang harus kulakukan sekarang?!' batin mereka berteriak. Disaat seperti ini, haruskah mereka keluar?

"Ugh." Hinata mengangkat kepalanya kembali, "Aku tidak boleh diam," kemudian berbalik arah dan berlari untuk kembali pada tempat awal keberadaannya sebelum mencari.

"Hei? Kok balik arah sih!?" tanya Naruto dan Kiba kaget, kemudian mulai berlari untuk menyusul Hinata yang mulai menjauh.

"Hei. Ini tidak sesuai dugaan!" seru Naruto kesal, karena ide Kiba akhirnya menjadi sia-sia.

Hinata malah berbalik arah! Niat Naruto dan Kiba awalnya 'kan ada di depan Hinata, agar mereka dapat ditemukan oleh Hinata. Tapi akhirnya, Hinata malah berlalik arah ke tempat mereka sebelumnya.

"Aku mana tahu! Aku tidak bisa membaca masa depan tahu!" seru Kiba membalas Naruto.

"Harusnya aku tidak usah menggunakan idemu tadi!" balas Naruto kembali. Dalam hal ini, tidak ada yang mau mengalah.

"Terserah!"

"Hei! Masa tanggapannya begitu aja.. sih?" tanpa diketahui oleh Naruto, ternyata tali sepatunya terlepas. Lalu, apa yang terjadi pada Naruto? Naruto menginjak tali sepatunya sendiri!

"Lho? Eh? Huaaah!"

BRUAK.

Akhirnya, permainan ini selesai karena Hinata telah menemukan keduanya sekaligus. Naruto dan Kiba, ditemukan oleh Hinata karena Hinata mendengar suara jatuh sekaligus suara rintihan. Ternyata, saat Hinata menengokan kepalanya ke belakang, terdapat Naruto yang sedang menimpa Kiba.

"Sialan kau, Naruto."

˚°◦ ◦°˚ ◐ Surat ◐ ˚°◦ ◦°˚

"Pada akhirnya, hari ini pun berakhir dengan melihat si hitam makan." ucap Naruto dengan santai, dan berjalan serta duduk di sebelah kanan Hinata.

Hinata melihat Naruto yang duduk di sebelah kanannya, kemudian melihat Kiba yang duduk di sebelah kirinya. "Yah. Setidaknya kita sudah menyelesaikan hari dengan baik." kata Kiba sembari memakan cemilan yang sengaja dibawanya dari rumah. "Mau? Mau?" tawarnya kemudian.

"Terima kasih kalian sudah mau menemaniku sampai saat ini." ucapan terima kasih dari Hinata, membuat Naruto dan Kiba merasa bangga. Dapat berguna bagi orang yang disukainya itu, merupakan hal yang sangat membanggakan.

"Haha. Sama-sama, lagian aku di rumah juga tidak ada kerjaan penting kok." balas Kiba tertawa ringan. Padahal sebelum pergi, ia dipaksa kakaknya mengajak Akamaru jalan-jalan.

"Sama! Aku juga," lanjut Naruto.

"Maaf sudah membuat kalian berdua menunggu begitu lama." kemudian Hinata meminta maaf karena kepayahannya dalam mencari.

"Ah! Itu bukan hal yang harus pakai minta maaf segala kok!" seru Kiba menyuruh Hinata kembali menarik ucapannya. Malah sebaliknya, Kiba tidak merasa bosan karena melihat tingkah Hinata.

"Sama! Lagian, sudah sewajarnya sebagai seorang pencari itu mencari, dan yang bersembunyi harus bersembunyi." balas Naruto tidak mau kalah dengan Kiba.

"Terima kasih. Tapi, apa tujuan kalian berdua ke sekolah?" pertanyaan dari Hinata, telah membuat Naruto dan Kiba diam seribu bahasa. Harusnya kalau datang ke sekolah, pasti punya tujuan khusus, 'kan? Tapi ini seharian malah menemani Hinata. Itulah yang membuat Hinata penasaran sejak kedatangan keduanya ke sekolah.

"Eh? Itu, apa ya? Aku lupa sama tujuanku sendiri." jawab Naruto asal bicara, entah masuk akal bagi Hinata atau tidak. Yang jelas, ia sudah menjawab pertanyaan Hinata. Tapi bukannya Hinata tahu tujuan Naruto sebenarnya? Kalau bukan untuk menemani Hinata, untuk apa lagi?

"Ha-ha. Aku sepertinya juga sama seperti Naruto. Tidak ada yang berbeda, aku juga lupa sama tujuan awalku." karena tidak punya alasan yang pas, jadinya Kiba meniru alasan Naruto. Cukup 'kan untuk menutupi sedikit kebohongan?

"Oh, begitu ya?" tidak peduli dengan jawaban keduanya, Hinata tidak mau mengungkit hal itu panjang-panjang. Lagian, Hinata juga masih punya pemikiran yang membuatnya sendiri penasaran. Siapa sih pengirim surat itu!? Sampai saat ini Hinata masih belum mengetahuinya. Meski ia mau melupakannya, tapi sangat susah menghilangkan rasa penasaran yang sudah terlanjur melekat pada dirinya.

"Yosh! Sudah malam nih, ayo kita pulang." ajak Naruto, dan kemudian semuanya berdiri dan berjalan keluar sekolah.

Sampai akhir pun, Hinata tidak mengetahui siapa pengirim surat itu. Memang membuatnya sedikit penasaran, tapi ya sudahlah. Kejadian surat kaleng seperti hari ini, adalah hal yang sudah sering terjadi pada siapapun. Bukan hanya padanya saja, tapi Hanabi juga pernah mengalami hal seperti ini. Tahu-tahunya, yang mengirim surat kaleng itu adalah fans Hanabi. Mungkin yang mengirim surat kaleng pada Hinata juga, adalah salah satu fans-nya.

Selama berjalan, Naruto dan Kiba sengaja berjalan di belakang Hinata, sedikit menjaga jarak sekitar tiga meter dari Hinata. Sepertinya ada hal pribadi yang ingin dibicarakan keduanya. Tentang keberadaan keduanya yang ada di sekolah itu lho, kok bisa.

"Hei." panggil Kiba, ia melihat Naruto yang berhenti bersiul dan bersenandung karena panggilan darinya.

"Apa?" tanya Naruto spontan, ia melihat Kiba sebentar dan melihat Hinata kembali untuk memastikan Hinata aman.

"Kau melihatku menaruh surat itu ya?" tanya Kiba langsung, tidak usah berbelit-belit, karena kebenarannya sudah diketahui olehnya.

"Tentu saja." Naruto pun menjawabnya langsung tanpa ada jeda, itu dikarenakan pemikiran Kiba memang benar. Tidak usah lama-lama berbikir untuk berbohong, lagian Kiba adalah sahabatnya.

"Pantas saja kamu datang ke sekolah hari libur begini, ganggu." balas Kiba membuang mukanya malas, taktiknya berdua saja dengan Hinata jadi gagal total gara-gara kehadiran Naruto.

"Haa. Itu tentu saja harus dilakukan. Mana mungkin aku memberikan kesempatan pada musuhku, 'kan? Lagian setiap hari libur aku juga datang ke sekolah kok."

"Pengganggu."

"Masa bodo dibilang begitu oleh kamu. Yang jelas, aku tidak mau membiarkannya begitu saja. Kalau aku sedikit memberi celah, bisa-bisa kamu yang menang."

"Haha. Gitu ya?"

Malah yang terjadi sekarang, adu mulut diantara keduanya. Masih tetap jalan, keduanya masih saja tetap bicara. Hinata yang tidak peduli pun tetap jalan tanpa ada niat untuk berjalan bersebelahan dengan Naruto maupun Kiba. Setidaknya memberi waktu untuk mereka berbicara santai, tanpa ada yang menguping.

"Tentu saja. Mana ada sih yang mau kalah dalam perang." cetus Naruto sok keren, dan itu malah membuat Kiba tambah kesal. Bisa-bisanya dia berteman dengan orang seperti Naruto, sudah gitu jatuh cinta pada orang yang sama lagi.

"Sok keren!" balas Kiba kesal.

Tapi walau mengetahui itu, entah kenapa mereka tidak bisa bertengkar. Mengetahui kalau mereka menyukai orang yang sama, harusnya akan ada jurang yang dapat memisahkan persahabatan mereka. Tapi, ini tidak. Mungkin karena ikatan persahabatan mereka, lebih besar daripada rasa untuk mendapatkan sesuatu.

"Nih ya, ada yang membuatku penasaran." ucap Naruto seketika, dan itu sukses membuat Kiba ikut penasaran.

"Apa? Katakan saja." balas Kiba.

"Kok Hinata bisa tidak tahu kalau yang mengirim surat itu kamu? Tulisanmu 'kan terkenal hancur, harusnya langsung tahu dong. Tidak ada yang tidak mengenali tulisanmu." inilah yang membuat Naruto penasaran dari tadi. Bingung juga Hinata dapat membaca tulisan di surat itu saat Naruto mendengarnya.

"Oh, itu. Aku minta kakakku untuk menulisnya. Butuh perjuangan yang sangat besar itu, kau harus memberi tepuk tangan padaku. Lalu, jangan seenaknya bilang kalau tulisanku itu hancur." jawab Kiba jujur. Mengingat begitu besar pengorbanannya untuk surat itu, sampai-sampai ia memohon pada kakaknya untuk menuliskannya. Alhasil, perjuangannya tidak terlalu sia-sia.

"Hoo, pantas saja."

"Tapi, kok kamu bisa tahu kalau surat itu berisikan tentang kedatangan ke sekolah? Kamu tidak menyelinap membuka kotak surat keluarga Hyuuga dan membaca, 'kan?" tanya Kiba intens, matanya menajam karena pikirannya lagi memikirkan hal-hal buruk.

"Awalnya aku memang berniat seperti itu sih. Tapi, aku tidak mungkin membaca surat yang bukan ditujukan untukku! Aku tidak akan melakukan perbuatan yang tidak jantan seperti itu!" seru Naruto menggerak-gerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan. Lagian, itu adalah perbuatan yang tidak terpuji, tidak boleh dilakukan.

"Lalu?"

"Hari ini, pagi-pagi aku datang ke rumah Hinata untuk memastikan Hinata yang mengambil surat itu. Bisa gawat kalau yang mengambilnya paman atau Neji. Untungnya ya, surat itu Hinata yang mengambilnya. Untung berikutnya, Hinata membaca surat itu bukan dalam hati. Jadi, walau suaranya memang kecil, aku dapat mendengarnya." cerita Naruto, itu sudah cukup menjadi alasan bagi Kiba. "Jadi setelah mendengar itu, aku langsung lari kembali ke rumah untuk persiapan ke sekolah." lanjut Naruto kemudian.

"Oke, sudah cukup ceritanya. Kita bersaing lagi ya." dan inilah akhir dari hari ini, semuanya berjalan dengan baik walau tidak sesuai dengan perkiraan Kiba. Ternyata, perang masih berlanjut ya?

"Ok! Pasti aku yang akan menang." dengan gampang pula, Naruto memuji dirinya sendiri. Yah. Walau memang, diakhirnya dialah yang akan memenangkan peperangan ini.

"Pede sekali," Kiba tersenyum tipis.

Tapi.

Selama perang belum berakhir, boleh 'kan tetap berjuang?

◐ To Be Continue ◐

Continue Reading

You'll Also Like

2M 84.5K 100
Indonesia : Disclamer : Semua Komik Ini Bukan Buatan Saya, Melainkan Komik Buatan Para Fans BoruSara (Yang Saya Tidak Tahu, Siapa Pemiliknya), Yang S...
174K 9.3K 44
[π‘ͺ𝑢𝑴𝑷𝑳𝑬𝑻𝑬𝑫]βœ” ❝Highest rank : #1 Boruto [01/07/20] #1 Sarada [24/07/20] #2 borusara [16/08...
1.1M 58.3K 101
Indonesia : Disclamer : Semua Komik Ini Bukan Buatan Saya, Melainkan Komik Buatan Para Fans SaiIno (Yang Saya Tidak Tahu, Siapa Pemiliknya), Yang Say...
47.4K 5.1K 23
[[Cerita Lengkap]] Jangan plagiat. Terimakasih. Pairing : BoruSara Character : Milik Masashi Kishimoto dan Mikio Ikemoto Created : ku_mi_ko_rin_7 Gen...