26 Days : Koi of Love [COMPLE...

By MRX-CLAY

88.2K 4.8K 306

Demi perasaan cintanya, ia mencoba peruntungan selama 26 hari. Sebuah mitos yang belum tentu ketepatannya, ta... More

Prolog
1st Day : Abadi
2nd Day : Bebas
3nd Day : Cahaya
5th Day : Embun
6th Day : Firasat
7th Day : Gunung
8th Day : Hinata
9th Day : Ingatan
10th Day : Jujur
11th Day : Kalah
12th Day : Lahir
13th Day : Magatama
14th Day : Naruto
15th Day : Obat
16th Day : Pacar
17th Day : Queen
18th Day : Rival
19th Day : Surat
20th Day : Tragedi
21th Day : Usai
22th Day : Vas
23th Day : Warna
24th Day : Xenophobia
25th Day : Yakin
26th Day : Zaman
Cerita Baru

4th Day : Demam

2.9K 190 6
By MRX-CLAY

  Sesuatu yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Bahwa, aku akan merasa tidak enak badan seperti ini. Demam~ Kenapa aku malah mendapatkan penyakit disaat aku sedang mencobasebuah peruntungan? Semoga saja, demam ini tidak menghambatku untuk melakukan apa yang kuinginkan.   

  Demam yang seperti ini, pasti dapat kuatasi dengan mudahnya jika aku mau.


◐ 26 Days : Koi of Love ◐ 

"Ohok-ohok," Hinata terbangun dari tidurnya karena tiba-tiba ia batuk. Ia mengangkat tubuhnya dan merubah posisinya jadi terduduk, memegang jidatnya dan melihat tangan setelahitu. 'Kondisiku semakin buruk saja,' batinnya tidak semangat.   

Kemarin hanya bersin saja, tapi sekarang ditambah dengan batuk. Sudah begitu, suhu tubuhnya mulai meningkat. Ini disebabkan karena main hujan kemarin, saat malam hari lagi. Suhumalam hari itu lebih dingin daripada siang hari. Waktu kecil, Hinata sering main hujan saat masih terang. Jadi saat main hujan malam hari, sudah pasti akan sakit. Karena kemarin adalahpengalaman Hinata untuk yang pertama kali main hujan saat malam hari.   

"Tapi aku harus sekolah," dengan kemampuan yang masih ada, ia beranjak perlahan menuju seragamnya. Berganti baju, dan setelah selesai ia menyisir rambutnya. Lalu mengambil tasdan menuruni anak tangga dengan pelan-pelan. Kalau tidak pelan-pelan, takutnya akan jatuh menggelinding karena pandangan membuyar.   

Sudah sampai dibawah, Hinata meletakkan tasnya diatas meja. Menuju dapur dan mencari obat penurun demam. Setelah didapat, ia meminumnya. GLEK~ Terminum sudah obat itu.Entah itu akan membuatnya sehat dengan cepat atau tidak. "Mudah-mudahan dengan meminum obat ini akan membuatku lebih sehat," ucapnya.  

Selamat pagi," Hinata melihat Hanabi yang mengucek-ngucek matanya sedang masuk ke dalam dapur. 

"Selamat pagi Hanabi," balas Hinata. Ternyata hari ini Hanabi bangunnya lebih cepat, padahal hari ini 'kan jatah Hinata yang memasak. 

Sadar sudah Hanabi seutuhnya, matanya langsung menangkap sosok Hinata yang berbeda dari biasanya. "Kak Hinata sehat?" tanyanya langsung. Kenapa Hanabi berpikiran seperti itu?Nafas Hinata terlihat lebih cepat, padahal belum melakukan apa-apa, tapi sudah berkeringat. Wajah Hinata juga memerah, padahal cuacanya tidak panas. 

"Ya?" jawab Hinata ragu-ragu. Kalau dibilang sehat, mungkin tidak. Tapi setidaknya, ia mau mengucapkan dengan mulutnya sendiri bahwa dirinya sehat. 

"Benar?" tanya Hanabi sekali lagi. "Iya," kali ini pun Hinata menjawab dengan jawaban yang sama. "Baiklah, kakak istirahat di ruang tamu. Aku saja yang ambil jatah masak hari ini,"perintah Hanabi. 

Hinata yang merasa tidak enak pun menolaknya, tapi tetap dipaksa oleh Hanabi. Jadinya ia menyerah dan menuruti apa yang diinginkan oleh Hanabi. Yah~ Hinata memang bilang bahwadirinya sehat, tapi Hanabi tidak mudah dibohongi kalau masalah yang menyangkut dengan kesehatan. 

Selagi Hanabi masak, Hinata hanya bersantai di sofa. Ia memikirkannya, kenapa bisa sakit disaat seperti ini? Ini hanya akan merepotkan keluarganya. Salah satunya, pagi-pagi sudahmerepotkan Hanabi. Padahal jatah masak hari ini harusnya Hinata, bukan Hanabi. 

"Selamat pagi," 

"Pagi," 

Mendengar sapaan itu lagi, Hinata jadi merasa tidak tenang. Bagaimana kalau ayah dan kakaknya itu menyadari kalau dirinya sakit? Ia tidak mau melibatkan ayah dan kakaknya juga. 

Hiashi duduk di sofa, ia melihat Hinata yang menutup wajahnya dengan bantal. "Ada apa?" tanya Hiashi heran. Tumben-tumbenan Hinata menyembunyikan wajahnya seperti itu. 

"Bukan apa-apa kok yah," balas Hinata. Neji yang berdiri dibelakang Hinata jadi penasaran. Ia menarik bantal yang Hinata genggam erat-erat itu, "Palingan ada jerawat," ucapnya danmelihat Hinata yang wajahnya mulai memerah. 

Neji dan Hiashi yang melihat itu jadi panik sendiri. Neji melempar bantal itu disebelah Hinata, "Demam ya?" koreksinya sambil menatap wajah Hinata tidak percaya. Wajah merah itubukan karena malu karena ucapan Neji tadi. Tapi karena wajah Hinata yang mulai memanas. 

Dengan kecepatan kilat, Hinata menggelengkan kepalanya. Hiashi menghela nafasnya, "Ayah dapat melihatnya, kau demam Hinata. Sebaiknya tidak masuk sekolah hari ini," Hiashi berdirikembali dari duduknya. Ia berniat menelepon sekolah untuk memberitahukan hal ini. 

"Tidak," mendengar itu, Hiashi menghentikan langkahnya. Ia mau mendengarkan kelanjutannya terlebih dahulu. "Ada yang harus kulakukan. Lagian aku sudah minum obat penurundemam kok," ucapnya dengan sedih. Kalau tidak bisa sekolah, nanti tidak bisa memberi makan ikan koi itu. Yang paling parah, tidak bisa bertemu dengan Naruto. 

"Baiklah, kalau merasa semakin buruk, jangan dipaksakan. Kau harus beristirahat," akhirnya Hiashi memberikan izin pada Hinata untuk bersekolah. Melihat Hinata yang senang seperti itu,Hiashi jadi tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 

Neji menatap Hinata dengan cemas, "Coba kalau aku satu sekolah dengan Hinata. Akan kujaga terus sampai pulang," ucapnya. Hinata tersenyum mendengar itu, "Terima kasih kak Neji,"ia senang memiliki keluarga seperti semuanya. 

"Makanan sudah jadi, ayo makan." mendengar Hanabi yang telah memberitahukan makanan telah jadi, mereka langsung ke ruang makan. 

Selesai makan, Hiashi mendapatkan usul lain. Walau ia berpikir, ia tidak suka meminta bantuan pada anak seperti itu. Tapi, sepertinya memang harus ia lakukan. "Apa sebaiknya kasihtahu Naruto saja?" tanyanya dengan tenang. 

"Jangan!" sergap Hinata dengan cepat. Tentu yang ada didalam ruangan itu jadi heran sendiri. "Kenapa?" tanya Hanabi penasaran. "Aku tidak mau merepotkannya," Hanabi jadi tertawadalam hati saat mendengarkan jawaban itu. 

"Kalau begitu ayah akan antarkan sampai ke sekolah," Hiashi melap mulutnya dengan lap dan telah menutup acara makan pagi kali ini 

"Nanti merepotkan ayah," inilah yang benar-benar Hinata tidak suka. Pagi-pagi saja sudah merepotkan seperti ini. Bagaimana keterusannya? 

Tidak~ Bahaya kalau tiba-tiba pingsan di tengah jalan." Hiashi langsung keluar dari ruang makan dan mempersiapkan mobil yang akan digunakannya nanti. 

"Iya," tidak dapat mengelak lagi, akhirnya Hinata menyetujuinya juga.   

Akhirnya Hiashi dan Hinata berangkat untuk menuju sekolah. Tidak lupa Neji dan Hanabi sekalian. Sudah lama sekali tidak bareng-bareng seperti ini selain saat makan bersama. Sampaidi sekolahnya Hinata, Neji dan Hiashi kembali memperingati Hinata. Kalau Hanabi, ia memberi obat penurun demam untuk Hinata makan kembali saat istirahat. 

"Terima kasih," 

Mobil itu pun melaju kembali. Hinata melihat mobil itu sudah hilang, ia pun masuk ke dalam sekolah secara perlahan. Berat juga jalannya, mungkin karena pengaruh sakit. Padahalbiasanya ia dapat melalui jalan itu dengan cepat. 

"Hinata," langkah Hinata terhenti, ia melihat Naruto yang sudah berada disampingnya. Sejak kapan Naruto ada disana? Begitu konsentrasinya Hinata untuk berjalan sampai ia tidakmenyadari keberadaan Naruto. 

"Kau baik-baik saja?" Naruto juga merasakan ada hal yang tidak beres dengan Hinata. Jadinya ia bertanya, tapi tetap saja Hinata menjawab kalau dirinya baik-baik saja. 

'Kok Naruto jadi banyak ya?' dengan nafas terengah-engah, ia jadi dapat melihat lima Naruto. Ini seperti sebuah mimpi saja.

Hyuuung~ Tubuh Hinata sudah tidak dapat berdiri lagi. Hinata pingsan seketika! Untungnya Naruto ada disebelahnya dan langsung menangkap tubuh yang lemas itu. 

"Hinata? Oi!" 

˚°◦ ◦°˚ ◐ 4th Day ◐ ˚°◦ ◦°˚ 

Ia mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba untuk memulihkan pandangannya. Melihat sekitar dengan warna serba putih, ia jadi lesu seketika karena ia tahu sedang berada dimanadirinya sekarang. Uks~ Tempat dimana murid-murid yang sedang sakit mengistirahatkan dirinya.          

"Aku pingsan ya?" tanyanya kecewa. 

Kalau sudah sampai seperti ini, berarti memang sudah merepotkan. Pertama Hanabi, kedua Hiashi dan Neji, ketiga Naruto, dan keempat pasti guru kesehatan. Ia menghela nafasnya,menyingkirkan selimut yang menghalanginya. Ia duduk di pinggiran ranjang itu sambil terus menatap bawah. 

'Aku sudah membuat semuanya repot,' padahal ia tidak mau ada orang yang kerepotan karena dirinya. 

"Hinata!" panggil Naruto dengan nada berteriak. Ia datang untuk menengok keadaan Hinata yang baik-baik saja. Tapi apa yang dilihatnya? "Eh? Apa yang kau lakukan? Orang sakitsepertimu harusnya beristirahat." ia kembali menuntun Hinata pada posisi yang seharusnya. 

Hinata pun tiduran kembali, dan Naruto memakaikan selimut itu pada Hinata. Hinata melihat Naruto yang terlihat baik-baik saja, ia jadi merasa kesal sendiri. "Padahal sama-sama mainhujan. Kenapa Naruto malah tidak sakit," kata-katanya itu seakan tidak rela karena hanya Naruto saja yang sehat. 

Awalnya Naruto agak syok dengan ucapan Hinata tadi, tapi ia pikir ini mungkin pengaruh demam. Naruto tersenyum, ia mengusap kepala Hinata dengan lembut. "Daya tahan tubuhseorang pria dengan wanita itu berbeda," katanya. 

Hinata yang merasakan usapan itu, jadi merasa nyaman sendiri. "Begitu ya?" tanyanya. Tangan laki-laki itu besar ya? Mungkin Hinata suka perlakuan seperti tadi. 

"Tadi nenek chiyo bilang demammu tidak terlalu buruk. Hanya perlu makan obat dan beristirahat yang cukup saja." ucap Naruto mengulang apa yang diucapkan oleh guru kesehatantadi. 

Hinata tidak dapat berkata-kata lagi setelah itu. Yang diingatnya sekarang adalah... memberi makan ikan! 

"Naruto," panggil Hinata, ia kembali merubah posisi tidurannya. Menyingkirkan selimut yang menghalangi langkahnya, dan ia akan segera turun dari ranjang itu. "Bisa antarkan aku kekolam ikan itu?" tapi sebelum itu, ia mau minta bantuan Naruto. Karena tenaganya masih belum cukup untuk berjalan sendirian. 

Sebaiknya jangan, tubuhmu kurang sehat." tapi karena penolakan Naruto inilah yang makin membuatnya ingin menuju ke kolam itu. Tapi memang sudah seharusnya sih~ 

"Kalau tidak mau, aku sendiri saja." Hinata berdiri dengan usahanya. Walau susah dan terus berpegangan pada benda-benda yang disampingnya. Naruto yang melihat Hinata sedangberusaha mati-matian itu jadi tidak tega. 

"Baiklah, kali ini saja ya." akhirnya Naruto pun membantu Hinata untuk menuju kolam ikan. "Ah, aku makan obat yang dikasih Hanabi dulu." tapi sebelumnya, tentu saja Hinata harusmakan obat. Karena sekarang sudah waktunya istirahat, dan harus makan obat. 

Sesampainya disana, Hinata baru ingat bahwa ia tidak membawa makanan ikan itu. Makanan ikannya ada didalam tasnya! Naruto yang sadar akan itu pun akhirnya membantu Hinatalagi. "Biar aku yang ambilkan," tanpa persetujuan Hinata, ia menuju ke tempat dimana tas itu berada. 

"Bagaimana keadaannya?" 

Baru saja sampai didalam kelas, Ino si kuda poni cerewet itu sudah mulai duluan. Setelah Hinata pingsan, Naruto menggendong Hinata menuju UKS. Terus ditengah jalan ia bertemudengan Ino dan menyuruhnya menaruh tas Hinata didalam kelas. 

"Menunggu di kolam," jawab Naruto jujur. 

"Ha?!" Ino malah kaget mendengarnya. Orang sakit masa berada didekat kolam? Yang benar saja! Apalagi sendirian, bisa gawat kalau terjadi sesuatu. Misalnya karena pusing, Hinatajadi kecebur ke dalam kolam gitu. 

"Tadi juga sudah kusuruh istirahat saja, tapi dianya yang maksa tetap mau kesana. Ya, kau tahu 'kan Hinata bagaimana?" Ino menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aduh~ Hinata ini,"ucapannya sudah seperti tante-tante yang sudah tua saja. 

"Kau tahu alasannya?" sekarang tampang Naruto jadi serius. Ino yang melihatnya jadi merasa tidak enak, sosok Naruto yang serius inilah yang tidak disukai olehnya. 

"Alasan apa?" tanya Ino tidak mengerti. Lebih baik menghindar dengan Naruto yang lagi serius, itu pikirnya. 

"Sejak hari Selasa, dia sepertinya terlalu obsesi sama ikan koi itu." sejak hari ini, Naruto jadi tambah penasaran. Seperti ada sesuatu di kolam ikan itu saja, makanya selalu menarikHinata untuk datang kesana. 

"A..Aku tidak tahu!" keringat dingin mulai mengucur dari pelipis Ino. Ia baru ingat kalau dirinya tidak boleh kasih tahu hal ini pada Naruto. 

"Yakin?" mulai kesal dengan Naruto, Ino jadi mengabaikan Naruto dan pergi ke tempat lain. 

"Terserahlah~ Ini aku ambil ya," 

Setelah mengambil makanan itu, Naruto kembali ke tempat Hinata berada. Ia melihat badan Hinata yang goyang-goyang ke depan dan belakang. Ini sudah keterlaluan! 

"Hei~ Kalau tubuhmu seperti ini, lama-lama bisa tercebur ke kolam." ucapnya dan menahan tubuh Hinata dengan tangannya. 

"Eh? Sudah diambil?" Hinata melihat Naruto, matanya kini beralih pada makanan ikan yang ada di tangannya. "Ini," makanan itu pun diserahkan pada Hinata. 

"Terima kasih," 

Tanpa menunggu lama, Hinata langsung membuka bungkusan dan disebarkannya makanan ikan itu. Hinata tersenyum sendiri, ia sudah puas karena ia sudah menyelesaikan tugasnyayang pertama. 

Naruto melihat Hinata dengan pandangan khawatir. "Hei~ Kamu demam gara-gara hujan-hujanan kemarin ya?" tanyanya. "Apa?" jawaban tidak ia dapatkan, hanya pertanyaankembalilah yang diterimanya. "Tidak mendengar ya? Pengaruh sakit nih, sebaiknya kembali saja ke UKS." ia tidak mau penyakit Hinata semakin parah. 

"Tunggu sebentar lagi," permintaan Hinata memang tidak bisa ditolak oleh Naruto. Mumpung masih ada Naruto yang masih melindunginya, jadi tidak apa sedikit menerima permintaanegois Hinata. 

Sepuluh menit menunggu~ Sebenarnya kata 'sebentar' itu gimana sih? 

"Sudah?" tanya Naruto tidak betah. Berdiam diri seperti itu memang membosankan untuk saat ini. Apalagi ia mengkhawatirkan kondisi tubuh Hinata yang sedang sakit. Tidak bagusuntuk orang sakit berada di luar terus. 

Tidak ada jawaban, ia jadi penasaran dan melihat Hinata. Doeeeng~ Wajah tidak dapat diartikan telah dikeluarkannya. Masa Hinata tidur sambil jongkok!? Sejak kapan dia seperti itu?Sejak lima menit sebelumnya sih memang mereka tidak berbicara lagi. Jangan-jangan saat itu Hinata sudah tidur duluan. 

Tapi Naruto malah tertawa geli sendiri, "Bisa-bisanya tidur sambil jongkok seperti itu," tawanya semakin menjadi-jadi. Tapi sekarang bukan waktunya untuk tertawa, ia menggendongHinata kembali menuju UKS. 

Saat setengah sadar, Hinata merasakan ada sosok pangeran yang sedang menggendongnya. Sosok yang benar-benar disayanginya, sekarang ini berada dekat dengannya. Seakantidak akan terpisah untuk selamanya. 

'Kalau memang ini karena demam, aku bersyukur karena satu hari ini aku jadi bisa bersama terus dengan Naruto.' 

Saat tersadar, sosok itulah yang terlihat duluan. Saat tertidur pun, sosok itulah yang terakhir dipandangnya. Bisa dibilang, ini adalah sakit yang menguntungkan. Senyum itu pun terukirdi wajah manisnya. Hari ini, Hinata benar-benar mendapatkan mimpi yang indah. 

'Kuharap, mimpi ini berakhir dengan happy ending.' 

˚°◦ ◦°˚ ◐ Demam ◐ ˚°◦ ◦°˚ 

Hinata terbangun, lagi-lagi ia berada di ruang UKS. Padahal terakhir ia berada di kolam ikan dan sedang memberi koi putih makan. Hinata pun merasa bahwa ia sudah sehat, tubuhnyasudah lebih ringan dari sebelumnya. 

"Zzz"

Hinata yang mendengar itu jadi merasa tidak enak. Suara aneh apa itu? Ia menengokkan kepalanya ke sebelah kanan, disana ia melihat Naruto yang sedang tertidur. Hinata tersenyummelihat wajah polos Naruto yang sedang tertidur itu.

"Kalau Naruto perhatian terus seperti ini padaku, bisa-bisa nanti aku salah sangka. Menganggap bahwa kamu menyukaiku," senyum sedih dikeluarkannya, ia takut kalau nanti ia salahkira.

Hinata melihat jam, "Jam setengah tujuh ya?" tanyanya sedikit berbisik, takut kalau suaranya nanti membangunkan Naruto.

Ia juga sudah memutuskan untuk memberi makan koi hitam sekarang, jadi ia mengambil makanan ikan itu dari dalam tas. Melihat Naruto sebentar, tidak enak kalau membangunkanNaruto yang tertidur pulas. Pasti lelah karena mengurus Hinata seharian. Jadinya Hinata sendirian saja menuju kolam koi itu. Untungnya Hinata bukan orang penakut, jadi ia biasa-biasasaja berjalan di koridor yang gelap. Katanya sih ada hantu sekolah yang keluar saat semua murid sudah pulang atau gelap.

Sepuluh menit selang kepergian Hinata, Naruto terbangun dari tidurnya. Melihat ruangan itu kosong, Naruto langsung panik. Dimana Hinata?! Tanyanya histeris. Untung otaknyalangsung jernih akibat hantuman karena ia terjatuh. Ia tahu kemana Hinata pergi! Langsung saja ia bergegas dan tidak lupa membawa tas Hinata. Meninggalkan ruang UKS yang sudahkosong itu~

"Hinata!" Naruto langsung meneriakkan nama Hinata saat sampai di kolam. Yang dipanggil jadi kaget karena namanya diteriaki begitu saja.

"Naruto sudah bangun?" tanyanya santai. Sudah tahu Naruto sangat khawatir, tapi Hinata malah santai-santai saja.

"Kamu ini," mencoba menenangkan dirinya, ia meletakkan kedua tas itu disampingnya. Berjongkok disebelah Hinata, menyaksikan keindahan itu berulang kali. Entah kenapa, walau sudahdilihat berulang kali tidak akan merasa bosan.

Sekali lagi, melihat pemandangan indah bersama dengan orang yang disukainya. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Hinata, hari ini bahkan hari selanjutnya. Ia akan melihatpemandangan indah ini bersama dengan orang yang disukainya. Padahal awalnya ia berpikir, ia akan terus-terusan sendirian sampai malam hari. Benar kata Ino, dengan sendirinyaNaruto akan menjaga Hinata, tanpa diminta.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Naruto.

Hinata melihat Naruto dan kembali melihat koi hitam itu. "Sudah baikan," katanya. Tapi yang tidak baik, ia jadi tidak mendapatkan pelajaran sama sekali. Hari ini tidak ada ilmu yangmasuk dalam otaknya, itu sudah cukup membuatnya terpuruk.

"Oh ya, kalau masalah pelajaran. Sudah kusalin di bukumu, tapi maaf kalau tulisannya berantakan. Yah~ Aku tahu kalau kamu tidak suka kalau datang ke sekolah tapi tidakmendapatkan ilmu apapun. Makanya aku jadi lebih rajin 3/4 dari biasanya." Naruto tertawa, dan itu membuat Hinata makin terpesona. Kebaikan hatinya itu lho, 'Jangan sampai akusalah sangka,' batin Hinata.

"Oh ya, saat aku mengambil makanan ikan itu pas istirahat. Aku tanya ke si Ino," memberhentikan pembicaraannya sementara, ia mengambil roti yang ada didalam tasnya.

Roti itu ia beli untuk Hinata. Karena ia tahu kalau Hinata belum makan siang, pasti lapar. Apalagi ia melihat tas Hinata yang terlihat kosong karena tidak membawa bekal.

"Ini untukmu, pasti lapar 'kan tidak makan dari tadi." Hinata mengambil roti itu dari tangan Naruto dan mengucapkan terima kasih padanya.

"Kenapa kamu jadi suka sekali ke sini? Tapi dia malah bilang tidak tahu. Padahal dari reaksinya, sudah ketahuan kalau pasti ada sesuatu. Makanya aku penasaran, apa sebenarnya yangkalian sembunyikan? Apa ada hubungannya dengan sepasang ikan koi ini?" dari sini keduanya sudah mulai tegang. Sampai ada suatu kejadian yang mencairkan ketegangan itu.

KruyukKruyuk~ Suara perut berbunyi ini sudah bagaikan suara ayam yang berkokok saja. Hinata ketawa mendengar itu, sedangkan Naruto malu sambil memegang perutnya.

"Maaf! Maaf! Melihatmu yang sedang makan membuatku jadi lapar," mendengar utaraan Naruto, Hinata membelah roti itu menjadi dua bagian. Tentu ia memberikan bagian yang belumada gigitannya.

"Ini," ucap Hinata sambil menyerahkan roti itu.

Penolakan yang didapatkan Hinata. Tapi karena ceramahan Hinata yang mengatakan kalau roti itu sebenarnya adalah milik Naruto, jadinya Naruto tidak dapat menolaknya. Naruto jadiikutan makan deh

"Masalah tadi. Apa memang ada sesuatu di kolam ini?" kembali situasinya berubah jadi tegang. Hinata jadi semakin bingung mau bicara apa. Apakah akan ada lagi sesuatu yangmencairkan suasana tegang ini? Menunggu sepuluh detik, tidak ada.

Melihat wajah Hinata yang tegang itu jadi membuat Naruto bersalah. Ia melahap roti santapan yang terakhir, "Kalau gitu ayo pulang sekarang," ia mengibas-ngibaskan tangannya.

Hinata merasa tidak enak karena tidak menjawab pertanyaan Naruto. Ia tahu Naruto ingin cepat pulang karena ingin segera mengakhiri situasi tegang ini. Tapi semua ini malah membuatHinata jadi merasa bersalah. Kapan ia akan memberitahukan hal ini pada Naruto? Menutupinya membuatnya makin merasa resah.

"Aku mendapatkan firasat kalau sebentar lagi akan datang hujan besar seperti kemarin. Sebentar lagi dewa hujan akan menangis," Hinata tersentak mendengar ucapan Naruto.

Dewa hujan akan menangis? Melihat Hinata yang terdiam malah membuat Naruto tertawa. Ucapannya itu memang aneh ya? "Sudah, tidak usah dipikirkan ucapanku tadi." Ia mengambiltasnya dan menyerahkan tas Hinata untuk dibawa oleh pemiliknya sendiri. Dalam perjalanan, Hinata masih penasaran dengan ucapan Naruto. Naruto yang merasa begitu, jadi tidak bisatinggal diam deh. Dia harus menjelaskan apa yang barusan diucapkannya.

"Aku pikir hujannya bakalan sampai besok pagi, karena dewa hujan sedang sedih." lagi-lagi Naruto membuat Hinata penasaran. Dewa hujan lagi yang disebutkan oleh Naruto.

"Aku pernah baca dari suatu buku tentang mitologi atau dongeng aku lupa. Entah ini mitologi dari mana dan entah benar atau tidak. Atau malah hanya dongeng yang pernah kubacasaat kecil. Katanya, air yang jatuh dari langit itu disebabkan karena dewa hujan sedang menangis." Hinata antusias mendengar cerita Naruto. Sepertinya bakalan ada cerita menarikyang akan didapatkannya.

"Setelah hati dewa hujan sudah tenangan, ia akan berhenti menangis dan meninggalkan sesuatu yang sangat indah."

Sesuatu yang sangat indah? "Aku tidak tahu kamu berpikir sama denganku atau tidak. Tapi, embun yang tampak berkilau saat disinari matahari itu sangat indah." tidak pernahterpikirkan sebelumnya oleh Hinata. Naruto memperhatikan hal sekecil itu? Bahkan Hinata tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

"Seperti batu permata lho," melihat Naruto yang berseri-seri karena menceritakan hal itu, membuat Hinata senang. Mungkin setelah ini, ia akan memperhatikan embun yang seperti batupermata itu, dan mulai menyukainya.

"Besok bakalan banyak embun," entah perkiraan Naruto yang kali ini benar atau tidak. Tapi perkiraan cuaca Naruto tidak pernah salah, 'kan? Besok akan Hinata perhatikan embun yangberkilauan itu.

"Katanya, embun itu sisa air mata dewa lho!"

"Tadi 'kan aku sudah bilang, dewa hujan menangis. Sudah pasti air mata yang jatuh itu sisanya menjadi embun." Hinata mengangguk mendengarnya. Informasi yang diberikan Narutokali ini memang menarik, tidak ada salahnya Hinata mendengarkannya.

"Bagaimana hari yang dipenuhi dengan demam?" wajah keisengan muncul dari wajah Naruto. Ia mau menanyakan bagaimana hari dengan demam di sekolah.

"Tidak menyenangkan," melihat wajah Hinata yang cemberut itu, membuat Naruto jadi salah tingkah. Ucapannya tadi salah ya? Sampai Hinata cemberut seperti itu.

'Tapi sangat menyenangkan karena ada Naruto yang selalu berada disisiku.' wajah Hinata mendadak berubah, dan Hinata tidak mengetahui itu.  

Gejolak kecil, terasa dari lubuk hatinya yang terdalam. Naruto memegang dadanya, ia jadi teringat dengan kejadian saat di sekolah. Melihat Hinata yang tersenyum seperti itu,membuatnya jadi teringat dengan gadis yang disukainya. Gadis itu, tersenyum seperti tadi saat berada dekat dengan pemuda raven itu. 

'Cinta itu, memang tidak berjalan sesuai dengan apa yang kuinginkan.' 

  ◐ To Be Continue ◐ 

Chapter "Demam" pun berakhir! Bagaimana dengan chapter ini? Berikan pendapat kalian ya.Ada yang sudah menyadarinya belum? Dari chapter satu, temanya"Abadi". Chapter dua "Bebas", chapter tiga "Cahaya", dan chapter ini "Demam". Apa kalian menyadarinya? Ya! Aku membuat judul setiap chapter dengan urutan A-B-C. Awalnya sih gak kepikiran bakalan jadi kaya begitu. Sebelum awal dibuatnya cerita ini, aku mau langsung membuat-nya menjadi 26 hari. Tapi setelah diingat-ingat,jumlah abjad ada 26! Jadi ini adalah sebuah kejadian yang tak terduga. Jadi fic ini akan tamat di chapter "Z", sekarang lagi proses chapter "U" sih. Semoga saja berjalan lancar sampai chapter "Z" nanti. Oh ya, berikutnya adalah chapter "E", dan tema tersebut sudah mulai sedikit terbongkar di chapter ini. Apa kalian bisa menebaknya? 

Oke! Sampai disini saja. Terima kasih sudah membaca chapter ini sampai selesai.   







Continue Reading

You'll Also Like

183K 8.5K 10
Terlalu lama berjuang keras sendiri untuk mendapatkan hati sahabatnya Sakura Haruno,Naruto berusaha bangkit dalam keterpurukan karena obsesinya yang...
1.1M 58.3K 101
Indonesia : Disclamer : Semua Komik Ini Bukan Buatan Saya, Melainkan Komik Buatan Para Fans SaiIno (Yang Saya Tidak Tahu, Siapa Pemiliknya), Yang Say...
1.7M 67.8K 101
Indonesia : Disclamer : Semua Komik Ini Bukan Buatan Saya, Melainkan Komik Buatan Para Fans NaruHina (Yang Saya Tidak Tahu, Siapa Pemiliknya), Yang S...
194K 14.4K 47
cast : IM YOONA, OH SEHUN, CHOI SIWON Mafia. Detektif