Bandung - Jogja.....The Harde...

By AditPrasetya0

169K 9.2K 1.1K

Tidak mudah memang untuk membuat hubungan saling percaya. Sangat mudah diucapkan, sangat mudah di angankan... More

DISCLAIMER
Chapter 1. Crawl-Run-Jump-Fly
Prolog
Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.
Chapter 3. End of Holiday, End of "Fucking" Love
Chapter 4. I Need Pandora Still Closed
Chapter 5a. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 5b. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak
Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi
Chapter 8. Rizki......Someone From My Past
Chapter 9. Small Part of Missing Puzzle
Chapter 10. Sebuah Catatan Liburan
Chapter 11. Vira and Her Mom...Sebuah PR Juga
Chapter 12. Weird Relationship
Chapter 13. Kembalinya Om Abang
Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta
Chapter 14 b. Art3Logic....That's We Are - Jogjakarta
Chapter 14c. Art3Logic....That's We Are - Bali
Chapter 15. Cerita Tertinggal - Rizki Raja Preman
Chapter 16a. Year Two - Semester Rempong
16b. Year Two - Next Destination: Aljazair - Marseille - Paris
16c. Year Two - Yes.....I am So Selfish
16d. Year Two - Males Collector
Chapter 17a. Year Three - Euro Trip
Chapter 17b. Year Three-Gue Sang Mafia Baru
Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora
Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah
Chapter 18. I Announced Myself As Mobster
Chapter 19. Zhang Yong, The Other Man
Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel
Chapter 21a.Year Four - KKN.....Awal yang Buruk
Chapter 21b.Year Four - KKN.....New Paradigm - 1
Chapter 21c.Year Four - KKN.....New Paradigm - 2
Chapter 21d.Serigala Pemangsa
Chapter 22. Serigala Pemangsa
Chapter 24c. Year End - Vira's Legacy
Chapter 23. Journey with Grand Ma
Chapter 24a. Year End - Songong Time
Chapter 24b.The Waroong Legacy - Who's The Winner ?
Chapter 24d. Year End - O..ow... Ketahuan
Chapter 24e. Year End - War Preparations
Chapter 24f. Year End - The Determination
Chapter 25b. The Battle We've War-2
Chapter 25c. The Battle We've War-3
Chapter 25d. The Battle We've War-4
Epilog
Surat Untuk Pembaca

Chapter 25a. The Battle We've War-1

2.9K 171 23
By AditPrasetya0






"Kaak......, Radit wisuda nanti pulang ya?"

"Kapan emang?"

"November!!! Datang yaaaaa!!!!"

"Gak punya duit Radiiit!!!"

"Gue bayarin tiketnya pp deh, tapi jangan ajak Mas Dony. Duit gue habis nanti!"

"Serius? Tapi gue di Jogja tinggal dimana?"

"Gue ada rumah, kalau lo ajak Kak Julia lebih seru lagi! "

"Haaaah???? Rumaaah???"

Gue langsung kasih tahu Kak Gita begitu gue, Vira dan Rizki udah lolos Tugas Akhir. Tinggal nunggu Ardi nih...!

Setelah dari ngegeruduk FKG, rombongan bonek FTA dan FKG kita traktir makan rame-rame. Siapa gak seneng coba? Lulus pake nilai A, SKS nya 8 pula. Kalau game berarti dapat combo.
Haaah......ngomong gak suka game tapi ngerti combo.

"Ini yang namanya Radit yaa?", tanya seorang cewe saat kita ada di tempat makan.

Gue tersenyum, sambil mengajukan tangan, mengajak bersalaman.

"Radit!"

"Ajeng...!"

"Ajeng tindak pundi Mbaaa...!" ledek gue

"Kok bisa boso Jowo tooo...?", sambil menepuk manja lengan gue.

Gimana sih istilah di kalimatnya? Yaa gituu deh...gaya cewe tu gimana kalau gemes selain mencubit?

"Yaaa bisooo...wong Bapake wong Jowo!"

"Sama Rizki saudara dari Mama atau Papanya? Kok mirip sampai sesikap-sikapnya?"

Gue ketawa

"Dia kembaran gue, cuma dia dibuang, terus dipungut sama orang kaya..!"

"Ah moso to?"

Gabyuuurr.....!!

Air cucian tangan mengenai sebelah muka gue.

"Hee....anjiiing!" teriak gue

Rizki tertawa-tawa

Gue bales, tapi sebagian air kena orang lain. Jadinya semua orang disitu lempar-lemparan air. Gue dan Rizki malah udah tendang-tendangan. Suasana gaduh baru selesai setelah air habis semua.

Kalau gak ada orang lain, gue udah ciumin Rizki.

"Eh njing...! Lo udah kasih tahu Mama belum?", kata Rizki.

"Haaah..iyah lupa."

Beberapa anak yang gak biasa bareng gue sama Rizki pasti kaget dengar sapaan luar biasa diantara kita. Terutama anak-anak FKG. Mereka ngelihat ke arah kita dengan tatapan shock. Kalau Vira dan Dimas tentu saja udah kebal.

"Njing...Mama mau bicara nih!", gue sodorin telephone ke Rizki yang duduk seberang gue.

Eh gue itungannya kurang ajar juga ya, begitu tahu lulus cuma kasih tahu Kak Gita sama Ardi doang. Lupa kasih tahu orang tua gue, Oma, Eyang Putri, Tante Shery dan Mami.
Goblog banget gue.
Untung diingetin Rizki.

Malamnya gue bisa manja-manjaan sama Rizki. Tigaan tapi orangnya berdua doang. Hahaha....!
Puas-puasin manja-manjaan nya pokoknya.
Makan aja minta dianter ke kamar.

"Oki kayaknya gay ya?"

"Emmmhhh...kok bisa bilang gitu yang?" desah gue sambil menggesekan penis gue ke pahanya.

Rizki melumat bibir gue.

"Habis liat kontol kita tadi, dia benerin posisi kontolnya. Ngaceng ngeliat punya kita kali. Dia ngeliatin lo kayak gimana gitu!"

"Ahh...jangan biasain mikir negatif! Lagian kalau dia gay juga gak ngaruh buat kita."

"Ada dong.... Siapa tahu nanti, dia ngentot sama lo!"

Setaaan....! Gue pindahin aja Oki ke Bandung apa Bali. Biar gak rempong.

Pagi gue kebangun ada telephone dari Pambudi. Tumben....

"Hallo Bud, ada apa?"

Suara hening cukup lama

"Hallo Bud...!!!"

Hening lagi...., gue khan jadi khawatir

"Bud...! Hallo...! Lo kagak apa-apa khan?"

klik....telephone dimatiin

Anjing....!! Kenapa itu anak?

Kemudian ada whatsapp masuk

Kok image? Sial...Signal disini up and down. Download image lama bener..!

Pambudi diterima SNMPTN!!!!!!!
triple bersyukurnya gue...!

Gue

Fakultas apa? Dimana? Kode doang, gue gak apal!

Pambudi

😁😁😁😁😁😁😁😁
Pendidikan Teknik Elektro, UNY
😍😍😍
😘
😘
😘
Makasih banyak Dit
I ❤️U

Gue tersenyum, dua hari penuh berkah. Rizki, gue dan sekarang Pambudi.

Mmm.... Adek gue gimana ya? Palingan gak lolos lagi. Gue udah hopeless. Gue pikir Adek gue itu emang udah males buat urusan yang mikir-mikir gitu kali yaaa. Jadi siapapun agak susah buat memotivasi dia. Bukan agak kali...emang udah susah.

Gue lempar HP ke sofa, udah males mikirin Adek gue.

Gue paksa Rizki buat bangun, gue masih pengen dipeluk-peluk lagi sama dimanja-manja. Tapi ini anak kebo banget.
Habis meluk gue terus tidur lagi. Padahal gue udah gak bisa tidur lagi. Mau diapain aja, Rizki cuma berubah posisi dan tidur lagi.

Fuck......!!!

Gue pakai celana dalam dan keluar buat sarapan.
Sambil mengaduk gula dalam susu, gue ngelamun liat luar.
Sebuah pelukan hangat dan ciuman dileher ngagetin gue.
Gue nengok dan menyambut ciuman bibir.

"Kok ninggalin gue yang!" protes Rizki

"Lo dibangunin kayak kebo, cuma ngubah posisi terus tidur lagi."

"Engga tidur, cuma lagi pengen males-malesan ditempat tidur. Eh malah ditinggal." kata dia sambil nguap.

Gue oral penisnya, habis dia keluar kamar telanjang bulet gitu. Kita akhirnya bercinta di ruang makan.

Sekitar jam 9 pagi gue suruh Ilham jemput Vira, buat makan bareng.
Karena Rizki rencana mau masak macem-macem buat dinner.
Ternyata Vira dateng bareng Dina, Pambudi dan Naufal. Baguslah, sore nanti kita bisa sekalian rame-rame bikin barbeque sambil nikmatin sawah dipinggir kolam renang.

"Dit....kamu udah janji cerita khan? Soal kamu! Mau kapan lagi?", tanya Pambudi

Gue senyum.

Sambil jalan berdua menuju persawahan gue cerita semua sampai kondisi gue sekarang. Gak ada satupun yang gue tutupin. Akhirnya kita berdua duduk di dangau sambil melihat hamparan sawah.

Lama Pambudi terdiam, saat gue liat. ada air bening di pelupuk matanya.
Perlahan gue usap, tapi setelah itu dia menolak tangan gue.

"Janji ya Dit, selama kamu masih hidup, jangan tinggalin aku."

Gue ngangguk.

Vira dan Dina menyusul sambil membawa tahu goreng.

"Ibuku pasti seneng duduk disini!", kata Vira

"Ajaklaaaah....aku suruh Ilham jemput sekarang ya?"

"Eeeh...jangaan!"

"Kenapa?"

"Ya jangan aja. Lagian ngapain? Khan gak ada Mama."

"Biarin! Khan bisa ngasuh kita... Boleh ya?"

"Aku ikut Mas Ilham kalau gitu!" kata Vira.

Terserrrrah.....! Mumpung masih siang ini.

Akhirnya Vira berangkat bareng Ilham ditemani Dina untuk jemput Ibunya. Naufal dan Pambudi asik renang, gue dan Rizki bercinta lagi di kamar.

********

Dari jam 4 sore kita udah ngumpul. Ada gank FKG-nya Rizki, gue, Dimas, temen kos, temen kosnya Vira, anak-anak warung jus dan Mamanya Vira. Rizki gak jadi masak karena kelamaan bercinta dengan gue. Jadinya soal makanan dan barbeque semua dijalankan staf rumah tangga. Mereka semua nginap jadi malam itu tambah seru. Gue lebih banyak ngobrol dengan Mamanya Vira.

"Bang....! Bisa ke dalam sebentar?", ajak Arifin.

Gue bergegas ngikutin Arifin.

Begitu masuk ruang meeting sudah disiapkan teleconference dengan Huda dan Silvya.

"Sore Boss!"

"Sore Mas!"

"Sore Mba Silvy....Bang Huda! Ok...Bang Huda duluan, ada apa Bang?"

"Boss..., saya dapat berita dari informan, menjelang ulang tahun Big Boss, akan ada sabotase besar-besaran di regional kita...!"

"Bentar Bang..! Seberapa valid data dari informan?"

"100% Boss! Rencana mereka mau mempermalukan Boss saat ulang tahun Big Boss nanti!"

Yang soal peti kemas kemarin baru aja beres, ini mau nambahin gue pusing lagi? Gak berhenti-berhenti neror gue ya?

"OK, apa itu Bang?"

Gue udah siapin kertas dan ballpoint buat mencatat yang dikatakan Huda.

"Yang pertama Boss, mereka akan membakar pabrik di daerah Gunung Putri. Itu bersamaan dengan pembakaran HPH di Sumatera D dan pabrik pulp kita di Sumatera F!"

"Bentar...bentar...! Gunung Putri gak masuk wilayah kita khan?"

"Bukan Boss. Tapi mereka akan pake atribut seperti kita. Mereka akan fitnah Boss...intinya mereka akan bilang ke Big Boss, Boss mau rebut wilayah mereka."

Waaah hebat bener bisa nyamain atribut wilayah-wilayah gue. Emang mampu beliin jas? Bikin semua berambut cepak? Terus bisa gitu orang lapangannya tubuhnya dibikin atletis dengan cepat? Sewa siapa? Atau di wilayah gue ada yang jadi pembelot?

"OK...Gue jawab satu-satu! Catet ya Bang! Pertama, untuk pabrik yang mau dibakar, cari tahu besaran aset, kapasitas produksi, omzet, status kepemilikan pabrik, kondisi keuangan dan nilai penggantian asuransi."

Gue tunggu sampai Huda selesai mencatat.

"Udah Bang?"

Dia mengangguk.

"Kalau nilainya gak signifikan, biarin aja dibakar. Cuma direkam dengan foto dan video, rekam dari mereka start. Atribut kita itu mahal, warna juga perlu order khusus. Jadi gue gak yakin mereka bisa samain, kecuali ada yang belot. Tinggal bilang aja ke Polisi buat nangkapin mereka! Urusan hubungi polisi kasih ke gue! Kalau nilainya gede banget, justru kita hadang mereka diluar pabrik dan dengan bantuan polisi juga! Paham?"

"Siap Boss! Tapi apa gak bocor duluan kalau hubungi Polisi?"

"Gue gak bakalan sama Resort dulu Baaang!"

Huda mengangguk.

"Kedua, untuk HPH maksudnya gimana tadi?"

"Gini Boss, lahan HPH kita akan mereka bakar dengan area cukup besar. Khan sekarang kemarau Boss! Setelah itu pasti Boss kena masalah dengan pemerintah. Rencana mereka, akan minta konsesi ke Big Boss kelola wilayah Sumatera D, E, F dan G! Karena Boss dianggap gagal."

Gue mengangguk-angguk...

"Gue lepas HPH, gue kasih lo waktu cari investor dalam seminggu ini! Hasil penjualannya kita investasikan semua ke kelapa sawit. Gue udah ngincar pabrik pengolahan CPO di Batam. Gue harus segera ambil sebelum jatuh ke investor Hongkong. Soalnya pabrik itu punya pelabuhan sendiri Bang. Kirim besok Sabtu ke Jogja, orang analis, accounting, finance sama audit. Gue mau tahu kondisi real keuangan kita."

"Siap Boss!"

Huda udah paham kata "seminggu ini" bagi gue bukan berarti 7 hari. Misalnya kalau dia ngomongnya di hari Rabu, berarti maksimal Sabtu harus terwujud, jadi cuma 3 hari aja dia punya waktu.

"Pengamanan pabrik pulp and paper kita bisa kerahin berapa orang Bang?"

"Boss katanya mau pembersihan! Kalau pembersihan dalam waktu dekat jelas kita kekurangan orang Boss!"

"Loh....kok bisa?", gue kaget dengan pernyataan Huda barusan.

"Boss selama ini recruit pemikir semua, sementara orang lapangannya kurang. Bener emang Boss, wilayah kita jadi penyumbang terbesar organisasi. Tapi pengamanannya kurang!"

"Emang penyusupnya banyak Bang yang dilapangan?"

"Bukan Bang, sekarang mereka hati-hati. Yang ada sekarang mereka justru manfaatin orang kita sendiri. Dari level terendah sampai kepala wilayah."

Jadi gampangannya begini, mereka jadikan orang-orang yang level terbawah sampai land lord jadi double agent.
Untuk level terbawah misalkan, taruhlah gue gaji 3 juta, sama mereka ditambahin 1 juta asalkan kasih informasi rutin tiap hari, penting maupun gak penting. Khan gue jatuhnya rugi, gue keluar 3 juta, mereka cuma keluar uang sejuta. Seandainya mereka dinaikkan berapa rupiah pun, kesetiaan mereka hanya di uang, bukan di Regional Area maupun organisasi.
Untuk level land lord pastinya mendapatkan lebih banyak lagi.

Damn....!!!!

"Pembersihan tunda sampai rencana kita jalan Bang! Cuma operasi pengamanan pabrik dilakukan diam-diam. Jangan sampai orang lapangan sadar, kalau mereka harus jagain pabrik itu! Gerakkan mereka di last minute! Sita seluruh alat komunikasi mereka tepat di hari akan terjadi penyerbuan. Gue udah tutup mata apabila ada korban!"

"Siap Boss!"

"Gue minta daftar pembelot berikut data lengkap mengenai mereka."

"Siap, Sabtu sekalian saya kirim bersama orang keuangan!!"

"Ada lagi Bang?"

Huda menunjukkan catatan dari seluruh perintah gue. Gue kemudian check poin-poin yang ditulis Huda.

"OK Bang!!! Terima kasih!!! Bagaimana Mba Silvy?"

Layar kini berganti dengan wajah Silvya.

"Mas, aku butuh pengamanan untuk akses ke pelabuhan Tianjin, Ningbo-Zhoushan, Shanghai dan Qingdao!"

"OK, gue mungkin dalam waktu dekat ke Guangzhou sekalian urus perijinan ke Inspektorat. Mmm...ada masalah dimana?"

"Peti kemas...! Proses inspeksi lama Mas, belum lagi barang yang di peti kemas suka gak sama dengan manifes, jadinya bongkar muat tertunda. Kalau udah begitu kena fee charge lumayan gede lho Mas !!! Kalau begini terus gak bisa profit kita!!! Belum lagi waktu pengapalan paling gak butuh seminggu!"

"Mba...bentar deh. Gue gak bisa akses Shanghai. Mending kirim pakai truk ke Qing Dao. Gue bisa jamin kalau lewat Qing Dao. Terus untuk pengamanan, itu gue baru bisa yang di Tianjin dan Qing Dao. Masalahnya gini, lo tahu khan... gue gak pegang regional area Tiongkok sanaa!! Jadi kalau bisa lo ubah pengiriman dan lo bisa sandar armada lo di Guangzhou, Qingdao dan Tianjin. Gue janji seminggu ke depan lo gak ada masalah lagi."

"Terima kasih Mas. Terus..."

"O..ya.... Sorry gue potong! Gimana cruise ship lo?"

"Sekarang stagnan Mas..! Kayaknya butuh bantuan Mas buat ide promosi dan marketing concept Mas."

Anjing...! Baru berapa bulan operasi udah masuk stagnan.

"OK... itu PR gue! Terus tadi mau bicara apa?"

"Gini Mas, saya kemarin nguping dekat tamu. Nanti akan ada pengiriman barang dari Guangzhou. Cuma itu "barang" loh Mas!"

Silvya bicara soal barang dengan menggerakkan jari tangannya untuk menekankan tanda kutip.

"Sandarnya gak dipelabuhan kita khan?"

"Justru itu Mas, mereka sandarnya di pelabuhan kita. Karena paling aman!"

Anjiiiing...mentang-mentang gue bisa bikin aman, ada orang yang mau manfaatin buat hal yang gak baik!

"Pake kapal kita?" tanya gue

"Bukan Mas!"

"Lo punya tentara air khan? Tenggelamin kapal itu diperairan Internasional!"

"Haaah serius itu Mas?"

"Serius...Lakukan aja...gue jamin keamanan lo! Pokoknya jangan sampai kapal itu masuk ke Indonesia aja. Daripada kita yang mati, mending mereka yang kirim itu yang mati."

"Baik Mas!!!"

Setelah gue bahas beberapa masalah armada cruise ship selesai, gue keluar dari ruang meeting dan berjalan beriringan dengan dikawal empat orang itu. Begitu masuk hall ternyata ada Ajeng yang sedang melihat-lihat lukisan karya gue dan Rizki.

"Radit yang lukis ini?",tanya Ajeng.

Gue mengangguk, "Beberapa karya Rizki juga!"

"Waah keren kalian!"

Siapa sih makhluk ini? Kok sok akrab banget ma gue? Dia emang anak FKG, tapi gue gak pernah sekalipun dikenalin Rizki ke dia. Dia kayak KEPO yang menurut gue agak aneh.

"Kata Kiki, ini rumah Radit sendiri ya?"

Whaaat ??? Kiki??? Cuma gue yang boleh panggil nama itu!

Makin lama dia nanya ini itu ono, semua kaitan soal gue atau Rizki. Dan gue gak suka sama sekali. Gue belum tahu siapa dia, masa nanyain keluarga gue. Terus liat foto, nanya ini siapa? Ono siapa?

"Yok ke halaman belakang! Ngumpul rame-rame! Masa nyepi di dalam gini!", ajak gue buat ngalihin pembicaraan dengan dia.

Entah gue punya firasat gak bagus aja. Rasanya gue takut berpisah dengan Rizki. Ada perasaan seperti cewe ini ngejar-ngejar Rizki banget dan sok mengakrabkan diri dengan gue.
Cemburu? Mungkin...!

Ada juga sih, sikap dari dia yang gue ngerasa gak suka sama sekali.
Apa yaaa...? Mmm... ini terlepas soal Rizki yang emang lebih dari sekedar pacar bagi gue. Cuma gue menilai pribadi dia jauh dari kata bagus.
Emang sih manusia itu ada positif dan negatifnya. Tapi bagi gue dia itu komposisinya 30% positif dan 70% negatif. Dia juga bukan sosok yang nyaman buat teman bicara....itu bagi gue!
Kalau ngomong secara fisik sih dia cantik pakai banget.

Gue jadi mengingat kejadian di tempat makan setelah Rizki sidang. Hanya dia satu-satunya anak FKG yang langsung nyapa dan sok ramah dengan gue.

Kenapa kemudian muncul perasaan posesif? Seperti sebuah firasat yang buruk bagi gue. Dan gue jadi pengen peluk Rizki......memeluk erat dia.

Begitu kita jalan ke halaman belakang, suasana emang rame, gaduh malah! Ada yang renang, ada yang teriak-teriak, ada yang nyanyi, ada yang ngobrol. Pasar aja kalah ramenya.

Vira berjalan ke arah gue dan nawarin bakaran sosis sambil senyum. Saat gue ambil bakaran sosis, sempat gue liat pandangan sinis Ajeng ke Vira.
Aneh.... gak sepantasnya orang bersikap begitu ke Vira.
Nah ini perasaan subyektif gue yang terus muncul jika selalu berdekatan dengan Ajeng.

Sabar....! Sabaaaar...!
Kalau gue gak waras mungkin udah gue usir Ajeng ini. Gue bakal teriak-teriak supaya dia menjauh dari lingkungan gue.
Tapi gue waras....
Gue masih bisa senyum
dan masih bisa nahan emosi.

"Siapa Ajeng itu Sayang?" tanya gue ke Rizki di dangau sawah, saat sebagian tamu kita sudah masuk ke kamar masing-masing.

Malam yang gelap gitu, membuat kita di dangau gak akan terlihat oleh orang lain. Karena lampu di dangau sengaja gue matikan.

"Teman kampus gue. Kenapa?"

Gue mendengus.

"Lo nemu makhluk itu dimana? Lo pernah have sex sama dia?" tanya gue.

"Haah kok bilang gitu? Lagian dia teman satu SMA nya Vira!"

"Pardon? Orang mereka ketemu dari sejak kita makan bareng kemarin aja kagak ngobrol kok!"

Rizki mengangkat bahu.

"Lo bisa jujur gak? Lo pernah have sex sama dia? Apa lo pacaran sama dia?"

Gue diam sejenak

"Ki...dari awal gue bilang, kita cuma punya kejujuran. Cuma itu aja yang kita punya!"

"Apa yang bikin lo mikir gitu? Dari kemaren mana gue deketan dengan dia?", sanggah Rizki.

"Firasat Ki....! Lo tahu firasat gue khan? Dan gue juga cemburu....gue gak mau lo pergi dari hidup gue, hanya karena cewe model kayak itu."

Rizki memeluk gue dari belakang dan memaksa tubuh gue bersandar di tubuhnya. Dia kemudian menciumi kepala gue.

"Gue emang pernah have sex dengan dia. Tapi gue gak pernah sedikitpun punya perasaan cinta sama dia!", kata Rizki

"Kapan itu?",tanya gue

"Lima atau enam bulan lalu!"

Apa gue bilang? Firasat gue itu jitu. Dan gue gak tahu harus gimana?
Bukan persoalan Rizki pernah ML sama cewe itu. Rizki mau ML sama siapa saja, gue masih ikhlas.
Cuma gue punya perasaan bahwa ini akan berlanjut.
Kenapa setiap firasat buruk gue, selalu terjadi?

"Sayang, lo pengen gue pergi?" tanya gue.

"Sama sekali enggak! Sudah gue bilang dari awal gue ketemu lo! Lo milik gue, lo bagian hidup gue selamanya!!"

Rizki menunjukkan cincin yang gue beri waktu di Paris dulu, masih terpasang di jarinya.

"Walau tanpa upacara, gue anggap cincin ini adalah bukti ikatan pernikahan kita!", kata Rizki lagi.

Apakah perasaan gue menjadi lega saat itu?
Enggak....sama sekali enggak!

Setelah gue dan Rizki bercinta, gue dipeluk Rizki. Perasaan takut kehilangan Rizki, memaksa gue menitikkan air mata.

"Sayaaang...sshh...sssshh..", Rizki menepuk dan mengusap-usap punggung gue.

Dia terus menenangkan diri gue sepanjang malam dengan terus mengusap-usap punggung gue.

Hmmm...malam itu gue jadi ngerasa kalau gue itu egois. Sikap posesif gue tiba-tiba muncul yang belum pernah gue rasakan dengan Rizki.
Kalau dengan Ardi mungkin terlalu sering, sampai dia bosen kali.
Gue jadi menempatkan diri kalau gue jadi Rizki. Gimana perasaan dia saat tahu gue ML dengan Zhang Yong atau yang lainnya. Cuma dia jauh lebih bersabar.

Bentar gue ralat mengenai perasaan gue. Gue gak rela Rizki dekat dengan perempuan yang punya sifat seperti Ajeng. Seorang cewe yang terlalu agresif dengan beberapa sifat buruk lain yang menyertainya. Itu yang bikin gue ngerasa gak rela.

*********

Pagi seperti biasa gue terbangun jam 5. Gue biarkan Rizki tetap tidur dan gue keluar kamar untuk berenang.

Sementara staf rumah tangga hilir mudik siapin sarapan di meja yang ditaruh di area pooldeck.

"Pagi Bang!", sapa Oki dan Windu.

"Eh pagi...!"

"Abang mau minum apa?", tanya Oki

"Kopi aja deh..!" jawab gue sambil nyebur ke kolam.

Gak lama beberapa teman sudah keluar dari kamar. Ada yang nyerbu di meja sarapan, ada yang jalan-jalan ke sawah.
Gue kemudian memanggil Windu yang kebetulan melintas didekat gue.

"Tolong siapin makanan hangat gak tahu apa, lo taruh di dangau sana. Itu kasih ke Ibu Aliah dan Mba Vira. Bawain juga minuman teh dan kopi yaaa! Terima Kasih...!"

Gue lanjut lagi berenang, begitu sudah lima putaran gue bersandar di dinding kolam.

"Pagi Radiit! Rajin yaah udah renang pagi-pagi!"

"Pagi!", gue nengok ke atas ke arah Ajeng yang menyapa gue.

Aneh khaaan? Yang lain aja cuek.

"Rizki gak ikutan renang kalau pagi? Dia pasti masih tidur ya?"

"Eeh enggak, Rizki sedang ada urusan keluar tadi!", kata gue bohong.

Gue gak mau Ajeng sampai masuk ke kamar kita.
Emang sih buat masuk kamar kita, harus pakai cardlock. Tapi gue jaga-jaga aja, karena sikap agresif Ajeng gitu, siapa tahu dia ketuk-ketuk pintu. Terus Rizki dengan tetep telanjang bukain pintu sambil nguap-nguap. Gue udah bisa bayangin kelanjutannya.

"Rizki emang pergi kemana?" tanya dia lagi.

Gue gak jawab langsung meluncur dan lanjut berenang lagi.

Setelah selesai renang, gue pelan-pelan buka pintu, bukan dari arah pooldeck, tapi dari dalam rumah. Langkah gue terhenti dengar suara Rizki.

"......... an ke Bandung!"

*********

"Iya sayaaaaang!!!"

**********

"Tahu-tahuuu...!"

**********

"Iya, dia masih marah sama gue kayaknya. Insting dia tajem..!"

***********

"Ya gitu deh. Besok aja kalau di Bandung ceritanya."

************

"Oui... mon chéri!"

*************

"Je ne sais pas..!"

*************

"Oui...... Je suis confus "

*************

"Vous êtes les meilleurs"

*************

"Yeah....I love you too!!"

Gue ulang lagi buka pintu dan tutup dengan keras, semoga aja Rizki gak tahu gue nguping barusan. Kayaknya dia telephone Ardi deh, ngadu soal kejadian semalam.

Gue dengan belagak tetap cemburut membanting tubuh gue disamping Rizki. Rizki kemudian mencium bibir gue.

Apa yang sulit buat gue berpisah dengan Rizki? Karena dia cowo banget, kadang romantis, perhatian, banyak hal yang sama dengan diri gue dan utamanya dia itu penasehat handal buat diri gue. Tanpa dia, gue mungkin gak setegar ini selama di organisasi.

"Keluar yok sayang!", ajak gue

Dia mengangguk dan mengenakan pakaian. Gue kemudian ajak Rizki bergabung dengan Mamanya Vira dan Vira di dangau, dan kebetulan disana ada Dina juga. Tindakan yang gue sengaja, buat tahu reaksi Ajeng nanti.

Saat matahari beranjak naik, kita kembali ke rumah, setelah duduk-duduk gak jelas di dangau. Mamanya Vira, Vira dan Dina berjalan lebih dahulu. Dipaling belakang gue dan Rizki. Gue sengaja memperlambat jalan.

"Gue setelah acaranya Ardi harus ke Guangzhou, Qing Dao dan Tianjin. Urusan Guangzhou itu urgent banget...bla...bla...bla...!"

Gue ceritain semua ke Rizki.

"Lo gak boleh pakai pesawat organisasi. Lo pakai pesawatnya Papi atau komersial. Terus mendarat gak boleh di kota-kota itu. Kota yang gak mungkin ke detect mana yang paling dekat?"

"Beijing!"

"OK, lo perlu topeng. Lo pakai Vira dan Mamanya."

"Budget naik dooooong! Duit gue kapan ngumpul?"

"Eh denger yaaaa....! Kalau cuma kita bertiga yang berangkat, lo gak bisa beralasan wisata. Mereka pasti tetep curiga kalau tahu kita di China. Apalagi lo ngurusin pelabuhan juga. Aneh gak?"

Sial...!!!!
Bukan urusan ada tambahan Vira sama Mamanya. Cuma kalau ada makhluk namanya Rizki, gue gak mungkin nginep di budget hotel, makan juga gak bisa ngasal.
Gue ngerasain hidup tanpa tagihan kartu kredit baru empat bulanan ini, karena udah gue lunasin. Masa iya ngutang lagi?

Fuck......!!!!!!

Terus bujuk Vira dan Mamanya biar mau bareng kita ke China gimana caranya?
Gue sama Rizki harus bohong apa?
Bilang ke Mama?
Peserta jadi lebih banyak lagi dooong!

Gue kalau urusan bohong berbohong gini bikin trauma. Gak mau lagi.
Kapok dah! Kejadian pada Mama jadi pelajaran berharga, bahkan sangaaaaat berharga.

Tapi mau gak mau, gue emang harus minta bantuan Mama. Gak lewat telephone, tapi nanti aja kalau pas di Bandung. Cuma gue harus bujukin Vira siapin passport nya dan punya Mamanya, sebelum kita berangkat ke Bandung.

"Lo harus siap gagal dan kalah! Lo harus siapin evakuasi cepat begitu tahu sebentar lagi kalah! Jangan nunggu sampai lo jatuh!", kata Rizki

Gue mengangguk.

"Safe house in Indonesia was ready and safe house in abroad, too."

"Great!", jawab Rizki.

Satu hal yang Rizki tidak pernah akan tahu, bahwa gue adalah bidak terakhir yang harus mati. Saat mereka sudah selamat mencapai safe house.
Itu kalau gue kalah....!

*********

"Din....lo dulu satu SMA dengan Vira khan?" tanya gue saat udah bergabung dengan teman-teman.

"Enggak Maas! Saya SMA 3, itu Mba Indah yang satu sekolah."

"Indah siapa?"

"Iiih Mas ini looooh! Itu yang lagi ngobrol sama Mba Maya, yang pakai hijab warna merah!"

"Oooh....!"

Jujur, gara-gara Rizki dan Ajeng, gue ketularan penyakit KEPO. Penyakit yang gue benci.
Dan ternyata penyakit KEPO itu gampang banget menular lewat sentuhan dan udara, macam penyakit ebola!
Gue kemudian menyeret Indah menjauh dari Maya and friends.

"Eh....Indah, lo tau Ajeng khan? Siapa dia? Kok sikapnya aneh ke Vira?"

Gak mau dooong gue bahas soal Rizki, nanti malah jadi kepikiran aneh-aneh.

Indah ketawa lumayan kenceng.

"Sinis gitu ya Dit?"

"Mmm...aneh aja!"

"Rival Diiit....! Biasalaaah cewe gitu!"

"Masa Vira gitu? Setahu gue dia selalu bersikap positif."

"Bukan Viranyaaaa!", Indah nyubit gue dengan mulut menceng-menceng nunjukin kalau gemes.

"Jadi Ajeng itu khan populer segalanya lah Dit di SMA dulu. Dia deketin cowo, cuma ternyata cowo yang dideketin dia lebih suka sama Vira. Cuma yaa gitu, Viranya biasa banget nanggepinnya...!"

"Biasa gimana?", tanya gue

"Ya Allah Diiit.... Kamu bareng Vira berapa lama sih?"

Hmmm....mungkin karena Vira muslimah yang baik dan benar kali ya?

"Ajeng udah kalah dapetin cowo masih kalah pula prestasinya dengan Vira. Naaah, begitu giliran kuliah sekarang satu Universitas. Kamu khan populer duluan dibanding Rizki!"

Populer? Populer tengil mungkin maksudnya.

"Ajeng usaha bener tuh, sampai sering ke kantin Teknik. Cari celah buat deketin kamu. Cuma udah kesamber Vira duluan! Yaa kesel banget dia! Cuma kayaknya dia sekarang nempel ke Rizki terus deh!" lanjut Indah sambil membuat ekspresi yang menghina Ajeng.

"Mmm...ngomong-ngomong cowonya Vira waktu SMA gimana?"

"Cemburu yaaaaaa.....! Tenang Diiit, dia putus asa deketin Vira jaman SMA, terus jadi pacarku sampai sekarang!" Indah tertawa seakan meledek gue.

Asuuu...!

"Lagian kalau macarin Vira itu berarti harus siap nikah, kayak kamu iniii...!"

Asu lagi...!

OK, sekarang gue ngerti sedikit soal motivasi Ajeng. Untung aja dia kagak hamil waktu ML sama Rizki. Tapi apa iya sama Rizki cuma terjadi lima atau enam bulan lalu?
Masa sih?
Lagi kenapa Rizki ijinin dia ikutan gank nya dia kalau orang itu kagak ada istimewanya?
Shiiit....kumat lagi posesifnya.

Kebayang juga hal yang lucu, gue jambak-jambakan sama Ajeng buat rebutan lakik. Kok gue malah jadi aneh gini ya?

Sore sekitar jam 3-an setelah tamu-tamu pulang, tamu yang tersisa tinggal Vira dan Mamanya.
Gue minta ijin dua hari lagi, ajak Vira ke Bandung untuk menemani Ardi saat sidang. Harapan gue sih Ibunya mau nemenin Vira gitu.

"Naak, bukannya saya gak suka, malah suka sekali. Saya sering banget ngeropotin malahan. Saya gak nolak Mas, cuma khan kasihan Bapak, ditinggal-tinggal terus. Lagian khan saya juga ada jadwal rutin nengokin Mas nya Vira ini. Kasihan Nak, Masnya suka di bully di rutan."

Seinget gue, di rutan ada anggota gue yang masih ditahan deh. Kalau belum bebas loh yaaa, selain jenguk, gue bisa nyuruh jagain Mas Rahman, Masnya Vira itu.

"Kapan mau jenguk Mas Rahman, Bu?"

Eh, setelah sekian lama baru terakhir-terakhir ini gue biasain panggil Mamanya Vira, Ibu.
Soalnya Vira udah manggil Mama gue itu Mama, gak Tante lagi.

"Besok pagi bareng Bapak Nak."

"Boleh saya ikut Bu?"

"Ayok Nak....! Bapak dan Rahman pasti senang."

Sore sekitar jam 5 sore gue, Rizki, Vira, Mamanya Vira dan empat bodyguard berangkat beriringan ke Solo.

Cuma satu hal yang menyebalkan kalau bareng Rizki, harus milihin hotel!Rempong banget itu anak. Sebelum berangkat pasti ribet dulu, buka internet buat liat kamar dan reservasi. Bilang kamar kayak ketoprak lah, kayak ondel-ondel lah, kampungan lah . Cuma gue kayaknya yang paling sabar ngadepin dia. Sampai akhirnya dia mau dengan hotel di Jalan Sugiyopranoto, deket Mangkunegaran, itu juga yang suite.
Yaaa daripada tengah malam minta balik Jogja...milih gimana hayo?

********

Paginya kita jemput Vira dan orang tuanya buat jenguk Mas Rahman di Lembaga Pemasyarakatan.
Selain menjenguk Mas Rahman, gue juga menjenguk Nurwahid, anggota gue yang ternyata masih ditahan.

Kedatangan gue tentu saja disambut bahagia Nurwahid dan keluarganya yang kebetulan sedang bezuk. Ini pertama kali dalam hidup gue bezuk ke LP dan juga bertemu anggota gue.

Belum lama gue berbincang dengan Nurwahid, Hamid selaku land lord dan kepala distrik, begitu kita sebut untuk area dibawah wilayah, ikut menjenguk.
Tentu saja mereka gak enak, masa gue jenguk sedangkan bawahan gue kagak jenguk.

Mas Rahman duduk diapit orang tuanya dan Vira ditempat agak di pojok ruangan. Gue menghampiri mereka. Gue kemudian ajak Mas Rahman dan Papanya untuk bergabung. Cuma Vira dan Mamanya gue larang bergabung.

"Mas Rahman, Bapak....kenalkan ini Mas Nurwahid!"

Rahman seperti agak takut-takut untuk bersalaman.

"Mas Wahid kenal Mas Rahman?" tanya gue

"Tahu Boss!! Dia di Blok yang sama, cuma saya di sel no. 2 dan Mas ini di sel no.4."

"Mas Rahman ini bisa diatur gak biar satu sel dengan Mas Wahid?"

"Bisa aja Boss, cuma sel saya ini lebih sangar orangnya." jawab Nurwahid.

"Lo ngapain aja, kalo disini masih ngeluhin orangnya sangar, hah??" gue langsung emosi. "Lo jadi apa disini? Cuma jadi kacung? Hah..! Jawab!"

Nurwahid diam, begitu juga yang lain.

"Bang, kalo lo gak bisa didik anak buah lo jadi pemimpin, gue yang ambil alih!"

"Siap Boss!", kata Hamid dengan lemah

"Gini Boss, boleh saya bicara?", kata Nurwahid

"Bicara apa?"

"Mas ini udah dipindah sel yang lebih baik dari sebelumnya..."

"Bener gitu Mas?",potong gue

Rahman makin menunduk, tubuhnya bergetar dan meneteskan air mata.

"Saya masih sering dipalak dan kadang diperkosa. Kadang juga jatah makan saya kalau gak direbut kadang dikencingi. Memang ditempat sekarang mendingan. Maksudnya gak sesering dahulu."

"Lo bilang lebih baik hah?", bentak gue sambil mengacungkan tinju cuma ditahan Rizki.

"Ssshhh...!!!! Udaaah....udah! Cukup!", suara Rizki pelan.

"Mas Wahid masih inget saya?", tanya Rizki.

"Inget, Boss Rizki!"

"Lo tahu maksud Mas Radit tadi?"

"Buat ngelindungi Masnya itu!"

"Gak cuma itu! Lo bisa pegang orang-orang disini! Itu yang diminta Mas Radit! Jadi Mas Radit gak pengen lo cemen, duduk dipojokan, ngerokok, enak-enakan disini, sementara keluarga lo ditanggung Mas Radit!"

Wahid menunduk dan diam.

"Siap Boss!", katanya lirih.

"Yang keras!", bentak Rizki.

"Siap Boss!", suara Wahid lantang dan menatap Rizki.

"Bang Hamid, persiapin orang-orang lo  setingkat kepala distrik. Gue mau briefing, besok pagi jam 10. Gak ada yang boleh telat! Ingat!!", kata gue.

"Siap Boss!"

Setelah itu kita kembali berbaur baik dengan keluarga Nurwahid maupun Vira dan Mamanya. Kita bersama-sama makan nasi kotak dan mengajak beberapa napi yang kebetulan ada di ruang tersebut.

Ada beberapa LP lagi yang rencananya harus gue kunjungi,  setelah pulang dari Tiongkok nanti. Ada beberapa yang memang kita sengaja mengirim mereka ke LP untuk tindak pidana ringan, dengan rata-rata hukuman 3 - 6 bulan, untuk memata-matai beberapa orang yang potensial merugikan organisasi dan bandar narkoba yang jelas-jelas sebagai musuh terbesar gue. Lah habis gimana, dari dalam LP aja masih bisa mengorganisasikan penjualan bahkan bisa menyelundupkan narkoba kedalam LP.

Kalau mau ngomong kekuatan Mafia Narkoba, keren pokoknya. Kekuatan uangnya sanggup menembus kemana aja. Apa yang gak bisa dibeli?
Nyawa aja bisa! Apalagi birokrasi dan hukum.
Gue, walaupun sama-sama berjalan di jalur hitam, mereka tetap musuh bagi gue. Kenapa gue benci?
Barang dagangannya bikin rusak, bahkan suatu saat negara ini kehilangan generasinya.
Lah kalau niat mau bunuh orang, yaaaa bunuh orang aja, kenapa harus rusak generasi. Apalagi yang jual narkoba palsu, itu lebih anjing lagi. Efeknya jauh lebih mengerikan.

Sorry sebelumnya,
bangsa ini udah maunya enak, gak mau kerja keras, pengennya instant, kalau dikritik marah, hobby nya nyinyir......
Masih mau ditambah lagi narkoba???
Lo mau ngarep negara ini mau jadi apaaaa???
Yang kebayang di kepala gue, suatu saat terwujud negara yang rakyatnya kayak di miniseri Walking Dead...!
Muka dongok, ngileran, jalan sempoyongan, kulit keriput, mata gak fokus...!

Disitu gue tabuh genderang perang. Banyak yang gak suka pasti!!
Gue kagak peduli.

Tapi yang gue bikin geleng kepala, orang yang jelas-jelas berkecimpung dalam hukum, tahu itu barang kayak apa jahatnya, tega-teganya ngebelain yang jualan sampai dapet hukuman ringan udah gitu bandarnya masih aja mainin alat negara.


********

"Dit, tadi aku ditanyain Bapakku," kata Vira di dalam mobil saat kita kembali ke Jogja.

Gue diem, pasti soal kejadian di LP tadi.

"Dit, kamu kerja apa sih? Aku juga bingung, kamu sampai dikawal bodyguard segitu banyak. Kalau yang dulu, aku tahu karena kamu di terror bandar narkoba. Kalau sekarang misalnya masih, tadi yang dipenjara itu siapa? Kenapa sampai kamu punya anak buah di penjara? Bapakku nanya itu juga tadi!"

Merepet khan kalau cewe....

"Dit...., Bapakku tadi sempat takut liat kamu mau ngehajar anak buah kamu. Kamu bisa gak kendaliin emosi kamu, seperti kamu ngadepin aku, Rizki atau Ardi."

Hmmm....makin panjang deh...

"Dit...., kamu kerja apaaa? Kamu sampai punya anak buah apa tadi Bapakku bilang? Kepala distrik? Diatas kepala distrik berarti masih ada lagi. Berarti itu masing-masing ada area. Laah usaha Mama khan properti sama tile, yang ada juga proyek di lokasi A,B, C,D. Terus perusahaan tile juga baru di Jakarta, belum punya cabang diluar itu."

Lo bisa pingsan kalau gue ceritain, bakal jadi kayak Mama gue.

Trrrr.....trrrr....trrr

Hmmm...HP gue bergetar, tadi HP seharian gue silent. Ada yang telephone atau.... oh whatsapp.....

Mon Chéri
Mati loooo.....!!!
😜💩💩💩💩💩🐷🐷🐷🐷

Gue
Anjing...🐶
Babiik...🐽
Celeng...🐗
Monyet...🙈🙉🙊
Kentut....💨
Taik........💩💩💩

"Radiiiiiit......!!!!", Vira menyubit lengan gue.

"Aaah....aaah.....iyaaaa!!!, sumpah sakit banget cubitannya.

"Kamu jawab napa?"

Jawab apa?

"Gue kerja apa? Lo tahu khan gue sehari-hari kuliah, gue gak ada kantor, gue gak punya staf, apalagi?"

"Bohoooong!"

"Intel!"

"Bohooong!"

"BIN"

"Bohoooooooooong!"

"BNN!"

"Radiiiiiiit."

"Aduuuuh...aduuuh..duuuh...iyaaa!"

Gilaaa nyubit lagi?

"Juragan jus...!"

"Radiiiit...!"

"Khan udah gue jawaab...Juragan jus!"

"Bodo!"

Yaudah....! Baguslah!

Sampai gue nurunin Vira di kos, gue tetep keukeuh bilang Juragan jus...! Hasilnya dia ngambek.
Yang penting dia udah ngasih ke gue paspor dia dan Mamanya sekalian pas foto. Besok tinggal diurusin staf Jakarta untuk pengurusan Visa.



**********


Paginya gue briefing ke seluruh kepala distrik di wilayahnya Hamid.
Intinya gue ngajarin sikap kepemimpinan, bertanggung jawab mendidik lingkungannya untuk bersikap mandiri, tidak setiap waktu didikte, serba disuruh.

"Kalian semua ingin sukses?" tanya gue

"Ingiiiiiin Booooss!" jawab mereka serempak.

"Apa itu sukses? Ada yang bisa jawab?", tanya gue

"Kaya Raya Boss!"

"Jabatan tinggi!"

"Punya keluarga yang tercukupi!"

"Milyarder Boss!"

"OK...OK...! Gue sekarang nanya, kalau kalian kaya raya bisa gak nantinya miskin lagi?"

"Bisaa Boss!"

"Contohnya banyak khan? Orang kaya raya menjadi jatuh miskin? Sekarang, kalau jabatan tinggi, bisa gak orang itu dijatuhkan?"

"Bisa Boss!"

"Kalau keluarga yang tercukupi tadi, bisa gak suatu saat menjadi gak tercukupi lagi?"

"Bisa Boss!"

"Kalau kalian hanya liat materi, itu gak akan pernah ada cukupnya. Lo dulu gaji berapa awal gabung?", tanya gue ke seseorang didepan gue.

"1,5 juta Boss!"

"Harapan lo berapa dulu pengen cukup?"

"5 jutaan Boss!"

"Sekarang lo dapat berapa?"

"10-an Boss!"

"Cukup gak?"

"Masih kurang Boss, saya ada utang juga terus..."

"Naaaah....ini contoh depan kalian!" potong gue.

Gue tersenyum mengejek

"Ngomong duit, harta dan kekayaan itu gak akan ada habisnya. Begitu juga pangkat dan jabatan! Ngerti?"

Braaaaaakkk.....!

Gue gebrak meja bia mereka lebih fokus.

"Sukses itu kalau kalian bisa jadi berkat buat orang lain atau lingkungan kalian! Gak usah muluk se-RT, se-RW, sekampung, sekecamatan, kagaaaaaaak. Lingkungan itu keluarga, tetangga, teman, itu dulu.
Membagi berkat tidak harus dengan uang atau materi! Perhatian, ilmu, apapun ketrampilan yang kalian bisa!
Berkat itu artinya kalian selalu diharapkan oleh lingkungan kalian!"

Gue diem, semua peserta juga diem.

"Saat kalian datang ke tetangga atau orang-orang yang lagi nongkrong dekat rumah kalian, orang tersebut dengan suka cita menyambut kalian! Soalnya kalian sangat bermanfaat!
Pernah gak kalian liat, ada orang begitu ngedekat kalian aja, kalian udah sebel duluan, males nanggapin? Pernah?"

"Pernah Boss!"

"Jadilah berkat untuk orang lain! Keberadaan kalian akan selalu diterima dan diharapkan orang lain. Saat kalian gak ada, mereka menunggu kalian, dan mereka bahagia saat kalian ada! Lingkungan kalian itu penting! Berbagi itu penting! Jangan pelit ilmu!
Lingkungan yang selalu bersikap positif dengan keberadaan kalian membuat energi positif dalam hidup kalian! Ngertiii?"

"Boss, kalau tetangga memang selalu berpikir negatif tentang kita bagaimana?"

"Heh denger yaa...! Mereka berpikir negatif, karena kalian sama sekali gak memberi pengaruh positif ke lingkungan atau dia! Jangan pernah mengharap balasan yang bagus diawal, dan jangan berharap balasan setimpal, karena tiap orang punya perasaan takut. Bisa takut nantinya dimanfaatin, takut ada yang ngutang, takut diganggu privasinya!"

Gue perhatikan satu persatu dari mereka.

"Dan apabila kalian memberi, jangan mengharap balasan."

Gue diem,

"Menjadi berkat, artinya kalian mendidik lingkungan kalian mau berbagi juga. Jika kalian menjadi berkat, tetangga berhak menjadi berkat pula! Kembangkanlah berkat kalian ditempat kerja kalian. Didiklah bawahan kalian dengan ilmu kalian, jangan anggap bawahan sebagai kacung! Tapi bawahan adalah rekan kerja, bukan kompetitor! Buat dan dukung mereka maju, tugas kalian mendidik mereka untuk menjadi hebat sesuai passion dan minat mereka!"

Mereka semua menatap gue.

"Bawahan kalian, suatu saat bisa jadi orang besar, dan bahkan bisa melindungi kalian! Jangan sekali-kali kalian musuhi atau injak mereka."

Mereka terdiam

"Bawahan kalian adalah aset kalian. Atasan kalian adalah orang tua kalian. Anggap saat ini kalian anak-anak. Saat kalian besar nanti, kalian lindungi orang tua kalian."

Mereka mengangguk-angguk.

"Berbagilah dan jangan sok kuasa! Karena kuasa itu membuat kalian jatuh suatu saat! Saat kalian jatuh, tak ada seorangpun yang peduli!"

"OK....berdiri semua, ikuti kata gue dan kalian akan sukses!" lanjut gue

"Saya selalu menjadi berkat bagi orang lain dan bertindak jujur!"

Tanpa mereka sadari, gue sudah mendoktrin mereka untuk loyal, berani mengembangkan diri dan orang sekitarnya dan berlaku jujur.

Doktrin itu gue jadikan dogma bagi seluruh wilayah di regional area gue. Sebelum pembersihan gue lakukan, gue yakin mereka akan melapor satu persatu ke gue atas tindakan penyimpangan yang mereka lakukan.

Perang bagi gue gak harus sampai dengan kekerasan yang berdarah-darah.
Perang menggunakan pikiran, akan mengubah paradigma.
Perang dengan menggunakan otak lebih efektif dan murah.
Perang dengan akal akan jauh mendapatkan hasil lebih besar!

Masih menantang otak?
Gue adalah bukti nyata, bahwa otak bisa memenangkan segalanya.
Dogma positif secara tidak langsung bisa menjadi brainwash bagi personel gue.

Cuma syaratnya satu.....gue lakukan hal yang sama.
Gue bertindak jujur dan berusaha terus menjadi berkat bagi orang lain.

Pikiran gue simple aja sih! Kenapa Agama bisa jadi besar.
Eh, jangan bahas soal Tuhan loh disini!
Kalau ujungnya karena mukjizat dan berkat Tuhan, selesai semuanya.
Itu yang bikin orang jadi males, nungguin mukjizat sampai kayak orang dongok.

Bagi gue, agama bisa menjadi besar, karena dogma positif didalamnya, secara gak langsung mendorong manusia untuk menjalankan dogma itu. Apalagi kalau dogma itu dibacakan berulang-ulang tak ubahnya seperti brainwash bagi penganutnya.

Gak percaya?
Lo tiap hari dibacain kata "harus jujur", lo mengulang kata itu tiap hari.
Lo jadi gak bosen bilang itu, karena lo dikasih contoh nyata hasil jujur kayak apa, dapat reward macam apa.
Misal, karena lo punya hati jujur dan berlaku jujur kemudian dikasih bonus tiap tiga bulan, terus ada bonus tahunan, terus karir diperhatikan.
Itu akan berpengaruh ke yang lain.

Tapi kalau gak ada yang brainwash gitu, biar dikasih contoh baikpun, lebih milih korupsi. Mikirnya langsung dapet lebih gede, tapi gak mikir kelanjutannya masih bisa dapet duit lagi kagak.
Dia udah tahu harus jujur...
Tapi itu gak dibacain tiap hari dan gak suruh ngulang tiap hari.

Masih gak percaya?
Lo bisa doa tiap hari gimana caranya?
Karena lo tanpa sadar udah di brainwash dari kecil, kalau berharap sesuatu harus doa. Lo makin getol berdoa setelah ada orang memberi kesaksian manjurnya berdoa. Disitu ada reward khan?

Lo ngomong sama orang yang dibesarkan secara atheis manjurnya doa. Udah bagus lo cuma diketawain, salah-salah lo malah dikentutin.
Karena apa? Dia dari kecil gak pernah di brainwash soal manjurnya doa.

Itulah salah satu taktik perang gue, dogma positif - continues - brainwash - change paradigm - loyal followers - winning the war.

Hebat khan baru semester 5 gue nemu formula itu!
Boleh dong gue nyombong!



TO BE CONTINUED

Continue Reading

You'll Also Like

69.8K 1.4K 57
En natt i juni flyttar en ensam ung kvinna in i den lilla stugan vid sjön utanför en by långt uppe i den nordligaste delen av Sverige. Det är en lite...
19.6K 30 4
Tankarna om en hård kuk mot min röv, en tunga mot min klitoris eller några masserande fingrar mot mina spända bröst. Alla tankar som får mitt underli...
118K 919 40
Romantik,Passion och en ogillad kärlek Blir det bättre? (Varning för sex scener)
148K 4.4K 38
Vad gör du när din kille skämmer ut dig under skolavslutningen i 9:an? Precis när kören börjat sjunga "den blomstertid nu kommer". Jo, du dra till Fl...