Bandung - Jogja.....The Harde...

By AditPrasetya0

169K 9.2K 1.1K

Tidak mudah memang untuk membuat hubungan saling percaya. Sangat mudah diucapkan, sangat mudah di angankan... More

DISCLAIMER
Chapter 1. Crawl-Run-Jump-Fly
Prolog
Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.
Chapter 3. End of Holiday, End of "Fucking" Love
Chapter 4. I Need Pandora Still Closed
Chapter 5a. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 5b. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak
Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi
Chapter 8. Rizki......Someone From My Past
Chapter 9. Small Part of Missing Puzzle
Chapter 10. Sebuah Catatan Liburan
Chapter 11. Vira and Her Mom...Sebuah PR Juga
Chapter 12. Weird Relationship
Chapter 13. Kembalinya Om Abang
Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta
Chapter 14 b. Art3Logic....That's We Are - Jogjakarta
Chapter 14c. Art3Logic....That's We Are - Bali
Chapter 15. Cerita Tertinggal - Rizki Raja Preman
Chapter 16a. Year Two - Semester Rempong
16b. Year Two - Next Destination: Aljazair - Marseille - Paris
16c. Year Two - Yes.....I am So Selfish
16d. Year Two - Males Collector
Chapter 17a. Year Three - Euro Trip
Chapter 17b. Year Three-Gue Sang Mafia Baru
Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora
Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah
Chapter 18. I Announced Myself As Mobster
Chapter 19. Zhang Yong, The Other Man
Chapter 21a.Year Four - KKN.....Awal yang Buruk
Chapter 21b.Year Four - KKN.....New Paradigm - 1
Chapter 21c.Year Four - KKN.....New Paradigm - 2
Chapter 21d.Serigala Pemangsa
Chapter 22. Serigala Pemangsa
Chapter 24c. Year End - Vira's Legacy
Chapter 23. Journey with Grand Ma
Chapter 24a. Year End - Songong Time
Chapter 24b.The Waroong Legacy - Who's The Winner ?
Chapter 24d. Year End - O..ow... Ketahuan
Chapter 24e. Year End - War Preparations
Chapter 24f. Year End - The Determination
Chapter 25a. The Battle We've War-1
Chapter 25b. The Battle We've War-2
Chapter 25c. The Battle We've War-3
Chapter 25d. The Battle We've War-4
Epilog
Surat Untuk Pembaca

Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel

3K 168 19
By AditPrasetya0



Jam 12 malam, pesawat Southern China Airlines mendarat di Shanghai Pudong International Airport.

Seorang penjemput dari Hotel menyalami gue. Gue terbelalak dengan mobil yang jemput gue.
Limosine Honqi HQE !!! Omaagaaaa
Ini mobil asli buatan China yang harganya bujug buneeeeng.

Saat menyusuri Shanghai Bund, gue nikmati aroma eropa dan berpadu kemodernan disepanjang Sungai Huangpu. Mobil kemudian berhenti. Eh...gue nginepnya di The Bund?
Rizki dan Ardi ternyata udah nunggu di tangga depan Hotel.
Mereka menginap di Waldorf  Astoria Hotel.
Khaaan kalau pergi ma Rizki milihnya hotel yang mahal dan classic.

Setelah barang-barang gue dimasukkan kamar oleh roomboy, kita bertiga jalan-jalan di sepanjang The Bund. Suhu cuma 22 derajat, tapi anginnyaaaa....!!

"Kita buat buku lagi?" tanya Ardi

Gue dan Rizki ketawa. Ardi bengong ngelihat kita. Yaaah, kitapun mengangguk. Biar Ardi seneng.....!!!
Mungkin Ardi gak paham, karena menurut logika, peredaran buku secara independent gak bakalan sehebat itu.
Gue dan Rizki menjalankan sistem pemasaran dengan menekan client kita berikut seluruh link mereka.

Hmmm....hal itu memicu demmand pasar dimana timbul curiosity pada masyarakat. Sehingga timbul ledakan permintaan. Kuncinya hanya pada peredaran perdana dan kedua.

Apalagi kalau pemasaran yang kita lakukan itu lebih serius lagi, bukan gak mungkin, kita punya industri percetakan. Efek lebih kuat kalau buku itu worth dengan uang yang dikeluarkan. Semakin buku itu diterima di lingkungan kampus, buku bisa lebih stabil peredarannya.
Hmmm...soalnya Ardi orangnya lurus banget sih.

Ardi kita biarin foto-foto, sambil kita bikin strategi baru. Masak iya gitu-gitu mulu.

Ooh...Thank God, cuma di Shanghai bisa buka Facebook. Didaratan Zhongguo ini Facebook dan Google di banned. Thank you Shanghai...

Gue upload foto-foto gue ma Zhang Yong yang lucu-lucu. Pasti Rizki ngamuk nanti. Hehehe....biarin!

"Lapeeer!!!" teriak Ardi
Haah....udah jam 2 dini hari gini, masih mau makan?
Hmm...nemu juga orang jual Chaipan Wonton....enak loh!
Kalian pengen? Cari di Jinling Dong Lu, pokoknya diantara Sichuan Zhong Lu dan Jiangxi Lu. Harganya sekitar RMB 5.
Adalalagi Cong You Bing, pancake gitu pake bawang. Tempatnya di Xiangyang Nan Lu. Harga RMB 1,5
Itu street food semua, buka sampai pagi nanti.

"Pulang yok!! Udang kenyang khan? Gue besok mau ke Rumah Sakit!" kata gue.

Biar tidur jam 3 tetep aja bangun jam 5 pagi. Gue mandi duluan, soalnya Ardi ma Rizki enak bener tidurnya.

Jam 7 pagi gue pamit ke Tante Sofia, kalau gue mau ke Rumah Sakit. Emang niatan ke Shanghai mau berobat sih.
Tante Sofia malah ngotot mau nemenin, yaudah berdua jalan bareng. Soalnya gue ada appointment dengan dokter Wang Yubin jam 8 di Rumah Sakit Shanghai East di Jimo Road.

Ternyata diluar dugaan, pemeriksaannya detail banget dan makan waktu luuaaaammaaaaa. Ditanyain, apa gue kungfu master? Saat dia lihat X-Ray yang memindai tulang yang kemarin patah. Gue cuma ketawa.

Gue sih ngerasa nyaman berobat disini. Detail soalnya, beda banget dengan yang di Jakarta.

Apalagi Tante Sofia banyak tanya ini itu, dampingi kemana aja gue dibawa.
Pemeriksaan baru selesai jam 1 siang.
Dan besok suruh kesitu lagi...huhh capeee..

Habis dari situ kita janji ketemuan dengan Ardi dan Rizki di Yongfoo Elite Restaurant. Gue baru tau kalau yang masuk restaurant ini harus member.
Hmm...untung gue pake jas gak pake baju ngasal.

"Besok Mami ada meeting di Hongkong, Rizki temenin Mami ya? Jadi Radit ke Rumah Sakit ditemenin Ardi."

"Berapa hari Mi?" tanya gue

"Dua hari aja kok, habis itu kita jalan ke Hangzhou terus ke Beijing. Kalian rencana nanti mau bikin apa?"

"Pameran instalasi kali Mi?" kata Rizki

"Belum ada ide Mi..." kata gue

Ngaco, emang gampang apa bikin pameran instalasi!! Ngasal...!

Habis dari makan, Tante Sofia kembali ke Hotel, sementara kita ngelayap ke The Bund. Obyek yang dipilih Sasson House, HSBC building, The Shanghai Custom House Building, Russian Consulate, The Former Bank of Communication, Peace Hotel..yaaa yang bangunan gitu-gitu deh.

*********

Pagi keesokan harinya, Tante Sofia dan Rizki ke bandara, gue dan Ardi ke Rumah Sakit. Gue ketemu dokter Eva Zhang. Dia kasih obat tradisional gitu.
Gue sampai eneg, liatin obat mulu.
Dia bilang sih, gak sampai dua minggu lagi retakan bisa pulih dan gue cukup rawat jalan.

Gue ajak Ardi ke Shanghai Tower, liat pemandangan Shanghai dari menara yang sempat jadi yang tertinggi di dunia. Sambil beli souvenir.

"Sayang....!" kata Ardi

"Hmm...iya sayang?", balas gue

"Kita biasa bertiga, gak ada salah satu rasanya aneh ya?"

Gue ketawa sambil cium dia.

Gue kemudian ajak Ardi ke Jade Buddha Temple. Sedang asik gue bikin sketsa, seorang warga lokal mengajak gue sembahyang.
Dia bicara dengan gue dengan Bahasa Inggris logat entah campur Mandarin.
Pokoknya frustasi denger dia ngomong.
Gue lihat Ardi sambil angkat bahu, sementara dia sendiri bengong.

Dari depan gue ikutin semua gerakan dia, sampai masuk ketemu rahib, ngasih penghormatan dan seterusnya. Sampai sembahyang terakhir didepan arca Buddha yang paling besar.

Ada kali satu jam-an cuma ngikutin dia sembahyang. Doanya sih suka-suka gue, habis gue kagak ngerti......!
Saat keluar kita ketemu seorang wanita yang ternyata anaknya. Gue dikenalin anaknya.

Untung anaknya fasih bahasa Inggris, jadi dia bisa ngasih tahu maksud kata-kata Papanya. Papanya ngajak kita makan Sheng Jian. Saat gue gigit, gue keringetan ngeliat Ardi makannya lahap. Aduuh gimana ngomong ke Ardi, itu dalamnya daging babi. Yaudah deh kalau dosa, biar gue yang nanggung.

Orang itu ngenalin diri bernama Deng Rongji, kalau anaknya namanya Deng Huifang. Mr. Rongji masangin gue jimat dijadiin satu dengan jade dari Zhang Yong.

Saat Ardi sibuk fotoin sekitar tempat makan, lelaki itu berbicara pelan.
Dia bilang kalau gue harus hati-hati dan waspada. Salah langkah gue mati. Terus dia bilang, yang ngasih gue jade itu cinta mati ke gue dan akan melindungi gue sampai kapanpun.

Yaaah, kalau dia ngeramal gue gitu, dia tahu dong gue homo. Huh....!
Gue gak berani nanyain soal Ardi. Khan gak enak ada Cici sebelah gue ini, padahal gue butuh terjemahan dari dia.

Pas gue mau bayar, ternyata udah dibayarin sama Mr. Rongji. Mmm...aneh, ketemu orang sebaik itu di negara orang, belum kenal pula.

Sebelum berpisah gue kasih kartu nama, sementara anaknya menuliskan alamat mereka di buku sketsa gue.
Terakhir dia bilang, dengan mata mengerling ke arah Ardi, gue disuruh jaga hati dia, karena dia udah menyerahkan seluruh hidupnya ke gue.

Whaaaat?

Hari yang aneh....!

Sambil jalan ke Yuyuan Garden, gue gak percaya kalau semua terjadi kebetulan. Pasti ada yang ngatur. Mengingat organisasi modelnya gitu, udah pasti gue dipantau. Apa yang gak bisa dari organisasi itu?
Lagian Zhang Yong dimana, gue dimana. Ngomong ngelindungin gue? Ngelindungin gimana caranya? Terus juga ketemu dia cuma singkat, gimana bisa orang bisa cinta? Nonsense....

Besok gue masih berdua ma Ardi, berarti bisa puas-puasin muterin Shanghai. Sore ini pakai Big bus sightseeing dulu, nandain tempat-tempat yang mau didatengin. Kalau besok mau lebih detail.

Gue disini suka senewen kalau jalan ma Ardi. Habis makanan banyak bener yang ada babinya. Mana ngerti kalau cuma dari liat doang, setelah digigit baru nyadar. Nanya duluan? Mana ngerti mereka bahasa Inggris? Orang yang kita makan itu di street food sama rumah makan biasa. Kalau ada Rizki baru deh makan model fine dining gitu. Kalau gue ma Ardi khan model pelit dan hemat.

Ringtone whatsapp berbunyi

Kak Gita

Gue diterima di Cambridge, Mas Dony di Oxford Brokes...
Agst awal kita berangkat
Audi gue taruh mana neh? Klo ke rmh, lo mau blg apa ke Mama?

Damn...iya ya....! Kalau Avanza aja gue masih bisa alasan ke Mama.
Ini yang Q7 pula....!
Meski Kak Gita juga tahunya duit gue, tapi kalau Mama? Dia khan tahu, isi rekening gue berapa, tinggal nanya ke Papa? Mana percaya? Bilang punya bertiga? Anjriit...
Taruh manaaa? Jogja? Siapa ngantar?
Huda aja deh! Gue gak peduli gimana caranya, itu mobil harus dibawa ke Jogja, malah aman.

Hmm...Mr.He-Who-Must-Not-Be-Named bikin ribet. Semoga gak ada aneh-aneh sepulang gue nanti....
Oops...gue salah...gue gak boleh berharap!

Gue

Akhir Juli gw balik...
Lo plg rmh? Selamat ya Kak!
I luv u, kak
goodluck n success

Kak Gita

Ogah balik rumah, klo mw, kita start dri cibubur aja.

Kak Gita masih marah kayaknya, sampai adek udah gak dirumah aja, Kak Gita ogah pulang.
Gue yang deket ma Kak Gita aja belum bisa bujuk dia.

Hmm...ada whatsapp yang lain gak gue kenal, Naufal Juliansyah. Siapa ya?
Aneh...banyak pula.

Naufal Juliansyah

Bang....sy diterima di D3 Kepariwisataan di Jogja.
Abg di Jogja mana?
Amak blg, Abg kuliah di Jogja
Adek numpang Abg ya!

Ebuset....emang gue kenal situ? Gue liat profilnya aja cuma gambar kucing nangis. Apaan ini?

Gue lihat bangunan di sepanjang Nanjing Road, sambil mikir balesannya apa? Karena dia kaitin pake nama Amak. Siapa sih ibu-ibu yang rekomendasiin ke gue?

Amak...Amak...Amak....? Siapa ya?
Gak cerdas!!!!!!
Itu adek Om Abang kali!
Satu-satunya seorang Ibu Minang, yang gue tahu cuma Amak nya Om Abang. Mana gue inget nama adek Om Abang? Keluarganya kemarin yang ketemu banyak beneeer! Cuma Ardiansyah yang gue inget.
Gue telephone Mak Tuo, semoga benar.

Ternyata setelah gue telephone, bener adek Om Abang. Gue minta tolong Imam untuk cariin kos dekat gedung D3 sekalian dibayar.Kalau gak salah di Jalan Sekip deh. Gue gak pernah ngelayap ke kampus D3, jadinya kuper.

Karena Imam orangnya paling jujur, gue suruh urusin keuangan warung jus, selama gue tinggal kemana-mana. Jadi gue juga bisa nyuruh beli ma bayar ono-itu ma dia.

"Siapa?" tanya Ardi tiba-tiba.

"Siapa maksudnya tadi yang aku telephone?"

Dia mengangguk.

"Mamanya orang yang nyelametin aku sayang! Orang itu jadi tameng peluru, pas aku ditembak. Orang Minang, cuma tinggal di Pekanbaru."

Anggap aja Pekanbaru, kelamaan nerangin Pangkalan Kerinci.

"Oh pantesan kamu pake-pake logat Minang, tapi tone Sunda. Aneh kedengerannya."

Huhhh....Mama kebiasaan bawa logat Sunda sih di rumah.

"Turun yok...lihat Mall !" ajak Ardi.

Ebuset....orang di jalan bejubel gini ngajakin jalan. Hmm...iya deh.

"This is your wallet! Be careful sir!"

Seseorang menarik lengan gue kenceng banget.

"Zhang Yong !"

Dia ngasih telunjuk di mulutnya, agar gue gak reaktif. Dia memberi dompet gue dan memasukkan dalam kantung jas gue. Setelah itu dia nyuruh gue pergi. Sedangkan Ardi masih sibuk lihat-lihat barang diatas lapak pinggir jalan, gak lihat apa yang barusan terjadi.

Jadi, selama ini dia ngikutin gue?

Gue temanin Ardi kemanapun dia mau, sambil dia baca travel guide. Gue buka dompet tadi, didalamnya ada voucher elektronik untuk ke Suzhou dan Zhouzhuang buat dua orang.
Hmm...berarti gue harus siap pagi-pagi siap dijemput di lobby. Keren berarti Zhang Yong pinter nyopet dompet, sampai gue kagak ngerti.

*********

Pagi jam 8, gue dan Ardi sudah siap di lobby. Ardi bingung aja, darimana gue bisa dapetin electronic voucher buat jalan-jalan.
Gue jawab pakai ciuman...

"It's romantic place, sayaaang! You'll love it!"

Padahal gue tahunya juga semalem, dari searching place. Bokisin Ardi lebih gampang dari Rizki. Gue pasti mati kutu kalau kejadian hari ini didepan Rizki.

Kita akhirnya naik travel bus, didalamnya wisatawan dari Eropa kecuali gue dan Ardi. Satu jam kemudian kita sampai di suatu desa kuno dan berdiri diatas kanal-kanal seperti Venesia. Cool.....!
Mata gue terbelalak senang, thank you Zhang Yong!

"Sayang ini khan tempat lokasi film Mission Impossible 3?" tanya Ardi

"Bukaaaan....kalau Mission Impossible 3 di Xitang! Beda lokasi, lumayan jauh ke selatan..." jawab gue.

Gue khan movie freak....masa iya kagak tahu lokasi shooting film.

Kita berdua ikuti rombongan wisata berjalan-jalan, sementara Ardi sibuk foto in obyek-obyek. Saat kita menyusuri tepi kanal, mata gue tertuju pada sebuah sampan yang tertambat. Ada Zhang Yong duduk di atas sampan bersama tukang sampan. Gue tarik Ardi untuk naik ke sampan tadi.

"Ledit...Hao ta shi shei ?" Zhang Yong tersenyum ramah dan menanyakan nama Ardi.

Gue sebel, Zhang Yong itu ga bisa sebut nama gue bener.

"Wo lai jieshao yixiaer zheshi Ardi.....
Ardi, ini Zhang Yong!" kata gue memperkenalkan keduanya.

Mereka berdua berjabat tangan erat.

"Zhang Yong.... English please!" mohon gue...Mandarin gue pas-pasan. Gue perlu mikir saking susahnya ini bahasa.

Dia tertawa...

Kita menyusuri kanal pelan-pelan. Indahnyaaaaa.....!

"Ni zenme le?" tanya Zhang Yong.

Dia itu kalau nanya yang soal kaitan gue dan dia, pasti pake bahasa Mandarin, biar Ardi gak ngerti.

"Kuaile!" gue sambil ketawa...

Dia tersenyum, sementara mukanya memerah....ih lucu banget ekspresinya.

"Sayang bisa bahasa Mandarin?" tanya Ardi...."Kapan belajar?"

"Mandarin apaan...cuma ngerti yang sederhana aja. Belajar juga dari Rizki."

"Oh Rizki bisa?"

"Dia khan engkoh-engkoh Glodok...ngomong bahasa leluhur dia mau khek, hokkian apa tio chiu dia juga bisa kali."

Ardi ketawa..."Entar aku tanya."

Matik, bisa-bisa Rizki ngamuk.

"Emang siapa dia sayang?" tanya Ardi lagi

"Bodyguard yang dikasih organisasi buat kawal selama di China." kata gue

Ardi mengangguk dan kelihatan banget dia sedih.

"Kenapa sayang?" tanya gue

"Gak pa pa....nanti aja kalau udah misah dari dia." kata Ardi.

Gue minta sampan menepi ke sebuah Restaurant Eropa ditepi kanal.
Gue takut kalau yang milihin Zhang Yong ada babinya.
Kita makan di Danish Baking Sifu.

Makin lama obrolan kita seru. Zhang Yong dan Ardi makin beradaptasi. Jadi kita semakin akrab, gak canggung lagi.

Zhang Yong mengeluarkan amplop coklat besar dari balik jasnya dan menyerahkan ke gue.
Dia berbisik, itu master percakapan gue dengan dia dan rekaman video di kamar hotel. Sementara yang diberikan ke organisasi adalah yang sudah dia edit. Gue terkejut.....

"Why Zhang?"

Dia tersenyum pahit.....
Dia bilang kalau organisasi mau ikat gue, itu salah satu caranya biar gue loyal. Mereka baru menduga gue gay karena mereka tahu gue dulu adalah korban child abuse.
Mmm...gue setengah mati nerjemahin bahasa mandarin campur Inggris dia, karena dia gak pengen Ardi tahu.

Gue menelan ludah.

Agak lemas dengar semua yang dipaparkan Zhang Yong. Sekarang gue ngerti omongan Mr. Rongji, kalau Zhang Yong memang melindungi gue. Tapi gue gak mau bahas Mr. Rongji ke Zhang Yong.

Setelah itu kita puasin keliling daerah kuno itu selain melewati kanal, kita jalan kaki.

Setelah itu kita ke Zhouzhuang, sebenarnya gak begitu beda, cuma disini berasa lebih crowded dan lebih kuno lagi. Kita mampir di rumah Zhang Ting, rumah yang jadi obyek paling menarik di tempat ini.

Zhang Yong ngajak mampir ke sebuah tempat makan, dia bilang enak sore-sore gini minum teh. Emang sih, tehnya enak, makanan pendamping juga enak. Tapi babi semuaaaaaaa....

Ardi sekarang bilang laper lagi, ya Zhang Yong pesen masakan istimewa...kaki babi!!!
Gue harus bilang apa ke Ardi? Padahal Ardi makannya lahap, kayak gak inget ada orang disebelahnya.

Haaah....liburan ini gue bikin salah banyak ke Ardi.

Malam kita kembali ke Shanghai dengan kereta cepat, gak bareng rombongan. Cuma 25 menit udah nyampe. Gue mampir ke ATM, ambil duit dan gue kasih ke Zhang Yong untuk operasional dia. Semula dia nolak, tapi gue paksa. Karena yang dia lakuin diluar organisasi.

"Gimana jalan-jalannya?" tanya Tante Sofia saat kita janjian ketemu di Maison Pourcel Restaurant.

"Seru Miii....!!!" kata Ardi sambil nunjukin foto-foto dia.

"Radit bikin lukisan?"

"Baru sketsa Mi!" gue tunjukin sketch book gue.

Rizki ngeluarin dua tas kantung kertas.

"Nih susah payah gue cari khusus buat lo!"

Gue buka kantung yang buat gue, kaos bergambar Ip Man dan lukisan Bruce Lee. Gue sebenarnya mau cium Rizki, tapi gak jadi, ada Tante Sofia depan gue.

"Makasih Ki!"

Kalau Ardi dapetnya Mug antik dan stempel batu pake nama Ardi versi China.

"Kok gak cium gue?" tanya Rizki.

Kita berdua telen ludah sambil melotot. Rizki ketawa.

Di Hotel gue buka lagi amplop dari Zhang Yong, ada kotak yang besar belum gue buka. Ternyata ada HP merk China. Disitu tertulis, kalau telephone atau kirim pesan ke Zhang Yong pakai HP itu. Udah ada sim card juga.
Waaah nantinya gue pasti jadi rajin transfer deh buat top up pulsa.
Sial...!

********

Pagi itu jam 6.30 kita di Shanghai Hongqiao menuju Hangzhou dengan kereta api peluru, kereta api tercepat didunia saat itu. Jarak 169 km ditempuh satu jam perjalanan. Wuzzz...

Saat gue ke toilet Zhang Yong duduk di dekat pintu antar gerbong. Dia bergaya seolah tidak mengenal gue.

Setelah gue masuk toilet, gak berapa lama pintu diketuk. Zhang Yong buru-buru masuk begitu pintu gue buka. Setelah mengunci pintu, dia dengan rakus melumat bibir gue.

"I miss you...!!" desah dia.

"I miss you too..." gue meneteskan air mata..

Gue terharu, dia ambil semua resiko buat gue. Kenapa sih sampai segitunya. Terus apa yang akan disampaikan dia ke organisasi kalau tahu kelayapan bareng gue gini? Tugas dia cuma di Guangzhou titik!! Organisasi belum ada sampai Shanghai, apalagi Hangzhou.

"Bú yào yīn wèi jié shù ér kū qì wēi xiào ba wèi nǐ de céng jīng yōng yǒu !!" Dia mengusap air mata gue.

Damn.....gue cengeng banget sekarang sejak kejadian Om Abang ditembak mati.

Intinya Zhang Yong bilang jangan menangis, semua akan berakhir.... tersenyumlah...karena akan terjadi (kegembiraan). Gitu kira-kira kalau gak salah......

Kalau salah, berarti gue ke ge-er an.

Kita kembali berciuman, menikmati sentuhan bibir beriring degub jantung kita masing-masing.

*******

Hangzhou suhu sangat nyaman, 23 derajat celcius dan cuaca cerah. Kita lagi-lagi dijemput dua mobil Hongqi menuju Banyan tree Resort....

Bangunannya dengan arsitektur klasik China, dominasi warna putih berpadu dengan kanal-kanal. Kereeeen.....
Kagak usah pergi-pergi kali, di hotel aja gue betah.
Apalagi dapat Villa Premiere Water Suite gini. Orang bertiga ini jadi bawaannya sange mulu. Cuma yaaa terpaksa, nahan-nahan suara. Habis Villanya deketan ma Villa Tante Sofia. Gak lucu kalau pas dia datang, ketuk-ketuk pintu kedengeran suara aneh.

"Ssshhh....kemarin kalian jalan berdua makan gimana? Khan banyak babinya?" bisik Rizki setelah kita bercinta.

"Iya...gue yang nanggung dosanya Ardi. Gue kagak berani bilang ke dia."

Rizki ketawa.
Gue mah kalau jalan ma Rizki gak gitu mikir. Mau makanan ada babinya, ada biawak, ada kadal juga dia oke-oke aja.

Hhhhhhhh.......

Siang itu kita makan di Crystal Jade Garden, tepian Danau Barat. Aduh ini mah keren tempatnya. Begitu kita icip makanannya....berasa terbang ke surga.

Danau Barat atau West Lake atau Xihu termasuk situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Ini gue berasa kaya Tuhan membuat surga di bumi.
Sumpah...ini indah...bangeeet...nget..nget!
Bangunan yang ada aja dibangun gak semena-mena ngerusak alam.
Gue pengen 1000 tahun tinggal disini.

Ini hadiah dari Tante Sofia yang terindah yang kita terima.
Dari alam aja kita gak puas-puas. Kita naik rakit bambu kayak jaman baheula.
Belum lagi datangin bangunan-bangunan disana kayak Kuil Ling Yi, Kediaman Xueyan Hu, Pagoda Enam Harmoni ahhh banyaaak...!

Dari rencana dua hari, kita mohon jadi empat hari. Nakal khan kita?

Malam itu setelah kita capek kelilingan, gue ajak Rizki dan Ardi ketemuan ma Zhang Yong, di tempat dia menginap di Brook Hotel gak jauh dari tempat kita nginap.
Ardi yang sudah kenal, gak canggung lagi. Rizki yang ngerti Mandarin dan Kanton apalagi....ngobrol malah makin akrab.

Mereka kini tahu, kalau gue selalu di kuntit Zhang Yong kemanapun di China eh Tiongkok.

Zhang Yong kemudian cerita soal dia dan keluarganya. Dia anak laki satu-satunya, orang tuanya tinggal di district Nanhai, Foshan di Guandong.

Zhang Yong adalah nama baru dia. Nama asli dia bukan itu. Gak usah gue ceritain nama aslinya yaaa...!
Dia dahulu anggota Renmin Jiefangjun... Tentara Pembebasan Rakyat...TNI -nya Tiongkok gitu. Dia dikeluarkan karena dianggap kagak disiplin. Dia kemudian direkrut Mr.He-Who-Must-Not-Be-Named untuk jadi salah satu pengawal pribadinya. Dia mengubah nama setelah bergabung dengan organisasi demi keselamatan keluarganya. Dia kemudian mengganti marga dari Chen ke Marga Zhao.

Dia termasuk pengawal pribadi kesayangan  Mr.He-Who-Must-Not-Be-Named. Berdedikasi dan pinter, cuma dia berpikir lurus, gak pernah berpikir soal bisnis. Jadi kariernya sepanjang 3 tahun disitu-situ aja. Dia itu lebih cocok jadi spy trus gak bisa negoisasi. Maunya gitu yaaa harus gitu, termasuk ngintilin gue.

"Sayang....gue ada yang mau diomongin sama Zhang Yong....mau gabung? Cuma...input dari kalian boleh disampaikan kalau udah balik ke Banyan." kata gue ke Ardi ma Rizki.

Ah....ternyata mereka milih balik ke Banyan tree.
Dari jendela kamar Zhang Yong,  gue lihat Ardi dan Rizki saling bercanda di jalan bahkan tendang-tendangan sandal.
Saat gue berbalik ternyata Zhang Yong sudah melepas seluruh pakaiannya dan hanya mengenakan celana dalam saja.

Dia melumat bibir gue lama

"Why do you love me, Zhang?"

Dia diam dan menggeleng perlahan. Kembali dia menciumi gue.

"Did you know that they are my boyfriends? My Lovers?"

Dia mengangguk,
"Exactly....but I don't care!!!"

Dia melepas celana gue hingga telanjang.  Dia peluk gue tanpa berhenti mencium.
Gue mengerang saat dia mengocok penis gue sambil menciumi gue.

Gue harus beralasan apalagi? Kalau boleh jujur, gue belum cinta dia. Keinginan bersetubuh gue mungkin hanya nafsu saja. Haah...! Sekarang dihadapan gue, orang yang mencintai gue, gak peduli apapun yang sedang atau akan terjadi.
Ngototnya kayak Rizki.

Kita bercinta malam itu hanya sekali. Setelah itu gue mandi dan buru-buru pulang. Tapi gue khawatir, bau sabun habis mandi gini kerasa banget. Gue mikir keras, tindakan konyol apa yang harus gue lakuin.

Nyemplung kanal!!!
Hmm......Itu tindakan ceroboh dan terbodoh yang gue lakuin... pikir gue. Itu malah di bego-begoin Rizki.

Breesssssss!!!!!

Ahahaha....berkaaaaaaaah!!!! Hujaaan!!!
Sepanjang Juni sampai September khan Hangzhou rawan hujan....

Gue sampai gerbang Hotel papasan dengan Ardi yang lagi bawa payung mau jemput gue.

"Isshhh.....pake jemput segala?" kata gue.

"Rizki udah sange....minta kamu buruan pulang, HP ayang ternyata ditinggal di kamar." kata Ardi

"Serius?"

Ardi ngangguk.."Pengen tigaan katanya, mumpung hujan deres!"

Tigaan adalah istilah have sex kita. Misal kalau salah satu lagi gak ada, istilahnya tetep tigaan. Kita berpikir biar berdua, tapi jiwanya hadir saat having sex itu.
Karena mungkin saat itu kita alay kali yaaa...???

********

Setelah hari ke empat di Hangzhou, kita bersiap meneruskan perjalanan ke Beijing.

Dengan menggunakan pesawat China Southern Airlines, kita terbang ke Beijing jam 10 malam dari Xiaoshan Airport menuju Beijing Capital International Airport.

Hah terbang malam mulu! Sampai Beijing jam 12.30 dini hari.
Berasa lapeeeer....!!! Karena suhu cuma 14 derajat celcius, berasa cepat laper. Kita semua pakai trenchcoat biar gak kedinginan.
Untung gak lembab. Shanghai dan Hangzhou parah banget lembabnya.

Kita dijemput mobil Hotel dan diantar ke Regent Hotel. Hmmm...dibanding gue nginep di seluruh Tiongkok, ini yang paling biasa banget.

"Yaaaaaaang....cari makanaaaan! Lapeer!" keluh Ardi.

Udah hampir jam 2, dimana coba?

"Ada babinya gak pa pa?" tanya Rizki

"Bodo ah...ngentot juga sama cowo, masih ributin babi!, " kata Ardi...."Buruaaaaan!"

Itu kelakuan Ardi kalau lapar, mulut gak bisa dijaga. Gue cuma ngutip omongan dia yaaaa....!
Kalau gue apa Rizki ngomong sembarangan, dia pasti bilang...eh kalau ngomong pake Bismillah dong!

Gak jauh dari hotel, kita jalan nemu orang jual Baozi....kayak Bakpao isi daging, gak tahu daging ayam, babi, monyet apa manusia.
Gak jauh dari situ ada orang jual Youtiao kayak cakue gitu.
Bertiga makan kayak orang habis ilang di gurun Gobi tujuh hari.

Kalau gue setelahnya kekenyangan, kalau Ardi ma Rizki masih kelaparan. Pengen makanan lainnya. Gila mah mereka pelihara cacingnya....
Sementara Zhang Yong cuma merokok.

Liat dua orang masih laper, Zhang Yong akhirnya menghentikan taxi, kita diajaknya menuju tempat namanya Bi Feng Tang, disitu kita dipuaskan makan dimsum.

Jam 4 pagi kita baru kembali ke Hotel dengan perut kenyang dan gak bisa tidur lagi.

Keesokan harinya kita gunakan buat ke lapangan Tiananmen dan Forbidden City....
Saking detail dan kerennya, sehari rasanya gak cukup.

"Yang....besok kita bikin furniture aja kali buat usaha kita." kata Ardi

"Hmmm...." gumam Rizki

Kalau gue diem

Ardi nunjuk beberapa pahatan dan furniture yang bisa dijadiin model.
Lo pikir gampang? Gue kuliahnya di Arsitek!!!! Gue kagak ngarti bikin kursi dengan perhitungan ergonomis!
Gebleg juga ini anak.

Tapi Rizki kelihatan mulai semangat. Otak dia khan duit. Selalu aja nemu cara cari duit.

"Iya bener sayang! Ide bagus! Cuma harus siapin orang buat tukang di workshop!"

Sial ....pasti ujung-ujungnya yang desain gue.

"Furniture yang Ayang maksud apa?" tanya gue ke Ardi

"Yaaa a whole part of room...dari lighting, sofa, bench, tempat tidur...bla bla...!" kata Ardi lagi

"Fuck....! Ayang sejak kapan belajar interior?"

"Sejak punya pacar mahasiswa Arsitektur!"

********

Karena bukan resort, jadi Zhang Yong bisa nginep di hotel yang sama tanpa mencurigakan. Gue kadang-kadang curi-curi kesempatan buat having sex dengan dia.

Disini, Zhang Yong gue biarkan puas-puasin ngerasain tubuh gue.
Setiap gue peluk dan bermanja dengannya, dia selalu tersenyum.
Dia memperlakukan gue selayaknya porselen. Dia sangat hati-hati.
Dari mulai bersikap sampai have sex.

Sepanjang bersamanya, gue gak pernah sedikitpun disakiti. Bahkan dia membuktikan ucapannya, selama gue di China, dia bertanggung jawab penuh atas keselamatan gue.

Walaupun gak ada insiden atau kejadian berarti, tapi Zhang Yong berani meninggalkan posnya, untuk menemani diri gue. Konsekwensi apa yang akan dia hadapi, gue tahu. Dan gue juga siap dengan yang terburuk.

Gue peluk Zhang Yong erat, gue libas bibirnya yang selalu tersenyum.

"Ledit...!" panggil dia

Isssshh...susah bener sih panggil Radit?

"Iyaaa?" desah gue sambil menggesekan penis gue ke penisnya yang mengeras.

"Ni hen suai ...! "

Gue ketawa keras.."Really?"

"Dangran.....!"

Gue libas bibir dia,
"Gombal....!" kata gue

"What is it?"

"Gombal meaning I love you!"

"Hmmm.....Gombal too!"

Continue Reading

You'll Also Like

95.2K 188 7
"Han står bakom mig och smeker min bröstvårta Han trycker sitt hårda stånd mot min rumpa och vi stönar båda två Jag vill ha dig, jag vill ha dig i m...
19.4K 30 4
Tankarna om en hård kuk mot min röv, en tunga mot min klitoris eller några masserande fingrar mot mina spända bröst. Alla tankar som får mitt underli...
94.8K 911 33
Bella är en tjej som ska flytta med hela sin familj till en ny stad. Vilket betyder ny skola och nya människor. Men det hon inte vet är att killen so...
126K 1.5K 44
En berättelse om Leiah som brottas mellan rätt och fel. En tjej som föll för sin lärare trots hur mycket än hon försökte motstå det. Daddy issues och...