Bandung - Jogja.....The Harde...

By AditPrasetya0

169K 9.2K 1.1K

Tidak mudah memang untuk membuat hubungan saling percaya. Sangat mudah diucapkan, sangat mudah di angankan... More

DISCLAIMER
Chapter 1. Crawl-Run-Jump-Fly
Prolog
Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.
Chapter 3. End of Holiday, End of "Fucking" Love
Chapter 4. I Need Pandora Still Closed
Chapter 5a. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 5b. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak
Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi
Chapter 8. Rizki......Someone From My Past
Chapter 9. Small Part of Missing Puzzle
Chapter 10. Sebuah Catatan Liburan
Chapter 11. Vira and Her Mom...Sebuah PR Juga
Chapter 12. Weird Relationship
Chapter 13. Kembalinya Om Abang
Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta
Chapter 14 b. Art3Logic....That's We Are - Jogjakarta
Chapter 14c. Art3Logic....That's We Are - Bali
Chapter 15. Cerita Tertinggal - Rizki Raja Preman
Chapter 16a. Year Two - Semester Rempong
16b. Year Two - Next Destination: Aljazair - Marseille - Paris
16d. Year Two - Males Collector
Chapter 17a. Year Three - Euro Trip
Chapter 17b. Year Three-Gue Sang Mafia Baru
Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora
Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah
Chapter 18. I Announced Myself As Mobster
Chapter 19. Zhang Yong, The Other Man
Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel
Chapter 21a.Year Four - KKN.....Awal yang Buruk
Chapter 21b.Year Four - KKN.....New Paradigm - 1
Chapter 21c.Year Four - KKN.....New Paradigm - 2
Chapter 21d.Serigala Pemangsa
Chapter 22. Serigala Pemangsa
Chapter 24c. Year End - Vira's Legacy
Chapter 23. Journey with Grand Ma
Chapter 24a. Year End - Songong Time
Chapter 24b.The Waroong Legacy - Who's The Winner ?
Chapter 24d. Year End - O..ow... Ketahuan
Chapter 24e. Year End - War Preparations
Chapter 24f. Year End - The Determination
Chapter 25a. The Battle We've War-1
Chapter 25b. The Battle We've War-2
Chapter 25c. The Battle We've War-3
Chapter 25d. The Battle We've War-4
Epilog
Surat Untuk Pembaca

16c. Year Two - Yes.....I am So Selfish

3.4K 183 15
By AditPrasetya0



Gue udah beresin semua research yang jadi kewajiban gue. Sebentar lagi UAS, kalau ga segera diberesin sama aja gali lubang kubur.

Warung jus gue juga sebenarnya masih bikin gue senewen, pendapatan cabang baru masih ditopang yang lama. Untunglah Danang ternyata bisa diandalin daripada Bagus. Danang lebih komunikatif ke customer.

Begitu juga Irawan, jauh lebih maju dibanding Imam. Gak tahu deh kenapa.

Ada satu hutang gue, belum ketemu sama Yoga.
Kemarin waktu di Paris, gue beliin t-shirt ,baju dan celana dalam tentunya buat dia.
Kebetulan hari ini gue agak senggang, jadi bisa main ke tempatnya sambil bawa oleh-oleh.

Baru pertama kali gue ke kosnya, kamarnya langsung hadap ke jalan.
Buset, khan gak aman ya..

Gue ketuk kamarnya

Gak lama dia buka pintu dan tersenyum lebar ke gue.

"Ayok masuk dek...!"

Gue masuk, pintu langsung dikunci. Dia memeluk gue dan melumat bibir gue.

"Gimana jalan-jalannya? Keren bener sampai Sahara? Terus ngadem yaaa di Paris?"

Gue ketawa.

"Mas, pasti kepoin Facebook gue. Iya khan?"

Dia ketawa.

"Ini buat Mas!"

"Waaah...masih kebagian oleh-oleh ternyata. Makasih ya dek....!"

Dia tersenyum nakal saat buka kotak ada celana dalam warna burgundy.
Dia melepas seluruh pakaian sampai telanjang.
Dia coba celana dalamnya.
Dia bercermin sambil mengocok penisnya sampai tegang sempurna.

"Hmmm...keren...!!!" katanya

Terus dia coba t-shirt dan kemudian baju.
Dia membungkuk untuk melumat bibir gue.

"Adek kangen Mas....!" kata gue

Gue lepasin seluruh pakaian gue tanpa bersisa.

"Entot adek Mas....!" rintih gue

"Sepong gue dek...!"

Gue oral dia, sementara dia menggerakan pantatnya maju mundur.
Disini gue ngerasa aneh, Yoga seperti udah terbiasa, kalau gerakannya gini mah udah sering ngentotin orang.

Dia mengerang...

"ssssss.....enaaakkkhhh...deekk. mmm...ssshh!"

Kemudian dia mencabut penisnya dari mulut gue. Dia mendorong gue, hingga punggung gue bersandar di tembok.
Dia kembali lumat bibir gue, sewaktu akan menghisap dan menggigit leher gue, gue menolak

"Jangan Mas...!"

"Kenapa?"

"Besok adek masih kuliah...malu!"

Dia kembali meneruskan menjilat dan menggigit puting gue. Gue jadi mengerang dan penis gue tegang sempurna.

Dia mengambil sesuatu dibawah bantal. Mmm...lubricant...dia udah kenal barang itu. Sementara tube nya udah kelihatan berkurang banyak.

Saat dia oleskan di anus dan mainkan jarinya, kelihatan banget dia sudah profesional.

Gue aja bisa sampai ngerintih gara-gara dia pinter mainin jari.

"Mmhhh...Massshh...buruaan entotthh adeeekk...!!"

Dia pinter bikin gue melayang dan mengharap penisnya segera dimasukin.
Dia tersenyum.
Gue bantu oleskan lubricant tadi di penisnya sampai dia tegang mengeras.
Dia angkat kaki gue agar kaki bersandar di bahunya.

"Ohh...Goddddddd!!" gue teriak

"Mmmhh...!"

"Fuck...ennaaakkhhh Masssshhh!"

Dia merojok gue sambil terus mencium dan menggigit bibir gue.

"Aaah...aaahhh...aarrgghh," sperma gue muncrat

Dan spermanya dia keluarin didalam. Tanpa mengeluarkan penisnya, dia kembali gerakkan penis didalam anus gue. Dan kita lanjut lagi.
Kita lakukan nonstop empat kali, sedangkan gue orgasme sampai lima kali.

Setelah itu dia menjatuhkan badan disamping gue. Dia mencium pelan bibir gue.

"Suka tadi?"

Gue mengangguk dan kembali menciumnya.

"Mas udah punya bf ya? Atau sering ngentotin orang?" tanya gue langsung tanpa basa-basi.

Dia tersenyum sinis..."Dulu sih bf, tapi sekarang gak lebih cuma buat obyek seks aja!"

Gue diem....mmm...maksudnya dia nyindir gue atau gimana nih?

"Dia suka selingkuh dek. Dulu dia itu baik. Tapi lingkungannya gak baik."

"Maksud Mas?"

"Yah, gue jadian dengan dia, pas adek gak pernah ada kabar lagi. Ketemunya di Jogja. Dia dulu kos disini, tapi terus pindah. Katanya biar deket kampus. Tapi teman-temannya itu kadang suka pengaruhin jelek."

Ohh...bukan gue...!
Yoga mengambil rokok dan menyulutnya.

"Mas emang pernah liat dia selingkuh?"

"Belum, tapi feeling aja. Gue sadar pas dia pas gue entot malah teriak Abang..abang! Gue tamparlah dia. Orang dia selalu panggil gue Kak!"

Degggggggg.......Danang?

"Mas sendiri gimana? Orang sama adek barusan ngapain coba?"

Dia ketawa...

"Gue ngentot cuma sama dia dan adek aja kok. Gue biasa kalau shift selesai malam ke tempat dia atau dia ketempat gue."

"Ohh...!"

"Kapan hari dia katanya off, gue cari di kosan, malah gak ada. Gue telephone gak diangkat. Katanya lagi bantuin Bossnya. Bantuin apa? Bantuin ngentot?"

Fix....positif...Danang

"Katanya kuliaaah?"

"Dia sekarang kerja sambil kuliah, karena bentar lagi selesai."

Bener deeeh....!

"Kenapa gak diputusin Mas?"

"Hmm...susah yah kalau namanya suka. Gue gak mau kayak dulu pas ditinggal adek. Rasanya sakit, jadi gak fokus kerja."

Gue peluk dia dan gue minta maaf.
Dia mengangguk dan mengelus kepala gue.

"Nanti aja kalau ketangkap basah."

Matik gue....berapa kali ya gue ngentotin Danang? Aduh...gue bakal nyakitin Yoga dua kali kalau ketahuan.

Gue dijalan berpikir, gue itu udah ada Rizki. Tapi masih juga celamitan sana-sini.
Hmmm....bukan membela diri sih....
Rizki sekarang pulang kampus bisa jam 8 malam. Gue ma dia juga sama-sama sibuk. Cuma gue sex addict...

Dia paling kalau pulang kadang udah teler, kalau udah kesentuh bantal aja pasti ketiduran.
Sementara gue butuh banget.
Gue sampai setua ini belum pernah coli. Karena gue baru ngocok bentar aja berasa gak nikmat.

Kalau udah puncak kepengen, kepala gue bisa sakit. Kadang gue sampai bentur-benturin ke tembok. Kadang gue suka pukul kepala gue.
Kalau masih juga gak ketahan, gue duduk dibawah shower. Gue selalu lakuin ini di kamar bawah. Supaya Rizki gak tahu. Gue gak tega, dia udah capek.

Sama seperti waktu di Marseille, gue kaya orang gila waktu horny. Gue duduk dibawah shower, gue sengaja pakai air dingin, sampai punggung dan kepala gue kesakitan, karena airnya dingin banget.
Gue berusaha melawan sakit gue dengan rasa yang lebih sakit lagi. Itu cara gue ngatasi masalah gue.

Hadirnya Danang emang bikin gue kecanduan. Gue selalu butuh Danang jika udah gak tertahan lagi.
Lagian Danang udah banyak berkurang kegiatan kuliahnya, jaga warung jus juga gak makan terlalu banyak stamina.  Jadwal Danang lebih teratur daripada Rizki. Itu kenapa gue suka lari ke Danang.

Kenapa gue gak sama Yoga?
Yoga waktu kerjanya gak beraturan. Kerja di hotel, gue juga tahu capeknya kayak apa. Palingan gue dapetin stamina dia yang prima saat off. Diluar itu, gue gak yakin.

Lebih complicated lagi sekarang setelah tahu Yoga pacaran ma Danang. Gue gak kebayang lagi kalau seumpama Yoga ternyata saudaraan ma Ardi.

Satu-satunya cara adalah gue ngejauh dari Danang dan Yoga. Jangan sampai membuat masalah lebih jauh lagi.

********

Begitu UAS kebanyakan anak menjadi panik. Gimana gak panik coba, kebanyakan mata kuliah ujiannya pakai presentasi, gak cukup jawab soal tes doang.

Apalagi yang namanya Studio Perancangan Arsitektur. Untuk konsep dan analisa aja udah ngabisin bulan. Belum lagi masuk tahapan design dan bikin maket.
Gak semua anak beruntung untuk mendapat persetujuan design, jauh sebelum UAS aja udah dibantai duluan.

"Dit, punya mu udah beres buat presentasi ama maketnya?" tanya Dimas.

Gue ngangguk

"Punya Vira?"

"Udah juga."

"Bantuin aku dong."

Hmmm....karena Dimas baik selama ini, mau gak mau gue bantuin deh. Lagian kasihan juga, dia keteteran.
Kayaknya passion dia emang bukan Arsitek sih.

"Gue bantuin bikin maket aja ya? Kalau design nanti kelihatan banget kalau gue."

"Aku belum di acc sama dosennya."
wajahnya udah kelihatan hopeless banget.

Whaaat...lima hari lagi udah harus presentasi belum di acc? Dia sama aja mau mati. Kalaupun gue bantu bikin maket, orang design gedungnya belum ada.

sabaaaaar....sabaaar...

"Project lo apaan sih?"

"Mixed used building, stasiun, terminal sama apartment."

"Sinting, sampai kapanpun lo kagak di acc. Ganti jangan apartment, kantor sewa apa tempat perbelanjaan!"

Tapi bukan Dimas kalau gak keras kepala.

"Itu udah umum!"

"Lo mau kagak umum? Atas stasiun kasih rumah sakit sama rumah duka."

Dia diem, kesel kali.

"Mas, lo emang mau tinggal diatas terminal bus gitu? Orang beli Apartemen yaaa gak maulah berdekatan tempat preman mangkal."

Anjing bener nih anak, ternyata masih nol kerjaannya. Sama aja gue bikin semua.

"Lo kerjain di kos gue malam ini! Gak usah ngajuin acc. Kelamaan!!! Asal lo nurut gue! Gak nurut gak gue bantuin!"

"Gue serem ke kos lo ada ular."

"Gue pindahin nanti ke kamar atas."

"Kenapa gak di kosan ku aja?"

"Kagaaak...ogah bikin maket ditonton anak-anak kosan lo!"

Selama ini Vira kalau belajar di kos gue, dia ketawa lihat gue ngomel-ngomel ke Dimas.
Keras kepalanya suka kagak nguatin.

Malam itu gue lagi horny banget, cuma lagi ada Dimas. Dimas udah dua hari begadang tempat gue.
Padahal Rizki udah bilang, kalau gue lagi kepengen, disuruh bangunin dia. Nanti kalau gue kelamaan diatas, takutnya Dimas nyusul ke atas. Lagi mana tega bangunin Rizki.

Hmm...gue lukain jari gue pake cutter, karena gak ngebantu, terus telapak tangan gue. Gue ngerasa udah agak turun horny nya. Gue tuangin alkohol di luka gue, baru hilang rasa itu.

Gue sekarang jadi kayak kecanduan lukain lagi anggota badan. Cuma itu yang bisa bikin gue berhenti dari horny saat gak mungkin tersalurkan.

********

Puji Tuhaaaan....
Mata kuliah SPA Dimas dapet nilai B minus. Gue gak ngerti sih nilai dia yang lain.

Gue dapet IP 3,86 , kalau Vira IP 3,5...
Berarti kita slamet beasiswanya.
Rizki IP nya 3,8 entah dan yang superstar masih dipegang Ardi, IP nya 3,9 entah.

Liburan kita gunakan untuk finishing Buku. Walaupun udah dicicil dari sejak pulang ke Indonesia, tapi masih masalah dalam lay out. Belum lagi ada foto dari Ardi, lukisan gue dan Rizki yang belum dimasukin, padahal bikinnya bagus.

Kita ngerjain di rumah Rizki, di Bali. Karena disana suasana mendukung kerja kreatif mungkin ya.

Tulisan sengaja gak terlalu dominan.
Biar orang yang gak suka baca buku, akhirnya mau baca buku kita.

Dua minggu kita lakukan finishing, masih pakai acara begadang.
Akhirnya master buku selesai juga, setelah dicetak tiga copy, total 406 halaman ukuran A3.
Kita jilid hard cover, dengan tambahanan sampul lukisan Rizki.
Kita kasih judul "Aljazair : Soyez les Bienvenus!"

Kita cuma gak puas bikin kata-katanya. terlalu datar dan kurang bercerita. Dan kita juga belum puas dengan lay out beberapa halaman. Satu copy kita kasih ke Tante Sofia dan satu copy kita kirim ke Mama. Dengan catatan mereka bantuin editing.

Mereka kaget? Tentu sajaaa....
Mereka gak pernah ngira kita mau bikin buku.

Akhirnya Tante Sofia hire orang buat bantuin editing kata-katanya.
Kita sih kasih batas waktu akhir Januari bisa kelar dan harus perfect.
Mama juga mau bantuin edit lay out dan cetak buku setebal gambreng itu. Dan nyiapin kerjasama untuk pemasaran buku.

Perayaan Tahun Baru, kita rayain di Bali.
Hmm.....cuma di malam Tahun Baru gue ketahuan Ardi masih suka nyiksa tubuh gue.

Saat gue menindih Ardi sambil melumat bibirnya, tiba-tiba Ardi menarik dan memegang telapak tangan gue, dia kaget dengan telapak tangan gue yang kasar.

"Kiiiii.......Sayaaang.....!"

Ardi menghentikan ciuman itu, dia terbelalak kaget dan teriak memanggil Rizki.

"Sayaaaaaang....!" teriak dia lagi.

Gue mikir dia mau ngajak ML bertiga.

Rizki yang lagi di toilet kemudian keluar.

"Apa sayang, teriak-teriak gitu!!"

"Siniii, lo suruh jagain Radit...kayak gini lo kagak tahu?" teriak Ardi sambil tetap mencengkeram telapak tangan gue.

Gue sadar, cepat-cepat gue kibasin tangan gue.

"Apaan?" Rizki mendekat ke gue.

"Sayaaang...tunjukin tangannya ke Rizki!" pinta Ardi.

Gue geleng kepala sambil senyum.

Dengan kasar Rizki menarik tangan gue dan gue otomatis menggegam telapak tangan.

"Buka sayaaang! Gue mau lihat!" bentak Rizki.

Gue lihat mata Ardi sudah mulai berkaca-kaca. Gue ngalah, gue buka telapak tangan gue.

Beberapa luka parut belum sembuh. Mungkin gue goresnya terlalu dalam, gue gak nyadar.

"Pake apa ini sayang?" tanya Rizki

"Cutter","

Rizki diam...

"Yang, saat kamu gitu kamu sadar khan?" tanya Ardi

Gue ngangguk

"Saat kamu lukain apa perasaan kamu?"

"Nyaman...!"

Emang gue jadi lebih nyaman kok. Gue jadi kagak horny lagi.

Setiap mereka bertanya, gue selalu berusaha nutupin bahwa itu buat hilangin horny gue. Gue takut, Rizki makin merasa bersalah.
Gue cuma jawab dengan gelengan dan anggukan atau kadang diam.

********

Selamat datang semester empat. Dan mau gak mau harus siap pusing lagi.

Gue sekarang jadi asdos untuk dua mata kuliah, Struktur dan Perkembangan Kota. Praktis gue lebih padat dari semester lalu.

Hari kedua bulan Februari, gue terima paket dari Mama. Gue buka bareng sama Rizki.

Sebuah kotak clear acrylic dan berlubang-lubang dengan motif Arab.
Didalamnya buku karya kita, tapi dengan design lebih mewah, lukisan Rizki jauh lebih menonjol dan dilaminasi.
Judul buku dicetak dengan warna perak.
Sentuhan grafis jauh lebih kuat, font dan ukurannya sudah diatur sempurna.
Lay out di tiap halaman banyak yang diubah dan ada beberapa touch up.
Lukisan gue dan Ardi jadi jauh lebih keren dengan hasil cetakan terakhir. Nuansa warna komik juga kuat.
Gue mah kagak baca tulisannya. Males koreksi soalnya.
Di halaman paling belakan ada catatan mengenai gue, Ardi dan Rizki.

"Sayang, lo ada masukan?" tanya gue

"Perfect kok!"

Iya, gue juga setuju. Dan gak lama Ardi facetime, ternyata dia juga dikirimi Mama. Dia kelihatan gembira banget.

Gue telephone Mama, kalau kita udah setuju dengan semuanya. Mama bilang mau cetak 500 eksemplar dulu dan akan diatur launching buku karya kita tersebut.
Kita semua gak sabar nunggu waktu launching.

"Radit, ini buku karya kalian?" Vira terbelalak seakan gak percaya.

Gue mengangguk
Setiap membuka halaman dia geleng-geleng kepala.

"Itu buat kamu Vir... Lo orang pertama yang baca buku itu sebelum launching."

Dia ngelihat gue seakan gak percaya.
Gue mengangguk.
Tapi dasar cewe ya, dia pamerin lah buku itu di kampus. Gue sampai bingung saat ditanya beberapa dosen. Lah kok sampai ke mereka juga tahu?

********

Gue dan Rizki berkeras launching buku tanggal 14 Februari, jadi biar Mama neken pihak percetakan dan supplier acrylic bisa tepat waktu.

Mama dan Tante Sofia sekarang yang kerepotan ngurusin launching buku. Soalnya gue dan Rizki, tugas kuliah lagi padet banget. Mama bilang, terpaksa launching buku diadain di Jakarta aja, sekalian launching produk tile baru Mama yang bergaya Mediteranian dan Moroccan Pattern. Juga Tante Sofia sekalian promo hotel barunya Labuan Bajo dan cottage & resort di Kepulauan Karimunjawa.
Nah kalau yang ginian, Mama dan Tante Sofia bener-bener otaknya bisnis banget.

Hari Jumat siang gue dipanggil dosen wali gue. Dia bilang ngerasa surprise dengan paket yang dia terima. Dia tunjukin buku karya kita ke dosen-dosen lain. Waah habis itu dosen-dosen lain ngerubungin meja Bu Dosen. Ada yang minta buku ke gue.
Hmmm....dalam hati gue sih nyuruh mereka beli. Masak minta gratisan....

Sabtu pagi gue dan Rizki pakai 1st flight ke Jakarta. Acara sebenernya jam 4 sore, tapi Mama minta pagian.

Jam 4 sore, kita press conference di Crowne Hotel. Cuma kita batasi untuk media cetak nasional, majalah wisata dan majalah Arsitek. Untuk media asing cuma kontributor dari BBC dan AFP.

Acara launching diadakan di Maroush Restaurant, di Crowne Hotel.
Sekali lagi kita kaget dengan harga yang dibuat Mama. Harga bukunya USD 333
Hmm...apa ya bisa laku?

Acara dihadiri Dubes Aljazair dan Kuasa Usaha Aljazair. Sedangkan tamu undangan lain kebanyakan Arsitek, Interior Designer, Pengusaha Perjalanan Wisata dan beberapa seniman senior.

Duta Besar Aljazair bersalaman dengan kita, dan mengatakan keterkejutannya, karena kita sudah mengeluarkan produk karya pendahuluan. Dan beliau salut dengan keseriusan kita.

Acara diakhiri dengan tanda tangan di buku. Malam itu ada 340-an buku terjual. Kebayang capeknya tanda tangan 340-an buku. Belum lagi yang antri tanda tangan ngajakin ngobrol.

Jam 11 malam Rizki terima telephone dari Mr. Farooq. Beliau surprise terima buku karya kita. Beliau gak ngira kalau kita juga terbitin buku.
Isssshhh.....padahal kita bertiga lagi asik-asikan ngrayain valentine di Hotel Dharmawangsa. Ganggu aja.

Tiga bulan kemudian gue terima sms dari Mba Widya, kalau cetakan pertama dan kedua sudah habis terjual.
Padahal cetakan kedua kalau gak salah 1500 eksemplar.
Untuk cetakan kedua dan ke tiga katanya sebagian dipasarkan di Eropa dan Singapore......Nitip jual gitu deh sistemnya.

Hmm...hal ini masih belum nyangkut di otak gue. Pasar Indonesia taruhlah Jakarta, bisa gitu menerima buku yang kayak kita buat?
Kok bisa cepat terjual? Harganya aja imposibru.
Padahal pemasarannya masih secara independen.

*******

Eh maaf sebelumnya, bukan gue warga negara yang gak baik, tapi di semester ini ada mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan.
Gue jujur ngantuk....males...
Rasanya gue di mata kuliah ini nilai maksimal C.
Gue jadi sering bolos juga.....
Kayaknya bukan cuma gue aja sih

Suatu sore, kepala program studi gue bilang kalau ada PTS di Jogja rajin gelar pameran tahunan mahasiwa Arsitektur. Mereka biasa ngundang universitas lain untuk ikutan pameran, acara bedah buku dan seminar. Gue deg-degan kalau beliau udah bahas yang kayak ginian ke gue.

Bener juga, gue disuruh pamerin seluruh tugas gue yang ada maketnya, buku soal Aljazair dan buku Arsitektur Jengki gue. Gue disuruh meeting bareng anak Himpunan Mahasiswa Arsitektur.
Ini yang rempong, soalnya gue paling males ikutan kegiatan apa meeting gituan. Yaudahlah....orang yang minta Kaprodi.

Untuk pertama kali gue datang ke kampus PTS yang katanya mahasiswanya tajir-tajir. Hmmm...gedung pusatnya bagus. Yang jelas mahasiswanya banyak yang cantik dan ganteng.
Gue dikenalin dosen gue ke seorang dosen yang jadi penanggung jawab acara. Ibu itu tertarik dengan buku-buku yang gue ajuin. Jadilah dua buku itu masuk acara bedah buku.

Saat pameran ada stand pameran ITB. Gue ngobrol dengan mereka, utamanya nanyain Bang Ferdi.

"Ferdi? Adaaa....kayaknya lagi di kantin apa di koperasi tadi? Tunggu aja." kata seorang cewe.

Gue lihat-lihat hasil karya anak ITB sekalian nungguin Ferdi.

Kok tumben Rizki telephone jam seginian. Gue pasang ear phone biar suaranya gak kedengeran diluar.

"Hallo sayang?" kata gue

"Hari ini gue jadi berangkat acara symposium."

"Hmm...katanya kagak mau ikut."

"Dipaksa dosen tadi. Cuma dua hari kok yang! Sabtu sore udah balik."

"Iya.."

"Gue facetime terus nanti. Jangan nyakitin diri terus. Kalau perlu Oka atau siapa saja nemenin lo.
Lo pokoknya jangan sendiri."

"Iya....!"

Sampai saat itu Ardi dan Rizki masih nyangka kalau gue nyakitin diri gara-gara luapan emosi atau dorongan memori masa lalu gue dibawah sadar.
Dan anggapan mereka, itu muncul saat gue sendirian.
Sejak gue ketahuan pas acara Tahun Baru itu, Rizki hampir gak pernah ninggalin gue sendirian di kamar. Kalau terpaksa harus pergi, anak kos lain suruh nemenin gue.

"Radit?" Ferdi menyeringai lihat gue

"Abang...!" tanpa sadar gue peluk dan cium dia. Saking udah kebiasaan kali ya.

Ferdi kelihatan kaget dengan yang gue lakuin.

"Bang, ke Jogja gak kasih tahu gue."

"Hmm...orang acaranya gak di kampus lo. Kirain jauh dari kampus lo."

Gue senyum

"Eh mana stand tempat lo?"

Gue ajak Ferdi ke stand gue. Sekalian gue kenalin dia ke anak-anak HIMA yang jaga.

"Temen lo ganteng-ganteng sih Dit?" bisik Mba Wulan.

"Baaang...Mba Wulan bilang lo...aaauucchh!!!""

Mba Wulan nyubit gue kenceng banget.
Ferdi yang lagi asik liat maket gue, nengok terus ketawa.

"Keren maket bikinan lo." kata Ferdi

"Thank you Bang, suka yang mana Bang?"

"Yang bahan kayu semua, niat bener bikinnya?"

"Maklum Bang, semester awal...masih niat."

Dia ketawa.

"Eh Bang jam 2 ada acara bedah buku. Liat yok!"

"Issh ogah. Emang buku apaan?"

"Buku gue Bang!"

"Serius?" Ferdi ngeliat gue seakan gak percaya

Gue ngangguk...."Sekalian mau pamer ke Abang."

Hehehe...gue seneng bisa ngalahin Ferdi. Salah satu obsesi gue emang mau ngalahin dia. Saat SMA khan dia terkenal pinter tapi bad boy. Gue gak tahu sih sepanjang kuliah dia gimana.
Yang setahu gue dia homo dan mantannya Johan. Itu aja!

Setelah acara bedah buku, gue banyak ditanyain mahasiswa situ. Dari mulai cari bukunya dimana, nomor HP sampai tinggal dimana... haha

"Hebat lo....!" pundak gue dirangkul Ferdi.

"Abang nginep dimana?"

"Di guest house deket sini. Kenapa?"

"Mampir tempat gue Bang."

"Boleh...habis acara ini ya?"

Gue ngangguk.

Sekitar jam 4 sore kita beres-beres, gue besok acara jam 3 sore presentasi materi Arsitektur Jengki di PTS itu.
Gosipnya, gue bakal dibantai para dosen killer.

"Ini kamar lo?" tanya Ferdi pas nyampe kos gue.

Gue ngangguk

"Lo pelihara ular juga?"

Setan, tu dua ular masih geletakan di tempat tidur gue. Lupa dititipin ke pet shop. Sebelnya mereka lagi tidur. Mereka sensian kalau lagi tidur, kesenggol dikit aja ngedesis. ssssshh...

"Abang mau souvignon, chardonnay, champagne apa red wine?"

"Gaya bener lo! Chardonnay aja."

Gue toast dengan dia.
Dia lihat foto-foto yang dipajang.

"Kayaknya gue pernah ketemu orang ini deh. Orang Bandung khan?" Ferdi nunjuk foto Ardi.

"Anak Jakarta Bang, cuma kuliah di Bandung. Abang ketemu dimana?"

"Di BIP, gue dikenalin temen gue yang sekampus ma dia. Dia lagi sama pacarnya kalau gak salah. Dia gay khan?"

Pacar? Pacarnya cuma gue......
Ohhh...ini bakal perang lagi...!

Gue angkat bahu.

"Bang, gue mindahin ular dulu mau nitip ke pet shop. Bentar lagi jam makan dia, daripada Abang yang dimakan dia."

Dia ketawa.

Gue sebenarnya emosi dengar omongan tadi. Tapi khan gue juga suka ma orang lain. Mmmm....tapi orang lain gak mungkin gue anggap pacar.

Yaelah...ni ular gue banting sekalian. Diangkat malah marah. Kalau gue gak inget muka Rizki aja, udah gue lempar.
Yaaah terpaksa gue lembut-lembutin ma elus kepalanya.

"Lo suka ular ya? Kalau gue agak geli liatnya." kata Ferdi lagi.

Gue juga kaliii....hanya gara-gara ini anaknya Rizki, mau gimana lagi.
Setelah kedua ular gue masukin kotak, sprei gue ganti dan gue semprot pake parfum.

"Bang kalau mau tiduran dulu, gue mau nganter dua anak gue ke pet shop bentar. Deket kok Bang,"

Dia ngangguk.

Sprei gue bawa sekalian ke laundry sekalian, biar gak bau kamar gue.

Sepulang dari pet shop gue bawain Ferdi kue, soalnya tadi cuma ada coklat doang. Begitu gue sampe, Ferdi lagi tiduran sambil nonton TV.

"Kamar lo bisa rapi gini? Mana kertas-kertas kerjaan lo?"

"Di kamar bawah Bang!" gue sambil rebahin badan samping dia.

"Lo sewa dua kamar? Tajir bener!"

"Disini jauh lebih murah Bang, dibanding Bandung. Abang gitu juga kali kalau di sini."

"Lo kabarnya putus ya ma cewe lo?"

Gue ngangguk

"Pacar lo siapa sekarang?"

"Abang mau?"

Sebuah ciuman mendarat di bibir gue. Dan gue peluk tubuhnya saat menindih gue. Dia melumat dengan kencang dan keras sampai berasa sakit bibir gue.

Dia berhenti mencium, seakan gak percaya kalau gue membalas ciuman bibirnya.

"Kenapa Bang?" tanya gue

Dia diam, terus tersenyum.

"Abang bandel gak di kampus? Kayak
masih di SMA dulu?"

Dia tertawa kecil
Gue lumat bibirnya, habis jadi gemes.
Kita saling melucuti pakaian tanpa berhenti berciuman.

Dia dengan ganas menghisap leher gue, dada dan puting gue. Penis kita saling beradu. Dia gesek dengan cepat.
Hmmm...udah berapa lama dia kagak ngentot, sampai segini ganasnya.

"Lo bisa nyepong kontol gue gak Dit?"

Gue ngangguk

Kita berdua saling oral, Hmm...penis Ferdi uratnya keluar. Gede juga, ujungnya merah. Mmmm...gue jadi gemes. Ferdi bolak balik berhenti oral karena sapuan lidah dan permainan bibir gue.

"Asshh...sss...gillaaah...loohh Diithh!"

Dia meracau gak karuan dan gak bisa lanjutin oral penis gue lagi. Sampai kemudian precum dia keluar lumayan banyak.

"Abang mau ngentot gue?"

"Emang lo bisa Dit?"

"Entot aja Bang, kalau Abang pengen."

Gue lemparin dia lubricant. Dia mainkan dua jari ke anus gue,

"Oaaahh...haassshh...ssshh...!" gue mengerang panjang.

Perlahan dia tusuk, tarik sampai keluar penisnya. Dilakukan begitu berkali-kali.
Apa gak bikin gila?

Gue mengerang lebih keras setelah dibenamkan seluruh penisnya didalam anus gue.

"Dallhaaammm laggiihhh Baanghhh!!!"

Dia sodok lagi lebih keras, hingga gue teriak.

"Ohhh Godhhhh....enaakkhhh Baaanggg!! Keluarrinnnh dih dalhhaammhh...sssss...Banggghhh!"

Semakin gue meracau, semakin ganas gerakannya. Dia gigit puting gue.

"Aarrrhhh eennaaakkhhh ...gigitth terrusssh Banngghh!"

Gerakannya makin cepat. AC sepert ga berdaya padahal temperatur gue bikin 18 derajat. Keringat kita sama-sama bercucuran.

"Keluarrinnhh barreeengghhh Bangghh! Aaarrggghhh....haaah...aaarrgh"

Gue meracau gak karuan. Dia juga begitu...

"Guuehhh haah..ssshh...mauuhh kluuaarrhhh ssshh Dittth..."

"Aaarrrgghh...hgueeh juggaaahh...aarggh!"

Gue juga udah diujung rasanya, gue jambak rambutnya....kita sama-sama mengejang dan diakhiri teriakan penuh kelegaan. Spermanya menyemprot sangat banyak.

"Jangan dilepas dulu Bang. Kalau mau lanjut gak pa pa."

"Lo masih kuat?"

"Hajar terushhh...Bannghh."

Kita bercinta tiga ronde nonstop.
Setelah selesai gue merokok di Balkon.
Dia mengikuti gue dan menyulut rokok. Sambil memeluk gue dia menggesekkan penisnya ke pantat gue.

Entah emang kita berdua hypersex, atau dia udah lama gak ML? 

Dia kemudian menarik pinggang gue kebelakang untuk ditusuk lagi.

"Ssshhh....Baaanghhh...!"

Gue nikmati ini di balkon.
Tapi gue cuma berani mendesis dan mengerang pelan. Soalnya takut kedengaran.

"Masih kuatkan?"

Gue mengangguk

"Mmmmhhh...mmhhh...enakkhh Baanghh."

Gue gigit bibir bawah gue.
O my God.... gue semakin liar....

*******

Pas dia mandi, gue check HP. Ada 25 missed call dari Rizki dan Ardi.

Gue facetime dengan Rizki

"Bikin kuatir aja...mana tangan lihat!"

Setelah itu gue tunjukin kedua tangan gue.

"Lihat punggungnya!!!"

Terus gue tunjukin punggung.
Setelah itu dia lega.

"Anak lo udah gue titipin ke TK."

"Oh iyaaa...lupa. Makasih!!!"

Gak lama Ferdi keluar dari kamar mandi, gue kasih dia pakaian yang bersih.
Dia kembali cium gue.

"Bang...kok tahu saudara gue itu gay?"

"Bulan lalu gue deket sama teman dia. Belum jadian sih. Terus pas jalan ke BIP bareng, ketemu sama saudara lo itu. Dia berdua sama cowok, trus dikenalkan kalau itu pacarnya."

Gue diem, masa iya sih?

"Bentar deh, ada kok kita foto-foto bareng."

Dia buka HP nya dan nunjukin foto.
Hmmm...iya sih foto ber-empat. Cowoknya mungkin usia menjelang 30-an. Tanpa setahu Ferdi, foto itu gue forward ke e-Mail gue.

"Kenapa emang?" Ferdi mendekat ke gue.

"Gak pa pa Bang." gue senyum ke Ferdi.

******

Hari Jumat adalah hari kedua dan terakhir pameran di PTS itu. Gue presentasi di depan audience yang kebanyakan mahasiswa disitu. Ada juga sepuluhan dosen ikut mendengarkan penjelasan gue.

Ternyata sesi tanya jawab tidak semengerikan yang gue pikir.
Gue malah dipuji soal analisa dari berbagai macam aspek, sangat detail.
Lucunya, Kaprodi disitu nawarin gue kegiatan share knowledge juga. Gue sih mau banget.
Sama aja lihat jendela luar, biar tahu kompetitor semacam apa.

Seseorang mengajak bersalaman,
"Radit, kenalkan gue Wira."

"Hallo...!"

"Gue temenan di Facebook lo sejak lama, mungkin dari SMA. Cuma lo kagak pernah balas message dari gue."

"Eh...maaf, jarang buka Facebook. Cuma upload foto aja."

"Iya deh yang sibuuuk."

"Nama di Facebook siapa?"

"Restu Perwira."

Gue buka Facebook, ooh...ini!! Kayaknya sih sering kirim comment...nanti aja dilihat di kos.

"Eh...bentar yaa, gue harus nganter teman. Dia mau balik Bandung. Soalnya mau bantuin packing pameran dia."

"Ohh...temannya di ITB ya? "

Gue ngangguk sambil pamit.

*********

Malam itu gue nganter Ferdi dan teman-temannya ke Stasiun Tugu.
Setelah teman-temannya masuk Stasiun, kita berdua masih di tempat parkir.

"Radit, makasih bukunya...makasih semuanya!" Dia cium kening dan memeluk gue.

Gue peluk erat dia, sebenernya gue pengen nangis, karena dia kasih gue berita buruk. Gue cium bibir dia pelan.

"Bang....makasih juga."

"Selalu kasih kabar gue, kalau ada apa-apa selalu kasih tahu!"

"Iya Bang."

Gue cuma bisa ngantar sampai lobby. Saat gue balik ke mobil ada sms masuk

Ferdi

Apapun yg tjadi, lo hrs blg
Lo jgn sedih. Lo hrs kuat
gue bakal cari tahu, mgkn gue salah dengar.
Gue sayang lo, lebih dari adek gue
urusan bf lo jgn bikin lo down
Gue bakal sering ke Jogja.

Gue

Iya Bang. Makasih byk

Gue lihat missed call dari Ardi banyaaaak banget. Semua sms dari dia cuma gue baca sepintas.

Gue sekarang kirim e- Mail ke dia, alasan kenapa gue lagi ogah tanggepin dia.

Dear Ardi,

I think it's all over now

I can't forgive for this....!!!

Regards,

Raditya

Gue attach foto empat biji dari Ferdi tadi, terus gue send.

Satu foto yang gue kesel lihat Ardi dipangku cowo itu.
Gue egois? emang!!!

Gue ngaku ke Ferdi kalau punya bf, soalnya Ferdi juga bilang kalau punya bf walaupun hubungannya sudah renggang.
Yah gue juga cerita kalau pacaran sama Ardi sejak SMA.
Tentu saja Ferdi kaget, karena dia pikir gue straight tulen.

Hmmm....apa yah, disini gue egois. Gue pasti kena marah Rizki.
Gue emosional emang bener, tapi gue seperti mmm...broken heart mungkin.
Rasanya sama kayak kejadian Putera dulu.

*******

Diatas tempat tidur gue cuma tiduran gak jelas. Anak-anak kos ngumpul di kamar gue. Ada yang nonton TV, main game di laptop, ngobrol.

Tapi gue kayak ada yang hilang. Pengen apa, gue sendiri gak tahu.
Rizki barusan emang facetime dengan gue. Mukanya merah, kelihatan nahan sesuatu. Mungkin soal gue ma Ardi.
Tapi gue dan dia cuma ngobrolin hal yang biasa aja.

Saat anak-anak kos balik ke kamar masing-masing, gue buka Vodka nya Rizki.
Iyuuh....keras banget di leher.
Gue cuma pengen tidur aja sih, karena gue kalau kepikiran suka gak bisa tidur.

Cuma malam itu segelas Vodka gak bisa bikin gue tidur.
Jadinya minum bergelas-gelas.
Sampai satu botolpun gak mabuk.
Gue kok malah kebal mabuk ya?
Mau buka satu lagi pasti bakal ada yang ngomel.

Ada juga Scotch Whisky....tinggal setengah botol sih, tapi setelah gue habisin pun gak ngefek. Sial...sampai pagi gue gak tidur. Di balkon gue ngrokok, tiap ada telephone masuk pasti dari Ardi.

Hmmm...kayak orang bego gue.
Gue nungguin Rizki pulang baru Sabtu sore. Huh...masih lama.
Gue mending cek keuangan warung.

********

Gue lihat jam masih jam 4 sore, tapi dari semalam gue gak bisa tidur. Satu botol Vodka dan setengah botol Scotch gak bikin gue ngantuk. Masak malah jadi bikin melek gini?

Gue dengar motor Rizki masuk garasi, dia lari-lari di tangga, buka kamar atas.
Gue cuma senyum, orang semalaman gue di kamar bawah. Gue dengar dia nanya ke Oka.

Saat pintu terbuka, gue senyum. Dia lepasin helm dan duduk depan gue.

"Lo ngabisin Vodka sama Scotch ya?"

Gue ngangguk..."Tapi gue gak mabuk dan gak ngantuk kok."

"Cutter aja udah kebal, apalagi minuman kayak gitu!"

Sial....

"Lo kenapaaaa?"

Gue diem

"Ardi cerita panjang ma gue. Dia ngerasa lo cuma cemburu dengan hal yang gak perlu. Lo gak mau dengerin cerita dia katanya. Dia telephone gak lo angkat. Mau lo apa?"

"Gue pengen break."

"Serius yang lo bilang?"

Gue ngangguk

"Lo gak mikirin hati dia, perasaan dia?"

Gue geleng kepala.

"Egois bener lo, kayak lo paling bener aja! Lo gak inget apa pengorbanan dia kayak apa ke lo?"

"Lo baru tahu gue egois? Kemana aja lo selama ini? Lo baru tahu gue gak punya perasaan? "

Rizki mukanya udah merah padam, gue tantangin aja mata dia. Gue tahu, dia nahan tangan buat gampar gue.
Pasti gak bakal jadi gampar gue.

Ternyata gue salah, dia emang kagak gampar gue, tapi ninju gue.

Duaaaggg.....
Sampai gue jatuh terjengkang.

Sakit sumpah. Baru kali ini gue ditinju Rizki. Ardi masuk ruangan mau nolong gue.

"Sayang pulang Bandung aja, gue anter. Biarin dia mikir! Dan gak usah ditolong!" Rizki narik tangan Ardi.

Jadi Ardi ternyata baru datang dari Bandung, trus dijemput Rizki di stasiun.

Gue dengar mereka berdua naik tangga, tapi gue gak peduli.
Aaah...pusiiiing....!!!! Gue sendiri yang bikin pusing.

Fuuuuckkkkkk.....

Gue ke atas, Ardi sedang tidur telungkup, sementara Rizki sedang mandi.

"Aku minta maaf...!"

Ardi gak respon, gue dekatin dia, duduk dilantai dan mengelus kepalanya.
Ardi emang cengeng, matanya sembab dan merah. Dia tersenyum.

"Aku minta maaf!"

Dia tersenyum

"Udah baikan?" tanya Rizki saat keluar dari toilet.

Gue diem.

Continue Reading

You'll Also Like

148K 4.4K 38
Vad gör du när din kille skämmer ut dig under skolavslutningen i 9:an? Precis när kören börjat sjunga "den blomstertid nu kommer". Jo, du dra till Fl...
270K 2.5K 72
Cara's föräldrar dog när hon var 10 och sen dess har hon bott med sin moster Annie i Sverige medans hennes storebror har bott i USA. Men en dag best...
62K 336 22
Sommarlovet är slut och high school börjar igen. Men allt blir annorlunda när Amber hamnar i puberteten på sommaren och kommer tillbaks med en "glow...
69.7K 1.4K 57
En natt i juni flyttar en ensam ung kvinna in i den lilla stugan vid sjön utanför en by långt uppe i den nordligaste delen av Sverige. Det är en lite...