Bandung - Jogja.....The Harde...

بواسطة AditPrasetya0

169K 9.2K 1.1K

Tidak mudah memang untuk membuat hubungan saling percaya. Sangat mudah diucapkan, sangat mudah di angankan... المزيد

DISCLAIMER
Chapter 1. Crawl-Run-Jump-Fly
Prolog
Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.
Chapter 3. End of Holiday, End of "Fucking" Love
Chapter 4. I Need Pandora Still Closed
Chapter 5a. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 5b. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak
Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi
Chapter 8. Rizki......Someone From My Past
Chapter 9. Small Part of Missing Puzzle
Chapter 10. Sebuah Catatan Liburan
Chapter 11. Vira and Her Mom...Sebuah PR Juga
Chapter 12. Weird Relationship
Chapter 13. Kembalinya Om Abang
Chapter 14 b. Art3Logic....That's We Are - Jogjakarta
Chapter 14c. Art3Logic....That's We Are - Bali
Chapter 15. Cerita Tertinggal - Rizki Raja Preman
Chapter 16a. Year Two - Semester Rempong
16b. Year Two - Next Destination: Aljazair - Marseille - Paris
16c. Year Two - Yes.....I am So Selfish
16d. Year Two - Males Collector
Chapter 17a. Year Three - Euro Trip
Chapter 17b. Year Three-Gue Sang Mafia Baru
Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora
Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah
Chapter 18. I Announced Myself As Mobster
Chapter 19. Zhang Yong, The Other Man
Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel
Chapter 21a.Year Four - KKN.....Awal yang Buruk
Chapter 21b.Year Four - KKN.....New Paradigm - 1
Chapter 21c.Year Four - KKN.....New Paradigm - 2
Chapter 21d.Serigala Pemangsa
Chapter 22. Serigala Pemangsa
Chapter 24c. Year End - Vira's Legacy
Chapter 23. Journey with Grand Ma
Chapter 24a. Year End - Songong Time
Chapter 24b.The Waroong Legacy - Who's The Winner ?
Chapter 24d. Year End - O..ow... Ketahuan
Chapter 24e. Year End - War Preparations
Chapter 24f. Year End - The Determination
Chapter 25a. The Battle We've War-1
Chapter 25b. The Battle We've War-2
Chapter 25c. The Battle We've War-3
Chapter 25d. The Battle We've War-4
Epilog
Surat Untuk Pembaca

Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta

3.6K 186 8
بواسطة AditPrasetya0


Hmmm....katanya Rizki pakai 1st flight.
Ini udah jam 9 pagi...HP ga aktif lagi.
Gimana Pak Jumadi bisa ketemu dia di bandara?

Buat Tuan Besar Rizki, dijemputnya pakai Velfire, Mama ngalah pakai Innova sekalian nganter adek sekolah. Soalnya yang Mercedes-Benz dipakai Kak Gita yang sibuk test masuk kerja.

Gue ambil remote mau nyalain TV, ada bunyi bel mobil di depan.
Gue buru-buru lari ke depan.
Gerbang dibukain petugas cleaning service yang biasa rutin bersihin rumah.
Saat mobil masuk carport gue udah ga sabar lihat Rizki turun.

Begitu dia turun, gue langsung peluk dia dan cium bibirnya.

"Nyebelin...HP kagak aktif!"

"Lowbatt sayaaaang."

"Terus ketemunya Pak Jumadi?"

"Dia udah dipintu lobby."

"Mau sarapan apa sayang?"

"Tadi di pesawat dikasih makan kok. Masih  kenyang."

"Mama tadi masakin hutspot met klapstuk tadi buat sayang. Aku suapin ya?"

Dia mengangguk.

Tiba-tiba ada bunyi motor masuk ke garasi, trus suara mesin digas.

"Hai sayaaang...!" Gue kaget dan seneng dong.

Gue dan Rizki menyambutnya dengan ciuman bibir.

"Katanya siang?" tanya gue

"Kangeen....!"

Kalau Ardi bilang kangen, kita udah tahu...ujung-ujungnya pengen dientot.

"Mau yang lurus apa yang bengkok?" goda Rizki.

Maksud Rizki sih gue tahu, dia mau bikin cemburu gue.

"Yang lurus dulu, ronde berikutnya yang bengkok." Ardi sambil tersenyum.

Sial ini anak udah jadi maniak.

*******

Jam 11 siang, kami sudah di Hotel Dharmawangsa. Giant Black Booth sudah terpasang rapi, begitu pula karya-karya kami maupun lampu-lampunya. Semua sudah siap, termasuk goody bag dan isi di dalamnya.

Gue kaget dengan harga-harga yang tercantum dibawah karya kami. Yang termurah 65 juta.
O My Holy Mother......

Ternyata ga cuma gue yang kaget. Ga usah tanya lagi Ardi, udah pasti kagetnya kayak apa.
Ini Rizki, yang anaknya orang tajir melintir, duit juga gak sayang buat jadi kubangan kerbau, itu aja kaget.
Jujur, saat itu kita merasa terbebankan.

Belum lagi siang itu, kita terima tamu seorang kurator.
Dia, kita persilahkan untuk melihat seluruh karya yang ditampilkan. Dia melihat satu persatu karya dan dia cocokkan dengan katalog.
Dia teliti semua bahan, kadang bertanya pada kita.

Setelah puas berkeliling, kita jamu makan siang.

"Mas-mas ini kreatif, masih muda sudah berani bikin pameran karya seni.
Kalau pada umumnya sih, mereka rata-rata diusia yaaaa...24-an tahun. Itu juga mereka sudah belajar di Sekolah Seni."

"Terima Kasih Pak."

"Cuma begini.....Karya anda itu mungkin bisa dikategorikan Pop, yaaah mungkin seperti street art semacamnya. Baguus...sih bagus..
Tapi....
Gini loh Mas, karya anda itu belum masuk sebagai karya yang bisa jadi investasi....bla...bla...."

Daaaaaaaarrrr........!!!!

Gue pening dengerin kritikan dia.
Gue ngerasa kayak dijatuhkan dari Menara Wisma Kota BNI 46, itu juga masih digiles-giles mobil sama tronton.
Pedeeeeessss banget.
Ga tahu deh perasaan Ardi ma Rizki.

Setelah mengantar dia sampai lobby, gue telephone Mama.

"Maaa....gak salah itu kasih harga?"

"Enggak Bang, itu buat test. It just a test. Seberapa orang mampu menghargai karya kalian. Percayalah Abaaang, instink Mama bagus."

Gue sih gak cerita soal kurator yang datang tadi. Yang bilang karya kita kurang berseni. Besok aja kalau acara selesai.

Jam tiga kita dijemput, dibawa ke salon. Disana kita digiles-giles mukanya, diasapi, disakiti dan entah diapain lagi.
Gila, ada yaaaa orang nyandu ke salon.
Gue mah ogah, ini cuma buat ngehargain Mama.

Setelah 2,5 jam penuh siksaan dan rasa frustasi. Kita dibawa kembali ke Hotel Dharmawangsa.
Pegawainya Peter Lim sudah nunggu, kita disuruh pakai pakaian yang sudah disiapin.
Dia mengangguk, berarti perfect menurutnya.

"Lo udah siap mati khan?" tanya Rizki

"Gue siap", jawab gue

"Gue juga siap", kata Ardi

Setelah kejadian soal jaringan narkoba di Jakarta dan Jogja itu, membuat gue sembunyi lebih dari sepuluh bulan. Yah hari ini gue berani mulai tampil didepan umum dengan segala konsekwensinya.

Mungkin aja mereka udah nganggep gue udah bukan ancaman. Cuma takutnya khan mereka masih dendam atau apalah kita gak ada yang tahu. Cuma gue diingetkan, bahwa hal terburuk yang terjadi itu, gue dibunuh. Dan bisa juga terjadi pada orang terdekat gue.

Gak lama Mama, Papa, Tante Sofia, Papanya Rizki dan rombongan datang.
Mereka bilang sih kita keren, tapi kalau menurut gue biasa aja sih.

Gue sama Ardi temenin Papa masuk ke booth.
Papa bilang ga ngerti maksud karya kita.
Ya iyaaaalah....Papa mah seninya angka. Coba suruh ngitung tanpa kalkulator akar pangkat tiga dari semilyar dua ratus, pasti cepet.

Tamu-tamu mulai datang, ada Arsitek-Arsitek senior, seniman senior, budayawan senior...
naah ternyata duta besar Kamboja , Vietnam, Maroko, Aljazair dan Tunisia datang. Pokoknya negara-negara francophone gitu deh.

Gak berselang lama Mama Kedua datang ditemani Aryan. Gue seneeeng banget. Gue langsung cium mereka.
Mereka dijemput Mas Sony. Kemudian disusul Kak Gita, adek dan Mas Dony.

Menjelang acara dinner di Sriwijaya, nama restaurant di Hotel Dharmawangsa, kita dipersilakan bicara didepan tamu undangan. Kita bener-bener panik. Tadinya kita pikir tamunya orang Indonesia aja.

Yaudah sekarang kita bertiga bicara bergantian, pidato tanpa teks.....pokoknya hajar aja......
Ardi bagian bicara bahasa Indonesia, gue bahasa Inggris dan Rizki bahasa Perancis. Pokoknya bicara apa aja yang ada dipikiran kita.

Arti tile Art3Logic , kita terangkan bahwa tile bisa dibawa ke ranah Art, dan karya yang ditampilkan itu, bagaimana kita menerjemahkan seni berdasarkan logika kita bertiga.

Padahal sebenarnya penekanan pada Art3Logic yaitu seni yang kita bertiga ciptakan dengan dasar Love dan ikatan penuh Magic.

Setelah entah berapa orang bicara, baru deh bisa makan. Laper banget, apalagi liat lobster utuh.

Kita bertiga segera ke tempat pameran, ternyata staf yang jaga dandannya keren. Pakai kemben hitam, ditutup pakai kebaya putih transparan, rambut digelung seperti perempuan Bali. Pakai hiasan bunga kamboja di kuping.

Kita terlewat untuk meja penerima tamu. Lupa ga dipikirin. Untung staf Mama sudah siap, Meja ditutup kain hitam dan ditabur bunga Kamboja dan ada aroma therapy.

Begitu masuk Booth, ternyata ditiap sudut dan area sudah dinyalakan aroma therapy juga. Iih jadi malu gue. Hal se simple itu terlewat.

Setelah acara dinner, tamu undangan umum sudah datang. Sajian makanan untuk mereka juga disiapkan di selasar.
Yang pasti ex gangbang club datang, James, dokter Syarief, orang tuanya Frisca dan orang tuanya Johan.

Tamu undangan lain kayak artis, arsitek muda dan entahlah apalagi profesi....puyeeng. Beramah tamah dengan banyak orang tu pusing loh. Yah yang kita lakuin bertukar kartu nama terus ngobrol dengan mereka.

Foto-foto bersama seperti sebuah ritual. Tapi gue agak ngerasa risih kalau orang kelihatan mupeng, trus ngajakin foto. Udah gitu minta kartu nama. Nah yang kaya gitu yang bikin gue gak berminat acara foto bareng.

Kita didekatin Dubes Aljazair dan Tunisia. Mereka berniat mengundang kita, untuk mengeksplorasi negaranya jadi sebuah karya. Mau gak mau kita pakai bahasa Perancis, sepanjang ngobrol dengan mereka. Salah satu dari kita bergantian nerjemahin ke Ardi pakai bahasa Indonesia.

Gak lama Dubes Vietnam dan Kamboja bergabung dengan kita dan appreciate dengan yang telah kita lakukan. Mereka juga mengajak untuk menggali lebih dalam budaya mereka, supaya jadi tujuan wisata orang Indonesia.

Iiiiiih......kita kereeeen.
Gue sampai lupa tadi siang sempet down.

Kita memberi beliau goody bag yang isinya bermacam-macam tadi dan kartu nama kita. Ngarep bener gue bisa jalan-jalan di Afrika Utara.

Gue dibisikin Mba Widya, sekretaris Mama,

"Mas, 60 karya udah sold."

"Beneran Mba?"

"Iya, mereka sudah membayaaar. Ada yang internet banking ada yang gesek mesin EDC."

"Thank God....udah lebih 50% dong."

Setelah kita mengantar para Dubes tersebut, staf bagian penerima tamu bilang.... all sold out.

What the fuck....are you kidding me?

Mbanya senyum...

"Selamat ya Mas...!"

Kita berpandang-pandangan gak percaya? Semalam aja? Orang Jakarta itu gila ya? Buang duit sebanyak gitu enak aja. Mereka dapet duitnya dari mana gitu?

Kita bertiga di peluk Mama

"Apa Mama bilang? Instink Mama bener khan? Mama bangga dengan kalian."

Ada tiga orang  mendatangi kita, mereka menunjukkan identitas masing-masing. Satu wartawan, satu dari koran nasional, satu correspondence kantor berita asing dan satu lagi wartawan dari majalah Arsitektur. Mereka minta waktu untuk wawancara. Mama terus ninggalin kita.

Setelah diwawancarai mereka, wartawan koran nasional berniat memasukkan ke sebuah kolom khusus, yang isinya tentang kita. Jadi dia minta pengaturan waktu, untuk wawancara khusus.
Kita sepakat bertemu hari Minggu di Restaurant ga jauh dari Hotel Dharmawangsa.

Setelah tamu-tamu pulang, Tante Sofie, Papanya Rizki, staf-staf Mama dan staf Tante Sofie kasih selamat ke kita. Uuuh terharu.
Gue dipeluk kenceng banget sama Kak Gita dan Tante Shery.

Gue lihat tadi, Ardi ngobrol sepertinya seru dengan beberapa orang. Mereka sepertinya sudah akrab dengan Ardi.

"Sayang tadi ngobrol sama siapa?" tanya gue saat Ardi bergabung lagi dengan kita.

"Dosen-dosen ku semua. Mereka kebetulan ada acara di Jakarta, jadi mereka sempatin mampir." kata Ardi

"O yaaa....sayang seneng dong?"

"Bangeeet...bangga....!"

"Teman kampus kenapa ga diundang?"

"Ada kok beberapa yang datang. Lupa tadi gak ngenalin ke ayang. Habis tadi rame banget."

Iya juga sih....rame banget.

Jauh sebelum acara pameran, kita bertiga sudah menitip surat ke Kak Gita, yang isinya mengenai surat wasiat apabila kita meninggal. Bisa jadi salah satu atau ketiga-tiganya. Gue bilang ini buat jaga-jaga, toh sooner or later gue bisa mati juga dengan cara apapun.

That's why Kak Gita meluk gue kenceng dan nahan tangis. Gue tahu, kalau dia sayang banget ma gue. Mungkin aja dia antara senang kita sukses pameran, terharu dan takut terjadi sesuatu.

"Abang...!"

"Ya Pa....!"

"Yok...ke lounge, Papa mau bicara."

Hehe... aneh juga yah, sepanjang Papa ngobrol dengan gue, cuma gue yang ngerokok. Papa itu bersih, ga kenal rokok.

"Papa sebenarnya mikir soal keamanan Abang. Tapi Papa percaya, Abang pasti punya strategi sendiri. Papa cuma ingatkan, Abang harus bilang apapun yang terjadi ke Papa. Abang harus minta ke Papa. Jangan apa-apa diselesein sendiri."

"Iya Pa...."

"Papa cuma pengen Abang tahu, kalau Papa selalu ada buat Abang."

Gue peluk Papa, setelah lihat matanya berkaca-kaca.

"Iya Pa.....! Papa pasti baca surat Abang yang Abang kasih ke Kak Gita ya?"

Papa mengangguk.

Papa orang yang susah mengekspresikan perasaan, lempeng, datar ,tahu apalagi deh istilahnya. Tapi baru kali ini, gue lihat Papa matanya berkaca-kaca. Gue cuma bisa meluk dan bilang sayang sama Papa.

"Paaa...., dicari Mama..!" Kak Gita tiba-tiba muncul aja.

"Oh dimana?"

"Udah di Penthouse Suite. Ada Tante Sofia sama Suaminya juga."

Papa kemudian pergi ninggalin kita.

"Dit, kalian mau pulang ke Kalimalang jam berapa?"

"Engga Kak, kita nginep di Gran Mahakam, kita ngajak Mamanya Ardi juga."

"Waaaah....yang lagi tajir, iya deh."

"Kak Gita gabung aja yok."

"Engga ah....banyak urusan. Gue besok pagi ada tes wawancara di Cikarang."

"Yaudah....!"

Gue pikir ini saatnya gue dan Ardi nyenengin Mama Kedua.

*******

Adek mau nemenin Aryan, jadi kita berenam nginep di Gran Mahakam. Sebenarnya cape, seharian tadi rasanya padet banget.

Tapi kejutan malam ini bikin rasa cape jadi ga gitu terasa.
Karya kita laku kayak kacang goreng yah.
Kita belum bisa dapat report hasil pameran, karena transaksi untuk produk tiles Mama belum selesai. Paling report penjualan karya kita aja.

Kita pesen Deluxe Suite buat Mama Kedua, Aryan dan Adek. Kalau kita di Gran Suite. Yah sekedar perayaan rasa syukur kita aja sih. Lagian jarak kamar yang jauh gitu ga bakal kedengeran juga kita lagi apa.

"Gue mau di fuck kalian." kata Rizki, saat melucuti bajunya.

"Qu'est-ce que tu as dit?" gue seakan ga percaya

"Kurang jelas?"

"Tu es sûr?" gue lihat matanya.

"Tout à fait," dia tersenyum

Ardi yang baru keluar dari toilet lihat ke arah kita.

"Kalian lagi ngomongin gue?"

"Kagak....Rizki minta di fuck sama kita." kata gue

Ardi paling sensi kalau kita ngomong pakai bahasa yang dia ga ngerti.

"Haaah? Kenapa?" tanya Ardi

"Gue cinta kalian. Yaaah paling gak, sebelum gue mati, gue bisa kasih yang paling berharga dari diri gue buat kalian."

"Oooh so sweet....!" goda Ardi.

"Heh....gue serius." bentak Rizki

Gue dan Ardi secara bergantian mencium bibir Rizki.

"Ki.....lo relax yaaaa..." kata gue

Dia mengangguk

Dia oral punya Ardi, sementara gue oral punya Rizki. Saat gue rimming anusnya, Rizki menggelinjang dan mengerang. Ardi mengusap-usap kepala Rizki dan sesekali mencium bibir Rizki.

Gue oles lubricat ke anusnya dan jari gue.

"Relax ya sayaaang. Lihat ke mata gue, tenang aja," kata Ardi.

Ardi disamping Rizki untuk menenangkannya. Saat gue masukin jari ke anusnya Rizki, dia meronta.

"Sssshh...ssshhh....tenang sayang." bujuk Ardi.

Gue mainin jari gue, Rizki sudah mulai menikmati. Jika tadi seperti kesakitan, sekarang dia kelihatan nikmat.

Gue masukin dua jari gue, kedua kakinya kembali menegang.
Kembali Ardi menenangkan Rizki dan melumat bibir Rizki.

Parah nih, gue yang kebagian ngajarin pemula. Gue gak mau lagi deh perawanin orang. Udah butuh waktu lama, pelan-pelan dan harus sabar.

Setelah tenang gue mainin dua jari gue.
Dia kembali mengerang.
Sekarang gue olesin lubricant di penis gue sambil ngocok dan sekali lagi di anus Rizki.

Begitu gue masukkan kedalam anusnya, dia menggigit bibirnya.

"Anjiiiing....anjjjhh..iiingg...baaangsaatthh...aaarrgghh...!" teriak Rizki

Ardi berusaha menenangkan

"Shhaahhkkiiit...ghooobbllooogghh..aaarrggh."

Gue padahal udah pelan-pelan loh. Setelah gue masukin lebih dalam hingga masuk semua, Rizki menjambak rambut gue dan menarik kepala gue mendekat ke mukanya.
Matanya mendelik ada sedikit air mata meleleh.

"Aaannnhhhjjiinghh looohh...."

terus dia melumat bibir gue, dan gue mulai merojok anusnya.

"Ssshhh...aaarrgghh...setttaannhh!!"

Kembali dia melumat bibir gue
Perlahan penis Rizki tegak lagi hingga tegak sempurna. Dia masih tetap aja teriak sambil ngumpat.

"Sayang, kamu entot gue juga." gue minta ke Ardi.

Ardi bangun sambil mengocok penisnya, setelah itu dia menusuk gue.

"Mmmmpphhh...enakkhh bangeetth yaaanghh...." erang gue.

Rizki tambah menggila, dia lumat kadang gigit bibir gue. Rasanya bibir gue jadi tebel dan nyeri.

Gue mempercepat rojokan gue. Rizki makin teriak ga karuan. Dan dia menggeram dan menjambak rambut gue dengan kedua tangannya. Kemudian spermanya menyemprot keluar. Dia kelihata surprise, spermanya bisa keluar tanpa mengocok penisnya. Gak lama gue dan Ardi keluar bersamaan.

Kita bertiga terengah-engah. Setelah penis gue udah ga ereksi, gue tarik pelan-pelan keluar. Rizki memejamkan mata.

"How's it feel?" tanya Ardi

"Heaven......like heaven!" kata Rizki sambil terengah-engah.

Gue dan Ardi bergantian mencium bibirnya. Keringatnya Rizki keluar jauh lebih banyak dari biasanya.
Dan kita pun tertidur.

"Bonjour" sapa Rizki pagi-pagi. Dia menciumi bibir kita masing-masing.

"Gue mau di fuck lagi," kata Rizki.

Pagi itu jatah Ardi, tapi gue ternyata ga terlalu lama dampingi Rizki, ternyata dia sudah bisa menikmati.
Dan Rizki juga sudah mulai ketagihan kayaknya, sehabis dengan Ardi, dia minta lagi ke gue.

Jam 11 siang kita check out, kita ngajak Mama Kedua ke Plaza Senayan. Disana kita cari baju dan sepatu buat Mama kedua. Cuma adek gue ikutan malak gue, minta jam tangan sama sepatu. Mau ga mau gue samain ma Aryan deh.
Sial.....

"Kamu kenapa beliin Aryan?" protes Ardi

"Biarin, orang aku ngutang ini kok!" sambil gue tunjukin kartu kredit titanium gue.

"Itu khan masuk tagihan Papa?"

"Enak aje, ini punya aku sendiri."

"Oh....kamu ngajuin?"

"Kagak.....dikasih sama Bank...gara-gara jualan jus itu."

"Kalau gitu beliin aku juga." Ardi tersenyum.

*******

Siang itu kita makan di Plaza Senayan, tiba-tiba ada telephone ga gue kenal

"Mas dimana?"

Ga pakai hallo atau apa langsung nanya gue dimana.

"Mas ini Widya, saya pakai nomor satunya."

"Oh kenapa Mba?"

"Ada beberapa designer dan wartawan mau ketemu. Saya udah kirim lewat e Mail, daftar orangnya. Tolong segera dijawab ya Mas. Kalau yang siang ini ada yang mau wawancara bisa gak?"

Kok jadi gini? Gue pikir selesai acara kemarin ya udah. Tinggal acara di Grand Indonesia besok Senin.

Akhirnya kita janjian dengan wartawan majalah fashion di Hotel Dharmawangsa lagi. Sekarang kita disiksa pakai make up.
Wawancara khusus di Majapahit lounge.

Mbak Arini nama wartawannya, lumayan ramah dan supel. Nanya ini itu, termasuk pacar.
Mau bilang kita bertiga pacaran pasti aneh. Orang homo aja masih aneh kok di negara ini. Apalagi sampai bertiga kayak gini.
Kali gak cuma FPI yang demo, asosiasi gay juga protes.

Setelah itu kami pemotretan, pakai baju keluaran Peter Lim dan Mas Vincent.

Belum lama kita nganter mereka sampai drop off area, kita sudah ada tamu lagi. Kali ini dari majalah interior. Sebenernya bosen yah, ngulangin omongan mulu. Belum juga selesai, udah dibisikin staf yang jaga stand kalau udah ada tamu yang nunggu di lounge.

Sampai jam 10 malam kami masih terus terima tamu. Nah tamu terakhir ini dia punya outlet swimwear produk luar. Mereka menawari kami jadi model.

Rizki sih bilang bersedia, tapi gak mau pakai kontrak yang lama. Dia negesin kalau kita gak mau diikat, bersifat temporer, just one season aja.
Mereka setuju dan mereka menjadwalkan hari minggu di Regent Hotel

*******

Hari Minggu pagi, gue tiduran di lantai pooldeck, sehabis renang.
Ardi menepuk muka gue pakai koran.

"Aduuuh....sopan ya?"

"Baca tuh di kolom halaman terakhir."

Astaga kita bener-bener masuk koran. Soal kita dikupas setengah halaman sendiri? Sedang artikel setengah halaman bawah, soal pameran kita.
Disitu disebut karya kita langsung disambut antusias.

"Ki.....sini deh!"

Rizki yang lagi sarapan, jalan ngedekat sambil bawa piring.

"Apaan?" sambil tetep ngunyah makanan.

"Ini ga ada skenario dari nyokap lo khan? Beli karya kita lewat orang lain, terus ngatur wartawan buat wawancara."

"Kagaklaaaaah.....gila apa? Mama tuh malah ngejauh dari publikasi. Mana lo pernah dengar Papa atau Mama gue di berita? Gue begini aja, mereka pasti risih. Lagian apa untungnya gituin kita? Mereka aja didik gue keras."

"Mmm..." gue angkat bahu. Ngerasa aneh aja sih, seperti kejatuhan berkat gitu.
Accidentally Blessed.....khan aneh.

Dan kayaknya Mama sama Tante Sofia gak urusan kita diwawancarai siapa, di hire untuk jadi model atau apalagi entah. Mereka selalu mikirnya kita udah dewasa. Jadi udah bisa mikir untung - rugi, baik - buruk.....huh.
Di saat ini gue berharap Mama bilang jangan ini.....jangan itu.

*******

Jam 10 pagi, kita udah nyampe di Regent Hotel. Setelah kita lihat perjanjiannya, beberapa dicoret Rizki dan diganti tulisan tangan atau bahkan ada pasal yang dia coret. Setelah itu kita disuruh paraf disampingnya. Begitu juga pemberi kontrak.

Rizki kayaknya ahli deh soal legal, berarti dia sering dilibatkan di usaha orang tuanya.

Ya ampun, peragain swimwear aja masih pakai make up? Gatel padahal muka gue ditempeli kayak gitu. Sekarang sampai badan juga.
Berarti kagak nyemplung kolam?
Khan enak sambil renang, apalagi panas-panas gini.

Waktu di kasih swimwear, gue mau ketawa. Masa kita di kasih yang model brief gini. Yaaah ekspose banget penis kita bertiga. Ga usah ereksi aja udah keliatan gede. Bahaya...gue jangan lihat muka Rizki atau Ardi. Mereka suka bangkitin imajinasi jorok gue.

Selain kita bertiga ada lima photo model. Kita kenalan buat basa basi. Mmm....mereka mungkin bertanya-tanya, siapa sih tiga orang ini. Kayak diutamain semuanya. Saat giliran make up diduluin, foto duluan, crew kelihatan hormat ke kita.

Kejadian bener deh......kita disuruh foto bertiga, gue bau perfume Rizki berasa horny.
Dia kayaknya pakai yang Straight to Heaven .......hmmmm
Aromanya rum....
Setelah itu kita di suruh pose sendiri-sendiri.

"Lo ngaceng ya?" bisik Rizki

Gue ngangguk

"Liatin siapa lo?"

"Kagaaaak...gara-gara perfume lo."

"Gue juga!" kata Ardi

Nah loh, Ardi aja terangsang dengan aroma perfume nya Rizki.

Kelar jam 1 siang, rencana pulang. Soalnya kalau dilihat dari list e Mail mba Widya udah semua.
Kita makan ditempat makan yang Pak Jumadi ajak. Warung Gudeg, dekat Pasaraya. Sebenarnya tadi dikasih makan, cuma Pak Jumadi khan gak dapet jatah, mending kita makan bareng Pak Jumadi aja.

Aduuuh....Mba Widya telephone.

"Mas saya barusan e Mail. Nanti ada tamu dari kedubes Vietnam. Mas nanti ke kantor aja yah. Biar ketemu disana."

Matik....kapan kita ga dirusuhin acara?

"Mas, Senin jam 12 ada press conference, di GI juga kok. Terus malamnya ada wawancara on air di stasiun TV. Siap-siap ya Mas."

Sapiiii....gue suruh bolos kuliah lagi.

*******

Acara Senin pagi kita di Grand Indonesia, acara berjalan bagus, tamu kebanyakan dari konsultan Arsitek dan Interior. Dan setelah acara pembukaan, pameran dibuka untuk umum.

Ternyata press conference ga seperti kita bertiga bayangkan. Kita pikir hanya dari media cetak saja, seperti kemarin. Sekarang ada tiga stasiun TV nasional ikut meliput.

"Muka lo pucat amat?" bisik Rizki

"Hmmm....gak pa pa." kata gue

Kenapa yah, gue ada firasat ga bagus?
Semoga gak ada apa-apa.

Sehabis dari Grand Indonesia, kita ke hotel transit, yang dekat stasiun TV untuk acara nanti malam. Daripada pulang ke Kalimalang, malah kejebak macet pulang perginya.

"Mas Radit, tadi ada cewe kasih kado buat Mas Radit. Tadi kasih ke saya waktu nunggu Mas Radit keluar." kata Pak Jumadi.

Gue terima kotak dari Pak Jumadi. Kotaknya bagus, warnanya coklat. Tampilannya mahal, diikat pakai pita warna bronze.
Kok cuma buat gue?

Gue buka pita dan kotaknya.
Damn......bangkai kepala ayam yang dipotong
Masih ada bulu-bulunya dan ada darahnya.

"See ???"

Gue mengangguk.

Rizki dan Ardi memeluk gue.
Gue sekarang berpikir positif, toh gak perlu pakai kejadian macam gitu, gue akhirnya mati juga.
Apa yang ditakutin?

Ada telephone dari nomor yang gak gue kenal lagi....

Tapi kali ini gue tersenyum puas....
Tuhan terima kasih, walau ada syarat embel-embel dibelakangnya.

Nanti malam buka e- Mail, gue cetak terus tanda tangan, minta tanda tangan Mama juga. Besok pagi gue kirim. Toh kita ke Jogjanya sore.

Kita bertiga rebahan di ranjang hotel dengan pikiran masing-masing. Cape bener yaaaa....

Ada nada sms masuk

Elvira Alya Nurrohmah

Assalamualaikum...

Radit, aku dapat beasiswanyaa!!!
Makasih banyak Radit
Kamu gimana?
Aku baca di koran, pameranmu sukses katanya
Selamat yaaa...

Gue

Gue juga dapat, tapi dengan syarat

Elvira Alya Nurrohmah

Syarat apaan ? Aku cuma syaratnya prestasi akademik dan kegiatan aktif kampus. Sama khan?

Gue

Ceritanya besok di Jogja aja.

Sebenarnya pengen cerita ke Vira, tapi lagi males. Lagian Vira juga udah tau pasti, kalau jawaban gue pendek-pendek, berarti gue lagi gak mood.

Kepikiran kepala ayam lagi.
Aaah...anggap aja cuma ancaman.
Gue cium mulutnya Ardi dan setelah itu Rizki.

"Ki....kenapa lo iya-in sih, pemotretan swimwear gitu. Udah tahu gue ga suka." gue ngeluh ke Rizki.

"Buat mancing orang, bentar lagi dia bakal keluar kandang." kata Rizki.

"Lo emang udah tahu?"

"Belum laaaah....kalau tahu gue udah beresin kali. Paling ga bisa cewe kalau gak homo."

"Kok bisa duga gitu?" tanya Ardi

"Kalian gak baca kontrak apa? Paraaah...cuma maen tanda tangan. Kita muncul bisa di media outdoor maupun indoor. Kebayang gak, lo pada ....cuma pakai kancut gitu dipajang di mall. Setiap hari orang lihat."

"Berarti suspect masih banyak dong, ga bisa mengerucut gitu."

"Paling gak cewe-cewe gatel sama homo-homo deketin lo."

"Kok gue diumpanin ke mereka?"

"Sekarang masalah itu darimana asalnya? haaa?? Siapa yang cari perkara?"

"Iyeee...salah gue."

"Terus lo mau selesai kagak. Apa mau ngitung kancing baju mulu tiap hari? mati-engga-mati-engga.....gitu?"

Gue diem....

"Lo itu udah basah Radit, sekalian aja lo masuk lebih dalam. Kasus ini bisa selesai cuma ada dua, lo yang mati apa mereka yang mati."

Gue jambakin sendiri rambut gue.

"Emang pelakunya sekitaran cewe gatel kalau ga homo gitu?"

"Lo pikir gue buta? Siapa Awang itu? Siapa Rommy itu?"

Damn.....Terus sekarang siapa Rizki???
Siapa yang gue pacarin???
Darimana dia tahu?
Gue kaget dan gue lihatin Rizki.
Tuhaaan, gue pacaran sama siapa?

Rizki ngelihat gue

"Sepulang dari acara ini, kita turun di Grogol. Suruh Pak Jumadi pulang."

*******

Jam 11 malam baru sampai rumah, kita bertiga buka gerbang pelan-pelan.
Jalan melipir lewat jalur service.

"Kalian kemana aja, tadi bukannya on air selesai jam 7 malam? Malah Pak Jumadi duluan nyampai rumah?"

Damn..... ketahuan juga.

"Ke tempat teman Ma." jawab Ardi

Anjriit...lo salaaaah, lo bakal dicecar teman lo siapa?

"Ohhh....di daerah mana?"

"Daerah Grogol Ma, Ardi mau nanya-nanya soal psikologi. Dia angkatan diatas Ardi. Kosnya masuk gang dan gak ada buat parkir mobil." jawab Ardi

Fuuuuck....lo bisa bohong gitu, lo bohong juga gak sama gue?

"Oh yaudah....makan yok. Kalian belum makan khan?"

Kita menggelengkan kepala.

"Abang ke kamar dulu bentar Ma, mau nge print terus minta tanda tangan Mama."

Sebelum ditanya lagi, gue udah ninggalin mereka. Ada Tante Sofia di ruang makan formal.

"Tanteee....Radit naik dulu bentar yaaa."

Saat gue turun ternyata udah pada makan, mereka pada ramai saling cerita.

"Maaf Ma, minta tanda tangan dulu, takutnya besok Abang lupa, keburu Mama pergi."

"Apa ini Abang?"

Mama baca pelan-pelan, lembar demi lembar.

"Kenapa Abang ambil beasiswa? Apalagi syarat yang harus dijalanin Abang lumayan berat. Apa gak ganggu kuliah? Lagian kenapa ambil beasiswa?"

"Proving myself Ma, Abang pengen mandiri juga. Gak bergantung dari orang tua. Mama mulai semester depan udah gak perlu bayar semester Abang. Mama bisa fokus ke Adek. Mama sebenarnya udah bisa stop jatah bulanan Abang. Usaha jus Abang udah lumayan bagus."

"Mama hargai kemauan Abang. Kalau jatah bulanan gak Mama stop.
Ini tanda tangan sebelah mana?"

Rambut gue diusap-usap Tante Sofia.

"Udah yok makan bareng," ajaknya.

Gue dan Ardi sekarang makin tahu, bagaimana pengorbanan Rizki dan usaha dia melindungi gue.
Hmm...mending ceritanya buat bab nanti aja ya...!!!

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

60.2K 1K 26
Kär i min halvbror Prolog "Va?" "Men gumman vi klarar detta okej" "Ska du säga det är fan inte du som ska få Nicklas fucking Palmgren som halvbror...
291 5 15
Lea och Ludvig är båda 14 gamla och är väldigt kära i varandra. följ med i deras liv, hur ska de gå? Jag vet att de är många kapitel men de är ganska...
2.2K 30 45
"Snälla kan du förlåta mig mina känslor tog över och jag vart arg på allt för jag älskar dig mest av allt i hela världen o ville aldrig förlora dig s...
213K 940 25
Jonna är 17 år, hennes storebrors kompisar är ofta över på besök och relationerna blir mer skummare mellan henne och brorsans bästa vänner. Men hon...