Bandung - Jogja.....The Harde...

By AditPrasetya0

169K 9.2K 1.1K

Tidak mudah memang untuk membuat hubungan saling percaya. Sangat mudah diucapkan, sangat mudah di angankan... More

DISCLAIMER
Chapter 1. Crawl-Run-Jump-Fly
Prolog
Chapter 2. Family Trip - The Drama of Love.
Chapter 3. End of Holiday, End of "Fucking" Love
Chapter 4. I Need Pandora Still Closed
Chapter 5b. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu
Chapter 6. Saat Sebagian Kecil Bom Meledak
Chapter 7. Cinta Yang Terlalu Banyak Segi
Chapter 8. Rizki......Someone From My Past
Chapter 9. Small Part of Missing Puzzle
Chapter 10. Sebuah Catatan Liburan
Chapter 11. Vira and Her Mom...Sebuah PR Juga
Chapter 12. Weird Relationship
Chapter 13. Kembalinya Om Abang
Chapter 14a. Art3Logic....That's We Are - Jakarta
Chapter 14 b. Art3Logic....That's We Are - Jogjakarta
Chapter 14c. Art3Logic....That's We Are - Bali
Chapter 15. Cerita Tertinggal - Rizki Raja Preman
Chapter 16a. Year Two - Semester Rempong
16b. Year Two - Next Destination: Aljazair - Marseille - Paris
16c. Year Two - Yes.....I am So Selfish
16d. Year Two - Males Collector
Chapter 17a. Year Three - Euro Trip
Chapter 17b. Year Three-Gue Sang Mafia Baru
Chapter 17c. Year Three-Adek Gue, Si Pembuka Pandora
Chapter 17d. Year Three-Keluarga Yang Terpecah
Chapter 18. I Announced Myself As Mobster
Chapter 19. Zhang Yong, The Other Man
Chapter 20. Zhang Yong - The Guardian Angel
Chapter 21a.Year Four - KKN.....Awal yang Buruk
Chapter 21b.Year Four - KKN.....New Paradigm - 1
Chapter 21c.Year Four - KKN.....New Paradigm - 2
Chapter 21d.Serigala Pemangsa
Chapter 22. Serigala Pemangsa
Chapter 24c. Year End - Vira's Legacy
Chapter 23. Journey with Grand Ma
Chapter 24a. Year End - Songong Time
Chapter 24b.The Waroong Legacy - Who's The Winner ?
Chapter 24d. Year End - O..ow... Ketahuan
Chapter 24e. Year End - War Preparations
Chapter 24f. Year End - The Determination
Chapter 25a. The Battle We've War-1
Chapter 25b. The Battle We've War-2
Chapter 25c. The Battle We've War-3
Chapter 25d. The Battle We've War-4
Epilog
Surat Untuk Pembaca

Chapter 5a. Menebar Pesona, Menebar Bom Waktu

4.5K 243 32
By AditPrasetya0



Tinggal di kos Mas Dony sebenarnya gue ga suka. Problem utama itu toilet.
Jorok kata tepatnya.
Untuk lantai 1, toilet cuma satu untuk dipakai tujuh orang.
Di lantai 2, ada dua toilet untuk delapan orang. Belum lagi kalau ada teman atau tamu yang menumpang.

Gue terpaksa harus menggunakan selang untuk mandi dan beli air mineral untuk gosok gigi.

Masa iya gue harus nunggu seminggu kaya beginian.  Gue baru sehari di kos Mas Dony berasa pusing. Pusing gimana buang airnya.

Sepulang daftar ulang, gue ke tempat calon kos gue. Kalau kemarin, dikasih tahu Kak Gita cuma sekedar lewat depannya saja.

Lumayan jauh juga kalau jalan kaki dari kampus.

"Siaaaaang."

sepi...............

"Assalamualaikum"

Seorang anak laki-laki yang mungkin seusia gue, keluar

"Ya, ada apa?"

"Mas, saya Raditya, yang akan kos disini."

"Oh...Mas ke rumah sebelah. Ketemu Ibu yang punya. Lewat sini aja Mas!"

"Terima kasih!"

Hmm...yang bukain gue berarti anak kos juga ya. Yang tadi lumayan...eh gue pukulin kepala sendiri.

Ternyata saat bertemu Ibu Kos, ruangan gue udah beres. Dan beberapa kamar sudah terisi juga, jadi gue ga kesepian. Kirain karena bangunan baru, makanya cuma gue yang baru tinggal disitu.

"Kak, kosnya udah jadi kok."

"Lo udah mau tinggal situ?"

Gue mengangguk

"Yaudah, angkatin yok."

Sore itu gue masukin barang-barang ke kos. Ruangan gue kayanya jauh lebih besar daripada kamar-kamar lain, lantainya parquette dan ada private balcony. TV sudah terpasang, ada pantry, meja bar, bar stoole dan ada lemari es.

"Berlebihan ga sih?" tanya gue

"Hmmm...kalau dulu udah ada kos model ginian, gue pilih ini Dit."

"Kebesaran kamarnya, gue khan cuma kos, lagian ini kaya kamar hotel, bukan kosan."

"Udahlah Dit, lo jangan rewel deh. Gue sama Mas Dony muter-muter nyari nya, cape hunting kosan."

Gue cium kakak gue tercinta.

"Makasih Kak, I love you."

"Nanti malam gue jemput buat makan!"

"Iya Kak."

*******

Karena barang yang gue bawa cuma sedikit, jadi cepet beresinnya.

Seseorang berdiri depan pintu gue ngelihat kamar gue, yang kebetulan pintu ga gue tutup.

"Hai! Gue Radit" ,Sapa gue

"Oka...."

"Ayok masuk!"

"Kamar lo spesial ya?"

Lo pikir martabak
"Maksudnya?"

"Iya gede banget, lantainya juga beda, dikasih TV sama lemari es. Di kasih pantry sama meja bar pula. Kaya hotel ya? Ada satunya lagi kamar yang kaya gini. Di lantai bawah."

"Oh."

"Gue boleh khan sekali-kali tidur sini?"

"Boleeeh!!!"

Oka satu fakultas dengan gue, dia di jurusan Teknik Sipil. Dia dari Bali, tepatnya Singaraja. Kulitnya cerah, rambutnya kaku ga ada lembut-lembutnya. Dia ga ganteng, tapi punya sex appeal dan charm.

Dalam beberapa menit, kami bisa akrab. Yang gue suka sih karena dia ngomong apa adanya, ga pake filter , dan dia ga pernah nanya keluarga gue, dia juga ga pernah cerita keluarganya.

Kalau dengan teman kos lain, gue belum terlalu akrab. Kadang gue ngerasa mereka terlalu jaim, terus ada yang sok religious dan mereka suka agak sungkan kalau ngajak ngobrol. Kadang yang gue lakuin biar akrab, paling makan malam barengan di warung tenda sekitar kos.

Gue lebih banyak pergi kemana-mana bonceng Oka. Terutama saat cari barang untuk orientasi fakultas.

"Dit, lo dipanggil tuh sama Ibu Kos. Suruh ke rumah sebelah." teriak anak bawah.

Hmmm...perasaan Mama udah kasih uang buat setahun deh.

"Nak Radit...ada yang nyari ini...!"

Gue bingung, ada laki-laki yang sama sekali gue ga kenal duduk di teras rumah induk.

"Ya, Mas ada apa?"

"Mas Raditya Yudha Prasetya?"

Buseeeet lengkap beneeeer? Gue terus duduk sebelahnya. Dia mengeluarkan STNK atas nama gue, buku service, buku manual, BPKB dan kunci.

"Saya dari showroom, ngantar pesanan Mas."

Mama ga becanda nih? Gue ikutin orang itu keluar. Dia tunjukin ini itu, tapi gue ga konsen. Mama kenapa sih ga mikirin adek?

"Sudah ya Mas! Sudah jelas semuanya?"

"Eh...ya..eh..oh...iya Mas, terima kasih."

Gue kasih tip sebelum dia pulang.
Tiba-tiba pundak gue ditepuk.

"Itu mobil baru lo? Gileeee....CRV...!
Kok ambil warna item sih Dit? Kaya orang tua aja.
Dit nanti malem jalan-jalan yok. Nyobain mobil baru lo." Oka teriak-teriak sambil nyoba hidupin mesin.

Gue geleng-geleng, harus bilang apa ke Mama? Kalau jujur sih seneng, tapi gue gak enak, ngerasa dimanja gini. Lagian juga aneh, kos ke kampus jarak cuma 1,5 km masa bawa mobil?

"Mobil lo dimana?" tanya Kak Gita saat ketemu dekat gedung dia. Soalnya gedung kita dekat.

"Kos lah...!"

"Kenapa ga di pake?"

"Kak, jarak sedeket gitu pake mobil?"

"Buat tebar pesona dooong!"

"Ga usah pake itu aja, udah ada cewe yang nembak gue, ada juga yang suka bawain kue."

"Hahaha...adek gue. Eh, lo juga terkenal di jurusan gue loh. Masa angkatan bawah gue tahu soal lo?"

"Masa, keren dong gue?"

Hidung gue dicubit.

"Terus lo ke kampus pake apa?"

"Jalan kaki lah."

Malamnya gue diomelin Mama gara-gara jalan kaki ke kampus.
Mesti deh Kak Gita ngadu.

*******

Bruuuuk...

Siaall....gue baru tidur, Oka banting tubuh sebelah gue.

"Sopan jadi orang napa?" bentak gue

"Salah sendiri tidur ga dikunci kamarnya. Gue tidur sini ya?"

"Pake baju dulu sana, baru boleh tidur disini!"

"Lo nya aja telanjang, nyuruh gue pake baju."

"Gue khan udah tidur duluan nyet!"

Bukannya balik kamar, Oka malah lepasin celana dalam dan menindih gue yang lagi tengkurap.

Shiit....padahal udah hampir sebulan gue ga ML. Setiap malam face time dengan Ardi, dia bantu gue supaya bisa coli ga pernah berhasil. Padahal Ardi udah berusaha pakai gaya macem-macem sampai pakai desah-desah juga.
Kalau begini khan bisa-bisa gue perkosa Oka yang lagi ngegodain gue.

Gue merem, tapi lama-lama punya Oka terasa mengeras di belahan pantat gue.

"Lo homo ya nyet?" tanya gue

"He eh...."

Setan ni orang malah pakai mendesah.
Gue banting dia kesamping, dan gue lumat bibirnya dengan rakus. Setelah menahan selama tiga minggu, gue seperti ga tertahan lagi.
Setelah itu gue ga ingat lagi.

Gue kebangun saat sinar matahari masuk ke kamar. Semalam ternyata gue lupa menutup tirai.
Oka ga ada disamping gue?
Apa semalam cuma mimpi ya?
Gue raba pantat gue ga ada yang lengket. Berarti ga ada yang fuck gue dong.
Mmm kok sperma bececeran di sprei?

"Dit, lo semalam nonton bokep ya? Pinjem dong!"

Fuuuuck....Anak kos sini ga kenal ketok pintu dulu ya. Gue buru-buru narik selimut. Gue ngomel-ngomel ma Reza.

"Eh nyet...lo mau masuk kamar orang ketok pintu napa?"

"Lo tidur telanjang ya? Makanya pintu dikunci!"

Reza ketawa balik ke kamarnya. Gue cepet-cepet kunci pintu.
Hmmm...bokep....Reza bilang tadi?
Syukurlah dia lupa soal bokep tadi.
Tapi gue kok jadi ngerasa segar ya pagi ini.

Tok..tok..

"Siapa?"

"Oka...!"

Gitu pintu gue buka, Oka dorong gue, selimut yang buat nutup badan gue lepas.

"Tumben amat lo kunci pintu. Lo nafsu ya nafsu... Tapi lo nyupang gue banyak banget."

Hah...jadi semalam yang gue lakuin bukan mimpi ya? Tapi kok gue ga ngrasa apa-apa?

Oka masih sibuk lihat di cermin, dari mulai leher sampai dada.

"Lo gila semalam, main kaya kesetanan, gue bilang stop..lo tetep genjot terus. Kontol gue sampai pegel ni, dipaksa keluarin peju empat kali."

"Terus enak kaga?"

Oka tersenyum ke arah gue
"Enak bangeet! Kontol lo gede banget! Tahu gitu sejak awal lo kos disini ya? Nanti malam lagi yok!"

"Kok lantas..."

Oka ketawa..,"Pacar lo di Bandung ini. Mana tahu sih. Lagian cuma fun doang."

"Lo semalam kenceng ya teriakannya. Reza tadi nanyain bokep ke gue."

"Gimana gue ga teriak, lo genjot gue terus...Udah gue bilang stop..lo kaga berhenti. Lagian gue keenakan, mana mungkin gue nyadar kenceng apa kaga?"

"Goblok...!"

Gue terus masuk toilet mau mandi.

"Lo kuliah jam berapa?"

"Jam 10"

"Bareng yaaa...!"

Tiba-tiba Oka masuk ke toilet, seakan ga peduli protes gue, dia ikutan mandi dan yaaa gitu...kita bercinta lagi..tapi tanpa cinta. Kalau yang ini gue nyadar sepenuhnya dari mulai ciuman, oral, penetrasi sampai orgasme.

*******

Sepulang kuliah, gue parkir mobil sambil ngomel-ngomel. Kadang orang lain suka parkir motor ngasal, jadi bikin susah.

Biasa yang suka ngasal parkir itu tamu salah satu penghuni kos.
Udah cuma bertamu, tapi nyusahin penghuni kos.
Kalau macam gue biasa langsung complain sama yang ngasal parkir.
Tapi kalau anak lain biasa cuma ngedumel dibelakang.

Adi, anak lantai 1, keluar dari kamarnya,

"Dit, tadi ada tamu lo dateng. Dia bilang saudara lo. Terus tadi dibukain kamar lo sama anak Ibu kos."

"Iya kalau saudara gue, kalau bukan?"

"Dia masih di kamar lo kok."

"Kalau lompat dari balkon?"

"Waduh...gimana nih."

"Udah ga pa pa."

Gue langsung bergegas naik.

Pintu kamar terbuka, seseorang berdiri membelakangi gue sedang melihat luar dari jendela, dengan kedua tangan masuk di kantung celana."

"Oooh...ternyata ini saudara gue..hee?"

Dia membalikkan badan dan tersenyum...manis banget.
Gue langsung peluk dan gendong dia sambil gue cium bibirnya.

"Kunci dulu pintunya."

Gue turunin dia di tempat tidur dan gue kunci pintu.
Dia langsung melompat ke arah gue, kembali saling cium bibir sampai lama.

Gue serasa ga sabar dan kangen dengannya. Gue ga peduli protes dia mau mandi dulu, pokoknya gue harus bercinta detik itu juga.

"Tadi naik apa?" gue sambil terengah-engah setelah selesai bercinta.

"Kereta pagi."

"Hari ini bolos kuliah berarti?"

"Cuma satu mata kuliah aja. Aku pengen buru-buru ke Jogja, soalnya aku kasihan banget ma kamu ga bisa coli, mumpung besok libur tiga hari."

Gue terharu dengan perhatian Ardi, andai aja kemarin malam dan pagi tadi ga ngentot Oka, mungkin sore ini Ardi ngerasain ganasnya gue.

"Tadi kamu pakai bajunya keren. Sekarang kamu kaya photo model."

Dia tertawa,
"Mama kemaren ke Bandung bareng Mba Widya. Mama nengok kosku. Terus ngajak aku ke PVJ dan beberapa F.O, dandanin aku."

"Dandanin?"

"Belanja baju, celana ama sepatu. Pokoknya semua hasil pilihan Mama dan Mba Widya. Aku ga boleh protes. Terus pas Mama lagi kunjungan ke proyek, Mba Widya ngajak aku ke salon dan klinik kecantikan."

"Astagaaaaaaaa.....!"

"Ayang pasti ga suka ya?"

"Mmm...aku cuma takut, kamu nanti jadi cowo cantik, ilang aura maskulinnya."

"Hahaha....enggalah. Kalau aku sampai berubah, kamu pasti tinggalin aku. Toh tadi ga ada yang berubah khan dari sikapku?"

Gue cium lagi bibirnya, "Engga sayang!"

Ardi cerita tentang kuliahnya, tentang teman-temannya yang KEPO dari mulai kehidupan keluarganya, gaya hidupnya dan pacarnya.

Dia juga bilang kalau seneng banget sepanjang kuliah, ternyata jauh berbeda dengan SMA. Dia juga cerita kalau dia jadi re-seller sepatu import, yang dia jual lewat Facebook dan bekerja part time di sebuah warnet.

"Ayang khan udah janji juga, punya part time job di Jogja, ingat ga?"

"Nanti aku tunjukin, aku selalu tepatin janji."

Dia kemudian bangun.

"Kamarmu keren yang. Serasa apartment yang studio."

"Iya, tapi harganya jauh dibawah harga kos di Bandung untuk fasitas yang mirip."

"Masa?"

Gue tunjukin kwitansi pembayaran kos dan dia terpekik kaget.

"Asik ya bisa kuliah di Jogja. Tapi kemarin aku ga percaya diri dengan kemampuanku. Aku takut kalau pilih Jogja malah ga diterima."

"Mau wine yang?"

"Mau...!"

"Red or White?"

"Red one... I think better for this evening."

Gue kaget, sekarang dia mau jawab in English? Belum sebulan kuliah, udah banyak kemajuan.

"Kamu les bahasa Inggris yang?"

"Iya di lembaga bahasa, kebetulan biayanya bisa aku tutup dari jualan sepatu."

"Emang omzet udah berapa?"

"Masih kecil sih, baru satu jutaan per minggu."

Gue melongo....gila ini anak. Cepat benar berkembangnya.  Lama-lama dia itu mesin uang bener.

"Mama sama Papa tahu?"

"Baru Mama yang aku ceritain sambil aku tunjukin bukti transaksi dan tabungan khusus buat usahaku."

"Terus komentar dia apa?"

"Aku disuruh fokus kuliah, Mama mau ambil alih biaya les ku."

Rasain!

"Hahaha....ingeeeeeet IPK harus 4, kalau ga subsidi dicabuuuut!"

Dia tersenyum kecut.

Tapi gue yakin, orang keras kepala macam dia mana mau mundur.

*******

"Kenalin ini Bagus!"

Ardi dan Bagus bersalaman.

Setelah itu kami masuk ke belakang, gue mau tunjukin catatan keuangan usaha gue.

"Karyawanmu ganteng."

"Aku udah cari yang ganteng yang bukan type ku. Biar kamu ga cemburu!"

"Hahaha...kenapa harus ganteng?"

"Pasar yang aku bidik anak SMA dan Mahasiswa terutama cewe. Sekitar sini banyak banget kos cewe."

Tanpa sepengetahuan siapapun, gue mulai usaha bikin juice, gue cuma sewa kios kecil, yang gue bagusin baru di counter penjualnya. Modal sih gue ambil dari tabungan gue, anggap aja itu hutang.

"Udah rame pelanggannya?"

"Lumayan, tapi aku belum inovasi soal juice. Masih standar banget."

Gue dibantuin Ardi untuk  check stock.

"Ardiiiii.....!"

Kita berdua menengok ke belakang, kaget mendengar suara yang memanggil Ardi.

"Kak Gita?"

Ardi langsung keluar dan disambut pelukan dan ciuman Kak Gita.
Gue cuma lihat sebentar dan meneruskan hitungan stock buah, gula dan susu.

"Jadi ini usaha lo? Kok ga ngomong? Lo tuh banyak kejutan deh!" Kak Gita langsung protes.

"Lah kalau gue ngomong, terus kenapa?"

"Gue sering beli jus tempat lo, tapi ga ada reward!!!!!"

Oiya...ide yang bagus, gue harus cetak untuk kartu pelanggan. Biar mereka loyal.

"Iya deh, maaf.... Nanti gue pikirin rewardnya..."

"CRV dooong!" sindir Kak Gita

"Maunyaaaa....!"

Karena Kak Gita penasaran, gue ajak masuk, gue tunjukin catatan keuangan gue termasuk hutang modal.

"Lo belum satu bulan udah punya usaha sendiri, gue hampir lima tahun disini malah cuma buang duit ya?"

"Asal IPK lo 4, Papa sama Mama ga bakal ngomel"

"Siaaall."

"O ya Kak, kenalin ini Bagus, kalau yang shift tadi pagi namanya Imam.
Bagus....ini kakak gue, kakak kandung gue.

Entah apa yang Kak Gita dan Ardi obrolkan kemudian. Karena pelanggan yang datang makin banyak, gue jadi ikutan sibuk bantuin Bagus.

"Dit, gue ajak Ardi ke kosan gue biar ketemu sama Mas Dony sekalian."

Gue cuma acung jempol, karena gue bener-bener lagi ribet.

Jam 9 malam kita sudah tutup kios. Sebenarnya kalau mau sampai jam 10 malampun pelanggan masih ada yang datang, tapi gue kasihan ma Bagus. Rumahnya lumayan jauh.

Gue duduk karena dari sore berdiri terus.
Bagus tiba-tiba melap keringat di muka gue dengan tissu.

"Capek ya Bang? Sini Bagus pijit!"

Hmm...jangan-jangan Bagus gay. Kok tiba-tiba perhatian banget ke gue. Biasa juga langsung pamit kalau barang-barang udah dicuci bersih.

Dia memijit pundak gue dan bagian tengkuk. Rasanya enak banget.

"Lo kok pinter mijit?"

"Iya Bang, dari kecil udah dilatih nenek. Nenek tukang pijit di kampung."

"Pernah buka praktek pijit ?"

"Engga lah Bang, tenaganya banyak terforsir nantinya. Saya juga ikut Abang ini pertama kali saya kerja."

Ga lama Kak Gita, Mas Dony dan Ardi masuk.

"Dari mana aja?" tanya gue.

"Diajak Mas Dony keliling Jogja, terus ke alun-alun selatan tadi. Niiih...!"

Ardi nyodorin dua box makanan, untuk gue dan Bagus.

"Gila ya kalian, gue tadi diceritain bisnisnya Ardi. Kalian berdua tu otaknya dagang banget."

Dari kalimat Kak Gita tadi gue menyimpulkan kalau Mas Dony juga sudah tahu kalau Ardi pacar gue.

Sebelum bubar pulang, Kak Gita bilang kalau dia bangga punya gue sebagai adek dan bangga dengan Ardi yang jadi pacar gue.

*******

Selama Ardi berlibur ke Jogja, kita gunakan hari Jumat dan Sabtu untuk jalan-jalan ke obyek wisata dari candi Borobudur hingga kawasan Prambanan, kompleks Keraton, Malioboro dan pantai di Gunung Kidul.
Sekalian test drive CRV kata Mas Dony.

Kita selalu jalan-jalan berempat dengan Kak Gita dan Mas Sony. Dan kita berdua sudah ga malu lagi berciuman maupun bersikap mesra didekat mereka.

Hari Minggu Siang gue antar Ardi ke Bandara, dia sudah gue pesankan pesawat tujuan Bandung. Pertimbangan gue, Ardi sudah kecapean selama liburan di Jogja, selain jalan-jalan dia khan tiap malam diforsir ML berkali-kali.

Sebelum masuk area chek-In, Ardi memeluk gue erat banget.

"Ayang masih kuat khan nahan buat dua minggu kedepan?"

Gue mengangguk

"Ayang yakin kebutuhannya cukup dari aku, engga mau nambah lagi?"

"Mau nambah dimana? Disini agak jauh cari hotel."

"Mau di toilet?"

"Engga sayang, aku semoga masih bisa nahan."

Gila aje ML di toilet bandara yang ramenya kaya pasar gitu.

Dia tersenyum
"Kalau ga nahan, jangan lupa pake kondom. Kondomnya belum kepake khan? Kalau mau habis bilang ke aku, nanti aku siapin lagi."

Tenggorokan gue rasanya keriiiiing banget, dengar kata-kata penuh pengorbanan dia. Pengen rasanya gue bawa dia pulang ke kosan gue lagi, dan gue larang balik Bandung.

Begitu dia sudah selesai check in, kita berpisah. Rasanya jadi galau banget.

"Dek..."

"Eh Bang Romy...!"

"Sombong banget. Kirain udah ga mau kenal. SMS gue aja ga pernah dibales."

"Bang Romy darimana? Kok kita ketemunya di Bandara lagi? Maaf Bang, awal kuliah khan ribet."

"Dari Jakarta dek."

"Eh sebentar Bang...!"

Tiing Tiing.....

SMS dari Ardi

Ardiyanto

Yang.....maaf cuma bs kasih dua hari.
Smoga bs puaskan keinginan Ayang
Yang...aku cinta kmu
Makasih semuanya trutama rasa syg kmu.
Salam sayang buat K'Gita n Mas Dony
Aku lg jln mw masuk pswt
see u

Gue

I love u too
save flight
goodluck and success
GBU

"Bang Romy pulang kemana?"

"Saya kos di Condong Catur."

"Kalau gitu saya antar?"

Sepanjang perjalanan, Romy selalu memiringkan badan dan kepalanya ke arah gue, seakan-akan mau menyender di lengan gue.

Gue berusaha fokus mengemudi dan sedikit mengabaikan dia. Hmmm coba pas minggu-minggu kemarin, udah pasti habis pantat dia gue rojokin.

"Ga mampir dulu?"

"Saya udah tahu kos Abang, kapan-kapan saya main kesini Bang."

"Hmm kenapa ga sekarang?"

"Saya harus antar kakak saya sebentar lagi." Terpaksa gue bohong.

"Kakak atau kakaaak?"

Pengen rasanya nendang dia dengar kata kaya gitu, mumpung pas pintu mobil sedang terbuka.

Gue cuma bisa senyum.

"Mampirlah sebentar," paksa dia.

Yaudahlah nurut, gue malas berdebat.

Kosnya memang terlihat mahal, terutama saat gue lihat kamarnya.

"Mau minum apa?"

"Apa aja Bang."

Dia kasih gue coke dalam kaleng.

"Gue mandi dulu ya dek."

Gue edarin pandangan keseluruh kamar. Banyak banget foto kontes kecantikan yang dia ikuti. Maaf, gue bilang gitu, soalnya khan disitu yang dinilai kecantikan muka dan keindahan tubuh, ya ga?

Ada juga foto dia yang pernah jadi cover majalah pria. Yang menarik sebuah foto kecil yang disisipkan di bawah kaca meja belajar dia.
Dia dipeluk seorang laki-laki dewasa botak, entah itu Papanya atau orang yang pelihara dia.

Gue kembali duduk di ranjang saat gue dengar pintu kamar mandi terbuka. Dia cuma dililit handuk warna putih. Badannya bener-bener udah jadi. Kelihatan banget dia merawat tubuh dia.

"Bang saya khan udah mampir ikutin mau abang, saya pamit ya."

Gue buru-buru mau buka pintu dan keluar, sebelum dia striptease depan gue.

Dia berjalan arah gue, gue pikir sih dia mau tutup pintu begitu gue keluar.
Ternyata dia memeluk gue dari belakang.

"Ternyata susah ya menundukkan adek itu. Gue udah berusaha, tapi masih aja adek ga respon."

Pelukannya erat banget, gue diem dan gue biarkan dia cium tengkuk gue.
Saat gue berbalik, dia berusaha cium bibir gue, tapi gue tahan pakai jari.

"Saya pamit Bang, makasih minumnya." Terus gue cium kening dia dan gue lepasin pelukannya.

Dia berkeras mengantar sampai halaman. Karena sepi, gue berani cium kening dia lagi lebih lama.

"Adek nanti pasti main ke tempat Abang kok. Tapi Abang jangan nakalin adek, ok?"

Dia tersenyum, tapi gue tahu pasti, dia kesel karena gue ga bisa ngikutin keinginannya.

Saat di mobil gue tersenyum sendiri.
Maaf ya Bang, saya masih terpesona dengan pacar saya yang menjelma menjadi seorang yang sempurna.

Ardi sekarang jauh berbeda dengan SMA dahulu, cara pandang terhadap masa depan dan cara berpikir dia sangat sexy.

Dia juga tampil keren dan modis tanpa berubah menjadi cowo cantik.
Gue yakin, dia pasti jadi incaran cewe dan cowo di Bandung. Dan gue harus mempersiapkan hati gue, apabila nanti melihat kelakuan orang-orang yang menyukainya.

Eh apaan ini? Flash disk siapa yah kok di kantong celana gue?
Apa punya Bang Rommy? I have no idea. Jangan-jangan tertukar dengan korek api gue. Nanti aja deh balikin ke Bang Rommy. Mmm...dia khan lagi mupeng. Aaah besok aja laaah....!

*******

Saat kios gue kunci, ternyata Bagus belum juga pulang. Dia sibuk menstarter motor, yang ga juga hidup mesinnya.

Gue standar tengah motornya buat bantuin dia.

"Ada kunci busi?"

Dia menggeleng kepala.

Hmm kayanya dia ga ngerti motor deh. Cuma pinter make aja.
Gue cari peralatan di dalam mobil. Gue lepasin busi dan gue bersihin busi.
Gue sampai geleng-geleng kepala.

Businya udah berkerak, gue ampelas bagian kumparan sampai bersih.
Setelah gue starter lagi, mesin bisa hidup lagi. Tapi gue dengar suara menggelitik di mesin. Gue matikan, dan cek oli mesin.
Bujug...oli udah hampir habis. Ni anak keterlaluan, ga pernah ganti oli. Gue cium bau oli nya, hmm ini harus turun mesin namanya.

"Ga pernah ganti oli ya? Ga pernah service motor?"

Dia menggeleng dengan muka merasa bersalah.

"Lo masukin motor ke kios, tinggal aja. Lo tidur tempat gue."

"Tapi Bang......"

"Kenapa?"

"Saya pulang saja, bisa naik ojek kok."

Gue jadi berpikir, gaji dia masih UMP, dan dia juga belum terima gaji, karena belum satu bulan kerja. Sementara kalau gue antar dia, hari ini gue ngerasa cape banget.

Kalau gue bayarin dia ojek, gue ga bawa cash cukup. Sebenarnya bisa aja ambil duit dari warung, tapi gue takut nanti jadi kebiasaan.

Sepulang kuliah tadi, pelanggan banyak banget yang datang dan mereka mau antri. Gue aja ngerjain tugas buat mata kuliah Science Phylosophy besok sampai tertunda.

"Yaudah itu gampang, temenin gue makan dan ke ATM ya?" ajak gue.

Saat makan gue tanya, keberatannya apa kalau menginap tempat gue. Gue sih kasih pertimbangan soal cost meskipun juga nanti gue bayarin sih.
Dia diam sejenak dan seperti berpikir.

"Takut.....!"

"Takut apaan? Hmmm... gue kasih aturan soal jujur khan?"

Gue bikin aturan kerja sama persis dengan aturan pacaran gue dan Ardi.
Jujur - Ga drama - Positive thinking

"Soal Imam Bang, dia cemburu...karena dipikirnya saya dekat ma Abang. Abang datangnya sore pas shift saya. Terus Abang sering traktir saya makan malam. Apalagi kalau sampai tahu saya nginep tempat Abang."

Ommaaagaaaa.....karyawan gue 3G....
Ganteng Ganteng Gay.....

"Cuma itu pertimbangannya? Ga ada yang lain? Orang tua lo?"

Dia geleng kepala.

"Kalau soal Imam gampang itu, besok gue bisa selesein. Lo nginep tempat gue, pagi-pagi lo bawa motor lo ke bengkel. Biaya benerin motor, lo claim ke gue."

Dia mengangguk.

Buat ngilangin kikuk dia saat di kamar gue, gue nyalain TV dan kasih wine segelas kecil agar dia bisa lebih relax.

Gue tinggal mandi, karena badan berasa lengket banget, belum lagi belepotan oli.

Dia terkesiap saat gue selesai mandi dan hanya dililit handuk aja.
Gue siapin baju ganti dia, kebetulan ada celana dalam yang masih baru, belum gue pakai.

"Ini handuk lo...baju ganti taruh sini aja, didalam cuma ada penggantung handuk."

Dia mengangguk, dengan agak canggung dia melepas baju dan celananya dan melilitkan handuk ke tubuhnya.
Gue sih keluar di balkon sambil merokok.

"Lo cape ga?" setelah dia selesai mandi.

"Engga lah Bang, kerja begitu ga seberapa cape. Justru cape itu kalau pelanggan jarang-jarang datang kaya awal-awal dulu."

"Lo pijitin gue dong...! Kuliah tadi bikin pusing, ke warung malah banyak banget yang datang. Cape..!"

"Ayok aja Bang."

Gue tengkurap dan lilitan handuk gue lepasin.

Pijatan dia benar-benar enak. Therapist yang ada di Jakarta lewaaat mah. Apalagi tekanan pada saat memijat punggung gue, hampir bikin gue tidur.

"Abang ototnya kenceng semua. Jarang pijat ya?"

"Iya...habis ga tahu tukang pijat yang bagus. Baru kali ini ngerasain yang enak."

"Jangan gitu ah Bang, saya malu."

"Imam kok suka sama gue? Dia suka sama cowo gitu?"

"Ah Abang.....siapa yang ga suka Abang? Cowo normal juga bakal suka ma Abang. Tahu ga Bang....setiap Abang ikutan jaga warung, pasti rame. Apalagi anak SMA, suka curi-curi motret Abang."

"Masa...? Perasaan, gue ga ada pun juga rame."

"Rame sih rame Bang, tapi ga bakal antri sebanyak kaya tadi."

Hmmm...kalau gitu gue harus ada pendekatan personal yah ke pelanggan-pelanggan. Ok, gue mulai besok sehabis kuliah, gue jalanin.

"Maaf ya Bang..."

Gue pikir dia mau ngomong apa, kok pakai maaf. Ternyata dia duduk dipantat gue, sambil memijat punggung dari atas pantat hingga pundak.

Kita saling diam, karena gue menikmati pijatannya. Mmmm...gue ngerasa ada suatu yang mengeras di pantat gue. Bagus pasti sudah ereksi.

"Tolong lepasin handuk gue dong."

Dia kaya gugup, gue bantu tarik handuk yang menutupi pantat gue.
Dia seperti udah ga konsen dengan pijatannya. Yang semula enak, sekarang dia seperti gemetaran dan tangannya berubah jadi dingin.

"Sebentar Gus."

Pikiran nakal gue datang terbersit.
Gue balikkan badan, biar dia lihat gue semua.

"Udah lo dudukin paha gue aja."

Mukanya memerah

"Mmmm...kenapa ga diterusin pijatnya?"

Dia kaget saat gue bangun dan mengecup bibirnya.

"Lo pengen ini khan?"

Dia menundukkan kepala dan mengangguk. Gue angkat dagunya...

"Lakuin, kalau ini bikin lo lega." bisik gue.

Bibirnya bergetar saat gue libas bibirnya dengan lembut. Detak jantungnya kencang saat menempel tubuh gue.

Gue banting dia, dan gue ciumi dari leher, puting hingga perut. Dia cuma mendesis dan pasrah.

Gue dekatin telinganya," nikmati tubuh gue, anggap gue pelacur lo."

Dia kemudian melibas dengan ganas bibir gue, setelah membanting tubuh gue, dia menghisap leher gue , dia seperti kesetanan menciumi, menghisap dan menggigit dari leher hingga perut gue. Gue mengerang.

"Kontol Abang gede banget. Saya belum pernah di fuck Bang!"

"Biasanya?"

"Saya yang nusuk."

"Lakuin apa yang lo biasa lakuin."

Gue kasih lubricant ke dia.

Saat kita saling oral, ternyata penisnya juga lumayan besar. Gue hisap dan mainkan lidah. Mungkin gue jago dalam oral, karenanya dia jadi belingsatan ga karuan dan precum keluar cepat keluar.

Dia kemudian mengangkat kaki gue, dan mengambil bantal untuk menopang punggung gue. Perlahan dia lakuin penetrasi. Setelah selama sebulan gue ga pernah di fuck, gue ngerasa seperti baru pertama melakukan. Perut gue terasa mulas.
Selama dengan Oka dan Ardi, gue jadi top.

Gue menggigit bibir bawah gue, dan berusaha untuk ga teriak. Gue gigit bantal dan kadang jari-jari gue, selama dia mendorong penisnya.

Gue sampai terengah-engah

"Lebbiihhh dallaaamm lagiiih Gussshhh aaarrhhh...!"

Tiba-tiba dia menghentakkan penisnya dan kembali masuk lebih dalam. Gue jambak rambutnya.

"Keluarinhhh dihh. dalamhhhh Gushhhh...!
Ennaaaakkk bangee..aaarrhh"

Diapun meningkatkan ritme rojokannya. diangkat pinggul gue, sementara dia berdiri disamping tempat tidur. Seketika sperma gue muncrat kemana-mana. Hingga dia kejang sambil melengkungkan tubuh dan gue ngerasa spermanya berlarian di usus gue.

"Lo punya bf khan Gus?"

"Ada Bang, Abang marah ya?"

"Engga kok, gue khan udah bilang, kalau lo pengen ML ma gue, kita ML aja. Ga usah pakai perasaan."

Dia menghela nafas.

"Gimana kalau saya nanti jadi jatuh cinta ma Abang?"

"Ya kita ga usah ML lagi."

Dia diam, dan gue sebenarnya tahu, dia menyukai gue sejak dia mulai perhatian dengan melap keringat gue.
Tapi gue ga akan pernah ijinkan buat lebih dari sekedar seks saja.

Dan malam itu kami lakukan tiga kali.

"Abang kuat banget...! Sekarang saya kecapean Bang.

Gue ga berani tidur,karena tahu-tahu sudah subuh. Padahal gue belum bikin tugas Science Phylosophy.
Gue biarin Bagus tidur, sementara gue mengerjakan tugas.

*******

Siaal....Bagus nyupangnya banyak banget. Bakal kelihatan nih.
Gue berkaca lama banget. Jam 8 pagi gue antar Bagus ke warung gue, sebelum kedahuluan Imam.
Setelah itu gue buru-buru ke kampus karena ada kuliah jam 9 pagi.

Sedapat mungkin gue duduk di paling pojok belakang, biar orang ga lihat cupang di leher sebelah kiri gue.

Mmm...soalnya anak-anak lumayan konservatif, daripada gue dapat khotbah, mending mojok.

Mungkin gue orang yang paling cuek, ga pingin tahu urusan orang, karena gue sendiri ogah diganggu.

Tapi gue ngerasa mereka seakan ingin tahu kehidupan gue. Kadang mereka memaksa untuk mengerjakan tugas di kos gue atau mereka KEPO social media gue dan complain seandainya gue belum confirm pertemanan.

Gue pernah dapat khotbah saat ada yang main ke kos gue, melihat wine di bar. Belum-belum udah ngecap gue suka mabuk-mabukan.
Pardon me sir.....it just wine.
Tapi gue ogah ngedebat soal wine, yang gue minum aja jarang.

Belum lagi mereka comment lihat CD Muse, System of a Down, Linking Park. Yang mereka bilang ada pengaruh setan dan entah apalagi.
Saat gue stel lagu Jazz malah dibilang bikin pusing.
That's rempong community, rempong people.

Makanya sejak itu gue jarang ijinin teman main ke kos gue. Mending ke warung jus gue.

"Eh.....kemana aja ngilang gitu?"

"Apaan tuh di leher kamu? Idiih cupang yaaa...kamu sama siapa?"

"Buseeet anak Jakarta pergaulannya."

Perasaan tadi gue buru-buru ngilang ke kantin, udah gitu milih paling pojok yang gue rasa orang ga bakal ngerti.
Ini masih adaaaa juga yang nemu gue, seakan mereka anjing pemburu jejak.

Coba kaya gini jaman SMA, gue udah maki-maki kali.
Tapi gue cuma bisa sabar dan ngediemin aja. Terserahlah.

"Eh....kalian ga level tu ngedeketin Adit. Pasti pacarnya yang kuliah di Australia datang. Sadar dong level kalian. Ya khan Dit?", kata Maya sedikit sinis.

"Apaan sih?"
Gue terus terang tersinggung orang omong soal level dan derajat. Sedari tadi gue diemin pada ga nyadar. Sekarang Maya yang baru datang langsung nyolot.

"Ini nih....pacar Radit...!"

"Mana...manaa...!"

Sekitar gue udah pada heboh.
Gue lirik...anjiiing...gue confirm Facebooknya Maya. KEPO pasti itu orang. Dia buka album Me and My love pasti.

Di album itu emang cuma foto gue dan Frisca, dan salahnya gue tagging ke account Frisca. Sementara account Frisca ga di private, so everyone knows who she is.

Mereka lihat liburan gue sekeluarga yang ada Frisca nya, semua album dibuka satu-satu. Udah gitu gerombolan makin banyak bertambah.
Rame pokoknya.

Pelan-pelan gue ambil HP,  mau unfriend Maya.
Damn....tinggal 1%, kalau gue swipe udah pasti langsung mati. Nyesel, kelupaan charging.

Yaudah gue pasrah mereka lihat foto-foto gue. Gue diem-diem misah, pergi menjauh. Mau ke perpus pasti juga sama.

Issshhh....cewe yaaaa....mereka seneng banget negative thinking, gosip, judgement
mmm...tapi cowo ada juga sih yang kaya gitu.
Gue lalu kepikiran adek gue, lo jangan kuliah disini ya dek....di Eropa aja....!!

Gue ngumpet mana lagi ya? Kuliah gue jam 2 siang lagi. Ada lahan belakang yang kosong. Gue bisa ngrokok disitu sambil ngumpet.

"Hey...ngapain disini Radit?"

Anjiiing masih aja ada yang nemu gue?

"Eh....Vira. Sorry gue ngerokok."

"Iya ga pa pa."

Mungkin dari sekian banyak cewe di berbagai fakultas dan jurusan yang gue kenal, cuma Vira yang kalem dan ga rempong. Kalau KEPO sih gue ga tahu.

Dia pakai hijab dan herannya dia sering ngobrol dengan gue, kadang diskusi mata kuliah.

"Di kantin lagi heboh loh, anak-anak liatin foto kamu ma pacarmu!"

"Iya.....tahu. Kaya anak SMA aja ya? Gitu aja heboh!"

"Hahaha....sabar Radiiit. Kita khan baru mau dua bulan kuliah. Ya wajar aja masih terbawa-bawa masa SMA nya."

Entah karena dia lembut dan hangat, kesel gue bisa cair begitu aja. Gue sih ga mau curhat ma dia. Tapi cuma bahas beberapa mata kuliah dan gue suka tiruin cara bicara dosen yang bikin dia tertawa.

"Dit....aku ajarin Nirmana dong. Gue ga bisa gambar."

Yaelaaaaaaah....ga bisa gambar kok masuk Arsitek to Mbakyuuuu....
Dulu bayangan lo Teknik Arsitektur itu kuliahnya cara mengolah bayam?

"Minggu depan khan tugas Nirmana dikumpul, jelek banget gambarku."

"Gue ga mau gambarin lo, kalau mau belajar, gue ajarin."

"Iyaaaa...daritadi khan aku minta diajarin, nanti sore aku ke tempatmu ya?"

"Jam berapa?"

"Jam 7 bisa?"

"Yaudah, di warung jus gue?"

"Jangaaan, di kosmu aja yang ga rame."

Hmmm....kalau ada tamu cewe gue pasti harus minta ijin dulu ke Ibu kos. Kalau gue di ijinin sih, cuma harus buka pintunya.

Ternyata mata kuliah jam 2, pindah hari. Pemberitahuan dari pengajaran.
Gue buru-buru jalan ke warung jus.
Imam lagi sibuk melayani seorang pelanggan, Bagus belum sampai warung jus.

"Udah makan siang Mam?"

"Eh Abang, tumben siang dateng? Belum Bang, nanti aja."

"Mam, gue yang nerusin. Lo makan dulu, semoga kamu suka ini."

Gue kasih kotak makanan ke dia, dengan sedikit bengong diterima kotak makanan itu.

Sambil blender buah, gue ngajak ngobrol mba yang lagi beli.
Setelah gue seal gelas jus tadi, gue minta mba nya tunggu sebentar.

Gue ke mobil ambil kardus besar dan cap. Sedikit kerepotan gue angkat ke dalam warung.

"Mba udah beli jus disini berapa kali?"

"Sering Mas....!"

"Ada 20 kali?"

"Engga lah....baru 5 kali kok dengan yang ini!"

Gue ambil kartu tadi, gue cap 5 kali. Gue kasih dia pena buat nulis nama, alamat dia dan nomor HP.

"Mba, kalau sudah membeli jus 8 kali, Mba dapat jus gratis apapun rasanya.
Kalau 16 kali dapat 2 jus gratis.
Kalau udah 24 kali, Mba dapat voucher makan gratis dengan menu yang sudah ditentukan di Ada fried Chicken.
Kalau 32 kali, dapat voucher duapuluh lima ribu belanja accecories, kalau 64 kali dapat voucher lima puluh ribu belanja di Carrefour."

Dia terpana lihat gue terangin semuanya. Gue kasih dia brochure dan kartu pelanggan tadi. Dalam waktu tak lebih 15 menit teman-teman satu kosnya datang ke warung jus. Imam geleng-geleng.

Dengan cepat gue terangin konsep gue ke Bagus dan Imam. Gue tata didekat mereka, semua kartu pelanggan dan brochure. Dan gue minta mereka ramah dan murah senyum.
Gue suruh mengulangi semua perintah gue, sampai gue ngerasa benar.

Sore itu antrian jauh lebih banyak dari hari sebelumnya. Rata-rata karena gue keluarin kartu pelanggan. Gue ajak ngobrol mereka yang antri, terutama anak-anak SMA.

Gue dikepung cewe-cewe dengan berbagai pertanyaan. Dan gue sabar melayani dengan becanda.

"Mas...mas...mau nanya dong, lo tadi kuliah kaga?"

Gue nengok belakang, isssh....Kak Gita dan.......Mamaaaa....!!!

Gue peluk Mama...."Abang kangen Ma..!"

"Jadi ini usaha Abang? Modal berapa? Dapat darimana? Ganggu kuliah ga? Berapa pekerja? Target BEP kapan? Operational cost berapa persen dibanding penjualan?"

"Sabar dong Maaaa....atu-atu nanya nyaaaa!"

Mama terus gue kenalin ke Imam dan Bagus. Terus gue pamerin laporan keuangan sederhana gue. Dan gue bilang belum terganggu kuliahnya dengan usaha ini.

"Mama tu heran, Abang sama Ardi itu sama-sama bandel. Dicukupin buat kuliah, malah cari duit sendiri, bikin usaha. Bukannya belajar biar IP nya bagus."

"Mama boleh marah ke Abang dan Ardi kalau nilainya jeblok. Selama Abang masih mampu, Abang ga berhenti."

"Kalian tu kurang uang atau bagaimana?"

"Buat masa depan Ma! Ini baru benih anggap aja. Hasil keuntungan nanti buat modal usaha lain yang lebih menguntungkan."

"Iya Maaa, Radit dan Ardi sudah beranjak dewasa, mereka tahu tanggung jawab, beri kepercayaanlah Ma, biar mereka berkembang." tambah Kak Gita.

"Mama nginep dimana?"

"Di Hyatt Regency, ada Tante Shery juga sama Jordan."

"Siapa Jordan?"

"Yang gantiin Putera. Mama heran ya Putera sepulang dari Bali langsung ngilang setelah kirim surat resign."

"Ngilang Ma?" gue pura-pura bego.

"Iyaaa, sampai no HP aja ga bisa dihubungi lagi. Mama bingung dia di Bali kaya habis berkelahi atau dikeroyok orang. Jangan-jangan gara-gara di Bali itu ya? Soalnya dia kaya ketakutan."

"Oh....! Dia bilang apa saat di Bali?"

"Mama ga begitu konsen dia bilang apa. Tante Shery juga ga ngêh. Soalnya kita fokus Abang dan National Workshop Architect waktu itu."

Hmmm...baguslah...!

Continue Reading

You'll Also Like

142K 1.1K 58
Melissa är en topp elev i sin skola, hon har sina vänner och en lycklig familj. Men vad händer när det kommer en ny badboy till klassen? Kärlek, sve...
1.4K 58 38
En sen sommar kväll möter Ludwig en tjej han snabbt blir intreserad av, dom blir goda vänner men stöter på en hel del problem.
118K 919 40
Romantik,Passion och en ogillad kärlek Blir det bättre? (Varning för sex scener)
297K 3.7K 46
Tillbaka i Sverige, ny skola, ny stad, nya kompisar och den obligatoriska bad boy'en. Irriterande flin, irriterande attityd, ständig röklukt = VARNI...