HATI YANG TERLUKA

By Seblakz_cekerz

190K 10K 1.7K

"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok g... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

26

4.5K 343 51
By Seblakz_cekerz

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



_________________________

أنـا مبحـر مع العـالم علـى زورق بـلا مجـداف عـلى كـف الـزمن تـايه ولا أدري ويـن يرمينـي

"Aku berlayar bersama alam di atas perahu tanpa dayung di telapak masa, dan aku tak tahu kemana ia akan melabuhkanku."

_Hati Yang Terluka_
___________



"Orang aneh!" ujar Bunda Faridda setelah melihat perawat laki-laki itu yang bergegas menghilang dari pandangannya.

🥀🥀🥀


Matahari tetap saja menampakkan cahayanya. Detik, menit, jam terus berputar sesuai dengan keadaan yang ditetapkan. Sudah empat hari ketentuan yang diajukan oleh Kyai Hasan dan saat ini waktunya untuk menagih janji kepada Gus Fatih.

Di tengah kegentingan semua orang. Terlihat seorang perempuan memakai  baju serba hitam menutupi seluruh tubuhnya. Senyuman andalannya  ia tampilkan ketika telah berhasil akan rencananya.

"Selamat memasuki kehidupan seperti neraka, Syakila!" ucapnya terkekeh gembira seolah merasa menang.

Sosok itu pun beranjak dari ruangan misteriusnya dengan mengayunkan kakinya menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

Setelah memasuki kamar yang ada di lantai atas. Tangannya pun bergerak membuka lemarinya kemudian mengganti seluruh pakaiannya seperti kesehariannya.

Terdengar suara seorang wanita paru paya pun memanggil namanya.
"Kia!! Kamu siap-siap, ya! Hari ini kita ke pesantren Darussalam!"

Mendengar pesantren Darussalam membuat pupil matanya berbinar tidak karuan.

"Baik Umi!" teriaknya semangat.

"Bagaimana, Sayang? Pertunjukannya seru, kan?" lirihnya seraya melihat sebuah bingkai foto yang berisi seorang laki-laki berhodie hitam yang tengah tersenyum manis.

"Aku akan ambil hak-ku!" Tawanya kencang seraya mendesis sinis.

D

i Ponpes Darussalam sendiri Umi Haida tengah menyiapkan persiapan untuk menyambut calon besan. Sedikit senyum terbit di antara bibir pucat Umi Haida.

Setelah kepergian Suaminya Kyai Zafir, Umi Haida pastinya tengah menjalani masa i'ddahnya dengan tidak berdandan dan sebagainya.

Teruntuk jadwal Ponpes pun Umi Haida serahkan kepada Ustadz dan Ustadzah Ponpes Darussalam.

Sudah empat hari lamanya setelah kepergian suaminya. Gus Fatih pun enggan untuk menampakkan diri. Yang selalu  putranya lakukan hanya pergi ke masjid untuk melakukan sholat berjama'ah kemudian pulang dan kembali ke kamarnya.

Bahkan, untuk hanya sekedar makan saja ia enggan melakukan. Entah apa yang setiap hari Gus Fatih lakukan.

Pernah satu hari ke belakang Umi Haida membuka pintu kamar Gus Fatih. Matanya sedikit berair ketika melihat Gus Fatih yang terpuruk sekali.

Bahkan, yang Umi Haida lihat adalah Gus Fatih tengah menangisi bingkai foto seorang perempuan yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Syakila Alquds.

Tanpa ingin menanyakan lebih lanjut lagi Umi Haida hanya menaruh makanannya di atas nakas lemari milik Gus Fatih.

Setelah menaruh nampan yang berisi segelas air putih dan nasi beserta ayam goreng. Umi Haida pun langsung keluar dari kamar Gus Fatih tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Memikirkan keadaan putranya yang sangat memprihatinkan membuat kepala Umi Haida rasanya ingin pecah. Akhirnya Umi Haida pun hanya bisa menghembuskan helaan napasnya yang gusar nan panjang.

Tok! Tok! Tok!

Pintu Ndalem pun terbuka menampilkan Ustadz Fajar Halif yang sesekali tertunduk.

"Ya, ada apa?" tanya Umi Haida.

"Afwan, Bu Nyai. Mobil keluarga Kyai Hasan telah sampai ke Ponpes."

Umi Haida pun mengangguk kemudian mempersilahkan Ustadz Fajar Halif untuk kembali mengajar kembali.

Melihat respon dari Umi Haida yang sangat angkuh sekali membuat Ustadz Fajar sesekali beristighfar di helaan napas yang ia keluarkan.

"Maafkan saya Aydan. Saya enggan memberitahu keadaan Adikmu yang sebenarnya," gumam Ustadz Fajar kemudian berbalik dan enggan mengurusi apa yang seharusnya terjadi.

Setelah kepergian Ustadz Fajar yang memberitahukan bahwa keluarga besar Kyai Hasan akan datang. Umi Haida pun melangkah untuk melihat  Gus Fatih.

Apakah sudah bersiap atau tidak?

Baru saja akan melangkah ke lantai atas, langkahnya pun terhenti karena suara ketukan pintu beserta dengan ucapan salam yang menginterupsi pendengarannya.

Melihat keluarga Kyai Hasanlah yang datang, senyum manis pun tersungging di bibir pucat Umi Haida.

"Silahkan masuk!"

Kyai Hasan pun mengangguk dan diikuti istri dan putrinya.

"Sebentar. Saya panggilkan Gus Fatih dulu!"

Setelah kepergian Umi Haida lantas Kyai Hasan hanya menghela napasnya  yang sangat panjang.

Tanpa Kyai Hasan ketahui dan sadari, ternyata tindakannya itu tidak lepas dari pandangan istri dan putrinya sendiri.

"Mas tidak apa-apa?" tanya Umi Zahra sembari memegang tangan suaminya yang terlihat tidak sekencang dahulu.

Kyai Hasan pun hanya mengangguk tanda baik-baik saja. Pandangan mereka bertiga pun tiba-tiba mengarah ke arah tangga.

Terlihat seorang wanita paru baya menggandeng tangan kekar putranya. Sorot matanya yang terlihat sangat kosong dan menyimpan banyak luka itu pun membuat semua orang menatap iba kepadanya.

Kyai Hasan yang melihat itu pun langsung mengerjapkan matanya perlahan guna menetralkan matanya yang mendadak berembun ketika melihat calon menantunya.

Setelah melihat calon menantunya yang duduk di hadapannya. Kyai Hasan pun mengawali untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Baiklah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kedatangan saya dan keluarga ke sini hanya ingin memastikan. Apakah putra Umi Haida yang tidak lain adalah Gus Fatih sendiri akan tetap melanjutkan perjodohan yang telah diwasiatkan Almarhum Kyai Zafir ketika beliau masih hidup?"

Gus Fatih pun mendongak setelah perkataan Kyai Hasan menembus gendang telinganya dan kembali memenuhi pikirannya.

Semua mata tertuju ke arahnya, menunggu jawaban dengan raut cemas dan juga was-was.

Sebelum menjawab atas keputusan yang ditunggu. Sempat-sempatnya Gus Fatih membayangkan wajah istrinya yang tengah tersenyum. Mati-matian ia menahan tumpukkan embun agar tidak keluar dari kedua kelopak matanya.

Ia pun mencoba menghembuskan napasnya perlahan. Semoga keputusan yang ia ambil bukan sebuah keputusan penyesalan.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya akan melakukan wasiat terakhir Abi!" Ada banyak sesak meliputi dadanya setelah ia mengucapkan kalimat barusan.

Ia sudah sangat brengsek. Lebih dari kata brengsek dengan mengambil keputusan sendiri dan tidak meminta izin kepada istrinya untuk melakukan poligami.

Yang tidak ia ketahui ialah apakah istrinya masih akan tetap bertahan untuk hidup atau tidak? Setelah mengetahui bahwa suaminya sendiri telah mengkhianati cinta suci pernikahan mereka berdua?

Lamunan yang semula ia pikirkan pun harus terbuyarkan karena suara Kyai Hasan yang mengambil alih.

"Alhamdulillah. Mulai tiga hari ke depan, kamu siap-siap, Nak! Ijab Qabul dan resepsi akan dilakukan di Pesantren Darul-Jannah, milik saya sendiri!"

Mendengar penuturan Abinya senyum Ning Tazkia pun tidak pernah memudar. Sedari tadi ia sangat bahagia sekali.

Setelah sekian lamanya ia menunggu, akhirnya keinginannya yang ingin memiliki suami seperti Gus Fatih pun akhirnya akan terwujud. Walau harus menyingkirkan serangga kecil yang semula menghinggapi rencananya.

Di lain tempat, tepatnya di Rumah Sakit Al-Ikhlas. Seluruh petugas baik Dokter maupun Perawat semuanya heboh di ruangan ICU Syakila.

Semenit yang lalu, kondisi Syakila mendadak menurun drastis membuat Bunda Faridda begitu diliputi rasa cemas dan juga khawatir. Ia tidak mau kehilangan putri satu-satunya untuk ke sekian kalinya.

Teringat bayangan kelam memenuhi seluruh benaknya. Waktu itu, di tengah kericuhan semua orang dan malam yang sangat pekat. Seorang gadis kecil yang masih berusia 15 tahun harus terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.

Tubuhnya yang dipenuhi selang oksigen membuat hati Bunda Faridda kembali dipenuhi rasa sesak. Ia harus merelakan dan menerima bahwa putrinya adalah korban pelecehan seksual. Sekaligus korban rudal paksa oleh orang yang tidak dikenal.

Tidak ada banyak orang yang tahu tentang hal ini. Bunda Faridda sengaja menyembunyikan hal sebesar ini dari kehidupan semua orang.

Namun, layaknya bangkai yang jika disimpan dan mencoba ditutupi rapat pasti akan tercium baunya juga. Seperti itulah, berita tidak mengenakkan datang silih berganti menghujam seluruh hidupnya dan juga Syakila.

"Maaf ya, Faridda! Anakmu itu sungguh menjijikan!"

"Iya! Harusnya Syakila itu mati! Nggak usah hidup lagi!"

"Masih kecil aja udah kehilangan kesucian! Nggak akan ada laki-laki yang mau sama anak kamu, Faridda!"

"Anaknya Jalang! Ayahnya pembunuh! Sungguh, keluarga kriminal yang serasi dan lengkap!"

Hinaan demi hinaan kembali menghinggapi ingatan Bunda Faridda. Hatinya semakin sesak bagai ditimpa batu yang sangat besar. 

Tanpa Bunda Faridda sadari, tetesan demi tetesan air mata kembali meluncur dengan sangat deras. Ia takut, sungguh sangat takut bahwa putri kecilnya itu tidak mau bertahan untuk hidup seperti tiga tahun lalu.

"Bunda mohon Sayang ... Jangan tinggalin Bunda sendiri ..." lirih Bunda Faridda mencoba mengenyahkan pemikiran negatif yang kembali menyerangnya seperti tiga tahun lalu.

_______________

Tbc🤡
Udah tahu, kan kenapa Syakila punya trauma yang sangat besar?
Mau bilang apa di part ini??

Seperti biasa janlup!
Vote, komen and share!
Typo tandain🗿

Aku tidak mau membebani kalian agar mau vote. Sudah bilang berapa kali pun, kalian pasti nggak akan  mau vote😔 tapi, ya sudahlah. ceritaku tidak semenarik itu untuk kalian hargai, kan?

Next di chapter selanjutnya💓
Wasalam 🤡💓

Bandung
Jumat, 19 April 2024
_Rdnz🤡

Continue Reading

You'll Also Like

361K 15.9K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...
130K 10.3K 39
"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gen...
754 155 10
Terbiasa dengan kehidupan serba ada membuat Arafah Zatulini tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Sebuah kampung ter...
105K 8.5K 21
CERITANYA LANJUT DI INSTAGRAM MATCHAENAK17_ Lembah menerima tantangan dari saudaranya demi mendapat warisan dari kedua orang tua. Tantangan berupa me...