HATI YANG TERLUKA

By Seblakz_cekerz

189K 10K 1.7K

"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok g... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

10

4.7K 198 0
By Seblakz_cekerz

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



_____________________

"Perempuan bisa bersikap seolah-olah dia baik-baik saja. Padahal kenyataan-nya ia begitu sakit dan hancur."

_Hati yang terluka_

______



Deg!

Suara laki-laki? batin Aisha.

"Gus ngapain pegang ponsel saya!"  teriak seorang perempuan dari sebrang sana.

"Eum ... Ustadzah?" Merasa namanya di panggil, Ustadzah Fahimah pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang baru saja dia rebut.

"Ya?" Singkatnya.

"Boleh izin?" Tanya Aisha memastikan sekali lagi.

Baru saja akan menjawab tidak, Ustadzah Fahimah urung karena melihat gelagat Gus yang baru saja menjawab panggilan ponselnya.

"Ya." Tanpa mendengar balasan dari Aisha, Ustadzah Fahimah pun mematikan ponselnya sepihak.

Tanpa mengucapkan apapun Ustadzah Fahimah melenggang pergi keluar dari ruangan rapat para Asatidz, Asatidziah.

🥀🥀🥀

Setelah ditangani Dokter. Kini, Syakila terbaring lemah di atas brankar ruang inap. Kata Dokter Syakila terkena demam tinggi. Aisha yang mendengar penjelasan dari Dokter pun sedikit bernapas lega.

Baru saja Aisha keluar dari ruang Dokter, ia begitu terkejut dengan kedatangan calon suaminya dan calon kakak sepupunya.

"Siapa yang sakit, Sha?" tanya tiba-tiba seorang wanita paru baya yang baru saja datang.

"S-syakila Uma." Yeah. Yang bertanya khawatir barusan adalah Ibunya Gus Azzam. Adik sepupu Gus Fatih.


"Syakila ... " lirih Gus Fatih tanpa sadar.

Merasa mendengar lirihan Gus Fatih, Gus Azzam pun menepuk kedua bahu kakak sepupunya itu. Bertujuan untuk menguatkan.

Uma yang melihat kondisi pun segera membereskannya. "Eum ... Sha! Lebih baik kamu dan teman-temanmu pulang, ya! Sudah malam tak baik," tutur Uma dengan lembut tanpa membentak.

"Ta-tapi Uma Kil__"

"Nggak usah pikirin Syakila, ya. Biar sama Uma aja yang jaga."

Aisha pun menghela napas panjang. "Baiklah Uma. Aisha pamit pulang. Assalamu'alaikum," balas Aisha sembari mencium tangan Uma.

"Waalaikumsalam," Jawab mereka semua.

"Eh .... Sha! Saya antar!" Sontak saja Aisha memundurkan langkahnya.

"Nggak usah, Gus!" balas Aisha sedikit cemas.

Melihat penolakan itu semua, Uma pun angkat  bicara. "Sudah malam, Sha! Biar Azzam anterin kamu!" Mau tidak mau Aisha pun mengangguk tanpa membantah.

Setelah kepergian mereka semua, Gus Fatih dan Uma menghampiri ruang rawat Syakila. Terlihat oleh mata kepalanya sendiri, istrinya tengah terbaring kaku dengan alat oksigen yang membantunya.

Tanpa mengucapkan apapun lagi, Gus Fatih langsung berlari dan memeluk tubuh Syakila sedikit kencang. Dapat ia rasakan  tubuh istrinya sangatlah panas dan tidak seperti biasanya.

Merasa terganggu juga sedikit sesak, Syakila pun mengerjapkan kedua matanya.

"M-mas ... " panggil Syakila dengan begitu lemahnya.

"Ya, Zaujatinya Mas. Kenapa, ada yang sakit?" ucap Gus Fatih bertanya bertubi-tubi tanda khawatir dan cemas.

Syakila hanya menggeleng pelan. Tanda ia baik-baik saja. Sedikit senyum terbit di bibir pucat milik Syakila. "Mas nggak usah khawatirin Syakila. Syakila baik-baik saja."

Mendengar penuturan sang istri, Gus Fatih malah semakin dilanda kecemasan. Dia bilang baik-baik saja? Apanya yang baik-baik saja!

"Kenapa bisa kayak gini, hm?" tanya Gus Fatih seraya meraih tangan panas Syakila untuk ia genggam.

"Lagi demam aja, Mas." Gus Fatih yang mendapat jawaban Syakila pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Mas nggak percaya."

"Ya bagus. Percaya itu harus sama Allah, jangan sama manusia," tutur Syakila lembut.

"Syakila ... " ucap Gus Fatih begitu pelan.

"Ya, Mas."

"Bilang sama Mas, Sayang. Tangan kamu kenapa?" Merasa teringat sesuatu Syakila pun menarik  tangannya yang digenggam oleh suaminya.

Sesaat Gus Fatih terpaku dan merasa bersalah karena melihat pergelangan istrinya yang sedikit membiru dan tercetak seperti bekas pelintiran tangan seseorang.

"Apanya, Mas? Tangan Kila cuman kejepit pintu aja." kilah Syakila enggan menatap manik hitam yang menatapnya lekat.

"Sampai biru?" Raut Gus Fatih berubah dingin menatap intens istri mungilnya itu. Melihat mata tajam itu, Syakila hanya mengangguk pelan.

"Jangan terus bohong sama Mas, bisa?!"
Tanpa sadar intonasi Gus Fatih sedikit naik membentak Syakila.

Syakila yang mendengar nada itu keluar dari suaminya pun hanya menghela napas gusar.

"Syakila tidak bohong," ucap Syakila lirih dan pelan.

"Jangan bo__"

Drtt ... Drttt ... Drttt ...

Merasa benda pipihnya bergetar. Gus Fatih pun langsung membawanya dari saku celana. Terlihat nama Arshaka terpangpang jelas pada benda pipihnya.

"Siapa?" tanya Syakila lemah.

"Bang, Shaka." Gus Fatih membalas seraya mengangkat panggilan Arshaka.

"Assalamualaikum, Gus!"

"Waalaikumsalam, Bang."

"Syakila aman, kan?" tanya Arshaka sangat tegas.

Merasa malu dan bersalah Gus Fatih pun ingin membicarakan keadaan Syakila yang sebenarnya.

"Syakila sa__" ucapan Gus Fatih terpotong karena tangan istrinya yang hinggap pada pergelangan tangannya yang kemudian melihat raut wajah istrinya yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Sa ... apa?" tanya Arshaka kembali.

Gus Fatih pun menghela napas panjang. "Kila baik, Bang!" jawab Gus Fatih yang langsung mendapat senyuman manis dari istrinya.

"Oke. Jaga Adik Gue! Assalamualaikum." Tanpa mendengar balasan Gus Fatih. Arshaka langsung mematikan telponnya.

"Kenapa kamu nggak mau Bang Shaka, tau?" tanya Gus Fatih setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Abang selalu khawatir. Syakila nggak mau," balas Syakila denga raut pucat pasinya.

Gus Fatih pun hanya mengangguk.

"Assalamualaikum," ucap seorang wanita paru baya yang tidak lain adalah Umanya Gus Azzam.

"Fatih, Kila suruh makan dulu, ya. Uma mau pulang sama Aba!" titah Uma seraya menyondorkan sebungkus plastik yang berisi dua bubur.

"Enggeh Uma. Uma hati-hati di jalan, ya. Terimakasih sudah mau menemani kita di sini." Uma pun mengangguk kemudian beranjak pergi untuk pulang.

"Kamu makan dulu, ya. Sini Mas suapin."

Syakila pun membuka mulutnya sedikit dan melahap suapan bubur yang diberikan Gus Fatih kepadanya.

Setelah memakan bubur dan habis semuanya. Gus Fatih pun langsung memberikan obat kepada Syakila.

Tanpa disadari keduanya, Umi Haida ternyata telah sampai dan masuk ke dalam ruang rawat Syakila.

"Assalamualaikum!" ucapnya sedikit keras. Gus Fatih pun menoleh dan langsung menyalami tangan orang tuanya.

"Umi kapan ke sini?" tanya Syakila sedikit lemah.

"Punya mata, 'kan?" ketus Umi Haida.

"Umi ... jangan seperti itu!" serobot Gus Fatih.

Umi Haida tidak menghiraukan ucapan Gus Fatih. Ia pun berucap."Mending kamu pulang! Biaya rumah sakit mahal. Cuman demam biasa juga!" cibir Umi Haida untuk sekian kalinya.

"Umi, Syakila masih lemah!" ujar Gus Fatih membela.

"Nggak apa-apa, Gus. Bener apa kata Umi. Kila cuman demam biasa juga, kok."

Karena tidak mau mendebatkan sesuatu. Gus Fatih pun hanya mengalah kemudian beranjak untuk memanggil Dokter.

Setelah diberi izin oleh Dokter, Gus Fatih dan Syakila pun pulang ke rumahnya. Umi Haida pun sudah pergi menaiki mobil keluarga Ndalem.

Di dalam mobil milik Gus Fatih. Keheningan melanda keduanya.  Merasa sangat canggung, Syakila pun membuka obrolan untuk pertama kalinya.

"Gus kenapa?" tanya Syakila melirik pada wajah Gus Fatih yang terlihat kesal.

"Gus?" Merasa paham dengan apa yang baru diucapkan Gus Fatih. Syakila pun malah cengengesan nggak jelas.

"Iya. Mas, bukan Gus," balas Syakila seraya tersenyum lebar.

"Nggak apa-apa!" balas Fatih sedikit tidak minat.

Mobil Gus Fatih pun melaju sangat cepat. Di tengah lampu merah dan keadaan macet Syakila melihat seorang anak kecil perempuan yang tengah menjual dagangan asongan. Karena merasa kasihan dan iba Syakila pun memanggil anak tersebut untuk medekati mobil suaminya.

"Dek! Kakak beli roti sama air mineral, ya!" Anak kecil yang dipanggil Syakila pun tersenyum hangat karena merasa bahagia.

"Wah ...  Alhamdulillah! Akhirnya ada yang mau beli!" gumamnya antusias sembari mengulurkan roti dan air mineral dari jendela mobil yang terbuka.

"Berapa Dek?" tanya Syakila sembari meraih dan membuka dompetnya. Tapi, hal itu urung Syakila lakukan
Karena Gus Fatih yang terlanjur mengulurkan selembar uang biru ke arah anak penjual asongan.

"Alhamdulillah ...  tunggu kembaliannya, ya Kak! Aku mau menukarnya dulu!" titahnya tersenyum hangat kepada Syakila dan Gus Fatih.

"Dek! Kembaliannya ambil saja, ya. Buat kamu makan!" teriak Gus Fatih sedikit kencang.

"Wah ... beneran Kak? Makasih, ya!" Antusiasnya. Gus Fatih dan Syakila pun tersenyum lebar dan sedikit iba karena melihat anak sekecil itu di tengah malam seperti ini masih harus berjualan.

"Sama-sama."

Mobil hitam Gus Fatih pun melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Kendaraan yang tadi penuh pun sedikit lenggang.

"Kasihan sekali ya, Mas. Anak sekecil itu harus berjuang hidup di tengah kondisinya yang seperti itu. "

Syakila melirih merasa sangat kasihan terhadap anak kecil tadi. Gus Fatih yang mendengar istrinya bergumam pun hanya mengangguk.

Merasa tidak ada balasan dari orang di sebelahnya Syakila pun menoleh. "Kok, nggak jawab?"

"Iya Sayang. Mas nggak jawab karena Mas bingung mau menjawab apa. Mas berpikir, diri Mas aja belum bisa bersykur atas rezeki yang diberikan oleh Allah. Padahal, masih ada mereka-mereka yang membutuhkan," tutur Gus Fatih panjang lebar.

Tanpa Gus Fatih sadari Syakila sudah terlelap karena rasa kantuk yang menyerangnya tiba-tiba. Melihat posisi istrinya yang tengah tertidur damai, Gus Fatih pun tersenyum hangat.

Cantik sekali, batinnya.

Tanpa sadar akhirnya Syakila dan Gus Fatih sampai di Ponpes Darussalam. Tanpa ingin membangunkan istri kecilnya, Gus Fatih pun memutuskan menggendong Syakila ala bridal style.

Gus Fatih pun membaringkan tubuh Syakila di atas ranjang mereka. Baru pertama kalinya Syakila akan tidur di rumah yang sudah ia buat dari jauh-jauh hari.

"Yang nyenyak, ya!" gumamnya sembari mengecup kening Syakila.

Setelah membersihkan badannya. Gus Fatih pun melakukan sholat dua rakaat. Kemudian membaca surat Al- mulk.

Beberapa menit terlewati, Gus Fatih pun langsung ikut bergabung ke atas kasur yang di tempati istrinya. Dengan memeluk pinggang istrinya, Gus Fatih sudah merasa nyaman dan damai. Ia pun ikut menyelami mimpinya dan terlelap tidur.

_____________

TBC🤡

WOAHHHHHHHHH
PENGEN  SALTO AKOHHH🤸🏽‍♀🤸🏽‍♀
DAPET SPEK GINI DIMANA YA ALLAH!!!!
Janlup vote, komen and share
Ukhti dan Akhi!!!
♠🤹🏽‍♀

Warning!!!
Utamakan baca Al-Quran sebelum membaca cerita Hati Yang Terluka

Bandung
Minggu, 3 Maret 2024
_Rdnz🤡

Continue Reading

You'll Also Like

85.1K 6.8K 27
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
19.1K 1.6K 8
#HijrahSeries Adelia Khanza adalah seorang pengusaha muda, motivator Islam, dan penulis novel yang sukses di usia belia. Tidak sedikit yang merasa ir...
130K 10.2K 39
"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gen...
113K 11.1K 44
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...