HATI YANG TERLUKA

By Seblakz_cekerz

189K 9.9K 1.7K

"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok g... More

Prolog
01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

06

4.3K 216 2
By Seblakz_cekerz

بسم اللّه الرٌحمن الرّحيم



___________________________

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
– Q.S Al-insyirah (94:5)_

_Hati yang terluka_
________


"C-calon?" Syakila kebingungan dengan semua ini. Baru saja dirinya berharap, pada detik ini harapannya langsung saja musnah.

"Oh, m-maaf Ning. Saya tidak tahu itu." Syakila menjawab dengan terbata-bata.

Dari arah pintu perpustakaan, seseorang menyela dan membantah ucapan kedua perempuan itu.

"Jangan menyebar hoax, Ning Tazkia!" Seseorang yang tidak lain adalah Gus Fatih datang menyela dan membantah apa yang telah disampaikan oleh Tazkia.

"Aku tidak hoax, Gus. Sebentar lagi kita akan menikah!" tolak Tazkia mentah-mentah dengan pemikiran Gus Fatih.

"Jangan menghalu!" tegas Gus Fatih tidak main-main.

"Saya sudah punya calon sendiri. Jadi, nggak usah berharap lebih!" lanjut Gus Fatih yakin.

Syakila yang mendengar Gus Fatih yang sudah mempunyai calon sendiri pun bak luka basah yang diberi garam. Kenapa mengharapkan manusia itu sangatlah menyakitkan?

"Saya adukan ke Umi!" teriak Tazkia dan berlari menjauh meninggalkan Gus Fatih dan Syakila di dalam perpustakaan yang kebetulan sedang sepi.

Merasa salah dengan keadaan seperti sekarang. Syakila pun berniat beranjak dan melangkah.

Namun, niatnya terhenti akibat ucapan Gus Fatih yang membuat jantungnya merasa sangat tidak aman.

"Kamu sudah ada calon, Kila?" tanya Gus Fatih melirih dan sangatlah lembut.

Sepertinya Syakila halusinasi. Kenapa dirinya melamun tentang calon Gus Fatih itu dirinya.

Syakila pun menggelengkan kepalanya.

"Kenapa Kila? Saya bertanya."

Gus Fatih mengernyit menaikkan alis tebalnya. Seolah tersadar dengan dunia nyata, Syakila melongo dibuatnya.

"Y-ya. Kenapa Gus?" Syakila sangatlah linglung dengan situasi seperti sekarang.

"Kamu sudah ada, calon?" tanya Gus Fatih sekali lagi. Raut yang ditunjukkan Gus Fatih terlihat meyakinkan sekali.

"C-calon s-suami?" jawab Syakila terbata-bata menatap Gus tampan yang ada di hadapannya.

Gus Fatih mengangguk tegas.

"Belum, Gus."

"Jika saya mendatangi orang tua kamu, apa kamu bersedia?" lanjut Gus Fatih yang terlihat meyakinkan.

Syakila menghela napas panjang menenangkan dirinya. Syakila pun menjawab. "Sebelum Gus, ingin mendatangi kediaman saya. Hal apa yang membuat Gus Fatih, yakin dan bersikeras menjadikan saya sebagai pendamping hidup, Gus?" Syakila bertanya seraya menundukkan pandangannya.

"Apakah mencintai harus membutuhkan sebuah alasan?" Gus Fatih malah melayangkan sebuah pertanyaan balik yang memang tidak harus dijawab.

"Jawab terlebih dahulu pertanyaan saya, Gus!" tutur Syakila sedikit tegas.

"Baiklah. Kenapa saya yakin dan  bersikeras ingin menjadikan diri kamu sebagai pendamping hidup saya, karena ada suatu hal istimewa yang tidak bisa saya jelaskan, dan itu ada pada diri kamu, Syakila."Gus Fatih menjawab dengan tersenyum penuh arti.

"Hal istimewa seperti apa yang Gus maksud hanya untuk perempuan seperti saya?"

"Kamu berbeda Syakila. Saya juga tidak menginginkan apapun dari kamu. Cuman satu hal yang saya mau,  jadilah Umi untuk anak-anakku kelak," ungkap Gus Fatih jelas.

"Apakah Gus akan menerima saya sebagai perempuan yang tak bermahkota? apakah Gus akan menerima segala kekurangan saya?" lirih Syakila.

"Maksud kamu? perempuan tak bermahkota? apa maksud ucapanmu?" Gus Fatih sedikit kebingungan dengan apa yang Syakila ungkapkan.

"Ternyata Gus, belum mengetahui semua tentang diri saya," balas Syakila pelan dan sedikit melirih.

"Maaf Gus ...  yakinkanlah dirimu terlebih dahulu dengan segenap jiwa. Mintalah petunjuk kepada Allah. Saya permisi Gus, assalamu'alaikum." Syakila pun mengayunkan kakinya dan pergi menjauh dari hadapan Gus Fatih yang terlihat bergeming di tempat.

"Wa-wa 'alaikum salam." Gus Fatih hanya bisa menatap punggung kecil Syakila yang
telah hilang dari jangkauan matanya.

🥀🥀🥀

Memikirkan kejadian tadi siang, membuat Gus Fatih malah galau merana. Dirinya masih berpikir alasan Syakila berkata seperti itu. Sesaat setelah menenangkan dirinya, Gus Fatih pun menuruni anak tangga untuk bertemu dengan Abinya, yaitu Kyai Zafir Husein.

Terlihat seorang pria paru baya yang masih terlihat berwibawa, padahal sudah berkepala empat. Kyai Zafir ternyata sedang membawa sebuah kitab untuk muraja'ahnya.

Umi Haida pun terlihat sedang menyodorkan teh milik sang Abi. Cuaca diluar pun sedang mendung dan gerimis deras seolah mendukung suasana siang ini.

"Abi!" panggil Gus Fatih. 

Merasa dipanggil, Kyai Zafir pun menoleh dan tersenyum mengembang melihat putra semata wayangnya.

"Ke sini, Nak!" perintah Kyai Zafir menyuruh mendekat pada Gus Fatih.

Gus Fatih pun melangkahkan kakinya dan ikut serta duduk di samping Abinya yang tengah duduk di sofa panjang milik keluarga.

"Kenapa murung begitu. Ada masalah?"  Gus Fatih menggangguk ragu.

"Fatih sedang merasa bimbang, Abi." Kyai Zafir sedikit terhenyak kaget. Hal apa yang membuat putra semata wayangnya ini sampai-sampai galau merana?

"Bimbang kenapa? Pertama kalinya Abi melihat putra tampan Abi murung begini." Kyai Zafir pun mengambil teh yang disiapkan istrinya, dan sesekali tersenyum kecil.

"Fatih ingin melamar seorang perempuan Abi. Tapi, Fatih merasa terjebak dengan pertanyaannya tadi pagi."

"Pertanyaan bagaimana yang membuat lulusan Kairo Mesir sampai kebingungan." Kyai Zafir terkekeh geli, merasa lucu dengan ungkapan yang baru saja dia lontarkan.

"Jangan ledek Fatih, Abi," ujar Gus Fatih menahan kesal.

"Fatih paham dengan maksud pertanyaan yang dia berikan. Yang Fatih bingung 'kan itu, apakah Umi, Abi, dan keluarga besar akan menerima dia sebaik Abi, Umi, dan keluarga besar memperlakukan Fatih?"

Sontak saja, Kyai Zafir menegakkan badannya, lalu menghembuskan napas perlahan. "Memangnya kenapa dengan seseorang yang kamu sukai itu Fatih?"

"Maaf sebelumnya Abi. D-dia telah kehilangan mahkotanya. Entah insiden apa yang menimpanya. Tapi, entah kenapa walaupun  dirinya bertanya dan berbicara begitu, seharusnya Fatih jijik, nyatanya hati Fatih malah merasa adem. Entah ada apa."

Prang!

Kyai Zafir dan Gus Fatih pun  menoleh cepat. Terlihat seorang wanita paru baya yang tidak lain Umi Haida tengah membereskan pecahan gelas yang berhamburan kemana-mana.
Umi Haida pun bergegas membersihkannya.

Dalam diam dia sangat marah dengan obrolan antara anak dan Ayah itu. Kenapa Gus Fatih harus mencintai seorang wanita yang bahkan tidak suci! Pikir Umi Haida.

"Umi kenapa?" Kyai Zafir bertanya setelah menghampiri Umi Haida yang tidak jauh dari sofa keluarga.

"Umi nggak apa-apa." Umi Haida mengelak dan sedikit menahan kekesalan.

"Umi boleh ikut berbicara dengan kalian berdua?" tanya Umi Haida setelah membereskan pecahan gelas tadi.

Gus Fatih dan Kyai Zafir pun mengangguk. "Gus, ingin melamar seorang perempuan? Siapa dia?" Umi Haida bertanya sedikit tegas.

"Umi jangan terlalu keras dengan Fatih." Kyai Zafir ikut menimpali.

"Syakila Umi. Santriwati baru." Gus Fatih membalas tegas dan enggan dibantah.

"Syakila Adiknya Arshaka? Anak dari seorang kriminal?!" Kyai Zafir yang mendengar bahwa Fatih akan menikah dengan Adiknya Arshaka pun sedikit lega. Tapi, tidak dengan perasaan Umi Haida.

Umi Haida sangatlah menentang berhubungan dengan keluarga Arshaka.

"Umi tidak setuju, Fatih!"

"Umi jangan menjudge orang seperti itu! Tidak baik Umi berkata bahwa calon Fatih adalah anak dari seorang kriminal!" Kyai Zafir sedikit menekan ucapannya.

"Tapi, itu fakta 'kan, Abi? Umi nggak setuju!"

"Kamu harus menikah sama Ning Tazkia, Fatih!" teriak Umi Haida.

"Fatih menolak Umi. Fatih hanya ingin menikahi Syakila Alquds! Tidak dengan orang lain," tandas Fatih meyakinkan Umi dan Abinya.

"Abi setuju kamu menikahi dia Fatih. Abi pasti mendukung!" timpal Kyai Zafir tersenyum.

Merasa geram dengan restu yang diberikan Kyai Zafir. Umi Haida pun mencerca semua keburukan yang ada pada diri Syakila dengan melotot tajam.

"Umi tidak merestuimu menikahi perempuan tak perawan itu!" bentak Umi Haida merendahkan.

"Apa yang Umi katakan? mengapa Umi berpikiran demikian!" Sontak saja Kyai Zafir membentak Umi Haida yang terlihat shock setelah dibentak oleh dirinya.

"Umi itu berpendidikan. Mengapa sikap Umi seperti orang yang tak berpendidikan?!" sambung Kyai Zafir dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Abah berani membentak Umi? ABAH KENAPA?!!" Umi Haida menjerit dan meloloskan air matanya karena merasa sakit hati dengan bentakan suaminya yang baru pertama kali.

Merasa salah dengan kelakuan dirinya terhadap istrinya. Kyai Zafir menunduk dan meminta ampunan sebanyak mungkin karena telah membentak istrinya serasa tidak sengaja.

Dengan air mata yang merembes banyak, Umi Haida mencerca Fatih dengan pertanyaannya. "Kamu mau durhaka Gus, sama Umi?"

"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!!" Gus Fatih yang mendengar Ibunya berteriak pun mengusap dadanya.  Hanya bisa beristighfarlah yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

Gus Fatih menghela napas perlahan dan berucap. "Maaf Umi. kali ini Gus tidak mau memenuhi keinginan Umi. Gus akan tetap menikahi perempuan pilihan Gus. Maaf Umi." Dengan pandangan menunduk Gus Fatih melangkah keluar dari  ruang keluarga, kemudian melangkah pergi meninggalkan Abi dan Uminya.

"Gus!!!" jerit Umi Haida karena merasa terabaikan dan sesekali melihat suaminya yang menatap Umi Haida dengan sorot mata terluka.

_______________

Tbc💕
Maaf ya, kalau feelnya nggak dapet🤧
Janlup, vote, komen, and share!!
Pantengin terus ceritanya🤡
Tinggalkan jejak💗

Continue Reading

You'll Also Like

11K 728 15
Merubah diri menjadi lebih baik lagi adalah niat setiap orang, jatuh cinta adalah hal yang fitrah cinta itu adalah anugrah dari Allah subhanahu wa ta...
360K 15.8K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...
754 155 10
Terbiasa dengan kehidupan serba ada membuat Arafah Zatulini tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Sebuah kampung ter...
115K 16.4K 50
"Aku sangat ingin menghabiskan waktu bersama dengannya." "Siapa?" "Satu." "Memang menyenangkan menghabiskan waktu dengannya." ********* Siapakah yang...