EDELWEISS [On Going]

By NurwandaAckerman

2.3K 758 497

❝Kamu itu layaknya bunga Edelweiss bisa kulihat. Namun, tak bisa kupetik❞ - Kirei Nashira - Kejadian menyaki... More

1. EDELWEISS
2. EDELWEISS
3. EDELWEISS
4. EDELWEISS
5. EDELWEISS
6. EDELWEISS
7. EDELWEISS
8. EDELWEISS
9. EDELWEISS
10. EDELWEISS
11. EDELWEISS
12. EDELWEISS
13. EDELWEISS
14. EDELWEISS
15. EDELWEISS
16. EDELWEISS
17. EDELWEISS
18. EDELWEISS
19. EDELWEISS
20. EDELWEISS
21. EDELWEISS
22. EDELWEISS
23. EDELWEISS
24. EDELWEISS
25. EDELWEISS
26. EDELWEISS
27. EDELWEISS
28. EDELWEISS
29. EDELWEISS
30. EDELWEISS
31. EDELWEISS
32. EDELWEISS
33. EDELWEISS
34. EDELWEISS
35. EDELWEISS
36. EDELWEISS
38. EDELWEISS

37. EDELWEISS

19 1 0
By NurwandaAckerman

"Kenapa Mama ninggalin Kiki sama Kak Girald?"

Pertahanan Amina runtuh sejak Kirei terang-terangan bertanya apa alasannya pergi. Air matanya lolos begitu saja tanpa mau dicegah, begitu banyak rasa takut yang ia pikirkan. Dirinya juga takut jika nantinya Kirei akan salah paham dan semakin membenci dirinya.

"Mama minta maaf sama Kiki, terlalu banyak kenangan buruk yang terjadi di masa lalu. Mama nggak mau Kiki sampai kepikiran hal itu. Mama juga nggak mau Kiki sakit," ucap Amina lirih, air matanya diusap pelan oleh Girald seraya memeluk dirinya. Mencoba menenangkan.

Akan tetapi, Kirei yang keras kepala tetap tidak mau dibantah. Ia kembali menuntut penjelasan hingga air mata kembali mengenang di pelupuk matanya. Sembari mencengkram kuat bajunya, Kirei mencoba memberanikan diri menatap Mamanya yang juga sama-sama terluka.

"Kiki capek sama semua kebohongan kalian, kalian sendiri yang udah ngerusak kepercayaan itu. Selama ini Kiki cuma bisa diam, Kiki juga udah jadi anak yang penurut. Tapi, apa yang Kiki dapat selama ini?" Menjeda ucapannya, Kirei mengusap kasar air matanya. "Kiki siap menerima fakta apapun meski sangat sakit, lagipula rasa sakit yang Kiki hadapi selama ini sudah mampu membuat Kiki mati rasa."

Amina mengangguk, dia juga sangat paham apa yang terjadi pada Kirei. Di saat Andre membawa pergi bayinya, Amina tidak sekalipun diperbolehkan melihat anaknya sendiri. Bahkan, setelah Girald memasuki masa remaja. Girald sendirilah yang mencari keberadaan Amina tanpa sepengetahuan Andre.

Memangkas jarak antara dirinya dan Kirei, Amina mencoba menenangkan sembari memeluk putrinya. Berulang kali ia lontarkan kata maaf, tetapi tetap saja Kirei masih keras kepala.

"Mama bakal jelasin semuanya asalkan Kiki mau maafin Mama dan berjanji untuk sembuh, setiap hari Mama selalu khawatir tentang Kiki. Meskipun Mama takut untuk bertemu langsung, di hati kecil Mama selalu merindukan Kiki." Mendengar ungkapan hangat dari ibu yang mengaku sebagai ibu kandungnya, pikiran Kirei mulai terbuka dan mau menerima Amina meski rasa takut akan kebohongan masih terasa di benaknya.

Amina tersenyum lega setelah mendapatkan anggukan kecil dari Kirei, anggukan itu membuat semangat baru dalam dirinya semakin timbul. Apa pun risikonya, ia mau bersama Kirei sepanjang waktu.

***

Di sela kegiatan bimbingan belajar tambahan di sekolah, Nathan tidak henti-hentinya memikirkan Kirei. Bahkan, beberapa kali ia kehilangan fokus dan berakhir ditegur karena ketahuan melamun. Untungnya, otak Nathan masih berfungsi dengan baik ketika guru menyuruhnya mengerjakan soal di papan tulis.

Pukul empat sore kelas dibubarkan, Nathan keluar kelas tergesa-gesa. Tidak lupa ia mampir ke kantin sebentar untuk membeli beberapa makanan kesukaan Kirei. Meski Nathan tahu Kirei sudah pulang ke rumah, akan tetapi hatinya masih saja khawatir.

Baru hendak melajukan motornya pulang ke rumah, Nathan tidak sengaja melihat Neysha di ujung jalan sendirian padahal kelas sepuluh tidak ada kelas tambahan hari ini. Dalam hati Nathan bertanya,  Neysha kenapa belum pulang?

Menepis semua ego dan gengsi Nathan terpaksa menyapa duluan, sejujurnya ia masih tidak paham kenapa hatinya masih saja peduli terhadap Neysha begitu pula dengan Kirei. Dirinya tidak bisa memilih.

"Kenapa belum pulang?" tanya Nathan kemudian membuka helm yang ia pakai.

Tidak mau berharap apapun, Neysha memilih pergi daripada menanggapi pertanyaan Nathan. Neysha masih kecewa kepada Nathan.

Sebelum sempat pergi pergelangan tangan Neysha lebih dulu ditahan oleh Nathan. Lewat dari tatapannya, Neysha merasakan jika Nathan masih peduli kepadanya.

"Lepasin kak, aku mau pulang. Tadi habis kerja kelompok makanya baru pulang," ungkapnya tanpa sadar memberi penjelasan. Sontak Neysha menggerutu dirinya sendiri karena ceroboh.

"Ya, udah, gue anterin pulang," ucap Nathan tanpa melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan Neysha.

Meski sudah menerima ajakan langsung dari Nathan tetapi Neysha tetap keras kepala, cewek itu malas berurusan lagi dengan Nathan. Apalagi setelah kejadian waktu itu masih membekas di kepalanya.

"Nggak usah, kak. Aku bisa pulang sendiri. Kirei lebih butuh kak Nathan daripada aku." Tanpa mampu dicegah Neysha langsung melepaskan diri dari Nathan. Dengan gerakan terburu-buru ia memanggil angkot yang biasa lewat, dalam keadaan seperti ini pun Nathan masih tidak mau mencegahnya pergi. Neysha sayang tapi ia ragu.

Di tempatnya, Nathan menepis jauh-jauh perasaannya meski ia ingin sekali mengejar Neysha. Namun, prioritasnya saat ini hanyalah kesembuhan Kirei.

Dengan lesu Nathan melajukan motornya pulang ke rumah, bukannya masuk ke rumahnya sendiri Nathan malah berhenti tepat di depan rumah Kirei. Namun sayangnya rumah itu sepi padahal tadi pagi Kirei sudah menghubunginya jika ia mau pulang ke rumah.

Berulang kali Nathan memanggil nama Kirei. Namun, tidak ada sahutan sama sekali. Menunggu sampai sepuluh menit pun masih tidak membuahkan hasil. Teringat akan ponselnya, Nathan mencoba mengirimi Kirei pesan tetapi masih centang satu. Tidak mau putus asa Nathan tetap mencoba menghubungi Kirei lewat telepon, tapi tetap saja tidak ada hasilnya.

Raut wajah panik tergambar jelas di wajah Nathan, kesabarannya sangat diuji sekarang. Apalagi kekhawatirannya terhadap Kirei sudah di ambang batas, Nathan sudah berjanji tidak akan meninggalkan Kirei seorang diri lagi.

Empat puluh menit berlalu, Nathan menyerah. Cowok itu memutuskan untuk pulang ke rumahnya tetapi Nathan masih menunggu kabar dari Kirei sesekali melihat dari jendela rumahnya. Posisi rumah yang sepi membuat Nathan kembali bergerak gelisah.

"Kiki kemana sih," gumamnya sebelum ketiduran di sofa ruang tamu.

Pukul delapan lewat Nathan terbangun dari tidurnya. Seluruh tubuhnya terasa pegal. Baru saja membuka mata, Nathan kembali teringat Kirei. Cepat-cepat ia membuka ponselnya. Namun, tidak ada balasan satu pun dari Kirei. Nathan menghela nafas berat.

Merasakan panik yang luar biasa, Nathan langsung menyambar hoodie dan kunci motornya kemudian bergegas mencari Kirei meski tidak tahu harus kemana.

***

Kirei bergerak bosan di ranjang kamarnya, tidak ada satupun orang yang mau mengajaknya bermain hanya karena mereka tidak ingin Kirei kembali sakit padahal Kirei merasa jika tubuhnya baik-baik saja.

Sejak dari rumah sakit, Kirei memang tidak pulang ke rumah lamanya. Kakak dan Ibunya mengambil keputusan jika Kirei akan dibawa pulang ke rumah Amina. Untung saja Andre menyetujui keputusan itu, Andre juga berharap Kirei bisa memulihkan mentalnya dan kembali tertawa seperti biasanya.

Merasa ada sesuatu yang aneh, Kirei baru teringat ponselnya. Pantas saja kenapa ia cepat bosan ternyata tidak ada benda pipih itu. Selang beberapa waktu, Kirei menemukan ponselnya di dalam tas. Namun, sialnya dalam keadaan mati. Buru-buru Kirei mengisi daya, setelah terisi satu persen. Anak itu langsung membuka data, keningnya berkerut sebab tidak menyangka mendapatkan panggilan dan chat sebanyak itu dari Nathan. Tumben sekali.

Setelah membaca seluruh pesan Nathan, ada beberapa pesan yang membuat jantung Kirei berdetak kencang. Sudah lama ia menantikan perhatiannya nathan.

Lo di mana, Ki?
Kiki baik-baik aja kan?
LO DI MANA!

Tidak butuh waktu lama, Kirei langsung mengirimkan pesan balasan lalu memberitahukan alamat barunya kepada Nathan.

Beberapa menit setelah mengirimi pesan itu, Kirei menunggu Nathan di luar rumah. Meski dingin Kirei tetap memaksa padahal Ibunya sudah melarang Kirei menunggu di luar. Tidak butuh waktu lama bagi Kirei menunggu, nyatanya pangeran Nathan datang secepat itu. Senyum Kirei mengembang lalu menghampiri Nathan.

"Gue khawatir banget lo, Ki. Gue takut lo kenapa-kenapa," gumam Nathan lirih tepat di telinga Kirei. Melepas rasa khawatir Nathan terus memeluk tubuh Kirei erat.

"Lepasin Nathan, Kiki bisa mati kalo Atan peluk terus!" pintanya. Nathan pun mengurai pelukannya lalu kembali ke motor dan membawa sekantong plastik makanan meski sudah dingin.

"Dingin, kayaknya udah nggak layak di makan lagi," ucap Nathan sambil menunjukan isi kantong plastik.

"Kan bisa dipanasin Atan, lagian itu enak banget. Makanan kesukaan Kiki, ayo masuk nanti dipanasin di dalem. Tapi, Nathan aja yang panasin. Kiki mana bisa, hehe." Kirei tertawa renyah sebelum sebuah jitakan mendarat di keningnya.

"Kebiasaan," ucap Nathan.

- T B C -

Continue Reading

You'll Also Like

10.7K 1.2K 49
[PRE-ORDER 01-20 FEB 💗] TERBIT di Penerbit Garca💗 [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [SMA Trisakti] "DYAH!! MAMA KECEWA SAMA KAMU! KAMU ITU ANAK YA...
6.2M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
7.7K 3.3K 41
"Kita berhenti sejenak, dan perlahan rasa mulai menolak." - Langgita Delana. "Aku tidak begitu ingat tentang kisah kita, tapi rasanya begitu menghan...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.5M 261K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...