PETERCAN

Av Rislin_Ridwan

1.5K 1.2K 214

🌸PETERCAN 🌸 Apa jadinya ketika crush masa kecil yang selalu Citra halukan tiba-tiba datang ke rumah untuk m... Mer

PROLOG
1.NOT A DREAM
2. ON THE NIGHT
3.LIKE A SUN
4. AKSELERASI
5. TAROT
6. KRYSTAL BALL
7. NEVERLAND
8. JEALOUS
9. PINJAM DULU SERATUS
10. TROUBLE SISTER
11. MAD
12.OH MY GIT
13.MATT DAN ZAR
14.TAMU ISTIMEWA
15.DINNER
17.TWO SIDE
18. ANGEL OR DEVIL
19. CLOUDY
20. ANGEL BABY
21.HELM IKAN FERMENTASI
22.GERD
23.BESIDE YOU
24.UTUH
25.TEMAN KECIL
26. POLAROID
27.PAPA DAN SAHABATNYA
28.MENJADI WANITA
29. ICE CREAM
30. I SCREAM
31. BENCANA
32. SEMBUH
33. LABRAK
34. BULLY
35. HE SAVE ME
36.CIGAR ATAU ROKOK
37.JEALOUS ME

16. SUREPRISE

18 16 1
Av Rislin_Ridwan

Mereka semua pun turun, begitu mengintip jika besan sudah tiba, Mama langsung menyusul anaknya di kamar atas, Cit sigap menyalakan lilin lalu membakar lilin aroma terapi untuk menciptakan suasana yang tenang seperti di salon spa.

"De nyalain kompor panasin lauknya!" Mama berteriak membuat Cit segera berlari ke dapur dan menyalakan kompor dengan tangan gemetar.

"De singkirin kopi Papa di meja!" perintah Papa yang seketika panik membuat Cit jadi bingung harus mendahulukan yang mana dan berakhir dengan mondar-mandir kebingungan.

Tokk.. tokk.. tokk!

Papa membuka pintunya, Radindra langsung memeluknya erat, hilang semua kegugupan Mochtar. Ia pun menyambut sahabat karibnya itu sambil berbincang-bincang mengingat masa lalu mereka yang badung.

Kedua Mama besan yang baru pertama kali berjumpa setelah belasan tahun tak bertemu pun bercipika-cipiki begitu akrab mengingat masa kecil putera-puteri mereka yang dahulu sering bermain bersama. Ternyata kegugupan itu timbul karena banyaknya pikiran negatif yang kita simpan, padahal kejadiannya bahkan lebih mengasyikkan dan tidak ingin cepat-cepat selesai.

"Eh ini Auwa ya."

Dewi segera memeluk gadis bergaun putih tulang lengan pendek yang dicurinya dari lemari sang Kaka yang tak bisa melawan, karena Mama bilang baju itu sudah kekecilan di badan Zara yang kian berisi.

Can masuk ke dalam rumah dan bertemu tatap dengan Cit yang nyaris kehabisan nafas karena pelukan Dewi dan rasa kagetnya jika Can akan menjadi saudara iparnya. Segalanya menjadi pelan, gerakan Papa dan Radin yang lebih memilih duduk di sofa ruang keluarga daripada langsung ke meja makan yang telah menjadi pusat perhatian khusus keluarga.

Papa membuka laci meja dan mengeluarkan seperangkat alat sigar. Mama yang mematikan kompor dan memindahkan lauk hangat ke dalam piring, Matt yang mengangkat kepalanya dan terkesima dengan Zara yang menuruni tangga dengan gaun burgundy yang memamerkan keindahan bahunya.

"Kamu tu dulu pipinya gembul," Dewi mencubit gemas kedua pipi Cit."Pantatnya montok." Dewi menepuk bokong Cit yang seketika membuatnya malu di depan Can yang menahan tawa.

Bumi yang luas dihuni seratus sembilan puluh empat negara, tiga puluh empat kota di Indonesia dan empat ratus lebih kota dan kabupaten kenapa ia harus menjadi saudara dengan pria bermuka dua dan menyebutnya cewe jelek. Cit bergumam di dalam hatinya.

Setelah persiapan yang mendebarkan, makan malam pun berlangsung santai, Mama begitu semangat menyuguhkan berbagai hidangan lezat yang ia siapkan. Matt berusaha mendekati Zara yang masih menutup diri dan hanya berakting di depan semua orang. Meskipun berakting Matt tidak peduli, yang terpenting Zara tampaknya tak sekalipun berusaha membatalkan rencana pernikahan mereka.

"Namanya prestasi anak-anak kan harus kita dukung apapun kegiatannya selagi positif, Mel."

"Iya mbak, eh jadi Radin ini ketua organisasi gitu ya di sekolahnya, organisasi apa Nak?"

"Pecinta alam Tante."

"Oh yang naik-naik gunung ya?"

"Bukan Tante, iya kita pernah si bikin agenda naik gunung ... "

"Oh gunung apa?" jawab Mama Melati semakin antusias.

"Gunung Agung Tan."

"Oh yang gunung tertinggi di Bali, tingginya tiga ribuan MDPL kan?" Papa Mochtar menimpali.

Can mengangguk sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya. Cit lebih banyak terdiam dan sesekali tersenyum jika namanya disebut ke dalam pembicaraan.

"Tapi kita lebih fokus sama isu pencemaran lingkungan kok Om. Jadi kegiatannya lebih ke penghijauan dan bersih-bersih kota."

"Wah hebat jadi kamu kayak semacam aktivis lingkungan gitu ya?"

"Bisa dibilang begitu Tante."

Mama Melati mengangguk mengerti lalu menuangkan minuman ke gelas Papa Mochtar sambil kembali mencari topik obrolan.
"Eh jadi ngomong-ngomong Radin ini sekolah dimana?"

Cit menelan ludah yang terasa kering di kerongkongannya. Ia pun meraih segelas air dan meminumnya hingga tandas. Can melirik pada Cit lalu tersenyum.
"SMA Garuda Tan, sama kayak Citra."
Semua orang pun terkaget, mereka tak menyangka jika kedua remaja yang sejak tadi saling diam pura-pura gila dan kaku itu ternyata sudah saling mengenal lebih dulu. Papa Mochtar menatap wajah Can lekat-lekat. Sepertinya wajah remaja ini tidak asing.

"Oh pantas sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?"

"Waktu Papa jemput Cit mungkin Pa." Mama Melati menimpali sambil menyodorkan ayam goreng mentega ke dalam piring Can.

"Makasih Tante tahu aja Can emang mau nambah ayam menteganya." Rayuan bibir manis sang bibit politikus berhasil membuat Melati tersipu.

Melati menambahkan sedikit nasi ke dalam piring Can.
"Makan yang banyak ya."

"Bukan," Papa Mochtar menggeleng dan berusaha keras mengingat.

"Ka Can pernah anterin Cit pulang dari Cmart malam-malam Pa," Cit akhirnya bersuara, membuat semua orang lega namun Papa Radin seketika menatap curiga pada Can. Untuk apa Can ke Cmart.

Can mengangkat tangannya, menghentikan kecurigaan sang Papa dan topik percakapan Dewi dan Melati yang selanjutnya sibuk membahas seragam kebaya besan usai kompak membulatkan bibirnya menyebut huruf O.

"Permisi Tante, saya bisa numpang ke belakang sebentar."

Mama Melati terdiam sejenak.
"Ah tapi toilet tamu sedang rusak,"Mama menepuk bahu Cit.
"Kamu ke toilet kamar Cit saja. Cit kasih tahu seniormu."

Cit membulatkan matanya ia pun mengangguk lalu bangkit dari bangku menuju kamar atas. Can mengekor di belakangnya hingga tiba di depan pintu kamar, Cit menghentikan langkahnya dan menahan Can.
"Eh tunggu!"

Can mendekatkan tubuhnya pada Cit yang berdiri berhadapan dengannya memunggungi pintu.
"Aku cek kamarku sebentar."

"Kenapa? Kamu suka lempar-lempar dalaman sembarangan kan?" tebak Can sambil menunjuk hidung Cit.

"Ehh bukan-bukan, pokoknya aku cek kamarku sebentar."

Can menggeser bahu Cit lalu membuka pintu kamarnya.
"Udahlah kita kan bakal jadi saudara, enggak perlu ada yang kamu sembunyikan dariku mulai sekarang."
Cit mengernyitkan dahinya lalu menyusul langkah Can ke dalam kamarnya sambil memberengut kesal. Antara kesal karena kenyataannya mereka akan segera menjadi saudara ipar juga teringat akan tugas mentoring belajar bersama Can yang ditugaskan oleh pak Gandhi. Hal ini telah membuatnya patah hati sebelum mengakui perasaannya. Yang sepertinya lebih baik ia kubur dalam-dalam, apalagi setelah Can menyebutnya cewe jelek pada Yigit.

Setelah melirik ke sekitar dan tampaknya kamarnya cukup rapi malam ini dibandingkan hari-hari biasanya karena virus rajinnya sedang aktif. Tak ada dalaman yang terkapar di atas ranjang tralis putih atau pun baju kotor yang teronggok di dekat meja belajar.
"Itu pintunya."

"Udah enggak usah ditungguin, kamu keluar aja tunggu di bawah."

Cit mendelik, kenapa sekarang Can benar-benar mulai berubah. Ia seolah melihat orang yang berbeda dari lelaki manis yang mencintai kucing jalanan dan seorang pemuda pengurus asrama anak yatim-piatu yang begitu dewasa dan dermawan malam itu.
"Kaka usir aku dari kamarku sendiri?"

Can merangkul Cit hingga gadis itu terdiam.
"Kenapa mau lihat?" Can berbisik genit.

"Lihat apa?"

"George."

"Siapa George?" tanya Cit mengibaskan rangkulan Can.

"Hahahaha." Can tertawa lalu mendorong Cit keluar dari kamarnya sendiri, Cit pun kembali ke meja makan lebih dulu. Setelah menuruti keinginan George yang sudah kebelet, sekilas Can melirik foto-foto kecil Cit yang ditempelnya di tali dan jepitan bunga.

Can menyentuh salah satu foto, seorang bocah perempuan tiga tahunan menggigit lengan bocah laki-laki yang terlihat dua tahun lebih tua darinya. Bocah lelaki itu menjerit dengan air mata berhamburan. Can terkekeh lalu mencuri foto itu.[]

Fortsett å les

You'll Also Like

2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
RAYDEN Av onel

Ungdomsfiksjon

3.7M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
1.3M 61.3K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
790K 29.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...