The One And Only [END]

By TriaPutri-

134K 11.3K 1.3K

Nabila mengira, selama ini ia hanya mengagumi pria itu, tapi lambat laun ia menyadari kalau kekaguman itu tel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
THR UNTUK KIDZZZ (19)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40[END]

36

2.7K 238 18
By TriaPutri-

Nabila, Anggis, dan Syarla jalan berbarengan di koridor sekolah, sudah jam pulang, mereka memutuskan untuk nongkrong di salah satu cafe yang dekat dengan sekolah

Awalnya Alvin dan Rony ingin ikut, tetapi langsung di usir sama Anggis

"Hush! Sana! ini khusus ladies time, cowo-cowo gak boleh ikut!" Anggis mengusir Rony dan Alvin yang mengikuti mereka.

Alvin cemberut, dia berkacak pinggang dan menatap Anggis dengan dagu sedikit terangkat

"Yaudah, kita-kita juga mau boy time, ya gak, bang?" Tanya Alvin ke Rony dan Paul

Rony mengangguk bingung, dan Paul diam saja tidak menanggapi

Anggis menyewotkan bibirnya, di tatapnya Alvin dari atas ke bawah "apaan sih" gumamnya, dia berbalik dan menggandeng Nabila dan Syarla

"Jangan ikut!" Tudingnya ketika Alvin dan yang lainnya mengikuti mereka. Alvin mendengus "enggak!" Jawabnya cepat

Nabila melirik Paul sekilas dan menahan senyum, Paul juga begitu. Dia memainkan alisnya menanggapi Nabila.

Mereka tidak menggunakan kendaraan apapun buat sampai ke cafenya, karna tempatnya itu memang pas di samping sekolah, hanya di pisahkan beberapa dua rumah dan satu warung

Mereka memilih tempat yang sedikit pojokan. Posisi duduk Nabila dan Syarla membelakangi pintu masuk, jadi Anggis yang duduk langsung menghadap pintu mendadak berdiri dengan alis berkerut

"Tuh kan! Ngikutin"

Nabila melihat kebelakang, benar saja Alvin, Rony, dan Paul baru saja  memasuki cafe. Mereka, terutama Alvin pura-pura tidak melihat keberadaan Anggis, Syarla dan Nabila.

Seperti tidak saling mengenal, mereka memilih duduk tepat di depan meja Anggis. Jadi posisi duduknya, Paul dan Nabila duduk saling membelakangi. Sedangkan Rony dan Alvin duduk langsung berhadapan dengan Anggis

Anggis duduk kembali ketika melihat kalau mereka tidak mengganggu, tidak lama pelayan laki-laki datang. Setelah memesan apa yang mereka mau, pelayan itu berpindah tempat ke meja bagian Alvin

"Mau pesan apa kak?"

"Dia pesan apa?" Tanya Paul sambil menunjuk Nabila yang duduk di belakangnya, pelayan itu melirik Nabila sekilas dan melihat pesanannya

"Iced tiramisu latte" jawab pelayannya

Paul mengangguk

"Sama kan aja mas"

"Oke" Mas pelayan itu mencatat pesanan Paul dan melihat yang lain

"Kakak nya, pesan apa?" Tanya Pelayan itu lagi. Rony membalikkan menu "Cold brew coffee with milk" ucapnya

"Kalo aku King manggo thai aja mas, kalo bisa mangganya yang asam ya"

Pelayan itu menggaruk pelipisnya dengan ujung pulpen, dia tersenyum canggung

"Saya usahakan cari yang asam ya kak. Permisi" setelah membaca ulang pesanan mereka, pelayan itu membawa buku menu dan pergi

Di meja para cewek saat ini, Anggis sudah membuka obrollan mengenai gosip yang lagi hangat di sekolah mereka. Dia bercerita dengan semangat, bahkan sampai memperagakannya

"Terus selanjutnya gimana kak?" Tanya Syarla. Syarla tidak kalah semangat, dia bahkan melipat tangannya di atas meja, seperti anak SD yang akan menunggu waktu pulang sekolah

"Terus si Ichanya jambak rambut si Tasya, bahkan di geret tuh dari depan kelas mereka sampai ke depan kelas sebelahnya"

Nabila dan Syarla meringis

"Kasian juga ya"

"Ehh, kenapa harus kasian? Gak papa kali! Biar tau rasa si Tasya. Masa cowo temen sendiri di embat?" Anggis mengibas-ngibaskan tangan di udara tidak setuju dengan ucapan Syarla. Baginya, itu pantas di dapatkan Tasya, bahkan kalau dia menjadi Icha, dia pasti bukan menjambak lagi, tapi dia unyel-unyel!

Gosip mereka saat ini, mengenai anak kelas 10, gak tau kelas 10 mana, soalnya Anggis tidak sengaja melihatnya ketika dia baru datang, dan bertanya dengan murid lain di antara kerumunan

"Walaupun gitu, seharusnya bisa di bicarain baik-baik kan? Memang kasian sih, pasti malunya gak bakal hilang" ucap Nabila, dia menyesap minumannya yang baru saja datang. Syarla mengangguk setuju

"Duhh, kalian ini. Dunia ini keras, hati-hati lo, jadi orang jangan terlalu baik" peringati Anggis, dia mengambil kentang goreng dan memakannya

Alvin yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka, sedikit tertarik. Jadi dia mendekat dan duduk di kursi sebelah Anggis. Anggis kaget, dia mendelik "ngapain di sini?"

"Bener itu!" Bukannya menjawab pertanyaan Anggis, Alvin malah membenarkan perkataannya.

Alvin mengambil kentang goreng dan memakannya juga, di meja mereka tidak ada kentang, cuma minuman doang. Gak asik.

Alvin makan sambil melirik Anggis "pengkhianat kayak gitu memang cocok di permalukan" ucapnya, Anggis yang sedari tadi tidak mendapat dukungan dari Nabila dan Syarla mendadak senang karna ada orang yang sejalan dengannya

"Bener kan?"

"Iya!"

"Tuh, dengerin. Alvin aja sependapat sama aku"

Syarla memutar kedua bola matanya dengan malas, dia mendengus melihat Alvin dan memukul lengan pria itu

"Aduh!"

"Ngapain sih? Jangan nimburng. Udah sana!" Usir Syarla. Alvin merengut, dia ingin kembali ke kursinya, tetapi langsung di tahan Anggis

"Udah gak papa, di sini aja"

Hehe, Alvin melirik Syarla dengan senyum kemenangan. Dia mengsiul kan Rony, meminta pria itu mengantarkan minumannya

"Ul, kasihkan"

Paul mengambil minuman Alvin, dia menoleh kebelakang dan mengulurkan tangannya

"Tengkyu" ucap Alvin, dia melirik Syarla yang mendelik menatapnya, lalu dia mengedipkan sebelah matanya. Syarla mendengus

"Masalahnya, cowo yang mereka perebutkan itu bukannya ganteng!"

"Betul!"

Nabila melirik Anggis dan Alvin secara bergiliran, dia tertawa kecil

"Betul, betul" sewot Syarla "dia sama kamu, masih gantengan dia" ucapnya

"Dihh" Alvin menggoyangkan telunjuknya "no, no" tungkasnya "Mangkanya kamu buka hati buat aku, pasti kalo aku ngupil sekalipun, aku tetap bakalan terlihat tampan di mata kamu"

Wueek, Syarla menunjukkan gestur muntah, Alvin meringis

"Nab, pinjam handphone kamu"

Nabila mengambil handphone nya yang terletak di atas meja dan memberikannya ke Paul. Paul membuka game yang semalam di downloadnya di handphone Nabila, dia menyandarkan kepalanya di kepala Nabila

Bosan memainkan game, Paul membuka kamera, di angkatnya tangannya sedikit ke atas dan mengambil selfie dirinya yang sedang senderan

"Nabila" panggil Paul pelan. Nabila menoleh dan cekreek

"Ih, Paul!" Nabila mau mengambil handphone nya, tetapi sama Paul langsung di sembunyikan

"Muka aku jelek banget"

"Siapa bilang?"

Nabila bangkit dan mengintip dari belakang punggung Paul, Paul melihatnya dan langsung menyembunyikan handphone nya di bawah meja

Nabila menghela nafasnya lelah, dia kembali duduk dan menyandarkan kepalanya di punggung Paul sambil terus mendengarkan Anggis dan Alvin berbicara

Paul mengubah layar kunci Nabila menjadi foto mereka berdua yang tadi. Sebelumnya, dia sempat mengedit sedikit dengan memberikan gambar love dan lainnya

Rony menghela nafasnya berat. Apa dia salah ikut kemari ya? Kok rasanya sudah seperti terkacangi, malah melihat orang bucin. Rony menunduk dan memijat di antara tengah-tengah alisnya

"Yakan, Ron?"

"Ha? Apa?" Rony gelagapan karena di tanya tiba-tiba, dia melihat kalau Anggis dan yang lainnya sedang menatap ke arahnya. Apanih? Setelah terkacangi, sekarang dia jadi pusat utama?

"Lo dulu pernah terlibat cinta segitiga juga kan?" Tanya Anggis lagi

"Beneran kak?" Tanya Syarla, Nabila melirik Syarla yang wajahnya terlihat sangan polos dan penasaran. Nabila tersenyum kecil dan mengusap kepala Syarla

"Enggak ah, kapan?"

"Dih, jangan bohong lo"

"Kak Rony jadi rebutan juga?"

"Enggak! Justru dia yang ngejar-ngejar dua cewek itu. Yang di deketin sahabatan lagi, ya bakal ketahuan. Kenak hempas dah tu si Rony sambil di caci maki" Anggis menjawab sambil tertawa, dia teringat dulu saat mereka masih menjadi anak baru, baru seminggu tetapi sudah ada gosip kalau salah satu murid cowok di sumpah-serapahin akibat mendekati dua cewek sekaligus, dan yang di dekatinya ini bersahabatan

Rony meringis, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal "masa lalu itu, udah gak lagi kok. Tobat"

Pfft..

Syarla menahan tawanya setelah beberapa saat tercengang, dia memberikan jempolnya ke Rony "bagus" pujinya

*

"Babayy"

Mereka berpisah, Anggis pulang di jemput mamanya, Syarla bersama Alvin, Rony sendiran, dan Nabila bersama Paul

Di perjalanan mengantar Nabila, Nabila masih tertawa mengingat kisah Rony yang dulu. Dia terbayang ekspresi Rony yang terkejut saat tau cewek yang di dekatinya itu bersahabat

Nabila tertawa sambil memukul pundak Paul

"Bisa gak, pukulannya di ganti sama pelukan aja?"

"Apa?" Tanya Nabila tidak mendengar, dia mendekatkan kepalanya di samping kepala Paul. Paul membuka kaca helmnya dan berbicara dengan sedikit keras, agar Nabila bisa mendengarnya

"Bisa gak, kalau pukulannya di ganti sama peluk aja?" Perjelas Paul, Nabila menyewotkan bibirnya dan kembali memukul lengan Paul

"Enak aja! Itu maunya kamu!" Ucapnya, dia bahkan menambah cubitan kecil di pinggang Paul. Paul menghindar karena geli, dia tertawa

"Galak banget"

"Biarin"

"Tapi aku suka"

Nabila diam saja, dia mengatupkan mulutnya dan melihat ke arah lain. Jangan dengerin ucapan Paul, jangan. Mulut Paul berbisa, bisa-bisa Nabila tidak bernafas karena salah tingkah

"Suka aku segini"

Paul membuat lingkaran besar dengan sebelah tangannya "lebih besar dari itu pokoknya" ucapnya, dia menoleh sedikit melihat Nabila

"Kalau kamu semana?"

Nabila menunjukkan jari jempolnya yang di letak di bawah garis pertama jari telunjuknya "segini"

"Dikit banget, segini ya?" Paul menurunkan jempol Nabila segaris lagi.

"Yaudah deh" ucap Nabila, dia menahan tawanya

"kalo kamu semana?" Tanya Nabila lagi

"Segini" karena lampu merah, Paul membuat lingkaran besar dengan kedua tangannya

Nabila geleng-geleng "kecil banget"

"Yaudah segini" Paul membuat lebih besar lagi

"Masih kecil"

"Ck" Paul berdecak, dia menoleh melihat Nabila dengan alis yang mengerut "dari pada kamu cuma segini" omelnya menunjukkan jarinya seperti yang Nabila lakukan tadi

Nabila tertawa, Paul juga ikutan tertawa

"Segini sama aku itu banyak, coba kamu hitung sidik jari kamu, Bisa gak?"

Paul melihat jarinya sesaat, lalu dia menatap Nabila dengan senyum tertahannya, dia ngangguk-ngangguk "oohh, udah bisa ya kamu"

"Apa?" Tanya Nabila tertawa lagi

"Enggak.." Paul menggeleng kecil "udah bisa aja gombalnya" sambungnya lagi dengan nada sedikit menggoda. Nabila mengatupkan bibirnya dan memainkan alisnya

"Iya dong"

"Belajar dari mana?"

"Dari kamu"

"Ih, mana ada"

"Adaa"

"Yaudah, kalo gitu nanti aku ajarin yang lain"

"Dih? Ngajarin apa??"

"Ya gombal lagi, kan katanya kamu belajar dari aku"

Ooww, Nabila mengangguk, lalu Paul tertawa

"Kamu juga belajar dari Rony kan? Ngaku" Nabila menyucuk pinggang Paul dengan telunjuknya, Paul menggeliat kesamping, dia tertawa lagi

"Ndak, mana ada"

"Bohoong"

Mereka kembali berjalan setelah lampu hijau, Paul mengusap kepala Nabila yang ada di sampingnya

"Gemes banget sih" ucapnya dengan gemas, Nabila melirik Paul sekilas dan geleng-geleng kepala. Paul sendiri tidak sadar kalau dirinya juga menggemaskan. Nabila melihat ke jalanan sambil menahan senyumnya

***

🤞

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 62.4K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
524K 56.9K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 327K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...