The One And Only [END]

By TriaPutri-

134K 11.3K 1.3K

Nabila mengira, selama ini ia hanya mengagumi pria itu, tapi lambat laun ia menyadari kalau kekaguman itu tel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
THR UNTUK KIDZZZ (19)
20
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40[END]

27

2.9K 300 31
By TriaPutri-

Paul duduk di bangkunya, matanya tak henti-hentinya menatap punggung Nabila yang sedang fokus mendengar penjelasan dari guru yang mengajari mereka saat ini

Dia senyum-senyum sendiri membuat Rony jadi ngeri

"Ih! Apaan sih lo ul dari tadi senyum-senyum sendiri" bisiknya ke Paul.

Paul melihat Rony "ha? Apa?"

Rony menjauh dengan mata memicing, di tatapnya Paul dari kepala sampai kaki "lo gak kesambetkan? Lo ngutip sampah dimana?"

Paul tidak menjawab, dia hanya mesem-mesem dan mengalihkan pandangannya kedepan

"Idihh.." Rony bergidik, dia menyolek teman yang duduk didepan bangkunya meminta tukaran tempat, tapi Paul menghalangi

"Apasih Ron. Gue gak kesambet! Udah duduk aja"

Rony kembali duduk, tapi dia menjaga jarak dengan Paul. Paul manusia yang paling aneh yang Rony kenal, kadang pria itu suka diam tiba-tiba, marah tiba-tiba, terus kayak sekarang ini, senyum-senyum sendiri.

"Paul? Fokus kamu kemana?"

Ucapan guru mereka membuat seisi kelas menatap Paul, Paul yang sedang menatap Nabila menaikkan alisnya ketika Nabila berbalik dan melihat ke arahnya. Paul juga melirik sekitarannya, teman-temannya menatapnya dengan berbagai ekspresi, contohnya seperti Rony yang sedang terkikik

Paul melempar pulpen tanpa melihat dan tepat mengenai kepala Rony, Rony mendengus

"Fokus ke ibu" ucap Paul

"Jangan fokus ke saya, fokus ke penjelasannya" guru itu berjalan ke mejanya sendiri dan mengambil buku yang lain "lagian kamu fikir saya gak tau, kamu sedari tadi ngelihatin Nabila terus?" Gumam guru tersebut, yang masih bisa di dengar dengan sangat jelas oleh seisi kelas.

Nabila kaget mendengarnya, dia menoleh melirik Paul sekilas, Paul tersenyum. Senyuman tanpa dosa.

Nabila mengerutkan keningnya, tuhkan! Paul itu tidak tertebak. Semalam saja ngediamin dirinya. Sekarang apa? Malah senyum-senyum! Emangnya Nabila gak punya perasaan?

Nabila melengos, dia balik menghadap depan tanpa membalas senyuman Paul. Paul jadi garuk-garuk tengkuknya salah tingkah

"Yaa di kacangin" ejek Rony, ternyata dia memperhatikan tingkah Paul tadi. Paul langsung menatap Rony dengan dingin

"Apasih loo, ngeliat aja!"

Rony menepis tangan Paul yang ingin menjitak kepalanya sambil tertawa

"Rony! Paul! Ini peringatan terakhir buat kalian ya"

"Ya bu" jawab Rony langsung melipat tangannya di atas meja

***

"Nabila!" Panggil Novia, Novia berlari menghampiri Nabila yang ingin masuk ke perpustakaan

"Kenapa Nov?" Tanya Nabila saat Novia sudah berdiri di hadapannya. Novia mengeluarkan selembar kertas, Nabila memeriksanya dari atas ke bawah, hingga ada yang membuatnya sedikit terkejut

"Aku di bayar?" Tanya Nabila tidak percaya. Masalahnya dia tidak pernah membayangkan kalau berpartisipasi di acara sekolah akan di bayar

"Iya, sebagai tanda terimakasih dan apresiasi karna kamu sudah mau bergabung untuk memeriahkan acara ini" Novia tersenyum

"Oh iya, kamu bisa carikan Mc baru gak? Pengganti Dimas"

"Loh, emang Dimas kenapa?" Tanya Nabila

"Tadi dia datengin aku buat ngebatalin jadi Mc, katanya dia baru ingat kalau hari itu hari kematian ibunya. Jadi dia dan ayahnya bakal pulang kampung buat ziarah"

Ahh begitu, Nabila hampir suudzon mengira Dimas sengaja menghindarinya. Tapi syukur deh jika itu bukan alasannya. Dan Nabila juga baru mengetahui kalau Dimas ternyata sudah tidak memiliki ibu, tiba-tiba dia turut merasa sedih di hatinya.

"Kira-kira, menurut kamu siapa yang cocok ya Nab? Anak di kelas kamu ada yang mau ga--

Ucapan Novia terpotong saat dia melihat Paul menghampiri mereka. Oh iya ya! Kenapa dia tidak kepikiran Paul?

"Paul" Novia menggoyangkan tangannya menyuruh Paul lebih cepat datangnya. Paul? Nabila menoleh, benar saja Paul sudah berada di belakangnya

"Paul, lo mau gak gantiin Dimas jadi Mc?"

"Gak usah, gak akan mau di--

"Mau" tungkas Paul memotong perkataan Nabila. Nabila mengerut, kok tumben-tumbenan mau?

"Seriusan? Asik!! Kalo tau Paul gampang begini di ajaknya, dari awal gue udah nawarin lo!"

Novia juga memberi Paul selembaran tentang urutan-urutan acara, agar pria itu lebih mudah mengingatnya

"Yaudah ya, gue mau ke ruang osis dulu. Makasih yaa.. Byee Nab.. byee Paul.."

"Byee.." balas Nabila sambil berdada

Setelah kepergian Novia, Nabila menatap Paul dengan curiga. Paul pura-pura tidak tau dan memasang tampang polos

Hmp! Nabila berbalik badan dan masuk ke perpus tanpa memperdulikan Paul. Dia masih marah kepada pria itu! Biar saja tidak cakapan juga tidak papa! Bodo amat!

Nabila menyusuri setiap rak, dengan teliti mencari buku yang sesuai dengan materi yang mereka pelajari tadi. Nah! Ketemu!

Nabila berjinjit ingin meraih buku tersebut, tapi tidak sampai. Dia ngedumel di dalam hati, kenapa sih semua benda-benda yang di inginkannya selalu jauh dari jangkauannya.

Nabila melompat kecil, tetap tidak bisa menjangkaunya, bahkan hampir saja rak tersebut jatuh kebelakang karna Nabila tersandung kedepan, untung ada Paul yang siap siaga langsung menahan rak tersebut

Nabila menghela nafasnya lega

"Kalau gak bisa itu, minta tolong sama aku" ucap Paul sambil tersenyum menggoda. Nabila menepuk telapak tangannya yang berdebu, dia tidak mendengarkan ucapan Paul dan masih berusaha mengambil buku itu sendiri.

Paul ngeselin sekali. Kalau memang niat membantu ya bantu saja! Gumamnya dalam hati

Lelah dengan usahanya, dia menatap Paul yang bersandar dengan satu tangannya di rak "tolong" cicitnya pelan

"Ha? Apa?" Paul pura-pura tidak dengar, dia mendekatkan telinganya ke Nabila. Bukannya menjelaskan, Nabila malah menjewer telinga Paul

"Aduh, kok di jewer sih Nab?" Paul mengusap telinganya yang sebenarnya tidak terasa sakit sama sekali, malah sejujurnya dia merasa geli

"Kamu mau bantu ambilin atau enggak? Kalau enggak biar aku minta bantuan ke yang lain" Nabila berkacak pinggang. Melihat gaya Nabila, Paul jadi gemas

"Coba bilang. Tolong kak Paul, gitu"

"Enggak ah! Dari mana asalnya aku manggil kamu kakak? Kita seumuran"

"Ih, kamu tuh ya" hemmm, Paul meremas-remas tangannya sendiri karna gemash. Masa harus di jelasin lagi ke Nabila kalau itu hanya godaan?

"Yaudah, kamu bilang aja kayak gitu. Tolong kak Paul, gituu. Atau gak, kita di sini-sini aja nih, gak akan ke kantin"

Nabila memicing, dia hampir ingin menyerah dan memohon ke Paul seperti yang di inginkan pria itu sebelum matanya menangkap ada kehadiran Alvin yang berdiri tidak jauh di belakang paul sedang mencari sesuatu juga.

Paul yang melihat wajah sumringah Nabila merasa curiga, dia ikutan melihat kebelakangnya, ternyata ada Alvin

"Al--mmphh"

Paul membekap mulut Nabila "iya-iya, aku ambilin!" Tau maksud Nabila, pasti gadis itu ingin meminta bantuan Alvin. "Nih"

Nabila menerima buku itu "gitu dong dari tadi"

Nabila ingin mengucapkan terimakasih, tapi dia urungkan karna dia masih marah dengan Paul. Nabila tidak akan melupakan sikap Paul yang seenaknya saja kepadanya sebelum pria itu memberinya alasan yang jelas

Nabila keluar dari perpustakaan dan langsung menuju ke kantin tanpa balik ke kelas untuk meletakkan buku tersebut, karna Anggis sudah menunggu dirinya di sana

Mereka memasuki kantin, disana sudah ada Anggis, Rony, dan Syarla. Nabila menghampiri mereka "haloo" sapanya sambil tersenyum.

"Haii" balas Syarla dan yang lainnya, dari awal Syarla melihat Nabila dan Paul memasuki kantin bersama-sama, sepertinya mereka sudah baikan? Syarla bermain alis ke kakaknya. Paul hanya menatapnya dengan heran

"Dapat bukunya?" Tanya Anggis, Nabila mengangguk

"Gampangkan dapatinya?"

"Seharusnya sih gampang, tapi ada orang yang mempersulitnya"

Mendengar ucapan Nabila, entah kenapa membuat orang-orang yang ada di meja itu melihat ke arah Paul yang sedang meminum minuman milik Syarla

"Apa?" Tanya Paul dengan datar. Mereka geleng kepala "gak papa" jawab Anggis

"Yaudah, mau makan apa nih? Biar gue pesen" ucap Rony, dia bersiap-siap mau bangkit tetapi langsung di halangi Syarla

"Gak usah kak, biar Alvin aja" katanya sambil mengarahkan muka ke Alvin yang mendatangi mereka

"Kenapa?" Tanya Alvin heran
"Kamu yang pesani ya? Kan udah berdiri lagian, sekalian aja"

Mendengar ucapan Syarla, Rony yang sudah bangkit mendadak duduk secepat kilat, membuat Anggis tertawa tanpa suara. Alvin memicing melihat Rony

"Yaudah boleh deh. Sini, mau pesan apa aja?" Tanya Alvin.

"Bentar-bentar" Anggis mengoyakkan separuh kertas milik Rony, Rony ingin protes tetapi langsung di plototi oleh Anggis. Anggis mencatat semua pesanan mereka dan memberikannya ke Alvin.

Alvin mengangguk dan pergi dari sana

"Parah lo Syar, nyuruh-nyuruh Alvin" ucap Rony sambil menunjuk Syarla

"Oh? Yaudah kalo gitu kak Rony aja yang pesanin"

Syarla mengangkat tangannya dan ingin menjerit memanggil Alvin, tetapi langsung di berhentikan Rony

"Asstt sett, diam! Udah gak papa deh sekali-sekali biarin aja dia yang pesan" ucap Rony sambil cengengesan

****

Nabila dan Paul baru selesai latihan, Nabila mengambil minumannya dan meneguknya sekali habis. lalu Paul datang menyusul.

"Udah? Yuk pulang"

"Aku pulang sendiri"

Nabila menyandang tasnya dan berjalan melewati Paul keluar dari kelas, Paul mengikutinya

"Nabila.." panggilnya lembut. Nabila diam saja

"Nabila.., ikut aku yuk" Paul menggenggam tangan Nabila dan menariknya menuju parkiran.

Nabila ingin menolak tetapi kepalanya sudah keburu di pakein helm sama Paul

"Kamu kenapa sih? Udah gak marah lagi? Udah gak mau diemin aku lagi?" Cecar Nabila saat Paul sedang memakai helm untuk dirinya sendiri

Paul menatap Nabila sebentar, dia menunduk karna merasa bersalah. "Kamu naik dulu ya?" Ucapnya dengan lembut.

Nabila menghela nafasnya, dia meraih pundak Paul dan duduk di boncengan. Paul tidak memberi tau kemana mereka akan pergi, dan Nabila juga tidak tertarik bertanya

Tetapi ketika matanya di pertontonkan dengan cantiknya lautan, Nabila mengernyit. Apa mereka ketempat semalam? Buat apa Paul mengajak dirinya ke sini?

Setelah memarkirkan motor, mereka berdiri di tepi pantai, rasanya seperti dejavu

Belum ada yang membuka obrolan, Nabila tidak ingin bertanya karna dia sudah janji dengan dirinya sendiri untuk tidak memulai pembicaraan. Paul yang mengajaknya kesini, berarti ada yang ingin Paul bicarakan, kan?

"Nabila" panggil Paul lembut. Nabila meliriknya sekilas, sekali-sekali kakinya mencipratkan air-air yang menyapu kakinya

"Aku minta maaf"

Nabila sedikit terkejut, tetapi dia masih tidak ingin berbicara

"Maaf karna sudah salah faham"

Lagi-lagi suara ombak yang menemani mereka saat keduanya sedang diam tidak tau harus berbicara apa

"Maaf karna sudah cemburuan"
"Maaf karna sudah ngediamin kamu"
"Maaf kar--

"Udah-udah stop" akhirnya Nabila bersuara, bahkan gadis itu sudah mau berhadapan dan bertatap muka

Nabila menatap wajah Paul yang diliputi rasa bersalah, ketika Pria itu merasa bersalah, maka alis dan matanya akan melengkung kebawah, begitu juga dengan bibirnya. Nabila tersenyum kecil di dalam hatinya

Angin pantai juga memberantaki rambut Paul yang sudah mulai sedikit panjang, Paul selalu tampan di matanya

"Jangan minta maaf lagi" ucap Nabila

"Aku juga salah" sambungnya. Nabila tidak menjelaskan dimana letak salahnya, tetapi Paul dapat mengerti apa yang dimaksud Nabila.
Nabila merasa bersalah kedirinya karna terlalu dekat dengan Dimas, Paul mengangguk mengerti

"Kalau gitu, kita gak marahan lagi kan?"

Nabila tampak mikir mencoba menggoda Paul "ih?" Ucap Paul dan mendekat ke Nabila, Nabila tertawa dan menghindar dari Paul.

"Jangan lari, orang aku gak ngapa-ngapain kok"

"Masa?" Nabila diam, dan Paul langsung menyerangnya dengan gelitikan. Nabila tertawa lepas, dia lari dari kejaran Paul. Nabila bahkan menyipratkan air pantai ke Paul menggunakan kakinya

"Ih, aku basah" Paul melihat sebagian seragamnya sudah basah, Nabila tidak perduli. Dia menjulurkan lidahnya mengejek Paul

"Gak perduli, wlek"

"Haha" Paul tertawa melihat tingkah Nabila yang masih berusaha menyerangnya dengan air.

"Nabila hati-hati, nanti kamu jatuh" Paul mendekat dengan sangat pelan, menerjang segala air yang mengarah ke padanya

"Nabila.. " panggil Paul dengan sangat lembut. Nabila tidak tau kapan Paul ada di hadapannya dan HAP!

Ketangkep!

Paul menangkap kedua tangan Nabila dan menautkan jemari mereka. Tawa Nabila menyusut ketika Paul menatapnya dengan sangat dalam.

Air menetes dari ujung rambutnya yang basah, Paul tidak berkedip walaupun air itu melewati matanya. Di tatap Paul sedalam ini dengan pesona pria itu yang luar biasa tampan, Nabila tiba-tiba merasa lemas di bagian kakinya

Paul mengusap setitik air yang ada di pipi Nabila, sambil terus menatap gadis itu dan berkata

"Aku kangen banget sama kamu"

*****

Kalimat terakhir jd ngebayangi Paul bilang begitu ke Nabnab🙂🥀



Continue Reading

You'll Also Like

487K 53.1K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 62.4K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...