The One And Only [END]

By TriaPutri-

141K 11.7K 1.4K

Nabila mengira, selama ini ia hanya mengagumi pria itu, tapi lambat laun ia menyadari kalau kekaguman itu tel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
THR UNTUK KIDZZZ (19)
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40[END]

24

3K 267 25
By TriaPutri-

Acara memperingati ulang tahun sekolah sebentar lagi, dan perayaan kali ini di buat lebih meriah dari pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah rapat osis, mereka merencanakan untuk membuat panggung dan memberikan murid-murid kesempatan buat menampilkan bakat yang mereka miliki.

Tapi semua itu tidak gampang seperti yang mereka bayangkan. Karna ternyata masih banyak murid-murid yang merasa malu untuk tampil di depan guru-guru dan murid-murid yang lain

Novia suntuk, dia sudah menyebarkan selebaran kertas agar setiap kelas mengirim perwakilan. Tapi hingga saat ini belum juga ada yang memberikan formulirnya
Sedangkan semuanya juga harus di briefing kan terlebih dahulu tentang bagaimana konsepnya dan apa yang ingin di lakukan.

Kalau sudah begini, Novia tidak menunggu lagi. Dia harus bergerak dan mencari sendiri siapa yang akan nampil dan bernyanyi.

Novia duduk di kursi yang ada di setiap koridor, dia menunduk sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Kebetulan Nabila yang baru saja keluar dari toilet melihat Novia dari kejauhan. Nabila mendekat

"Nov? Ngapain di sini?"

Novia mendongak, dia melihat Nabila lalu menggeleng pelan "habis nyari calon buat nampil di acara ultah sekolah. Cape banget gak ada yang mau"

Mendengar ucapan Novia, Nabila ngangguk-ngangguk. Dia duduk di samping Novia dan menatap gadis itu.
"Eh" Tiba-tiba saja Novia teringat sesuatu, dia menatap Nabila dengan senyuman cerahnya

"Kamu waktu itu pernah ikut ekskul paduan suara kan? Kamu mau gak tampil di perayaan sekolah nanti?"

Novia memelas, di genggamnya kedua tangan Nabila sambil memasang ekspresi yang menyedihkan. Dia memohon dan menggoyang-goyangkan kedua tangan Nabila.

Nabila jelas saja langsung menggeleng, dia sudah lama tidak menyanyi di panggung seperti itu, dan pasting sangat canggung bagi dirinya.

"Gak mau ah, aku udah lama banget gak nyanyi"

Senyuman cerah dan harapan Novia langsung pupus, dia kembali menunduk dengan sedih. Novia berbicara dengan sedih "yah.. padahal aku udah ngebayangi gimana serunya acara nanti. Tapi kalau tidak ada yang mau nampil juga buat apa di bikin panggung-panggungan segala"

Novia menatap lapangan dengan pandangannya yang sendu, lebih tepatnya di buat-buat sendu agar Nabila bersimpati dan akhirnya menyetujuinya.

"Terpaksa deh harus di batalkan" sambungnya dengan nafas yang sangat berat, Novia menghela nafasnya dan menatap Nabila dengan senyum yang di paksakan.

"Yaudah deh gak papa, kalau gitu aku balik ke kelas dulu ya Nab"

Novia bangkit dan ingin pergi, tetapi langsung di tahan sama Nabila. Sejak tadi Nabila merasa kasihan dengan Novia, dan dia juga berfikir tidak ada salahnya untuk bernyanyi, hitung-hitung sebagai kenangan jika dia sudah lulus nanti

"Aku mau deh.. tapi masih beberapa minggu lagi kan acaranya?"

Tanya Nabila, Novia mengangguk dengan riang. Dalam hati dia juga meminta maaf dengan Nabila karna sudah membuat Nabila tertipu dengan akting sedihnya. Tapi Novia juga sangat ingin kalau Nabila nampil, Nabila benar-benar memiliki suara yang merdu. Sayang gadis ini tidak percaya diri dengan suaranya sendiri, dan lebih milih keluar dari kelas paduan suara

"Iiihhh, kamu serius? Kamu gak bisa narik ucapan kamu lagi loh ya Nab" Novia menggenggam tangan Nabila dan melompat-lompat kecil, dia memeluk Nabila dengan gemas "makasih yaaa"

***

Di dalam kelas, Anggis melihat Nabila masuk dengan wajah yang sedikit letih, dia merasa heran "kenapa kamu?"

Nabila duduk dengan sedikit lemas, dia melirik Anggis sambil geleng-geleng kepala "kayaknya aku udah ngelakui kesalahan deh" ucapnya lirih.

Anggis yang mendengarnya langsung panik, dia mendekat dan langsung berbisik "kesalahan apaa??"

"Aku bilang ke Novia kalau aku mau nampil di acara ultah sekolah nanti"

Mendengar ucapan Nabila, ekspresi Anggis yang tadi tegang mendadak lemas, dia memicing melihat Nabila "aku kirain ada apa. Eh? Kamu serius?"

Nabila mengangguk mengiyakan, perjalanannya ke kelas membuatnya kembali berfikir, bagaimana jika dia terlalu gugup dan melakukan kesalahan? Bagaimana jika dia tidak bisa bernyanyi dengan baik? Duh.. memikirkan itu sudah membuatnya sakit kepala. Nabila menunduk sambil menepuk-nepul pelan kepalanya.

"Udah.. jangan di pukul terus tau, lagian gak papa juga sih Nab, kamu udah lama juga kan gak nyanyi?" Ucap Anggis santai, tapi Nabila langsung melirik Anggis "justru itu yang aku takutkan, gimana kalo aku nanti gak bisa nyanyi dengan bagus? Huwaa"

Ternyata keributan kecil yang di buat Nabila dan Anggis menarik beberapa perhatian teman sekelasnya, termasuk Paul dan Dimas.

Mereka ingin bertanya apakah Nabila dan Anggis sedang ada masalah, atau sedang mengalami kesulitan. Tapi baru ingin beranjak guru pelajaran berikutnya sudah masuk ke dalam kelas. Mau tidak mau niat itu di urungkan mereka berdua.

Pelajaran berjalan dengan lancar, bahkan ada sesi tanya jawab dan hampir dari mereka semua bisa menjawabnya. Sekarang tinggal menunggu bel istirahat berbunyi saja, dan benar saja bel sudah berbunyi dengan sangat nyaring

Anggis langsung semangat, dia bangkit dari bangkunya dan langsung mengajak Nabila pergi ke kantin. Nabila mengangguk saja, dia memasukkan buku-bukunya ke dalam laci meja. Mereka berdua jalan bergandengan.

Paul dan Rony juga begitu, mereka ingin menyusul Nabila dan Anggis ke kantin. Dimas bangkit dan tidak sengaja menubruk lengannya Paul yang melewati mejanya

"Ohh sori Paul, gue gak sengaja"

Paul melirik Dimas sekilas "ya" balasnya singkat dan mereka kembali berjalan, tapi Dimas menghentikan mereka.

"Kalian mau ke kantin ya? Barengan boleh gak?"

Rony melirik Paul sekilas, dia mengangguk pelan sebagai jawaban "yaudah ayo.."

Mereka jalan bersama menuju kantin, saat melihat Nabila dan Anggis duduk di meja yang biasanya, mereka langsung menyusul.

Paul ingin duduk di samping Nabila, tapi langsung di duluin sama Dimas, melihat Dimas yang duduk di samping Nabila dan tersenyum, Paul memicingkan matanya. Dia berputar untuk duduk di sisinya Nabila yang lain. Jadilah Nabila duduk di tengah-tengah antara Paul dan Dimas

Mood Paul langsung berubah, dia hanya diam sedari tadi bahkan tanpa nafsu untuk makan. Makanan yang ada di depannya hanya di pelototi sambil di aduk-aduknya tanpa niat di makan

"Buset dah, itu makanan gak akan habis kalau di plototi doang" ucap Rony yang tidak bisa fokus makan karna ulah Paul. Paul langsung mendekatkan piringnya dan memberikannya ke Rony

"Buat lo aja, gue gak laper"
"Serius lo? Wedehh.. gue sih gak mau nolak"

Nabila menatap Paul "kenapa? Kamu sakit?"

Paul ingin menggeleng, tapi dia teringat kalau sakit hati kan juga sakit. Jadi dia mengangguk sebagai jawabannya

"Serius? Masa sih?"

Nabila meletakkan punggung tangannya di kening Paul dan meletakkannya sendiri di keningnya, dia mencoba merasakan perbedaannya, tapi sepertinya suhu tubuh Paul normal

"Kamu gak demam" kata Nabila heran. Paul menarik tangan Nabila yang ada di keningnya dan menggenggamnya

"Sakit bukan melulu tentang demam, Nabila" ucapnya lembut

Nabila mengerutkan keningnya "terus kamu sakit apa dong?"

Paul ingin mengatakan hati dan menunjuk dadanya, tapi di urungkannya karna di sini ramai orang. Kalian masih ingatkan kalau dia terkenal pria yang cuek dan sangat dingin? Dia tidak ingin kelakuannya yang seperti ini dilihat orang lain selain Nabila.

Haa... Paul menghela nafasnya "gak tau deh.." ucapnya lemas dan mengeluarkan handphone nya.

Nabila memicing merasa curiga, tapi perhatiannya segera teralih karna Dimas memanggilnya

"Nab, dengar-dengar kamu bakal nyanyi di acara ultah sekolah nanti ya?" Tanya Dimas. Nabila terkejut, bukan hanya Nabila tapi Paul juga.

Sejak kapan Dimas manggil Nabila dengan aku-kamu?

"Kok kamu tau?"

"Iya, tadi aku juga diminta buat jadi Mc nya. Hehe, dan aku dengar mereka bahas kamu yang bersedia katanya"

Nabila mengangguk "yahh, begitulah"

"Kenapa? Kok kayaknya kamu gak seneng?"

"Seneng kok, cuma masih gerogi aja" jawab Nabila.

Dimas tersenyum "tenang kok, acaranya masih lama lagi. Jadi kamu masih bisa santai dan mempersiapkan diri"

Mendengar ucapan Dimas, Nabila mengangguk senang, dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Anggis sendiri sudah menyikut-nyikut Rony sedari tadi, tapi pria itu tidak kunjung sadar. Akhirnya terpaksa Anggis menginjak kaki Rony.

Rony menjerit tertahan, dia melirik Anggis dengan sangar "apasih lo nginjak-nginjak kaki gue"

Anggis berbisik "liat deh, kayaknya Paul bukan sakit, tapi memang kehilangan moodnya buat makan"

Rony memandangi Paul yang sedang memainkan Handphone nya "maksudnya?" Tanya Rony lagi.

Anggis merasa jengkel, dia memberi Rony pembelajaran dengan menginjak kaki pria itu sekali lagi

"Lu bloon banget sih, masa gak ngerti?"

Anggis mengarahkan Rony untuk melihat Dimas dari ekor matanya, Rony mengikuti pandangan Anggis

"Cemburu Ronn, cemburu... Kayaknya gue mencium-cium ada saingan Paul yang baru nih"

Mendengar ucapan Anggis, Rony jadi memperhatikan mereka bertiga yang duduk bersamping-sampingan. Jika dilihat-lihat memang Nabila cocok di dekatkan dengan Dimas. Tapi dia lebih memilih tim Panal. Bestienya itu.

"Iya juga ya.." balas Rony berbisik.

Nabila juga tidak sadar bahwa sedari tadi Paul sedikit di anggurkan nya. Dimas banyak bercerita kepadanya hari ini, dan Dimas juga mengajak Nabila agar sekali-sekali latihan bersama.

Walaupun Nabila tidak banyak berbicara dengan Paul, dia juga memperhatikan pria itu sekali-sekali dari ekor matanya. Dia khawatir apalagi setelah Paul mengaku dirinya sedang sakit

"Kamu beneran gak mau makan?" Tanya Nabila sekali lagi.

Paul melirik Nabila dengan cemberut "enggak"

"Kamu paksain makan, biar bisa minum obat"

Nabila ingin bangkit dan memesan seporsi nasi lagi, tapi Paul langsung menahannya

"Aku gak mau makan Nabila, lagian sakit ini gak ada obatnya"

Kata-kata terakhirnya di ucapkannya dengan sangat lirih, hingga Nabila tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kamu ngomong apa?"

Paul menggeleng, dia jadi teringat bagaimana Nabila yang waktu itu merasakan berada di posisinya yang sekarang. Bahkan keadaan wanita itu lebih menyakitkannya ketimbang ini.
Nabila melihatnya di rangkul-rangkul oleh perempuan lain, bahkan Nabila juga di provokasi di belakangnya.

Paul merasa tidak berhak marah dan cemburu berlebihan seperti ini ke Nabila, karna bagaimanapun juga Nabila tidak melakukan tindakan yang berlebihan. Dia hanya berbicara seadaanya dengan Dimas. Tapi begitupun entah kenapa Paul tidak bisa menahan rasa cemburunya.

Mungkin Paul juga tidak menyadari bahwa dirinya jatuh semakin dalam ke wanita itu.

"Iya aku mau makan" ucapnya pada akhirnya.

Nabila tersenyum lembut, dia mengacak rambut Paul pelan "yaudah, kamu tunggu di sini ya. Biar aku aja yang pesan"

Paul mengangguk, dia melihat kepergian Nabila, wanita itu sudah tidak tertatih lagi waktu berjalan. Berarti Nabila tidak berbohong tentang kakinya yang sudah sembuh.

Tatapannya tanpa sengaja melirik Dimas yang ada di sampingnya. Dimas yang merasa di perhatikan juga melirik ke sampingnya, hanya mendapati Paul menatapnya dengan sangat dingin.

Dimas menggaruk tengkuknya, dia merasakan tubuhnya mendadak menjadi sedikit lebih dingin. Dia menghelus lengannya yang merinding

"Apa perasaan gue aja kali ya?" Batinnya yang masih terlihat bingung.

Continue Reading

You'll Also Like

216K 20.7K 59
Kehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamka...
129K 7.5K 52
⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu dit...
830K 6.2K 12
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
2M 125K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank πŸ₯‡ #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...