The One And Only [END]

By TriaPutri-

134K 11.3K 1.3K

Nabila mengira, selama ini ia hanya mengagumi pria itu, tapi lambat laun ia menyadari kalau kekaguman itu tel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
THR UNTUK KIDZZZ (19)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40[END]

16

2.9K 304 24
By TriaPutri-

Nabila bukan orang yang ribet. Yang ribet itu Anggis. Buktinya saat ini mereka sudah sampai di salah satu butik langganan Anggis. Anggis ingin membeli baju untuk di pakai ke acara Syarla lusa nanti, Nabila heran kenapa Anggis suka sekali berbelanja, dan yang lebih mengherankannya lagi, kenapa Anggis selalu suka memaksanya pergi?

Waktu itu Anggis memaksanya untuk menemaninya ke toko Aksesoris, dan sekarang Anggis memaksanya untuk menemaninya ke toko butik. Untung Anggis adalah sahabatnya, kalau tidak... Nabila pasti sudah mereog

Nabila duduk dengan lesu menunggu Anggis yang mencoba beberapa dress di ruang ganti. Ini sudah pakaian ke empat yang Anggis coba, dan belum ada yang cocok. Jika pakaian yang kelima ini tidak cocok juga, Nabila sudah pasrah, dia akan meninggalkan Anggis sendirian

Anggis keluar dari ruang ganti, Nabila yang tadi hanya menopang dagunya lesu mendadak bangkit dan bertepuk tangan

"Hebat! Fix sih ini yang paling keren! Cocok sama kamu!"

Anggis langsung malu karna di puji Nabila, dia menggoyang-goyangkan bajunya ke kanan dan ke kiri

"Seriusan bagus kan? Bukan karna kamu pengen pulang?"

"Aku memang pengen pulang, tapi baju ini seriusan bagus"

Nabila mengambil tasnya yang ada dikursi dan menyandangnya "dah yuk kalo gitu kita langsung pulang"

Anggis melirik Nabila dengan curiga, dia tidak yakin kalau baju yang di pakainya saat ini beneran bagus

"Terserah mau percaya atau enggak, yang pasti aku bakal tetap pulang" Nabila mengatakan kalimatnya dengan sangat jelas, dia beneran ingin pulang. Beberapa hari belakangan ini Nabila belum pernah lagi merasakan tidur siang. Dia selalu pergi saat pulang sekolah, mencari kado Syarla bareng Paul, nemani kak Salma, dan sekarang harus menemani Anggis

Nabila keluar dari butik dan menunggu Anggis disana. Tak lama Anggis keluar dengan barang belanjaanya

"Anggis, lagian kamu kenapa sih harus banget beli baju baru segala? Baju kamu yang bagus kan masih banyak.."

"Ih, harus tau Nab" Anggis mendekat ke Nabila "siapa tau dapet cowo baru" bisiknya sambil tersenyum malu-malu

Tingkah Anggis membuat Nabila jengah, dia menatap Anggis seraya geleng-geleng kepala "emang kamu fikir disana nanti bakal banyak cowo? Kamu gak tau kalau Syarla ngundangnya cuma kita-kita aja?"

"Ha? Maksud kamu?"

"Syarla gak punya banyak teman Anggis, dia terlalu menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Paling kalau cowo gak jauh-jauh dari Paul dan Rony"

"Haa?? Apa??" Anggis berseru frustasi, dia menatap belanjaanya dengan menyesal. Untuk apa membeli baju baru jika tidak bisa di pamerkan dengan pria-pira disana? Niatnya ingin tebar pesona malah apes begini

"Kamu kok gak kasih tau aku" Anggis cemberut

"Kan sekarang udah di kasih tau?"

"Ih, Nabilaaaaa!!"

****

"Jadi sekarang hubungan kamu dan Paul gimana?"

Anggis terlungkup di atas tempat tidurnya Nabila sambil memakan cemilan yang mereka beli saat perjalanan pulang. dia menatap Nabila yang sedang sibuk membersihkan lemari bajunya

Mendengar pertanyaan Anggis entah kenapa membuat Nabila sedikit malu
"Ya.. gitu" jawabnya pelan

"Ya gitu gimana?"

"Lumayan deket"

"lumayan deket gimana?"

Nabila berbalik, ternyata Anggis sudah senyum-senyum sendiri "ih kamu kenapa senyum-senyum sih?"

"Loh, emang kenapa? Gaboleh?"

Anggis mengubah posisinya menjadi duduk bersilang. Dia menatap punggung Nabila yang masih sibuk menyusun-nyusun baju

"Udah jadian ya?" Tanya Anggis lagi

Nabila menggeleng pelan, dia menutup lemarinya dan duduk bergabung bersama Anggis

"Belum, kalau udah jadian aku pasti cerita ke kamu kan?"

"Ohh, jadi masih pendekatan ya?"

Nabila mengangguk "maybee??"

"Sekarang gimana? Kamu udah tau perasaan kamu yang sebenarnya? Gak mengelak lagi kan?"

Nabila mingkem, dia tau kalu Anggis menyindirnya. "Iyaa.. iya.."

"Iya apa?"

"Iya, ternyata aku memang suka sama Paul"

Anggis mengangguk puas, dia melirik Nabila dan tertawa ngakak
"idihh dih.. apaan sih malu-malu, haha"

"Sstt kamu diem!" Nabila mendorong Anggis, dia kesel di ledekin terus tapi ujung-ujungnya tawa dan godaan Anggis membuatnya ikutan tertawa.

***

Malam ini langit sangat cantik, bintang dan bulan bisa terlihat lebih jelas. Nabila duduk di ayunan rumahnya, dia bersenandung pelan mengikuti lagu yang sedang di putar dari handphone nya

Saat mencapai reff, ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari Paul

"Haloo?"
"Malam Nabnab"

Nabila tersenyum malu mendengar panggilan Paul, dia menghentikkan pergerakan ayunannya agar bisa lebih fokus

"Malam Powl" jawabnya "ada apa?"

"Emang aku nelfon harus ada alasannya ya?"

"Loh, jadi kamu nelfon gak ada alasan?"

"Enggak" suara Paul hening sesaat "eh ada deh, mau tau gak alasannya apa?" Sambungnya

Nabila mengerutkan keningnya, dia tertawa kecil tanpa suara "apa tuh?"

"Kangenn"

Hahaha, sudah tertebak! Nabila geleng-geleng kecil "basi banget tau gak"

walaupun dia berkata seperti itu, jujur saja Nabila selalu merasa malu dan salah tingkah. Dia masih belum terbiasa dengan sikap Paul yang seperti ini. Paul yang Nabila tau adalah Paul yang selalu berkata 'hem, iya,tidak" bukan Paul yang 'dikit-dikit kangen, dikit-dikit kangen'. Tapi begitupun Nabila merasa senang mengetahui sikap Paul yang seperti ini, dan sepertinya hanya dia yang tau bahwa sebenarnya Paul juga mempunyai sikap yang manja

"Oh gituu"

"Iya, gituu" balas Nabila menggoda Paul dengan meniru nada dan ucapan pria itu

"Nabilaa.." Paul gemas setengah mati di sana. Rasanya ingin menghampiri Nabila sekarang juga, tapi dia tidak bisa karna harus menemani Syahnas membeli beberapa keperluan wanita itu sebelum balik keluar negri

"Ohiya Nab. Aku izin keluar sebentar ya. Mau nemeni Syahnas nyari barang katanya"

Mendengar nama Syahnas, dan mengingat perilaku perempuan itu terhadap Paul sewaktu mereka di Mall membuat Nabila merasa tidak nyaman. Dia mengangguk walaupun Paul tidak bisa melihatnya.

Nabila juga merasa tidak perlu ada yang di khawatirkan, mungkin dia merasa sedikit tidak nyaman. tapi dia juga tidak ada hak melarang Paul bergaul dengan siapapun. Apalagi mereka juga belum mempunya status, mereka masih sekedar teman biasa

Tapi begitupun Nabila merasa bersyukur karena Paul memberi tahunya dengan jujur dengan siapa dia pergi

"Iya, pergilah. Hati-hati"

"Kamu ada yang mau di beli? Biar aku beli sekalian"

"Aku gak mau apa-apa. Kamu pergi naik apa?"

"Naik motor, kenapa?"

Nabila jadi ngebayangi kalau Paul dan Syahnas berboncengan di motor yang biasa Nabila dudukin. Dia menunduk dan menendang-nendang kerikil di bawah kakinya

"Gak papa. Sana pergi, entar kemaleman"

Paul melihat arloji di tangan kirinya "yaudah, aku tutup dulu ya"

Nabila tidak langsung menjawab, karena dia mendengar suara Syahnas "Paul aku udah siap, yuk" dan suara itu membuatnya lagi-lagi tidak nyaman

"Iya" Nabila tidak lagi menunggu balasan Paul dan langsung menutup panggilan.

Haa...

Nabila mendongak, dia menatapi langit begitu lama hingga kepalanya menjadi sakit. Seharusnya dia tidak boleh seperti ini kan? Dia seharusnya tidak boleh cemburu dan khawatir kalau Paul akan melupakannya.

Nabila tau kalu Syahnas teman masa kecilnya Paul, mereka hanya berteman. Tapi mendengar itu, Nabila bukannya tenang, dia semakin merasa khawatir.

****

"Kamu kenapa makanannya dari tadi di aduk-aduk terus?"

Nayl merasa aneh melihat tingkah adiknya yang hanya mengaduk-aduk makanan tanpa memakannya. Nayl sudah bulak-balik melewati Nabila yang duduk di meja makan, dan dia masih tetap melihat Nabila seperti beberapa menit yang lalu

"Makanannya gak enak?"

Nayl mendekat dan menarik piring yang bentukannya sudah menjadi seperti bubur. Nabila menatap Nayl dengan lesu, dia menggeleng sebagai jawaban

"Betulan gak enak? Tapi kok Salma makannya sampai habis ya?"

Nayl membawa piring itu ke wastafel, dia kembali dan duduk bergabung bersama Nabila

"Yasudah, kalau kamu gak suka makanan disitu nanti bang Nayl beli di tempat yang lain"

Haa... Nabila tidak mendengarkan Nayl, dia masih sibuk melihat handphone nya yang tidak mendapat notif atau panggilan dari Paul

Nayl melihat gerak-gerik Nabila dan merasa aneh "Nab? Kamu kenapa sih?"

"Gak kenapa-kenapa bang Nayl.. udah sana bang Nayl balik ke kamar, lagi banyak tugas kan?" Usirnya. Nabila melirik handphone nya lagi dan lagi-lagi mendengus.

Sudah tiga jam semenjak Paul pamit pergi dengan Syahnas, biasanya Paul selalu mengabarinya lagi. lagian, nyari barang aja memang harus selama itu ya? Nabila lagi-lagi jadi over thinking.

Bang Nayl bangkit dari duduknya "yaudah deh abang naik dulu, kalau ada perlu panggil bang Nayl yaa" Nayl mengusap kepala Nabila dan balik masuk ke kamarnya.

Nabila pindah duduk ke ruang tamu, dari pada bosan menunggu telfon Paul, mending dia main game.

Sudah dua babak, tapi Paul juga belum menelfon. Nabila nyerah, dia menghapus harapannya dan akan naik masuk ke kamar. Tapi saat di pertengahan undakan tangga, handphone nya berdering.

Nabila langsung melihat handphone nya, panggilan dari Paul. Akhirnya! Nabila menggigit bibir bawahnya, dia tidak langsung mengangkat. Dia membiarkan panggilan itu berdering untuk beberapa saat sebelum dia mengangkatnya

"Halo?"

"Belum tidur kan?"

Gimana mau tidur? Orang aku dari tadi nungguin telfon kamu! Tapi keluhan itu hanya di dalam fikirannya saja.

"Belum" jawabnya singkat "kamu baru pulang?" Nabila turun dari tangga, dia duduk kembali ke sofa ruang tamu

"Iya, kalau gitu kamu bisa keluar sebentar?"

"Ha?"

Nabila langsung mengintip Paul dari balik tirai. betul saja, di depan pagar rumah mereka ada Paul yang melambaikan tangannya. Nabila memutuskan panggilan, Paul tersenyum melihat Nabila yang datang menghampiri nya

"Kamu kok bisa ada disini?"

"Kamu lupa? Kan aku tadi bilang kangen"

"Pauul, serius"

"Loh? Aku juga serius. Masa bohong?"

"Yaudah kalo gitu" Nabila berbalik ingin masuk kedalam rumah, tapi Paul langsung menarik tangannya, pria itu tertawa "jangan.. jangan, maaf.."

Paul mengambil paper bag yang ada di stang motornya dan menyerahkannya ke Nabila

"Apa ini?" Nabila mengintip ke dalam, merasa curiga dia langsung mengeluarkan isinya

"Cardigan?" Nabila mengembangkan Cardigan itu, itu adalah Cardigan polos berwarna hitam yang di hiasi dengan rajutan pita kecil di bagian dada sebelah kirinya

Nabila speechless, Cardigan itu memang sederhana, tapi juga lucu. Dia menatap Paul "buat aku?"

Pau mengangguk "iya, kamu suka?"

"Suka banget!"

Nabila langsung memakainya, cardigan itu kelihatannya akan ngepas saat di pakai, tapi ternyata sama Nabila jadi sedikit oversize. Paul tertawa, dia mengusap kepala Nabila dua kali "gemes banget sih"

"Makasih ya"

Paul mengangguk "iya,, sama-sama" ucapnya lembut.

Nabila mendadak amnesia, dia melupakan rasa sedih yang bahkan membuatnya tidak nafsu makan. Dia juga merasa senang karna Paul mengingatnya saat pria itu pergi bersama wanita lain.

Nabila jadi semakin yakin, kalau Paul bukan pria sembarangan yang mudah didekati wanita lain, dan seharusnya dia tidak usah risau lagi kan?

Mereka berbincang-bincang sebentar, Lalu Paul pamit pulang karna waktu sudah semakin malam.

"Jangan sedih lagi ya"

"Ha? Emang aku sedih kenapa?"

"Tau deh.." Paul tersenyum menggoda, dia menaik turunkan alisnya dan langsung pergi sebelum Nabila memukulnya dengan paper bag yang kosong. Nabila jadi tertawa, dia menatap kepergian Paul masih dihiasi dengan senyuman

Setelah Paul tidak lagi terlihat, Nabila melihat Cardigan yang masih di kenakannya. Dia tersenyum kecil "makasih ya Paul" bisiknya di tengah keheningan malam

****

Ei yo. Udah lebaran hari kedua aja nih. Masih banyak dapat thr kan?🤣

Continue Reading

You'll Also Like

300K 17.8K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 101K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...