Life Game

By MariaHor1

56.1K 4.5K 628

Life Game. Kami harus menghadapi sebuah permainan kematian untuk mendapat sebuah gelar pemenang agar tetap b... More

Prolog
Chapter 1 : Kaito Kano
Chapter 2 : Kaito Kano
Chapter 3 : Kaito Kano
Chapter 4 : Korune Hazu
Chapter 5 : Joshi Hera
Chapter 6 : Joshi Hera
Chapter 7 : Haruaki Mizu
Chapter 8 : Hotaru Fuji
Chapter 9 : Futari Nara
Chapter 11 : Mahari Yusa
Chapter 12 : Gurume Moshi
Chapter 13 : Kaito Kano
Chapter 14 : Kaito Kano
Chapter 15 : Kaito Kano
Chapter 16 : Kaito Kano
Chapter 17 : Hatoru Fuji
Chapter 18 : Mahari Yusa
Chapter 19 : Bos? (He/She?)
Chapter 20 : Kaito Kano
Chapter 21 : Takuma Ryuu
Chapter 22 : Kaito Kano
Chapter 23 : Bos? (He/She?)
Chapter 24: Mahari Yusa
Chapter 25 : Kaito Kano
Chapter 26 : Kaito Kano
Chapter 27 : Mahari Yusa
Chapter 28 : Mahari Yusa
Chapter 29 : Mahari Yusa
Chapter 30 : Mahari Yusa
Chapter 31 : Kentarou Kidou
Chapter 32 : Kaito Kano
Chapter 33 : Mahari Yusa
Chapter 34 : Mahari Yusa
Chapter 35 : Mahari Yusa
Chapter 36 : Joshi Hera
Chapter 37 : Mahari Yusa
Chapter 38 : Kaito Kano
Chapter 39 : -----
Chapter 40 : Mahari Yusa
Chapter 41 : Joshi Hera
Chapter 42 : Mahari Yusa
Chapter 43 : Mahari Yusa
Chapter 44 : Kaito Kano
Chapter 45 : Joshi Hera
Chapter 46 : Kaito Kano

Chapter 10 : Mahari Yusa

1.2K 108 7
By MariaHor1

Peserta yang masih bertahan.

 


·                    Mawari Moka f

·                    Bukashi Toru m

·                    Tamiya Erika f

·                    Sakoto Ryuji m lolos

·                    Hamata Elisa f

·                    Kaito Kano m

·                    Futari Nara f lolos

·                    Gurume Moshi lolos

·                    Mahari Yusa f

·                    Joshi Hera f

·                    Hatoru Fuji m

·                    Magashi Ema f

·                    Daiki Mitoru m

·                    Kentaro Dou m

·                    Ronshiba Jiku m

·                    Takura Michi f

·                    Michizu Rei f

·                    Tamako Hani f

·                    Takuma Ryuu m

·                    Megaku Renai f

·                    Kurama Rin f

·                    Renka Inami f

·                    Miyazaki Touma m

·                    Yukashi Yui f

·                    Basaku Eki m

·                    Ibara Riku m

·                    Takashi Katoru m

·                    Ayano Chizu f

·                    Kamizawa Jo m

·                    Kazewa Satomi  lolos

·                    Mihiro Fuka f

·                    Saito Ken m

·                    Mayuri Sena f

·                    Zakito Yato m

·                    Motohiro Akira m

·                    Kizamu Hata m

·                    Kentarou Kidou m

·                    Hiyuro Kasumi m



          Sudah ada 4 orang yang lolos. Kami sama sekali belum membuat pergerakan untuk menuju pintu. Jika dibiarkan terus, kami akan tetap disini untuk wantu yang lama. Apalagi luka Joshi masih belum juga pulih.

          "Mungkin kita akan menunggu pintu tersebut di arah barat. Kira-kira pintu itu akan berpindah tempat ke setiap arah selama 6 menit. Itu hanya membutuhkan kira-kira 24 menit untuk sekali putar."

          Joshi nampak tidak yakin dengan rencana Kano.

          "Jangan terlalu tegang Joshi. Rencana Kano pasti berhasil."

          "Sebaiknya kita jalan selakarang. Hari sudah mulai gelap."

          "Jangan memaksakan diri. Lukamu belum pulih." Kano menahan lengan Joshi.

          "Aku tidak mau menjadi beban!"

          Sebuah pertikaian antara Kano dan Joshi dimulai. Aku tidak mau menghalangi pendapat mereka yang saling bertentangan. Perdebatan mereka semakin serius sehingga Kano terpaksa mengalah. Akhirnya kami pergi ke arah barat. Setelah sampai disana, jarum kompas mengarah ke selatan. Kami hanya perlu menunggu beberapa menit saja untuk pintu itu datang. Kami tidak menunggu dengan hanya duduk diam, kami juga harus nenghadapi monster-monster yang berusa untuk menghalangi perjalanan kami. Aku dan Kano menyerang monster tersebut, sedangkan Joshi memberi arahan dimana monster itu akan muncul. Pintu itu datang! Ada sebuah peringatan disana.

          Hanya mencangkup satu orang. Jika kalian masuk bersama-sama, kalian tidak akan selamat. Lebih baik menunggu pintu ini datang kembali.

          Apa? Apa ini sebuah lelucon?

          "Aku sangat tidak suka lelucon di game ini." Protes Kano.

          Semua nampak berpikir untuk membuat keputusan. Ini memang sulit jika harus memilih. Aku ingin lolos tapi aku juga tidak ingin Kano gagal. Aku tidak ingin. Hah? Kenapa hanya Kano? Bukankah Joshi juga berada disini?

"Siapa yang akan masuk? Jika kita terus berpikir, pintu ini akan berpindah. Selagi monster gila itu belum datang. Siapa yang akan masuk?" Aku membubarkan keterpurukan mereka. Kano memandang ke arahku dan aku memberikan tatapan jika aku baik-baik saja. Kebahagian akan kurasakan jika aku menolong mereka. Atau lebih tepatnya Kano?

          "Joshi, Aku akan tetap menunggu bersama Yusa." Aku tersontak kaget.

          "Tidak! Harus diantara kalian." Bentak Joshi.

          Kano tetap memaksa dan mendorong Joshi hingga melewati pintu tersebut. Setelah beberapa detik, pintu itu berpindah dalam sekejap. Aku bahkan tidak bisa melihatnya.

          "Itu keputusan yang bagus." Ini membuatku tertawa. Kenapa aku tidak berpikir untuk menyelamatkan Joshi terlebih dahulu setelah mengetahui watak antara aku dan Kano sama kerasnya, tetap berdiri pada pendirian masing-masing walaupun akan ada pendapat orang lain yang berbeda.

          "Untuk kedua kalinya aku melihat wajah datarmu menghilang. Lebih seringlah begitu."

          "Eh?"

          "Nandemonai heheh." Sebuah senyum muncul di wajahnya.

          Aku dengar. Bukankah kau lebih buruk karena baru kali ini aku melihatmu tertawa setelah kita saling berkomunikasi? Haha....kau lebih buruk. Ini pertama kalinya aku melihat simpul manis di wajahmu. Tidak sepatutnya kau mengatakan hal itu. Seharusnya aku yang berkata demikian.

          Angin berhembus membuat hatiku nyaman. Tidak peduli aku dalam suasana tegang yang mengancam nyawaku, aku tetap bisa tenang merasakan angin berhebus. Rambutku yang mengibas juga merasakan hal yang sama. Leherku seperti digelitik oleh angin yang melewatinya. Apakah pembuat luka di leherku ini juga bisa merasakan hal yang sama setelah semua kejadian yang kami alami? Apakah kau juga merasakan angin lembut ini, Oka-san?

          Kami memutuskan pergi ke arah selatan untuk bertemu pintu lebih cepat. Jika kita berjalan ke arah berlainan maka waktu yang akan dibutuhkan hanya sedikit. Kano tidak menyetujui usulku untuk berpisah di barat sehingga kami bisa mempercepat kelolosan kami. Dia tidak ingin berpisah karena akan membahayakan, akan lebih baik jika bersama. Keras kepala!

          "Tinggal berapa menit lagi pintu itu akan datang?"

          "Sekitar tiga menit lagi."

          Kami sibuk membasmi monster yang datang. Aku mencuri pandang ke arah layar besar di atas sana, perserta yang tumbang bertambah tiga, perserta yang lolos bertambah 2. Apakah kami juga akan masuk ke dalam peserta yang lolos?.

          "Yusa awass.."

          Suara tembakan dari orang lain terdengar. Kano sudah berada di depanku menghalangi penglihatanku sehingga aku tidak bisa melihat sinar bulan yang terpancar. Tubuhku membeku ketika merasakan punggungnya mengeluarkan cairan hangat. Aku telah terbiasa dengan namanya darah tapi aku tak kuat kali ini. Aku berusaha menahan aliran darahnya dan segera mengambil botol 'nyawa'. Kano meminumnya dan aku tahu ini akan berefek sangat lama.

          "Bertahan Kano..." aku menyenderkannya. Dia berusaha bangkit tapi aku menghalang. "Jangan bergerak."

          Suara tembakan kembali terdengar. Sebelumnya aku sedang tidak fokus tapi karena aku sedang mencari mangsaku, ini terasa mudah. Di balik kegelapan, aku bisa melihat sosok yang tak asing. Dia peserta dengan kepala plontosnya, Kamizawa Jo. Dia melihat ke arahku dan segera menembak. Sebelum dia melakukannya, aku sudah melakukannnya terlebih dahulu. Aku melihat ke arah layar, namanya masuk ke dalam peserta yang gagal.

          "Hei jangan berdiri."

          "Aku sudah bilang, aku tidak apa-apa." Walaupun aku mencoba untuk menahan niatnya, itu hanya berakhir percuma. Pintu itu muncul di belakang kami. Aku hanya diam melihat ganggang pintu itu, tidak ada niatanpun untuk lebih dulu memasuki pintu kelolosan. Padahal sebelumnya aku mempunyai niat sedikit untuk melewatinya. "Kau duluan." Kano membukakan pintu itu untukku.

          "Tidak. Keadaanmu sedang tidak baik."

          "Ayolah... perempuan tidak sepatutnya malam-malam di tempat gelap ini."

          Kami berakhir berdebat. Tidak ada yang ingin memasuki pintu ini. Kami saling mendahului kepentingan orang lain daripada diri kita sendiri. Kano mendorongku sama halnya yang dia lakukan pada Joshi. Dia menatapku dengan senyuman tanpa bersalah dengan keputusan yang dia ambil. Secara otomatis pintu itu tertutup seakan aku telah dipisahkan oleh Kano. Aku berusaha membuka pintu tersebut tapi pintu itu menghilang menghindariku. Badanku gemetar dan aku berteriak supaya pintu itu muncul kembali.

          Selamat anda lolos dalam babak ini. Silakan memasuki pintu untuk berkumpul di ruang putih bersama dengan peserta lain.

          "Diam kau program sialan! Tampat ini juga putih sama seperti ruang putih sialan itu! Aku hanya ingin pintu itu kembali! Seharusnya aku yang berada disana. Dia dalam keadaan tidak baik. Tubuhnya terluka!"

          Program itu menghiraukan aku berbicara. Aku terjongkok tidak kuat menompang tubuhku. Aku terus berteriak supaya pintu itu terbuka. Aku tidak mau dia menjalani semunya dalam keadaan tidak sehat. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku tak kuat bernapas. Ini sangat sakit. Aku merasakan sesutu menagalir deras di wajahku. Aku menyentuh dan merasakan rasa asin dari air tersebut.

"Aku menangis?"

          Untuk pertama kali aku menagis untuk orang lain setelah kejadian itu. Apakah aku sungguh tidak ingin kehilangannya? Padahal sebelumnya aku sangat mudah mengatakan bahwa aku akan biasa saja jika dia pergi. Tapi ketika aku merasakan langsung perasaan ini, aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak mau sendiri, aku tidak mau orang lain selain dirinya tinggal bersamaku, aku tidak mau dia pergi. Aku tidak mau kehilangannya!

          "Yusa?" Aku mendengar suaranya. Apa ini halusinasiku? "Kenapa masih disini?"

          Aku menoleh pada seseorang yang berada di depanku . "Kano?" Kano tiba-tiba saja berbaring dengan napas lega. Lukanya bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Dia terbatuk-batuk. Batuknya menjadi batuk darah, keadaannya sangat menyedihkan.

"Aku kira aku akan mati. Tenang.. aku sudah meminum 'nyawa' kedua."

          Dalam sekejap aku sudah jatuh dalam pelukannya. Aku memeluknya dengan erat tidak peduli dengan darahnya yng akan menodai bajuku. Rasa hangat langsung kurasakan di seluruh tubuhku. Aku menahan tangisku di depannya. Ini nyata! Dia benar-benar masih hidup! "Jangan melakukan hal bodoh." Kataku sambil menahan air mataku yang ingin tumpah.

          "Aku hanya mengikuti keinginanku. Itu saja." Sambil mengelus rambutku.

******


           Sudah hampir 4 jam kami disini, menuggu hingga luka Kano agak baikan sebelum kami memasuki pintu untuk berkumpul dengan peserta lain. Kami mengobrol setelah kesunyian sempat menerpa kami. Banyak hal yang ingin aku tayakan tapi biarkan semua itu menjadi misteri. Rasanya belum tepat jika dia terlalu banyak bicara dalam keadaannya sekarang. Tapi aku sangat ingin menanyakannya.

          "Kenapa cepat sekali lolosnya?" Tanyaku dengan nada datar.

          "Apa kau berharap aku tetap disana? Mungkin karena bantuan peserta lain yang juga lolos. Pintunya semakin cepat datang."

          "Bagaimana tentang lukamu?"

          "Hanya terserang oleh moster itu. Saat itu muncul kabut yang menggangu penglihatanku."

          "Ceroboh!" Kataku ketus.

          "Lihatlah dirimu, kau lebih ceroboh. Ingat ketika melamun melihat layar besar itu dan tidak memperhatikan sekitar? Sebaiknya koreksi dirimu." Ada benarnya juga perkataannya. Jika saat itu pertahananku tidak hancur, kejadian ini tidak akan terjadi. Bodonya diriku. "Tadi kau menangis? Hidungmu tadi sangat merah."

          "Tidak!" Sangkalku.

          "Tidak perlu berteriak. Pendengaranku masih normal."  Aku hanya menutup wajahku pada kedua telapakku. Dia melihatnya? "Jangan pernah menunjukkan pada orang lain. Jangan pernah menunjukkan kelemahanmu pada orang lain." Wajah Kano menjadi serius.

          "Apa maksudmu? Dan kenapa harus mengulangnya hingga dua kali?"

          "Kenapa ya...untuk menjaga keselamatan saja. Ketika seseorang menunjukkan kelemahannnya, semakin mudah musuh akan menyerang."

          "Prinsip yang selalu diharapkan dari seorang Kaito Kano. Pemikiran matang yg tertuju pada masa depan."

          "Dan hanya seorang Mahari Yusa yang selalu memperhatikan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Bahkan rela memakan cacing tanah."

          Kami berdua hanya tertawa pada kelebihan masing-masing. Tidak pernah menyangka dia akan mengingatnya. Obrolan kami terasa makin ringan dan bersahabat. Aku ingin ini semua berlangsung lama, tidak mau semua ini berakhir. Kami memutuskan meninggalkan ruangan ini dan pergi menemui yang lain. Mereka semua menatap kami ketika aku dan Kano muncul dari pintu yang kami lewati. Joshi menghampiri kami.

          "Kalian lama sekali." Terdapat nada khawatir disana.

          "Hanya sedikit mengobrol di ruang sebelumnya."

          "33 peserta yang berada di depanku, aku ucapkan selamat. Dan Selamat menikmati waktu istirahat kalian."

Continue Reading

You'll Also Like

1M 66.2K 63
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
29.4K 782 53
Sebelum baca cerita ini lebih baik baca cerita orang tuanya dulu ya, biar gak bingung nanti. Jangan lupa follow, komen dan votenya. See you. JANGAN...
282K 27K 41
Start : 30 Nov 22 End : 10 Mei 23 Kehidupan baru untuk Erlan yang tak semulus pantat bayi. Dingin diluar receh didalam. Luka dan siksaan, kegilaa...
HE IS MY DESTINY By Ayaa23

Mystery / Thriller

8.1K 27 7
Hanya hiburan refreshing otak AREA 🔞 HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. +Cwok hyper +Cwek polos Dan jadilah...⊙⁠īšâ âŠ™