The Antagonist's Perfect Husb...

By A4Bb_444

9.7M 916K 76.8K

Erlando Demian adalah sosok suami sempurna bagi seorang antagonis novel wanita bernama Eliza Vierzon. Eliza a... More

Prolog
Bab:1
Bab:2
Bab:3
Bab:4
Bab:5
Bab:6
Bab:7
Bab:8
Bab:11
Bab:9
Bab:10
Bab:12
Bab:13
Bab:14
Bab:15
Bab:16
Bab:17
Bab:18
Bab:19
Bab:20
Bab:21
Bab:22
Bab:23
Bab:24
Bab:25
Bab:26
Bab:27
Bab:28
Bab:29
Bab:30
Bab:31
Bab:32
Bab:33
Bab:34
Bab:35
PENTING!
Bab:37
Bab:36
Bab:38
Bab:39
Bab:41
Bab:42
Bab:43
Bab:44
Bab:45
Bab:46
Bab:47 {END}
Ekstra Part (l)
LAGI-LAGI!
PEMBERITAHUAN!

Bab:40

144K 17.4K 3.8K
By A4Bb_444

Sebelum baca, usahakan untuk vote terlebih dahulu ya 🌟

⚠️ Banyak typo berseberan, di mohon untuk hati-hati dalam membaca ⚠️

HAPPY READING!

Derap langkah terdengar di lorong rumah sakit, Erland yang kini berlari dengan penampilan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja kini terus berlari menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh.

Tak hanya Erland, dibelakangnya juga Hendar dan para anak buahnya turut mengikuti Erland dari belakang hingga orang-orang yang melihat kedatangan mereka sontak langsung memberikan jalan untuk Erland.

Langkah Erland terhenti, matanya yang tampak memerah menatap tajam tulisan papan depan pintu di hadapannya.

Ruang jenazah

Dada Erland naik turun, antara marah atau mungkin sedang berusaha menetralkan dirinya.

Tangannya terkepal erat, demi Tuhan Erland tak pernah berharap sedikitpun dia bisa menemui istrinya di ruangan ini.

Berusaha menyangkal lagi, Erland menghapus air matanya yang sialnya tak pernah ingin berhenti keluar.

Hendar yang melihat itu terdiam, dia tau betapa besarnya rasa Erland pada Eliza, dia tau betapa tergila-gilanya Erland pada Eliza, dan dia tau betapa berharganya Eliza di kehidupan Erland.

Dan melihat Erland seperti sekarang, Hendar tak tau bagaimana mendeskripsikan kondisi Erland. Mungkin Erland terlihat berusaha tegar saat ini, tapi tak ada satupun orang yang tau betapa rapuhnya Erland karena mereka tak merasakannya kecuali Erland.

Menghapus air matanya dengan kasar, Erland langsung membuka pintu di depannya.

Hal pertama kali yang Erland lihat adalah beberapa polisi dan petugas rumah sakit sedang mengelilingi salah satu mayat di ruangan ini, mereka yang tadinya sibuk kini bersamaan menatap Erland yang baru saja membuka pintu.

Salah satu polisi menghampiri Erland yang masih berdiri di tempatnya.

"Tuah Demian." Ucapnya.

"Dimana istri saya?" Tanya Erland langsung menatap tepat mata polisi didepannya dengan tatapan tajam.

Polisi tersebut meneguk air ludahnya kasar.

Hanya orang kuno di negara ini yang tak mengetahui cinta sang kekayaan dunia pada istrinya, termasuk polisi ini juga.

Polisi ini rasanya tak mampu untuk menjawab pertanyaan Erland, hingga ia memundurkan sedikit tubuhnya dan melirik jenazah yang tak jauh darinya.

Erland mengikuti arah pandangan polisi di depannya, melihat mayat yang sudah tak terbentuk lagi dengan tubuh sepenuhnya hangus membuat Erland dengan cepat memejamkan matanya tak sanggup melihat itu.

Tak beda jauh dari Erland, Hendar pun langsung memalingkan wajahnya saat melihat mayat itu.

Tangannya terkepal lebih erat memperlihatkan urat-urat lengannya yang tercetak jelas, rahangnya mengeras dengan urat leher menonjol. Membuka matanya lagi, Erland menatap lebih tajam polisi di depannya.

"Saya tanya sekali lagi, di mana istri saya?" Tanya Erland dengan aura benar-benar mengancam.

Tubuh polisi di depannya sudah bergetar, bibirnya terasa tegang untuk berbicara.

"DIMANA ISTRI SAYA!" teriak Erland lalu menarik kerah leher polisi di depannya.

"Ma-mayat itu i-istri a-anda tu-tuan." Jawab sang polisi dengah terbata-bata.

DEGGG

Mata Erland membelalak sempurna, wajah dan ekspresi marahnya tadi kini seketika hilang di gantikan dengan tatapan kosong. Tangan Erland yang tadinya memegang kerah leher polisi, kini terjatuh dengan lemas.

Hendar mendengar itu memejamkan matanya, untuk sekarang Hendar benar-benar tak sanggup melihat ekspresi Erland lagi.

Kabar ini mampu menghentikan desiran darah yang mengalir di tubuh Erland, kabar ini membuat kerja jantung Erland seketika berhenti, kabar ini juga membuat Erland seketika lupa bagaimana caranya ia bisa menghembuskan nafasnya dan kabar ini seketika mendorongnya kembali dalam lubang yang begitu dalam dan gelap yang sampai kapanpun tak akan bisa ia keluar tanpa uluran tangan istrinya.

Tapi kini istrinya....

Kesadaran Erland kembali, seluruh kulitnya kini memerah dan kini ia ingin mengangkat tangannya untuk menghajar polisi di depannya karena berani-beraninya mengatakan bahwa mayat itu adalah istrinya.

Tapi sebelum tangan Erland menyentuh kulit polisi itu, polisi di depannya sudah terlebih dulu memperlihatkan cincin di tangannya yang membuat Erland lagi-lagi menegang.

"Kamu menemukan ini di tempat kejadian, ini merupakan bukti terkuat meyakinkan anda bahwa korban adalah istri anda tuan. Selain cincin ini, kamu juga menemukan barang bukti lainnya, yaitu sisa-sisa pakaian yang digunakan nyonya yang tidak termakan api sepenuhnya."

DEGGGG

Hancur, itulah yang dapat mendeskripsikan kondisi Erland saat ini.

Erland ingin mengelak,tapi bukti-bukti yang polisi tunjukkan padanya membuat bibirnya kelu.

Menatap cincin yang masih indahnya sama seperti cincin yang melingkar di jari manisnya membuat dada Erland berdenyut sakit, cincin ini memang dia sendiri yang mendesain nya dengan begitu indah dan tak mudah hancur meskipun di bom nuklir sekalipun. Dan melihat cincin itu kini masih tampak berkilau dengan tulisan namanya yang tertera kecil di bagian dalam cincin tersebut, Erland langsung mengepalkan tangannya memegang cincin tersebut dengan begitu erat.

Erland menundukkan kepalanya, bahunya kini bergetar dan makin lama semakin bergetar hebat. Semua orang di ruangan itu langsung meninggalkan Erland, memberi ruang untuk Erland saat ini terkecuali Hendar yang kini masih berdiri tegap di belakang Erland.

Hendar terdiam melihat tubuh tegap di depannya yang biasanya tampak begitu kuat dan tegar, kini bergetar sangat hebat dengan bahu yang sudah lunglai.

Hendar tau perasaan Erland saat ini, Eliza yang begitu sangat Erland ingin selamatkan dari penyakitnya kini justru meninggal dengan kondisi sangat mengenaskan.

Eliza pergi dengan kesalahan pahaman mereka, dan kini kesalahpahaman itu tak mungkin terselesaikan karena Eliza kini selama-lamanya meninggalkan Erland.

"El, aku tau ini bukan kemauan mu untuk pergi. Tapi, kamu melupakan janjimu untuk terus bersama suami dan anak-anak mu El. Jika nanti anak-anak mu telah besar dan menanyakan dirimu, apa yang harus aku katakan pada mereka. Dan bagaimana cara ku untuk bisa membuat Erland menikmati hidup tanpa adanya dirimu, kau pergi dengan meninggalkan tugas yang begitu berat untukku dan aku hanya minta padamu agar kau bisa tenang di sana. Disini aku, akan berusaha sebisa mungkin menjaga mereka untukmu. Semoga tenang El."

Hendar mengangkat tangannya ingin menepuk pundak Erland,tapi sebelum berhasil ia hanya bisa menatap kosong di depannya karena Erland kini sudah pergi memeluk mayat istrinya dan menangis sejadi-jadinya di sana.

"Kau meninggalkanku El, kau meninggalkanku!"

Erland memeluk tubuh kaku itu dengan erat, menghiraukan bahwa bagaimana kondisi mayat itu saat ini.

"Jika kamu ingin pergi, kenapa tidak mengajakku El. Bawa aku, kumohon."

Tubuh Erland bergetar hebat.

"Anak-anak, kamu meninggalkan mereka juga. Kamu meninggalkan kami."

"BANGUN EL, KUMOHON BANGUN KATAKAN BAHWA KAU TIDAK AKAN MENINGGALKAN KU! AYO BANGUN!"

Hendar berlari menghampiri Erland yang kini bersikeras membangunkan mayat Eliza.

"Er sudah! Eliza sudah tenang di sana."

"DIAM! KAU TIDAK TAU APA-APA SIALAN! ISTRIKU KINI PERGI,DAN KAU MENYURUHKU UNTUK TENANG, KAU MENYURUHKU TENANG HAA!" Teriak Erland keras sambil mendorong tubuh Hendar dengan keras.

Erland tak menghiraukan bagaimana kondisinya saat ini, air mata sudah memenuhi wajahnya dan tak henti-hentinya mengalir.

Erland kembali memeluk tubuh Eliza, ia menangis keras di sana sangat lama. Hendar tak lagi ingin menegurnya, Erland tidak seperti orang-orang pada lainnya yang menyukai dukungan di saat-saat seperti ini karena pada dasarnya Erland tak mungkin mudah menghadapi kondisi ini mengingat yang meninggalkan nya adalah Eliza istrinya.

Lama melihat Erland yang tertua menangis dengan permohonan yang terus ia tujukan agar istrinya bisa kembali bangun, tapi sekuat apapun yang usaha Erland semuanya akan sia-sia.

Dan sepertinya kini Erland sudah mulai bisa mengontrol dirinya, terlihat sudah tak ada lagi suara tangisan nya dan kini Erland mencium lama kening Eliza.

Tubuh Erland kembali menegak, Hendar yang melihat was-was dari belakang.

Dan seperti dugaan Hendar, kini ia melihat Erland mengeluarkan benda tajam dari saku celananya yang memang sudah Erland siapkan sebelum turun dari mobil jika benar-benar situasi ini terjadi.

Mata Hendar membesar melihat Erland dengan sekuat tenaganya ingin menusuk ujung pisau tetap di jantungnya, tapi sebelum ujung pisau itu benar-benar menyentuh tepat jantung Erland, Hendar sudah terlebih dulu mengambil pisau tersebut dan membuangnya entah ke sembarang arah.

Erland seketika menatap Hendar tajam.

"Kau-"

"Kau gila Er!"

"KAU TAK MERASAKAN NYA, ELIZA KINI BENAR-BENAR MENINGGALKAN KU DIA MENINGGALKAN KU DAN KAU INGIN AKU TETAP DI DUNIA INI SETELAH TUJUAN HIDUP KU PERGI!" Bentak Erland terlihat dirinya saat ini begitu frustasi dan hilang kendali.

"AKU TAU KAU INGIN MENYUSUL ELIZA, AKU TAU KAU INGIN KEMBALI BERSAMA ISTRIMU DAN AKU TAU KAU INGIN BISA DISISI NYA LAGI. TAPI PIKIRKAN DENGAN ANAK-ANAK KALIAN ERLAND!" Balas Hendar.

"Ingat, Eliza mengorbankan nyawanya dan bertahan dengan rasa sakit yang ia derita selama ini untuk anak-anaknya. Dan kini setelah Eliza kau juga ingin meninggalkan anak-anak kalian, jernihkan pikiran mu Er jangan membuat perjuangan Eliza selama ini sia-sia dengan melantarkan anak-anak kalian."

Erland memalingkan wajahnya kesamping.

"Mereka adalah anak-anak mu dan Eliza. Buah hati kalian dan bukti cinta kalian, membuat mereka tidak merasakan kasih sayang orang tua bukan keputusan yang baik Er. Cukup mereka tak merasakan kasih sayang ibu, tapi jangan sampai mereka kehilangan kasih sayang mu juga."

"Kau tidak mampu memberikan Eliza kebahagiaan di akhir hayatnya Er. Setidaknya dengan merawat anak kalian baik-baik Eliza bisa bahagia di sana, apa kau pikir dengan menemui Eliza sekarang Eliza akan bahagia?"

"Untuk sekarang pikirkan dengan baik setiap tindakan mu Er, karena saat ini kamu tidak sendirian karena anak-anak mu ada bersamamu." Setelah mengatakan itu Hendar langsung keluar, Hendar berharap Erland bisa mencerna apa yang sudah ia sampaikan dan Erland segara mungkin mengambil keputusan.

Erland terdiam di tempatnya, ia menatap kosong lantai yang ia pijaki.

"El apa yang harus ku lakukan." Gumamnya lirih.

*****

Kepergian Eliza membuat negara ini gempar, siapa yang tidak mengenal sosok Eliza?

Dia merupakan model terkenal dan juga istri dari seorang pengusaha sukses, membuat banyak para wanita iri dengannya.

Dan kini sosok itu telah pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan suami dan anak-anaknya yang bahkan masih berumur lima hari.

Gundukan tanah yang masih basah kini tertepa hujan deras, semua orang yang menggunakan pakaian serba hitam kini menatap prihatin pada keluarga yang di tinggal sang pemilik tubuh.

Celine sudah terlebih dulu pingsan di pemakaman itu, dan kini satu persatu orang mulai pergi meninggalkannya sosok pria yang kini masih terduduk dan mengelus papan yang menuliskan nama Eliza istrinya.

Hendar memegang payung untuk melindungi Erland dari guyuran hujan.

Wajah Erland kini tak ada ekspresi lagi, matanya terasa kosong menatap ukiran nama istrinya di depan.

"Er, hari sudah mulai gelap. Hujan pun semakin deras." Ucap Hendar.

Erland mendekatkan tubuhnya dan mencium ukiran nama istrinya dengan lama.

"Apapun yang terjadi,ada atau tidak adanya dirimu di sisiku, mati maupun hidupnya dirimu kamu akan menjadi satu-satunya wanita yang kucintai. Aku memohon untuk di setiap aku di hidupkan kembali, perasaan ini tetap sama dan aku bersumpah demi jiwa dan ragaku bahwa aku tidak ingin jatuh cinta selain pada dirimu."

"Semoga kamu bahagia disana, dan tunggu aku datang bersamamu."

*****

Tangannya mengambil sebuah novel tebal yang akhir-akhir ini sangat di sukai oleh istrinya, Erland mengelus sampul novel tersebut dengan lembut seakan yang ia elus kini surai lembut istrinya.

Kini Erland duduk di kasurnya, rasanya sangat sepi tanpa kehadiran nya. Bukan hanya hatinya yang kini terasa sepi, tapi seluruh tempat yang ia pijaki semuanya terasa sepi tanpa ada dia di samping nya.

"Aku sudah sampai di bab terakhir, di mana Harry hampir mengungkapkan kasus pembunuhan temannya. Sedikit lagi tamat."

Membuka halaman dimana terakhir kali istrinya baca, Erland ingin melanjutkan bacaannya agar Eliza bisa tenang dan tidak penasaran lagi apa kelanjutannya.

Tapi pada saat di halaman itu, Erland menemukan sebuah kertas dan denhan pelan Erland membuka kertas yang terlipat dua itu dan ternyata sebuah surat ditulis Eliza.

Untukmu, Erlando Demian.

Aku tau, kamu mengusirku bukan keinginan hatimu dan aku juga tau kamu tak mendengarkan sepenuhnya ucapan ku di kala itu karena yang kamu pikirkan adalah tentang penyakit ku ini.

Dan aku juga tau bahwa kamu pasti sudah memeriksa cctv untuk mendengarkan kembali apa yang ku ucapkan kan?

Dan saat kamu menemukan surat ini, kamu sudah mengetahui semuanya.

.....

Tidak ada sedetikpun keinginan ku untuk bisa terbangun di tubuh ini Er, sama sekali tidak.

Saat pertama kali terbangun, yang ada dipikiran ku adalah untuk segera berpisah denganmu dan bisa memulai hidup dari awal lagi.

Tapi Eliza dia menginginkan ku untuk mendampingi mu selamanya sebagai penebusan rasa bersalahnya padamu, meskipun dia sudah memberikan ku secara utuh atas tubuhnya dan dan juga memberikan dirimu padaku tapi aku tidak ingin egois.

Memiliki suami sepertimu adalah impian ku di dunia dulu, cinta dan kasih sayang darimu membuatku lupa siapa diriku sebenernya.

Aku menghargai dan sangat menghargai waktu yang kita habiskan selama ini, dan aku berterimakasih atas kenangan yang telah kamu berikan padaku Erland dan kenangan itu tak akan bisa ku lupakan.

Aku dulu pernah berpikir, alangkah indahnya jika yang kamu cintai itu diiriku bukan Eliza tapi lagi-lagi aku di tampar oleh kenyataan.

Seharusnya meninggalkan mu tidak sesakit ini, tapi karena aku mencintaimu membuat setiap langkah yang ku ambil untuk meninggalkan mu terasa begitu berat.

Tapi bersamamu aku sudah sangat bahagia Er, apalagi kita saat ini di karuniai putra-putri yang sangat menggemaskan setidaknya dengan semua pencapaian itu aku tidak merasa menyesal berada di sini.

Aku Elsa Abhizar tak akan melupakan mu Erlando Demian, aku akan menganggap mu sebagai sahabat ku dan ku harap kamu pun begitu sebaliknya


Senang bertemu dan hidup bersama denganmu.

Elsa Abhizar.

Erland menutup kembali kertas tersebut seperti semula, ia menatap sekelilingnya dengan air mata terjatuh di kelopak matanya.

Andai dia tau bahwa Erland sudah mengetahui semuanya, Erland lebih tau dari yang Eliza maupun Elsa tau karena semuanya yang terjadi adalah rencananya.

Tapi pada kenyataannya, Erland kedua kalinya kehilangan wanita yang ia cintai lagi.

Satu rahasia, Erland tak pernah mencintai Eliza baik itu sekarang maupun dahulu.

Karena sesuai janjinya, di kehidupan ini ataupun selanjutnya Erland hanya akan mencintai satu orang wanita yaitu istrinya yang sesungguhnya.







T A M A T


Jangan lupa tinggalin jejak dulu ya, vote and komen 🐸

See you 👋

🌟👇

Continue Reading

You'll Also Like

722K 65.7K 31
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
1.1M 92.9K 46
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
351K 28.4K 29
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...
115K 10.9K 32
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...