The Antagonist's Perfect Husb...

By A4Bb_444

9.7M 919K 76.8K

Erlando Demian adalah sosok suami sempurna bagi seorang antagonis novel wanita bernama Eliza Vierzon. Eliza a... More

Prolog
Bab:1
Bab:2
Bab:3
Bab:4
Bab:5
Bab:6
Bab:7
Bab:8
Bab:11
Bab:9
Bab:10
Bab:12
Bab:13
Bab:14
Bab:15
Bab:16
Bab:17
Bab:18
Bab:19
Bab:20
Bab:21
Bab:22
Bab:23
Bab:24
Bab:25
Bab:26
Bab:27
Bab:28
Bab:29
Bab:30
Bab:31
Bab:32
Bab:33
Bab:34
Bab:35
PENTING!
Bab:37
Bab:36
Bab:39
Bab:40
Bab:41
Bab:42
Bab:43
Bab:44
Bab:45
Bab:46
Bab:47 {END}
Ekstra Part (l)
LAGI-LAGI!
PEMBERITAHUAN!

Bab:38

118K 13K 2.5K
By A4Bb_444

Sebelum baca, usahakan untuk vote terlebih dahulu ya 🌟

⚠️ Banyak typo berseberan, di mohon untuk hati-hati dalam membaca ⚠️

HAPPY READING!

Operasi Caesar yang berlangsung selama 2 jam lebih kini berhasil dengan sempurna, terlihat Eliza yang kini menatap binar dua bayi yang berada di gendongan dua suster di depannya.

Dengan senyuman lebar, Eliza mengambil bayi yang berbalut kain tebal dan lembut berwarna biru.

Kedua bayi itu terlahir dengan sehat dan sempurna, bayi kembar tak identik berjenis kelamin laki-laki dan perempuan ini tampak begitu menggemaskan dengan kulit masih berwarna merah.

"Apa ini yang lahir duluan?" Tanya Eliza dengan ibu jarinya mengelus lembut pipi bayi di gendongan nya.

"Iya nyonya, laki-laki lahir terlebih dahulu baru perempuan." Jawab salah satu suster di samping Eliza.

Eliza tersenyum semakin lebar.

"Kamu sekarang jadi seorang kakak, jadi tugasmu adalah menjaga adikmu." Ucap Eliza pelan pada bayinya.

Eliza mengangkat kepalanya dan menatap bayi yang berbalut kain berwarna pink di gendongan suster.

Suster yang mengerti keinginan Eliza tanpa berbicara, dengan cepat salah satu suster mengambil bayi laki-laki di gendongan Eliza dan suster yang satunya menyerahkan bayi perempuan pada Eliza.

Eliza tersenyum kecil melihat bayi keduanya, ia dengan lembut mencium kening dan kedua pipi bayinya sama seperti yang ia lakukan pada bayi laki-lakinya tadi.

"Jadi adik yang penurut ya, selalu dengar apa yang kakak mu ngomong." Bisik Eliza pelan dengan hati bergetar bahagia melihat kedua bayinya kini telah lahir.

Eliza menyerahkan kedua bayinya pada suster untuk di istirahatkan, mata Eliza yang awalnya tampak bahagia menatap kedua bayi tersebut kini tampak berubah sendu mengingat sampai sekarang Erland tak kunjung datang melihat keadaan nya dan kedua anak mereka.

Kembali membaringkan tubuhnya dengan pelan,Eliza meneteskan air matanya.

Seharusnya ini adalah momen yang bahagia untuknya dan Erland,tapi entah kenapa momen yang amat sangat di tunggu ini terasa menyesakkan.

Eliza berpikir, apakah Erland saat ini benar-benar telah membencinya? Bahkan Erland tak ada untuk melihat anak-anaknya.

Yang Eliza pikirkan dan mohonkan amat sangat, yaitu jangan sampai Erland membenci anak-anaknya.

"Kumohon Er, jika aku pergi jangan benci anak-anak. Mereka sangat membutuhkan mu, saat itu mereka hanya benar-benar memilikimu. Jadilah ayah yang baik untuk mereka."

Eliza perlahan memejamkan matanya, saat ini ia harus lebih banyak istrihat karena setelah kondisinya lebih baik ia akan langsung melakukan operasi transplantasi jantung.

Tanpa Eliza sadari, sedari dia bangun hingga menggendong kedua anak-anak nya dan sampai ia memejamkan mata lagi ternyata Erland berada di depan pintu dan mendengar suami yang ia ucapannya.

Di luar pintu, Erland mengepalkan tangannya mendengar ucapan Eliza. Sangat menyesakkan ketika mendengar Eliza sudah mengatakan hal itu, seolah-olah dia benar-benar akan pergi meninggalkan nya.

Apa Eliza tak memikirkan perasaan nya? Tak memikirkan hidupnya kedepannya? Dan apa Eliza kira dia akan masih bisa hidup ketika nafasnya telah pergi meninggalkannya?

Terkadang Erland berpikir, apakah Eliza mencintai nya seperti gilanya dia mencintai Eliza?

Erland memejamkan matanya, menahan gejolak amarah bercampur sedih yang di rasakan nya saat ini.

Amarah karena dia merasa di posisi ini dia seperti tak bisa melakukan apapun, dan sedih mengingat bagaimana konsekuensi operasi yang akan istrinya lakukan.

Lama berada di posisi seperti itu, Erland dengan pelan membuka pintu ruang inap Eliza. Saat masuk, dia melihat Eliza yang kini sudah tertidur dengan lelap.

Kaki panjang Erland melangkah dengan pelan tak menimbulkan suara, dan saat berada di samping Eliza butiran air mata sudah tak dapat ia bendung ketika melihat bagaimana tenang nya wajah Eliza saat ini.

Erland bergerak mencium kening Eliza lama, kenapa, kenapa penyakit itu harus istrinya yang merasakannya, kenapa bukan dirinya saja yang merasakan itu. Jika bisa ditukar, Erland bahkan dengan senang hati menggantikan Eliza dari semua rasa sakit yang Eliza rasakan.

Saat Erland melepaskan ciuman di kening Eliza, lututnya terasa begitu lemas hingga saat ini lututnya bersimpuh di lantai dengan tangan yang masih menggenggam tangan Eliza lembut.

Sangat sulit untuk Erland bersikap biasa-biasa saja saat melihat istrinya kini sudah berada di ujung kematiannya, Erland tak ingin menemui Eliza karena dia tak ingin Eliza melihat betapa rapuhnya dirinya saat ini.

Disaat Eliza sadar, Erland hanya bisa menatapnya dari jauh. Dan di saat Eliza tertidur, disitulah dirinya datang dan menumpahkan segala apa yang di rasakan. Seperti saat ini, Erland menangis tanpa suara dengan bahu yang bergetar sangat hebat.

*****

Memasuki ruang NICU tempat khusus di mana bayi yang baru lahir di letakkan untuk mendapatkan pengawasan penuh dari tenaga medis, kini Erland melangkahkan kakinya berjalan pada dua tempat kaca yang berbentuk persegi yang memperlihatkan bayi yang berbalut kain berwarna biru dan pink kini memejamkan matanya.

Tangan Erland bergerak memegang dua boks kaca di depannya, ia menatap satu persatu anaknya dan Eliza yang tampak sangat menggemaskan.

"Erozalex."

"Eryischa."

Setelah mengucapkan dua nama itu, Erland langsung pergi meninggalkan ruang NICU tersebut.

Eliza tersenyum lebar mendengar ucapan Hendar barusan, kini ia menatap anak-anaknya dengan bahagia.

"Erozalex dan Erisyscha, itu nama yang sangat bagus!" Ucap Eliza.

Hendar menganggukkan kepalanya setuju.

"Erland memikirkan nama itu selama berjam-jam setelah tau anak kalian telah lahir dengan sehat." Ucap Hendar.

Eliza yang mendengar hal itu tiba-tiba melunturkan senyumannya.

"Dia, dia kenapa belum datang? Semenjak aku bangun, sampai sekarang aku belum pernah melihatnya. Apa dia benar-benar tak ingin melihat ku lagi, apa dia membenci ku, atau mungkin dia sudah jijik melihat istri berpenyakit nya-"

"Apa yang kau katakan El!" Potong Hendar tak suka mendengar ucapan Eliza.

"Kau sendiri tau betapa Erland mencintai mu, betapa dia menganggap mu hal yang paling dan sangat penting dalam hidupnya. Apa kau pikir Erland seperti yang kau katakan?"

Eliza menghapus air matanya.

"Tapi kenapa dia tidak pernah menemuiku?"

"Setelah tau akan penyakit mu, Erland bahkan tak pernah tidur El. Selama kau menjalani operasi,dia menunggu mu dan berdiri di depan pintu operasi selama berjam-jam. Dan saat ini dia juga sedang sibuk mencarikan dokter terbaik untuk mu, tolong jangan bicara seperti tadi lagi karena Erland benar-benar akan terpukul jika mendengar nya."

Mendengar itu Eliza berusaha menenangkan dirinya, semakin ia terlalu banyak menangis dan berpikir terlalu banyak maka jantungnya terasa sangat nyeri.

"Hen, aku mau pulang." Ucap Eliza.

"El, kondisi mu-"

"Aku tau, aku akan baik-baik saja. Aku akan menunggu di rumah menunggu kapan akan melakukan operasi, di rumah sakit membuatku merasa sesak dan tidak nyaman."

"Aku mohon, jika memang sudah waktunya untuk melakukan operasi maka aku akan langsung berangkat."

Hendar terdiam sejenak, lalu ia menghembuskan nafas nya gusar.

"Aku akan membicarakannya terlebih dahulu dengan Erland." Ucapnya, membuat Eliza tersenyum.

"Terimakasih Hen."

Hendar membalikkan tubuhnya.

"Jika kau ingin berterimakasih, maka jadilah lebih kuat dan hiduplah lebih lama El. Lakukanlah untuk suami dan anak-anak mu."

Eliza terdiam sesaat.

"A-aku, aku akan melakukannya."

Mendengar itu Hendar menganggukkan kepalanya, ia langsung pergi dan Eliza yang melihat itu langsung melunturkan senyumannya di gantikan dengan wajah yang meringis kesakitan.

Tubuh Eliza bergetar menahan sakit, tangannya kini meremas dadanya berusaha menghilangkan rasa sakit ini.

Air mata Eliza lagi-lagi lolos merasakan sakit yang amat sangat ini, dia meyakinkan bahwa dia kuat. Yah dia kuat.

Kembali merebahkan tubuhnya dan berusaha memejamkan matanya, setidaknya jika ia tidur Eliza tak begitu merasakan sakit. Dan berharap ketika bangun sakit itu setidaknya bisa sedikit reda.

*****

Di dampingi oleh madam, Eliza memasuki mansion besar yang sudah beberapa hari ini ia tinggalkan. Eliza duduk di kursi roda yang di dorong oleh Hendar dengan Eliza yang menggendong Eira kecil, sedangkan Eros berada di gendongan madam.

Sebelumnya, madam sudah mempersiapkan kamar khusus untuk Eros dan Eira dan kini mereka sedang menuju kamar itu.

Pintu terbuka memperlihatkan kamar yang mewah dengan desain kamar yang menggemaskan dengan banyak mainan untuk anak-anak, Eliza melihat itu tersenyum bahagia.

"Apa dia yang menyiapkannya?" Tanya Eliza.

"Setelah tau anda ingin pulang, tuan menyiapkan semuanya hanya satu malam nyonya." Jawab madam.

Eliza megangukkan kepalanya, dia tahu Erland tak sejahat itu untuk melantarkan istri dan anak-anaknya. Eliza juga tau saat ini Erland sedang sibuk mencarikan dokter terbaik untuknya, hanya satu yang Eliza harapkan semoga saja ia bisa kuat dalam operasi ini dan bisa kembali hidup bahagia dengan suami dan anak-anaknya.

Hendar pamit pergi setelah mengantarkan Eliza di kamar anaknya, dan kini hanya tinggal Eliza dan madam yang melihat Eros dan Eira yang kini tertidur pulas di ranjang kecil mereka yang sudah di berikan pembatas.

"Tuan dan nona muda benar-benar jiplakan tuan besar dan nyonya, apalagi tuan muda dia memiliki mata yang sangat mirip dengan anda. Sepertinya tuan muda mewarisi mata anda, sedangkan nona muda mewarisi wajah anda nyonya." Ucap madam.

Eliza megangukkan kepalanya setuju dengan penilaian madam.

"Tapi secara garis besar mereka lebih mirip dengan ayah mereka madam." Ucapnya.

Madam melihat dua bayi itu lebih teliti lagi.

"Ahh iya anda benar, mereka benar-benar keturunan keluarga Demian."

Tampak Eros bergerak gelisah, Eliza yang melihat itu langsung menepuk kecil Eros menenangkan nya. Dan seorang beberapa detik, terlihat Eros yang sudah mulai kembali melanjutkan tidurnya.

"Nyonya, anda harus istrihat. Kondisi anda saat ini masih lemah, ayo saya antar ke kamar anda." Tawar madam sambil memegang kedua pegangan untuk mendorong kursi roda.

"Maaf merepotkan madam."

"Tidak masalah nyonya,ini sudah tugas saya."

Eliza segera pergi, tapi sebelum itu ia mencium masing-masing kening kedua anaknya dan mengucapkan selamat malam lalu pergi meninggalkan kamar itu.

Sesampainya di kamarnya, Eliza langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Madam sudah pergi dan kini waktunya untuk istrihat, sebelum menutup matanya Eliza menatap sendu sampai kirinya yang kosong karena biasanya jika ia menutup mata pasti hal yang terakhir kali ia lihat adalah suaminya begitupun ketika ia membuka matanya. Tapi sekarang rasanya sangat berbeda, membuat Eliza mengeratkan pegangan tangannya pada selimut yang menutupi tubuhnya.

"Selamat malam Er." Lirihnya pelan lalu memejamkan matanya.

Pagi harinya, Eliza kedatangan Celine yang berkunjung di mansion dengan membawa anaknya yang kini sudah memasuki bulan kelima.

Celine yang duduk di ruang tamu menatap Eliza yang kini sedang memangku Vincent dengan mata sendu, dia benar-benar tak menyangka Eliza saat ini sedang menderita penyakit yang sangat berbahaya.

"Dia sangat menggemaskan Cel." Ucap Eliza.

Celine tersenyum menanggapinya.

"Eros dan Eira juga sangat menggemaskan, ketika besar nanti mereka pasti akan sangat mirip dengan mu dan Erland."

Celine mendekatkan tubuhnya dengan Eliza.

"El apapun yang terjadi kamu harus tetap kuat ya, Eros dan Eira masih sangat membutuhkan mu. Apalagi Erland, jadi tolong berusaha lah untuk terus berada di sisi keluarga mu." Ucap Celine sambil memegang tangan Eliza.

Eliza sudah menyerahkan Vincent pada pengasuh nya, ia menatap Celine di sampingnya.

"Hal yang selalu aku doakan sebelum menutup mata adalah untuk terus bisa membuka mataku Cel."

Celine terisak kecil.

"Kamu berubah El." Ucapanya.

"Kamu berubah, akhirnya setelah sekian lama kamu mengejar Lucas dan kini kamu bisa melupakannya dan membuka hatimu kembali untuk Erland."

DEGG

Jantung Eliza berdetak kencang, ia mencoba biasa saja di depan Celine.

"Karena aku bukan Eliza sahabat mu Cel."

"Dulu, kamu pernah bilang sampai matipun kamu akan tetap membawa cintamu pada Lucas. Aku tau itu hanya gurauan mu, tapi dulu aku sempat ketakutan tapi melihat mu bisa bahagia dengan Erland sekarang aku jadi lega."

"Eliza, dia memang sudah pergi selamanya dengan tetap membawa cintanya untuk Lucas."

"Kamu tau kan El, Erland itu benar-benar cinta sama kamu. Dia bisa lakukan apapun untuk kamu, bahkan hal sulit sekalipun dia bisa mengusahakan asalkan itu bisa membuat mu bahagia."

"Iya, dan itu untuk Eliza bukan aku."

"Jadi, tetaplah semangat untuk terus hidup. Lawan penyakit mu El, bukan dengan aku ataupun orang lain lakukanlah demi keluarga mu."

Eliza terdiam, dia juga ingin mempunyai semangat itu tapi entah mengapa hatinya merasa itu semua sia-sia. Eliza tau seberapa kecilnya peluang operasi nya itu berhasil, dia juga tau bagaimana kondisi jantung nya saat ini karena bagaimanapun dialah yang merasakannya.

Eliza tak ingin pergi, tapi keadaan memaksanya untuk pergi.

Dan sebelum pergi, Eliza ingin hatinya tenang dan damai.

Dan untuk mendapatkan ketenangan itu, dia harus mengatakan sesungguhnya pada Erland.

Tidak perduli bagaimana reaksi Erland kedepannya,apa dia masih mempertahankannya atau mungkin membencinya.

Setidaknya, Eliza sudah mengungkapkan yang sebenarnya. Dan jika suatu saat ia menutup matanya untuk selama-lamanya, dia bisa bebas dari semua sandiwara ini.

Bersambung. . .

Mau doubel up?

Komen yang banyak, nanti kalau banyak jam setengah sembilan up lagi 😁

Jangan lupa tinggalin jejak dulu ya vote and komen 🐸

See you next chapter guys 👋

🌟👇

Continue Reading

You'll Also Like

134K 12.6K 36
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
201K 579 11
CERITA DEWASA KARANGAN AUTHOR ❗ PLIS STOP REPORT KARENA INI BUKAN BUAT BACAAN KAMU 🤡 SEKALI LAGI INI PERINGATAN CERITA DEWASA 🔞
1.1M 81.4K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
320K 18.6K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...