Only 9 Years | lo.gi.na [END]

By shbakri

14.3K 1.2K 136

[Teenfiction Islami 14+] "Na, lo sama dia itu beda Tuhan. Terus mempertahankan dia selama 9 tahun ini buat ap... More

Prologue
Important Information
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Epilogue
Périkardium

Chapter 57

139 17 0
By shbakri

Unique Thing
The real; Pelengkap Iman.
———————

Laki-laki itu tak berani melihat ke arah tangga yang sedang ditapaki jelmaan bidadari sedang diapit oleh dua perempuan. Walaupun wajah cantik itu sudah dibaluti niqab senada dengan warna gamisnya tetap saja membuat Husain tidak rela jika semua orang menatap istrinya penuh kagum. Dia suaminya saja masih takut memandang lama-lama. Lah ini?

Asiyah si penata acara berdiri menyambut Nagine dan menyuruh gadis itu untuk menempati posisi di samping Husain. “Salim ya. Kalian sudah halal,” katanya mengarahkan.

Sejenak Nagine memandang Husain, keduanya saling pandang. Husain ragu mengulurkan tangannya. Laki-laki itu kemudian membuang muka dan memundurkan posisinya beberapa langkah. Dia mengelus nada, melirik ke arah Kyai Afnan sambil menggeleng.

Kulo deg-degan, Bi,” katanya pada Kyai Afnan yang tanpa disadari berhasil membuat semua orang tertawa karena yang diucapkannya bukan lagi bisik-bisik.

Nagine yang sudah berhasil mengatur deru napas pun menjadi salah tingkah dan harus restart mengatur keberaniannya lagi.

Kyai Afnan mengelus pundak putranya. “Ayo, istrimu mau salim.”

Husain kembali reflek memegangi dadanya sambil menarik napas. Kata istrimu yang tadi abinya ucapkan sukses membuat salah tingkah.

“Nikah tuh memang gini, Cen. Banyak nikmatnya. Lihat-lihatan doang aja bisa nambah pahala,” kata Kyai Afnan. Pria itu kemudian kembali membawa Husain untuk menghadap Nagine yang tengah menunduk malu.

Lukas kemudian mengambil posisi di samping putrinya, dia memegangi tangan Nagine lalu diulurkannya ke arah Husain.

Tanpa Kyai Afnan bantu sodorkan, Husain memberikan tangannya untuk dicium oleh Nagine pertama kali. Akhirnya Nagine bisa mempertemukan hidungnya dengan punggung tangan Husain. Beberapa kamera sibuk memotret momen kedua mempelai.

Sentuhan lembut yang pertama kali Husain rasakan itu membuatnya tak mau kalah untuk menyentuh ubun-ubun perempuan yang beberapa menit lalu menjadi istrinya.

Allahumma inni as aluka khoyrohaa wa khoyro maa jabaltahaa alaih. Wa a'udzubika min syarri haa wa min syarri maa jabaltahaa alaih.

Doa itu Nagine aminkan.

Kini menjadi sebuah pemandangan yang meneduhkan. Lukas dan Sevina sudah berhasil menikahkan putrinya. Kyai Afnan dan Umi Abidah pun turut berbahagia karena berhasil mengantarkan putranya menjemput gerbang rezeki.

Husain melepaskan sentuhannya dengan keadaan kedua bibir yang ia lipat menahan senyum. Sungguh laki-laki itu tidak kuat lagi dengan kemeleyotan ini.

“Gus Husein monggo dicium ningnya,” kata Asiyah.

Nagine memandang Asiyah sambil mengerutkan dahi. Di balik niqabnya dia memasang wajah bingung. Selain bingung dengan arahan dari penata acaranya yang ia anggap kurang sopan meskipun sangat wajar dilakukan oleh suami istri. Kedua, ia bingung dengan Asiyah yang memanggilnya ning padahal dia bukan orang sunda. Apalagi namanya juga tidak ada naning-naningnya.

“Harus dicium di depan umum gini ta Mbak?” tanya Husain. Ia sedikit malu soalnya.

Nggih, Gus. Ini sekali aja kok buat mengabadikan momen, ya ‘kan Mas kameramen?” tanya Asiyah melirik dua orang laki-laki yang sama-sama memegangi kamera. Mereka mengangguk bersamaan.

Yowis nggak papa, Le. Sekali aja kok,” kata Umi Abidah. Mau tak mau Husain mengiyakannya.

Dia memegangi kepala Nagine, tapi justru gantian. Gadis itu malah berlari memeluk ayahnya karena malu. Nagine bersembunyi di dada bidang Lukas saking malunya. Tidak peduli jika hal seperti ini malah semakin memalukannya.

Semua orang yang ada di sini serempak tertawa melihat kelakuan pengantin baru itu. Apalagi Aya, dia jadi orang pertama yang meledek sahabatnya paling parah.

“Hei, ayo. Kasian kameramennya nungguin,” kata Lukas. Nagine melepas pelukannya. Tangan pria itu kemudian tergerak merapikan beberapa benda yang terlihat tidak pas tertempel di kepala putrinya.

Nagine kembali dituntun menuju Husain. Walaupun agak merinding sebenarnya.

“Udah siap? Nggak akan lari lagi, ‘kan?” tanya Husain berbisik. Nagine menggeleng. Ia baru merasa malu karena melakukan hal sebodoh tadi.

Melihat respon kecil itu membuat Husain gemas dan memegangi kedua sisi kepala istrinya, lalu mendaratkan kecupan yang cukup lama. Seruan ma syaa Allah mengiring seketika.

———————

Akad mereka dilaksanakan pada hari Jum’at. Usai melaksanakan ijab qobul di masjid tadi, Nagine diusung menuju rumah ndalem—sebutan untuk rumah Kyai—karena para laki-laki akan melaksanakan salat Jum’at.

Saat keluar dari mobil, Nagine disambut meriah oleh santri-santri yang ada di sini. Di depan asramanya mereka melihat Nagine heboh yang tengah dituntun menuju rumah ndalem, sedangkan gadis itu malah menunduk karena malu.

Di ndalem Umi Abidah langsung menghantarkan Nagine menuju kamar Husain yang ada di ruangan paling depan dekat dengan ruang tamu, lalu mengajak Aya bergabung bersama keluarga ndalem lain memberikan waktu untuk suami istri itu.

“Istrimu sudah di dalem kamar, Le. Sana samperin sekalian siap-siap solat Jum’at,” kata Umi Abidah. Husain mengangguk patuh.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Husain mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk. Dia melihat Nagine yang tengah duduk di tepi ranjang menunduk. Istrinya itu memang selain reflek memeluk, ia juga suka menunduk.

“Assalamualaikum.”

Salam itu Nagine jawab dengan lirih. Dari ekor matanya ia dapat melihat Husain berjalan ke arah jendela dan menutup horden kamar. Ia juga dapat melihat bahwa setelahnya Husain berjalan dan mengambil posisi duduk di dekatnya.

“Niqobnya boleh dilepas, Ning?”

Meskipun agak kurang paham dengan panggilan itu, Nagine mengangguk saja kemudian meraih benda itu untuk segera ia lepas, tapi ditahan oleh suaminya.

“Saya bantu lepas, ya?” katanya terdengar sangat lembut, bahkan telapak tangan kekar yang menumpu punggung tangan Nagine kalah lembut.

Tali niqab yang semula terikat itu sudah terlepas dan membuat kain yang memiliki panjang tak sampai 50 centi itu melonggar dari wajah Nagine. Perlahan tangan Husain melepasnya sehingga wajah cantik itu terekspos dengan sempurna.

Spontan Husain memuji nama Allah. Dia tersenyum menatap Nagine. “Sampean cantik, ma syaa Allah.”

Nagine hanya membalasnya dengan senyuman.

“Boleh saya cium sekali lagi?” tanya Husain yang tidak lagi terdengar malu-malu.

Nagine membulatkan matanya. Dia mirip seperti ikan buntal. Husain jadi terkekeh melihat itu.

“Kalau nggak boleh nggak papa kok,” katanya.

“Siapa bilang nggak boleh?” tanya Nagine.

“Oh? Boleh?”

Seketika salah tingkah.

“Bo–boleh, kok.”

Tanpa menunggu lama Husain langsung mendaratkan bibirnya ke kening Nagine. Karena gemas dengan gadis itu, Husain tanpa aba langsung memeluknya erat. Nagine yang dipeluk tiba-tiba seperti itu jelas terkejut. Dia hendak melepaskannya karena tak nyaman, tapi ternyata hal seperti ini yang membuat pahalanya bertambah.

“Terima kasih sudah bersedia menerima saya sebagai pelengkap iman kamu, Ning Gina,” ucap Husain yang terdengar seperti bisikan karena berbicara tepat di telinganya.

———————
To be continued.

Asik lah update lagi. Tiap hari begadang lagi cuma buat bisa selesaiin naskah ini. Ya kerjaan saya udah nggak sepadat hari-hari lalu, tapi biasanya setelah typing di sini besok tiba-tiba padat.

Doain supaya nulisnya lancar, ya!

All rights reserved. Tag my wattpad account if you want to share anything about this stories.

Indonesia, 22 September 2022 | Jangan lupa prioritaskan Al-Qur’an.

Continue Reading

You'll Also Like

7.1M 300K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
2.3M 141K 51
[ ROMANCE - SPIRITUAL ] 📌Jangan lupa untuk baca SQUEL-nya juga🤗 = (Mushaf Cinta Dari-Nya) *** Hanindiya Puspita, seorang perawat yang berusia 24 ta...
1.8K 64 61
Cerita Tamat ⚠️ Happy Reading 💕 Kisah seorang perempuan yang mencintai dalam diam kepada seorang laki-laki, teman satu kelasnya saat ia bersekolah d...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6.1M 337K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...