Trying To Stay [END]

By malamsejuk

6.9K 5.5K 1.8K

FOLLOW + VOTE + COMENT & SHARE AGAR TAHU INFO UPDATE NYA !! _END....._ Rank #1 jalan keluar Rank #2 Qanita R... More

Prolog
Cast !
chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Epilog
Chapter 40

Extrachapter

36 8 7
By malamsejuk

Perihal nikah itu semua tidak bisa dipaksakan, bukan? Semua itu harus tercipta dari hati yang paling dalam bahwa pernikahan itu tak hanya satu hari. Jadi, bisakan kita lewati semuanya dan menggapai apa yang kita mau?

-Trying To Stay-
_Nblaasyfaa🍂

Hari hari berlalu, tak terasa telah lima tahun berjalan setelah peristiwa yang melibatkan beberapa pihak. Kini kedamaian tercipta begitu saja, beberapa orang kembali sibuk dengan cita citanya sendiri.

"Amran!! Cepat ajak itu istrimu masa dibiarkan begitu saja, baru saja kalian menikah beberapa hari." suruh Rifky dengan tegas.

"Hehe iya, Pah. Aku udah ajak dia, katanya dia nyusul, tadi bersih-bersih dulu," balas Amran dengan tersenyum.

Alisha yang melihat jawaban putranya hanya menggelengkan kepala. "Nit, coba kamu panggilkan kakak iparmu itu. Nanti takutnya malah nyariin," suruh Alisha pada putrinya.

Mendengar suruhan dari Alisha, Qanita mencuci tangannya lalu segera menemui kakak iparnya itu.

"Kamu itu bagaimana sih, Ran? Masa kamu tinggalin istri kamu gitu aja? Katanya sayang tapi malah ditinggal," sindir Rifky kepada putranya.

"Hehe... aku lupa," kekeh pelan Amran.

"Baru juga nikah lho, Ran." balas Alisha.

Dilain tempat Qanita telah menemui kakak iparnya. Ia tersenyum tipis lalu dibalas dengan senyuman hangat darinya.

"Sudah, Kak?" tanya Qanita padanya.

"Iya, ayok. Oh ya aku mau tanya ke kamu boleh, kan?" tanya kakak iparnya itu.

Qanita mengangguk setuju mendengarnya. "Kamu sekarang praktek dimana?" tanyanya.

"Salah satu rumah sakit di Bogor, Kak."

"Oh ya? Waktu itu Amran pernah cerita, katanya kamu punya usaha sendiri ya? Apa namanya? Shancafe benar kan?"

"Iya, Kak."

"Bagus lho, kamu kapan menyusul?"

Qanita yang mendengar pertanyaan itu hanya terdiam, lidahnya kelu namun Ia memaksakan untuk membalasnya dengan senyuman tipis.

"Ayok makan sekarang! Bagaimana kamu disini Akifah? Amran gak macam-macam kan?" ajak Alisha kepada putra putrinya diakhiri tanya kepada Istri Amran.

Note : istri Amran itu bernama Akifah Nailah, seorang wanita sopan dan memiliki akhlaq yang baik. Sosok yang dikagumi Amran sejak lama akhirnya telah menjadi pasangan yang halal.

Alesha yang mendengar pertanyaan dari mertuanya menampilkan senyuman hangat. "Tidak, Mah. Kak Amran memperlakukanku dengan baik kok,"

"Kamu kapan, Nit? Tahun kemarin kamu menolak teman kecilmu sendiri hingga akhirnya dia menikah dengan temanmu," pertanyaan Rifky membuat Qanita terdiam.

Alisha yang mendengar pertanyaan itu menyenggol tangan Rifky, bermaksud menegurnya. "Insyaa Allah, jika Allah telah mengizinkan dan mempertemukanku dengan pilihan-Nya." jawab Qanita dengan tersenyum tipis.

"Azwar ngajak ta'aruf kamu tolak, trus sama siapa Nit? Teman kamu kayaknya udah pada nikah deh," ucap Amran menyahut.

"Ngga kok, minggu depan Kinara yang mau nikah  bulan depannya Keyra yang nikah. Jadi masih ada teman yang belum nikah," balas Qanita dengan tenang.

"Sama aja, Nit. Kan mereka sebentar lagi mau nikah, kamu sibuk terus sama praktek di RS, kayaknya banyak banget pasien yang ngantri diperiksa sama kamu," pungkas Amran namun ditegur oleh Akifah.

"Gapapa keselamatan pasien lebih penting." timpal Qanita yang masih dengan posisi tenang.

"Oh ya, anak teman mamah itu siapa si namanya? Raka? Atau siapa? Itu anak tante Qia lho," tanya Alisha dengan kebingungan.

"Reza," timpal Qanita membenarkan ucapan Alisha.

"Nah iya itu, katanya dia juga belum menikah. Beberapa bulan yang lalu kamu tahu kan kalau dia koma karena kecelakaan? Bukannya kalau tidak salah dia dirawat di rumah sakit tempatmu praktek lho, Nit."

"Iya, Mah."

"Nah kenapa kamu gak coba ta'aruf aja ama dia?"

Qanita tersenyum tipis, Ia tak berniat menjawabmya. Tak berselang lama sebuah dering telpon terdengar, seketika suasana menjadi hening. Ternyata handphone Qanita lah yang bersuara, dengan sigap Ia mengangkat sambungan telepon itu namun izin terlebih dahulu sebelumnya.

***

Keyra bersiap mempersiapkan semuanya, beberapa kertas tersimpan rapi dimeja pribadinya. Ya, saat ini Keyra mengabdi menjadi seorang penulis yang terkenal. Dalam kurun waktu kurang dua tahun, karya yang Ia buat menjadi best seller beberapa karyanya telah memasuki toko toko buku besar di seluruh Indonesia.

"Ra? Lu ada waktu gak? Makan siang bareng yuk," tanyanya dari sambungan telpon.

"Ada, nih. Coba hubungin Qanita ajak makan bareng juga," balas Kinara dari sambungan telpon.

"Tadi udah gue hubungin cuman gak bisa, dia ada jadwal operasi."

"Yaudah gue kesana aja, tunggu bentar yak. Assalamualaikum,"

"Iya, waalaikumussalam."

Sambungan telpon diakhiri secara sepihak. Ia kembali memandang laptop didepannya, sebuah naskah yang Ia buat belum sempurna selesai. Terlebih naskah yang saat ini Ia tulis akan di filmkan oleh salah satu produser. Ia juga telah menjadi seseorang yang sibuk saat ini, bahkan hingga diundang ke luar negeri hanya untuk melakukan seminar.

"Kak! Jalan yu!" ajak Arlan pada Keyra.

"Nggak, gue udah ada janji."

"Sibuk terus, emang gak pusing mikirin terus naskah? Belum lagi urusin bisnis mamah."

"Pusing tapi dikit, gapapa kan bisnis mamah bentar lagi kamu yang pegang."

"Hm, gue jalan dulu, nanti gue bantu urusan bisnis mamah. Kak besok jadi, ya?"

"Iya harus."

Arlan pergi meninggalkannya, oh ya Arlan juga telah masuk semester akhir di universitasnya, sehingga Ia sedang sibuk sibuknya memikirkan skripsi hingga . Arlan kini secara perlahan telah memaafkan ayahnya, Ia menjadi sosok lelaki yang tinggi, memiliki kharisma yang tinggi, irit bicaranya namun lihai dalam berbuat.

"Key? Ngapain ngelamun?" tanya Kinara yang telah masuk kedalam ruangan pribadi Keyra.

"Lha kapan dateng?" tanya Keyra.

"Dari tadi, gue papasan ama Arlan trus kata dia masuk aja," balas Kinara yang langsung duduk dikursi ruangan Keyra.

"Oh, yaudah yuk jalan." ajak Keyra beranjak dari duduknya.

Kinara mengangguk lalu menarik tangan Keyra begitu saja. "Eh, Mayra udah mau jadi ibu lho! Gak nyangka gue dia bakal ama Kak Azwar," ucap Kinara dengan kagum.

"Wah? Lu tau dari siapa?" tanya Keyra dengan penasaran.

"Iya, gue tadi telponan sama dia bentar. Katanya kak Azwar baik banget, trus perhatiannya sepenuhnya diberikan kepada dia. Dan lu tau ga? Pas kak Azwar dapet informasi itu dari Mayra, dia langsung mutusin cuti satu minggu."

Keyra tersenyum kikuk mendengar pernyataan Kinara. "Gimana kamu sama kak Aldi?" tanya Keyra mengalihkan pembicaraan.

"Makin sibuk, inget ya lu harus datang minggu depan!" peringat Kinara dengan tegas.

Keyra terkekeh pelan, "Iya, insyaa Allah gue dateng."

Mereka berdua berada di salah satu cafe yang tak jauh dari tempat Keyra. "Oh ya, Nar? Lu jadi ngambil s2 psikologi?" tanya Keyra lagi.

Kinara menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Pengennya iya, tapi kata kak Aldi nanti aja kalau udah nikah, ngga tau juga sih dia yang pengen gitu. Lagian katanya mending ngurus anak biar orangtua deket sama anaknya," lirih Kinara dengan pelan.

"Oh gitu, lu pas kuliah ngambil psikologi perkembangankan? Nah gue mau lu bantu gue kalau gak sibuk, ini naskah gue ada selipan psikologi gitu, masalahnya kan gue gak banyak tau tentang itu semua, yaa lumayan kan elu bisa bantu gue dikit dikit. Naskahnya ini ditunggu produser bulan depan,"

"Iya si, insyaa allah gue bantu sekemampuan gue,"

"Makasih ya," ucap Keyra dengan senang.

Mereka menikmati hidangan makan siang dengan tenang, rasanya dunia ini sempit sekali. Tak lama dari mereka makan, ada sepasang wanita dan lelaki memasuki cafe tersebut. Melihat itu Keyra melambaikan tangannya, bermaksud untuk menyapa walau dari jarak jauh.

"Mayra!" pekik Kinara dengan spontan.

Orang yang dipanggil segera menengok, lalu tersenyum, keduanya menghampiri Keyra dan Kinara yang sedang makan siang. Yaa, mereka adalah Azwar dan Mayra, pasangn yang tak pernah diduga.

"Gak nyangka gue bisa ketemu elu disini, padahal udah lama gak ketemu," sambut Kinara dengan senang disambut kembali dengan hangat oleh Mayra.

"Sama gue juga, jaga-jaga lho kalian bentar lagi mau nikah," kata Mayra dengan senyuman simpulnya.

"Aku, pesan dulu ya." pamit Azwar meninggalkan Mayra bersama temannya yang bertukar kerinduan.

Kinara menatapnya dengan penuh selidik, "Lo gak di apa-apain kan sama kak Azwar?"

"Ngga kok, dia baik banget. Eh kalian cuman berdua? Qanita mana?" jelas Mayra dengan terkekeh pelan diakhiri pertanyaan.

Keyra mengangguk, "Qanita sibuk, lo taulah gimana kesibukan dokter."

Mayra mendengarkan dengan mangut mangut, "Masih mau disini dulu?" tanya Azwar pada Mayra yang tengah duduk disamping Keyra dan Kinara.

"Iya, Kak. Gapapakan?" Mayra tersenyum pada Azwar.

Azwar mengangguk, lalu duduk disamping Mayra. "Maaf ya, Kak. Kita malah pinjem Mayranya disini," cicit Kinara dengan pelan.

"Gapapa, tenang aja." balas Azwar dengan tenang.

Disela sela mereka berbincang beberapa orang lelaki masuk ke cafe tersebut. Mata mereka tertuju ke arah Keyra dan temannya namun segera mengalihkan pandangannya. Para lelaki itu duduk di salah satu meja yang ada kursi tepat 90° dari arah Keyra bersama temannya.

"Rez? Lu napa ngelamun sendiri?" tanya Bisma menyenggol badan Reza dengan pelan.

"Itu kak Azwar sama Mayra? Bukannya sama Qanita?" tanya Reza dengan mengerutkan dahinya.

Farid terkekeh pelan mendengar ucapan temannya itu. "Iya, emang lo gak tau kalau mereka udah nikah? Kak Azwar sama Mayra bukan Qanita."

Reza membulatkan matanya, "Kapan?" tanyanya dengan kebingungan.

Bisma menimpuk bahu Farid dengan berkas yang Ia bawa. Tatapannya tajam layaknya burung elang yang hendak memangsa.

"Iya, waktu itu nikahnya pas lo belum sadar, Rez. Qanita keknya belum nikah deh, soalnya gue dapet kabar kalau Azwar ditolak sama dia," jelas Bisma menerangkan.

"Hey bro! Sorry ya, gue telat lagi, tadi gue kena macet," sapa Gilang yang langsung duduk begitu saja.

"Gil, tu ada calon lo," tunjuk Farid.

"Trus maunya apa?" tanya Gilang menatap Farid dengan saksama.

"Samperin lah, kan elu calon dia," suruh Farid dengan tenang.

Gilang tersenyum simpul, disaat yang sama seorang wanita menatapnya dalam diam lalu segera membuang muka.

"Sial, manis banget_" batinnya.

"Gak boleh, bukan mahram nanti aja kalau udah mahram kan bebas mau pacaran berdua juga." timpal Gilang menohok.

"Coba lo datang ke Qanita, trus ta'aruf tapi jangan sampai main-main," saran Bisma berisik pada Reza.

"Eh iya, Aldi mana?" tanya Gilang melihat sekitar.

"Dia gak bisa, katanya harus jaga adiknya juga sama Ibunya." jawab Farid pada Gilang.

"Heh, Bis! Waraskan? Gak suka kan lo sama Reza?" tanya Farid dengan penuh selidik.

"Ngga lah, gue masih mikir kali walaupun Reza ganteng. Tapi gue juga masih suka sama cewek ko," celetuk Bisma dengan raut kesal.

'Apa iya gue harus ta'aruf sama Qanita? Tapi kalau nggak juga gue ke siksa sama perasaan sendiri,' keluh batin Reza menimang nimang apa yang harus dilakukan kedepannya.






























#nblaasyfaa
#TryingToStay
#1588kata
#KelasAresqward¹
#PraktekKepenulisan

Continue Reading

You'll Also Like

12.4M 596K 31
Cinta diam-diam Naira tersimpan rapi bertahun-tahun kepada Wildan yang hatinya telah tertambat pada gadis lain. Naira harus menahan rasa sakit saat m...
6.3M 539K 41
Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat di depan Revan. Kepalanya menunduk dalam...
609K 17K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
874K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...