The Mission [END]

By PenaLyra_

463K 43.9K 4.8K

TAHAP REVISI!!! [WARNING!! CERITA INI BANYAK MENGGUNAKAN KATA-KATA KASAR, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA!] [FOLLOW... More

Arabella 1
Arabella 2
Arabella 3
Arabella 4
Arabella 5
Arabella 6
Arabella 7
Arabella 8
Arabella 9
Arabella 10
Arabella 11
Arabella 12
Arabella 13
Arabella 14
Arabella 15
Arabella 16
Arabella 17
Arabella 18
Arabella 19
Arabella 20
Arabella 21
Arabella 22
Arabella 23
Arebella 24
Arabella 25
Arabella 26
Arabella 27
Arabella 28
Arabella 29
Arabella 30
Arabella 31
Arabella 32
Arabella 33
Arabella 34
Arabella 35
Arabella 36
Arabella 37
Arabella 38
Arabella 39
Arabella 40
Arabella 41
Arabella 42
Arabella 43
Arabella 44
Arabella 45
Arabella 46
Arabella 47
Arabella 48
Arabella 49
Arabella 51
Arabella 52
Arabella End
INFO!!

Arabella 50

5.1K 652 183
By PenaLyra_

Happy reading 🖤

Bukan dengan jalan, tetapi berlari. Langkah itu dengan cepat mengadu dengan aspal. Setidaknya hujan deras tidak begitu menjadi alasan kaki itu harus berhenti menuju ke tempat tujuannya.

Menghilang, iya! Tidak ada yang tau keberadaannya akhir-akhir ini, bahkan bagaimana dia datang dengan kemisteriusannya dan pergi meninggalkan teka-teki sudah tidak pernah ia lakukan. Justin, kata Ara dia cowok aneh yang tiba-tiba datang dan langsung mengambil peran Hero dalam ceritanya. Bagaimana dia bertindak dan berpikir kadang tak bisa di mengerti.

Bagaikan sebuah jawaban, dia datang memecahkan semua yang tersimpan rapi dan tidak diketahui.
Sialnya, malam ini cowok itu datang kembali dengan kekhawatiran di hatinya. Daerah terpencil yang menjadi tujuannya malam ini di tengah hujan deras membuat Justin mau tidak mau harus berlari secepat mungkin dibawah guyuran hujan.

Mobil yang ia kendarai rusak parah akibat menabrak pohon tadi. Itu semua sebab Justin terburu-buru dalam keadaan gelap gulita dan hujan deras. Untungnya cowok itu tidak apa-apa hanya terdapat luka kecil di beberapa bagian tubuhnya akibat melompat dari mobil itu.

Dilihatnya dengan saksama bangunan tua yang menjulang tinggi di hadapannya itu. Sejenak, mata itu terpaku bersama dengan kilasan-kilasan yang muncul di pikirannya. Seulas senyuman tanpa sadar terbit begitu saja di bibir cowok itu.

Justin tau, hari utama di mana semuanya akan menentukan hasil dari usahnya akan tiba. Selangkah saja ia masuk, maka pilihannya untuk ikut juga menyaksikan hari ini akan menjadi kenyataan. Tanpa keraguan, cowok dengan mata tajam itu masuk.

***

“Justin!” teriak Regantara lantang.

Pria paruh baya itu tanpa tenaga menjatuhkan senjata apinya begitu saja. Ia mengangkat tinggi-tinggi kedua tangan yang bergetar hebat itu lalu pandangan jatuh kepada cowok di ujung sana yang sudah terbaring dengan darah yang merembes dari dada kanannya. Seketika semua badannya terasa lemah hingga kaki tua itu tak mampu lagi menopang berat tubuhnya. Regantara terduduk begitu saja, enggan mengalihkan atensinya pada Justin.

Semua kaget dengan keberadaan Justin itu. Selain itu, ada pertanyaan yang muncul di benak semuanya. Tentang ada apa dengan Regantara? Mengapa pria itu terlihat begitu rapuh dan bersalah usai melepaskan pelurunya tepat di dada Justin.

Pak Arga sendiri mematung mendengar Regantara meneriakkan nama Justin. Yah, pak Arga masih cukup ingat tentang siapa sebenarnya Justin itu. Seketika ruangan menjadi senyap, dengan Justin yang tersenyum melihat ke arah Ara yang terpental ke tembok.

Ara yang tubuhnya menghantam tembok masih belum terlalu mengerti dengan keadaan yang terjadi seperkian detik sebelumnya. Hanya saja cewek dengan wajah datar itu tau ada orang yang baru saja menyelamatkan hidupnya. Dan orangnya adalah....

“Justin?!” pekiknya tertahan setelah mendengar teriakkan Regantara.

Reflek kepala itu melihat ke arah tadi ia berdiri dan terlihat jelas di sama ada Justin yang menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Senyuman khas seorang Justin. Sial, bagaimana bisa dia tersenyum dalam keadaan sakit seperti itu. Banyak, sangat banyak yang harus di tanyakan. Tentang kemana dia? Dan mengapa datang secara tiba-tiba saat ini.

Gadis itu berdiri, mengambil langkah demi langkah mendekati Justin.

“Pa ....” Suara parah Justin memenuhi indra pendengaran Regantara.

Semua kaget mendengar satu kata yang keluar dari bibir tipis Justin. Rey, dan Alexa dalam keadaan terikat dan Reno yang terbaring lemah di sana.

Sigap mendengar Justin memanggilnya, putra yang selama ini ia tatap hanya melalui foto saja. Yang keberadaannya selalu ia dambakan. Seorang putra yang pergi akibat kesalahan fatalnya di masa lalu. Pelan-pelan Regantara mengangkat kepala putranya itu ke pangkuannya. Pangkuan hangat seorang ayah. “I—iyaa, Nak. Ini Papa,” ucapnya lirih.

Darah yang terus keluar dari tubuh Justin menjadi kesakitan tersendiri bagi seorang ayah. Bagaimanapun ini salahnya. Air mata itu jatuh, tidak perduli bagaimana jahatnya seorang Regantara. Tapi saat ini, dia adalah seorang ayah yang takut kehilangan putranya.

Justin menggeleng, tangan bergetar itu terangkat mengusap air mata Regantara. “Udah, Pa. Justin mohon. Papa enggak capek? Hidup dengan penuh ambisi? Justin capek, Pa.”

“Nak, hey, dengerin Papa! Enggak ada yang salah, ini semua demi kita. Justin denger Papa? Ayo, Nak bertahan dan kita hidup bahagia setelah ini. Justin tau? Papa hari ini bahagia setidaknya bisa melihat Justin setelah sekian lama yang Papa hanya bisa lihat tumbuh kembangnya melalui foto. Ayo, ayo kita kerumah sakit, anak Papa kuat, 'kan?” cicitnya panjang lebar. Kemudian pandangnya jatuh pada orang-orang suruhannya yang masih bisa berdiri. “Kalian semua! Tunggu apa lagi? Segera bawa anakku ke rumah sak—“

“Pa....” Justin semakin pucat.

“Iya, Nak. Sabar ya! Kita ke rumah sakit sekarang,” ucap Regantara menenangkan.

Justin menggeleng. “Udah enggak bisa, Pa. Justin juga capek.”

“Enggak, Nak! Justin harus bertahan! Ini awal pertemuan kita setelah sekian lama. Papa menyesal ngusir Justin waktu itu. Papa kesal Justin enggak bisa seperti yang papa harapkan. Ayo, Nak. Bertahan demi Papa. Masa kita bertemu tapi langsung berpisah. Papa mohon, nak. Kamu adalah satu-satunya alasan papa untuk melakukan semuanya, termasuk hari ini. Bertahanlah, dan papa akan menyelesaikan permainan hari ini. Mengambil hak kita dan hidup bahagia. Papa janji! Papa akan memenuhi segala keinginanmu.”

Dia memang seorang penjahat, akan tetapi bukanlah semua hal akan ia lakukan untuk membahagiakan sosok anak yang dihadirkan dalam hidupnya. Benar ataupun salah, bisa ataupun tidak seluruh orang tua pasti akan melakukannya. Tidak ada kata mustahil jika itu menyangkut kebahagiaan seorang anak. Namun, kebahagiaan yang dimaksud Regantara, bukanlah kebahagian yang dinginkan oleh Justin—anak semata wayangnya.

“jangan mengatas namakan kebahagiaan Justin, hanya untuk ego papa ini. Justin nggak bahagia sama ini semua, Pa. Dan bahkan Justin capek dan kecewa sama tindakan Papa.” Justin menghentikan sejenak bicaranya, ia tidak bisa berbohong dengan gejolak rasa sakit yang begitu terasa dari hasil tembakan tadi. Tangannya saja tidak cukup untuk menahan darah segar yang terus saja mengalir membasahi baju yang kini ia kenakan.

“Dibalik kata bahagia yang papa bilang tadi, faktanya Justin tersiksa, Pa. Ingin membenci, tapi hubungan darah yang nggak akan terputus terus menyadarkan Justin. Papa, adalah alasan aku merasa nggak layak untuk hidup lagi, Pa.”

Matanya mulai memerah mendengar penjelasan anak semata wayangnya barusan.  Memang benar, bahagia akan selalu berhubungan dengan kata egois. Tidak ada kebagian yang terjadi tanpa ada keegoisan. “Kamu salah besar dengan opini yang ada di dalam pikiranmu itu. Ibumu sudah salah dalam mendidikmu. Dunia ini adalah sebuah permainan yang mencari orang terkuat, jika kamu kuat maka penguasanya adalah dirimu sendiri, akan tetapi jika kamu lemah maka dirimu akan dikuasai oleh orang lain. Hidup itu hanya bagaimana seseorang menomorsatukan dirinya dalam segala hal, tidak ada kata jahat untuk bahagia.”

Mati-matian dirinya berusaha untuk terus bertahan walaupun itu tidak akan lama, cowok itu menarik napasnya susah payah. “Menyingkirlah, tuan Regantara. Sungguh kehadiranmu kali ini hanya akan mempercepat kematianku!”

“Ara....” Pandangannya beralih menatap sosok gadis yang menjadi alasannya berada pada kondisi saat ini. Sosok gadis yang memiliki tatapan dingin yang membuatnya merasa sakit setiap kali menatapnya.

“Maaf kalau lo harus ngeliat gue dalam keadaan lemah begini. Hanya ini yang bisa gue lakuin untuk sedikit ngehapus rasa sakit lo itu. Satu-satunya pilihan gue waktu itu, dengan membantu lo menjawab semuanya. Gue ngatur gimana pertemuan kita bisa sedikit berkesan, dan akhirnya kita bisa bertemu di tempat ini. Tapi ternyata takdir lebih baik, buat perpisahan kita juga di tempat ini."

"Ini maksud gue waktu itu, bahwa gue lebih sulit karena pihak lawan yang membantu lo. Iya, gue anak Regantara—musuh lo. Walaupun sedikit demi sedikit gue bisa ngarahin lo dengan tujuan lo dan tanpa sadar disekitar lo itu banyak musuh yang bertindak sebagai teman. Gue ga bisa jelasin semuanya, seenggaknya Lo udah deket. “

“Ara, tatap mata gue!”

Ara bergeming. Tidak ada yang bisa tau apa maksud dari tatapannya saat ini, tidak ada ekspresi yang ditampilkan wajah cantik itu. Tapi siapa yang bisa menyangka jika hati gadis itu sedang tidak tenang, sejenak dirinya merasa kembali pada posisi beberapa tahun lalu yang membuatnya merasa menjadi orang paling jahat karena telah menjadi alasan dari hilangnya nyawa orang-orang di sekelilingnya.

Kedua kaki yang menopangnya terasa begitu lemah, ia takut dengan ini semua. Dia dikelilingi banyak orang, tapi hatinya merasa sendiri. Trauma itu masih ada, dan itu belum juga sembuh.

“Inget, semua orang punya luka. Luka yang mungkin sang waktu aja ga bisa bantu buat nyembuhin. Tapi, lo pasti bisa. Dendam dan kebencian yang tertanam di hati lo, gunakan itu sebagai kekuatan lo. Hari ini darah di balas dengan darah. Walaupun lo sendiri, seenggaknya kaki dan tangan lo masih lengkap gunain keduanya untuk mencapai kemenangan lo. Ini bukan permainan sulit, lo hanya perlu memanipulasi keadaan.” Sekuat tenaga cowok itu untuk mengeluarkan segalanya yang selama ini hanya menjadi rahasia di dalam hatinya. Ia tidak akan sedih walaupun hari ini akan menjadi hari terakhirnya, sebuah pengorbanan untuk orang yang menjadi alasannya bertahan bukanlah sebuah kebodohan.

Ara masih diam, tanpa berucap sepatah kata pun. Bibirnya terlihat melengkung menampilkan sebuah senyuman miring andalannya. Namun, matanya terlihat berkaca-kaca. Sungguh gadis itu terlihat begitu menyeramkan saat ini. Perlahan ia mulai berjongkok, menyetarakan posisinya dengan Justin.

Tangan Justin yang sudah dipenuhi oleh darah itu terangkat menyentuh pundak gadis itu. “Gue yakin lo bisa, jika tidak hari ini maka matahari akan kembali terbit besok untuk lo. Jaga diri baik-baik, ya. Gue gapapa, ini adalah janji yang udah menjadi tugas gue, mengantarkan lo dalam permainan ini, mempercepat lo mencapai kemenangan yang udah menjadi tujuan kehadiran lo. Terimakasih karena sudah mempersilahkan gue menjalankan tugas gue dengan lancar, ingat ketika lo lelah nanti ada pintu yang terbuka lebar yang udah lama menanti kehadiran lo.”

Justin lalu membawa tangan Ara menyentuh dadanya yang dipenuhi darah itu. "Tadinya gue pikir ini hanya luka kecil dan enggak mungkin mati hanya karena luka itu. Ternyata salah, ini begitu dalam, sakit."

Justin lalu memindahkan tangan Ara.

“I—ini buat Lo! Tadinya gue mau ngasih langsung di saat lo udah berdiri dengan kemenangan t—tapi kayaknya enggak bisa. Gue mohon setelah ini bahagia selalu ya, gue berharap gitu.” Justin menyerahkan sebuah mawar hitam yang tadi sempat terhempas tak jauh dari tubuhnya yang terbaring lemah karena tembakan Papanya sendiri.

“Liat ke arah mereka, mereka yang akan menjadi keluarga lo untuk sementara sebelum lo benar-benar merasa lelah dan memilih menyerah. Ah, sial sebenarnya ada satu tugas lagi yang belum terpenuhi. Tapi gue emang lemah, dari beberapa permohonan yang gue ucapin hanya satu yang terwujud yaitu hari ini.” Di sela-sela omongannya, Justin mengarahkan pandangan Ara untuk menatap keberadaan Reno, Rey serta Alexa yang juga tengah terduduk lemah.

Ara tertawa sejenak, matanya menatap wajah Justin yang kian melemah bersamaan dengan darah yang tak kunjung berhenti untuk mengalir. Ara tau cowok itu kesakitan, dan ia adalah satu-satunya orang yang menggemari wajah kesakitan siapapun itu. Itu adalah hal yang sangat indah di pandangannya.

"Ternyata lo benar, kita partner bukan musuh. Pertemuannya begitu berkesan, dan perpisahannya jauh lebih berkesan," ujar Ara akhirnya membuka suara.

Justin tersenyum. Ia mengerti maksud gadis itu. Pandai sekali mempermainkan ekspresi. Justin tau itu tidak sejalan dengan hatinya.

"Sembuhlah setelah ini, Ara. Tersenyum itu menyenangkan." Tak terasa bulir air mata jatuh begitu saja dari pipi cowok itu. "Andai masih banyak waktu yang tersisa, gue pengen cerita tentang masa lalu. Apapun itu, bahagialah Ara. Peran gue dalam kisah lo hanya sampai di sini."

"Dia!" Justin menunjuk Rey. "Dia yang akan gantiin gue buat cerita semuanya. Rey lo janji sama gue, ya!" ucapnya terbata-bata.

Rey di ujung sana terlihat begitu terpukul napasnya tercekat. Bagaimana pun itu permintaan Justin, sebisa mungkin akan ia penuhi.

"Gue janji!"

"Terimakasih, ceritakan semuanya kepada Bella!"

Setelahnya mata yang selalu menatap tajam itu tertutup sempurna. Perannya benar-benar telah usai.

"Selamat jalan Tuan muda Justin, sekali lagi selamat jalan dan terimakasih," ucap pak Arga lirih.

Bibirnya bergetar, melihat mawar hitam tadi dengan sorot sendu. Tangannya yang dipenuhi darah itu mengepal hebat. Rasa sesak apa yang menyerang dadanya saat ini. Ia tidak terluka tapi semuanya terasa begitu sakit. Untuk pertama kalinya ia merasakan hal ini setelah tujuh tahun lamanya.

"Selamat jalan, cowok misterius. Terimakasih, partner! Mawar yang begitu indah," katanya kemudian. Napasnya tercekat dengan suara parau.

To be continued
Sorry for Typo

Maaf banget aku udah lama banget enggak update. Maklum kok kalo lupa sama alurnya. Maaf ya, setelah ini aku bakal konsisten kok update nya. Makasih buat readers Ara yang masih stay nungguin.

Oh, iya. Beberapa part lagi Ara bakal ending.  Yeayyy!

Loveyou, Guys!🥰

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.2M 65.7K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
292K 3.9K 10
INTINYA JN HAREM BERMEKI/BERMEMEK ONLY ONESHOOT OR TWOSHOOT. BXB AREA‼️ JENO : SUB JAN SALPAK SALPAK? JAUH² SNA MOHON BIJAK DLM MEMBACA. HOMOPHOBIC G...
4M 310K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
272K 11.1K 30
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...