[TERBIT] What Lovers Do :: Le...

By precioushin

1.5M 189K 25.1K

Just a thing that lovers gonna do. More

Shin's Note
Hug
Little Seo
Period
Famous Boy
Mad
Tired
White Day
Renjun's Birthday Party
Tease You
Sick
Little Seo (2)
Quarrel
Need You Most
Need You Most #2
Need You Most #3
Random Thing : Ketika...
Random Thing : Ketika... #2
Words that I Can't Say
Jeno Day
Jeno Day (2)
Jeno Day (3)
'Home'
Deep Talk
Fever
[1] The Peak
[2] What to do
[3] Go Back to Manchester
[4] Give Your Heart a Break
Random Thing :: Hei, Joanna!!!
[5] Masih Sendiri, di Sini
[6] Come
[7] Explanation
[8] With You
[9] Back
Mademoiselle
Fatigué
Hai, Again.
Random Thing : Meet you
Random Thing : Chit-Chat
Hanging Out with Little Seo
That Time | 01
That Time | 02
That Time | 03
That Time | 04
That Time | 05
That Time | 06
That Time | 07
That Time | 08
That Time | 09
That Time | 10
That Time | 11
That Time | Jeno Side
That Time | Renjun Side
His 'Home'
Late Night
Liburan?
[1] Holiday
[2] Holiday
[3] Holiday
[4] Holiday
[5] Holiday
Random Thing : Bunda Days
Stuck with You
Sakit Lagi
Random Thing : Ketika... #3
Us
Us #2
National Boyfriend Day
When I'm With You
Honestly, I Miss You
Something Different
Still with You
a Hug
Random Thing : Ketika ... #4
Random Thing : Jeno being Clingy
Random Thing : Just Joanna being Her Self
Random Thing : Their (actually) First Kiss
Random Thing : Awal Mula (4 Serangkai)
Random Thing : Touchy
Jeno dan Hari Lahirnya
Random Thing : Melahirkan
Random Thing : National Girlfriends Day
Random Thing : Random Chit-Chat
Random Thing : Perkara Kucing
Mau tanya
If We're not End up Together
Random Thing: The Untold Story
Random Thing: Random-nya JenJo
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER!

Random Thing : Come Over

7.6K 1.1K 268
By precioushin

Happy saturday night!!

Tandai typo yaaaw

























Sekitar jam setengah 7 malam, Joanna sampai di rumah empat sekawan. Lampu-lampu rumah udah menyala, juga lampu halaman depan, membuat rumah yang didominasi cat putih itu jadi terlihat terang benderang. Dari garasi yang terbuka, Joanna bisa melihat kalo mobil Jeno, mobil Haechan dan motor Jaemin ada di sana, itu berarti ketiga cowok itu udah ada di rumah.

Ah, kalo buat Jeno, Joanna yakin cowoknya itu udah berdiam diri selama beberapa hari ini di kamarnya mengingat dia lagi ngerjain tugas maketnya. Jeno bilang ke Joanna kalo setiap hari dia cuman tidur sekitar 2 jam buat nyelesaiin tugasnya, ngejar deadline. Joanna kan jadi kasihan karena cowok itu gak punya cukup waktu buat istirahat.

Tanpa membunyikan bel, Joanna langsung masuk ke rumah yang pintu utamanya terbuka lebar itu. "Halooo para penghuni rumaaah."

Haechan yang kebetulan lagi ngurus proposal BEM di ruang tamu langsung menoleh, mendapati Joanna dengan dua kantung plastik di masing-masing tangan.

"Bawa apaan lo?" Haechan bangkit, nyamperin Joanna dan mengambil alih kantung plastik di tangan cewek itu, membantu.

"Jaemin nitip beberapa bahan makanan, lo cek aja."

Haechan mengangguk beberapa kali, langsung membawa plastik-plastik itu ke dapur dan ditaruh di atas meja makan gitu aja. Biar nanti Jaemin yang beresin.

"Gue ke atas ya, Chan!"

"Eh duit lo udah diganti Jaemin belom??"

"Udah di tf kok, tenang."

Setelah gak lagi mendengar suara Haechan, Joanna langsung naik ke lantai dua, lebih spesifiknya mau ke kamar Jeno. Pintu kamar cowok itu kelihatan tertutup rapat dengan papan bertuliskan "Don't Disturb" tergantung di sana. Kayaknya Jeno emang mau mencurahkan semua pikirannya ke tugasnya kali ini makanya gak mau diganggu sama sekali.

Joanna mengetuk pintu kamar Jeno, langsung dibuka tanpa menunggu sahutan dan menyembulkan kepalanya dari celah pintu. Pemandangan Jeno tanpa atasan yang lagi kelihatan super serius adalah hal yang pertama kali Joanna lihat. "Heloow. Boleh masuk gaaaak?"

Jeno refleks mendongak, atensinya langsung direbut Joanna sepenuhnya. Ada senyuman kecil di bibirnya seiring dengan kepalanya yang bergerak mengangguk, mempersilahkan.

Jeno emang udah tau kalo Joanna bakal datang. Pikirnya Joanna datang siang tadi, tapi batang hidung cewek itu gak juga kelihatan. Jadi Jeno menganggap kalo Joanna gak jadi datang, tapi ternyata cewek itu di sini, lagi tersenyum lucu ke arahnya sampai dua lesung pipi kelihatan menyembul.

Joanna menatap kekacauan di sekitar Jeno, ada bahan-bahan maket yang bertebaran di karpet sekitar Jeno, ada beberapa bungkus cemilan dan piring yang udah dipakai, juga asbak yang penuh puntung rokok. Fix Jeno udah ada di another level of stress.

Melihat Joanna yang melangkah ke arahnya, Jeno sengaja melepas solder di tangan dan langsung ditaruh jauh-jauh. Dia juga nyingkirin beberapa barang yang memenuhi sekitarnya biar Joanna ada tempat.

"Sinii." Katanya sambil menepuk-nepuk pahanya.

Joanna menaruh tasnya di dekat meja belajar, juga dengan sengaja melepas cardigannya, meninggalkan kaus hitam tanpa lengan melekat di badannya.

"Gue belom mandii." Dia emang langsung ke sini setelah kegiatan di kampus selesai.

"Gak apa-apa, sinii." Jeno menarik tangan Joanna yang udah berdiri di dekatnya, berniat membuat cewek itu duduk di pangkuannya.

Joanna justru memilih duduk bersila tepat di hadapan Jeno, gak mau memberatkan Jeno yang kayaknya udah capek plus pusing banget. Jeno juga gak protes, langsung beringsut mendekat dan melebarkan kaki sampai Joanna terduduk di antara kaki panjangnya. Tanpa ngomong lagi, Jeno memeluk Joanna dan menyandarkan pipi di bahu ceweknya itu. Rasanya super nyaman dan sukses mengusir sedikit rasa pusing yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir.

Jeno ngerasa lega banget begitu berhasil memeluk Joanna setelah beberapa hari ini gak ketemu sama sekali.

"Gak nyaman posisinya kayak gini." Jeno berbisik, tanpa menunggu persetujuan langsung mengangkat Joanna ke pangkuannya. Giliran Jeno yang duduk bersila dengan Joanna duduk di antara pahanya, kaki Joanna langsung bergerak melingkari pinggang Jeno.

Joanna terkekeh pelan, tangannya refleks mengelus bagian belakang kepala Jeno. "Gue belom mandi loh, Jen."

"No problem. Lo tetap wangi." Jeno gak bohong sama sekali begitu bilang kalo Joanna tetap wangi. Ceweknya ini, walau udah beraktifitas hampir seharian, tapi masih wangi banget, bahkan gak bau keringat sama sekali.

Setelahnya hening di antara mereka, Joanna membiarkan Jeno mengisi tenaganya lewat pelukan mereka kali ini. Joanna jelas tau seberapa capeknya Jeno selama beberapa hari terakhir, ditambah lagi Jeno kehilangan waktu berharga buat beristirahat dan pasti makannya jadi gak teratur. Jadi dia lebih memilih buat membiarkan Jeno beristirahat sebentar.

Tangan Joanna tetap bergerak mengelus-elus belakang kepala Jeno, memberikan kenyamanan berlebih ke cowok yang lagi menutup mata dengan nyaman itu.

"Udah makan belom?"

Jeno menggeleng dalam diam.

Joanna sebenarnya mau ngomel, tapi langsung sadar situasi. Suasana hati Jeno pasti bakalan langsung jelek kalo dia ngomel sekarang. Yang Jeno butuhkan cuman support system sekarang, bukan omelan.

"Lunch enggak berarti?"

Sekali lagi, gelengan yang Joanna dapatkan dari Jeno.

"Sarapan?"

"Sarapan kok, dipaksa Jaemin."

"Harus dipaksa emang." Joanna tersenyum kecil, melayangkan beberapa kecupan di perpotongan leher Jeno membuat cowok itu terkekeh geli. "Jangan skip makan, ah. Nanti asam lambung naiiik."

"Iyaaa."

Joanna mendengus pelan. "Iya-iya aja tapi dilakuin enggak."

"Ya gimana, otak gue tuh isinya cuman ngejar deadline. Sorryyy."

Joanna memundurkan badan, tapi Jeno malah menahannya dan mengeratkan pelukan. Jadi sekarang yang bisa Joanna lakukan ada mengelus pelan punggung telanjang Jeno dengan sebelah tangan, sedangkan sebelah tangan lagi tetap mengelus bagian belakang kepala Jeno.

"Hari ini tidur berapa jam?"

Jeno yang udah hampir tertidur menggumam panjang. "Hmmm, dua jam kayaknya."

'Kayaknya....' Joanna jadi beneran khawatir sama pola hidup Jeno akhir-akhir ini.

"Gue mau mandi dulu, boleh gak? Gak nyaman juga ini masih pakai jeans." Joanna mencoba membujuk, memainkan rambut Jeno yang mulai memanjang.

Jeno memundurkan badan, tapi masih enggan melepas pelukan. "Nginep ya? Yaaa?"

"Iyaaa. Tapi besok ada kelas jam 9."

"Iya besok dianter."

Sebelum benar-benar melepas pelukan, Jeno melabuhkan bibir di atas bibir Joanna. Meraup bibir tipis yang jadi candunya itu dengan lembut. Rasanya dia sekangen itu, dan pelukan belum bisa menuntaskan rasa kangennya.

Joanna juga gak menolak sama sekali, malah menyambut dan membalas lumatan-lumatan yang Jeno bubuhi di ciuman mereka kali ini. Ciuman mereka terkesan tenang, gak ada gigitan sama sekali di dalamnya. Jeno cuman mau menyurahkan rasa kangennya ke Joanna, tanpa ada maksud tertentu lain.

"God, i miss you so damn much," gumamnya tepat di depan bibir Joanna begitu ciuman mereka berakhir.

Joanna tertawa pelan, tangannya bergerak mengelus-elus rahang Jeno. "Nanti dilanjut. Tapi lo harus istirahat dulu. Janji nanti bakal dibangunin." Joanna berusaha membujuk.

"Iya nanti istirahat."

Joanna tersenyum puas, merasa lega karena seenggaknya Jeno gak terlalu memforsir diri sendiri lagi.

Akhirnya Jeno melepas pelukannya dan membiarkan Joanna menjauh walau enggak rela.

"Jen! Jo! Mau pizza gaak? Ini Renjun bawa 3 kotak!" Seruan ini terdengar bertepatan dengan Joanna yang akhirnya keluar lagi dari kamar mandi setelah hampir 15 menit ada di sana.

Joanna yang awalnya mau langsung bukain pintu buat Haechan yang udah mengetuk-ngetuk langsung berhenti begitu tangannya ditahan Jeno.

Jeno melirik ke arah bathrobe yang Joanna pakai, sampai cewek itu baru ingat kalo dia belom memakai baju.

Joanna menyengir, langsung menyingkir dari dekat pintu biar nanti pas Jeno membuka pintu itu, dia gak kelihatan sama sekali.

"Mana sini. Topping-nya apa?" Tanya Jeno begitu sekotak pizza berpindah ke tangannya.

"Smoked beef. Is that okay?"

Jeno mengangguk dengan cepat.

"Mau cola sekalian gak? Renjun juga beli tuh."

"Nanti aja gue ambil."

"Okeh, gue ke bawah lagi."

"Renjun thanks!!" Jeno sengaja berseru kencang sesaat sebelum menutup lagi pintu kamarnya. Tatapannya langsung tertuju ke Joanna yang lagi berkutat sama tasnya, ngambil beberapa barang penting di sana. "Lain kali jangan gitu."

"Gak inget masih pakai bathrobe, Yang. Sorryyyy." Joanna menyengir, dengan sengaja melayangkan kecupan di rahang Jeno begitu melangkah melewati cowoknya itu buat ke kamar mandi lagi, mau makai baju.

"Pakai baju Jeno aja, Jooo."

"Iya ini pakai baju Jenooo." Joanna menyahut dari dalam kamar mandi.

Dua-duanya lagi dalam mode soft ternyata.

Setelah memakai baju dan segala rangkaian produk perawatan di dalam kamar mandi, Joanna keluar lagi dengan penampilan lebih fresh. Bahkan senyumannya kelihatan lebih cerah begitu Jeno lihat.

"Eitt makan duluu!" Joanna buru-buru merebut salah satu bagian maket yang baru aja mau Jeno lanjut kerjain. Ditaruhnya maket jauh-jauh dari jangkauan Jeno. "Makan!"

Kalo kayak gini, Joanna kelihatan persis kayak Ibu-Ibu yang lagi marahin anaknya yang nakal.

"Iyaa." Jeno mengalah, akhirnya meraih kotak pizza dan membuka kotak itu sampai harum menggiurkan memenuhi kamarnya.

Sambil mengunyah pizza-nya, Jeno memerhatikan Joanna yang duduk di hadapannya. Cewek itu kelihatan lucu dengan kaus hitam Jeno yang melekat di badannya. Kaus itu jadi kelihatan besar banget pas dipakai Joanna. Bahkan bahu bajunya merosot jauh dari bahu sempit cewek itu, panjang bajunya juga jadi menutupi setengah paha Joanna.

"Kenapa ngeliat sampai segitunya?"

Jeno menggeleng dengan senyuman di bibir. "Lucu. Gemes."

"Gue? Iya lah." Jawab Joanna dengan pedenya.

Jeno tertawa keras, merasa lucu dengan ekspresi kelewat percaya dirinya Joanna.

"Mau cola deh."

"Di bawah ada kata Haechan."

"Ya udah gue ke bawah yaa."

Joanna baru aja bangkit dari duduknya begitu Jeno dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya, menahan gerakannya.

"Kenapa?"

"Pakai celana dulu." Jeno bangkit, jalan ke arah lemarinya dan menarik satu celana training punya Joanna yang emang sengaja ditinggal di sana, jaga-jaga kalo Joanna nginep kayak gini.

Jeno jelas gak bakal ngebiarin Joanna keluar dengan penampilannya sekarang. Paha cewek itu lumayan terekspos dan Joanna look so hot with his shirt. Pemandangan kayak gini cukup Jeno aja yang lihat, teman-temannya jangan sampai lihat juga.

"Nih."

Joanna dengan cepat memakai celana trainingnya, melapisi celana pendek yang udah dia pakai lebih dulu. Tapi emang celana pendeknya gak kelihatan sama sekali, ketutupan sama ujung baju Jeno.

"Mau juga gak?"

"Bawa dua kaleng aja ke sini. Atau kalo Renjun belinya botol, bawa satu botol aja."

"Okaay."

Joanna melangkah keluar setelahnya, meninggalkan Jeno yang sekarang lagi menyandarkan sisi kepala di ranjang. Matanya terasa makin memberat, mengantuk.

Jeno bisa mendengar suara Joanna yang ngobrol sama teman-temannya di lantai bawah, terdengar benar-benar akrab.

Gak lama, Joanna balik lagi ke kamar dengan botol cola ukuran satu liter dan dua gelas berisi es batu.

"Eh? Tidur?" Joanna buru-buru menaruh cola dan gelas ke atas karpet dan berjongkok di hadapan Jeno. "Jen, tidurnya pindah yuk."

"Hm." Jeno terpaksa membuka lagi matanya, mendapati Joanna yang ada tepat di hadapannya.

"Ayo pindah ke kasur." Joanna jelas gak bakalan tega membiarkan Jeno ketiduran dengan posisi gak nyaman kayak gini, jadi sekarang yang dia lakukan adalah menarik pelan tangan Jeno sampai cowok itu beranjak.

Syukurnya Jeno gak menolak pas Joanna menyuruhnya buat pindah ke kasur. Bahkan cowok itu langsung merebahkan diri dan menarik Joanna buat duduk di sampingnya. Tanpa mikir dua kali, Jeno menaruh kepalanya di paha Joanna, juga memeluk pinggang cewek itu. Jeno sengaja mengarahkan tangan Joanna ke kepalanya, minta dielus.

"Nanti bangunin ya. Jam 9."

"Iyaaa," sahut Joanna sambil mengelus lembut rambut Jeno, berharap gerakannya bisa membantu Jeno menjemput alam mimpi.

Begitu memastikan Jeno udah benar-benar tidur, Joanna dengan hati-hati beranjak buat duduk lagi di karpet. Dia masih lapar, belum sempat makan dari siang tadi. Tapi jelas dia gak bakal sanggup menghabiskan satu kotak pizza ini sendirian. Jadi, dari pada menghabiskan pizza ini sendirian, Joanna memilih buat membawa kotak pizza beserta gelasnya ke bawah, ke ruang tamu.

Ternyata cuman ada Renjun di sana, lagi serius menatap layar tv.

"Jun."

"Oit." Renjun dengan cepat menoleh, menggeser badannya buat memberi tempat Joanna duduk di sofa.

"Gak bakal habis ini sendiri." Joanna menaruh kotak pizza ke atas meja di hadapan mereka dan menyeruput cola-nya.

"Jeno?"

"Tidur dia."

Renjun mengangguk-angguk, gak lagi berniat mengajak Joanna ngobrol karena film yang diputar di tv lebih menarik perhatiannya.

Buat hampir satu jam, mereka cuman terdiam dengan mata tertuju lurus ke tv, sesekali bakalan mengunyah pizza atau meminum cola. Rasanya udah lama banget mereka gak punya waktu berdua kayak gini. Kalo dipikir-pikir lagi, semenjak Joanna jadian sama Jeno, dia jadi berjarak banget ke Renjun. Yang biasanya sering nongkrong berdua justru jadi jarang banget.

Menjelang jam setengah 9, Joanna beranjak, membuat Renjun langsung mendongak dan mengalihkan fokus dari film. "Mau kemana?"

"Balik ke kamar, Jeno minta dibangunin. Gue ke atas yaa!" Tanpa mendengar respons Renjun, Joanna langsung melangkah ke arah anak tangga dan berniat langsung ke kamar Jeno.

Begitu membuka pintu, pemandangan Jeno yang tidur tengkurap adalah hal yang pertama kali Joanna lihat. Senyumannya gak bisa ditahan sama sekali begitu melihat muka Jeno yang kelihatan gemesin. Pipi cowok itu tergencet bantal, bibirnya agak maju dan sesekali bergerak.

"Lucu banget astagaaa." Joanna mengambil hp, langsung mengabadikan momen Jeno. Sialnya, cowok itu masih aja kelihatan ganteng sekaligus imut walaupun lagi tidur begini. Jeno gak pernah jelek kayaknya.

"Makaaan. Iya makan. Mau ayaaam."

Joanna refleks menoleh begitu mendengar gumaman itu. Ternyata Jeno lagi ngigau. Cowok itu beranjak, berguling sekali sampai telentang di atas kasur. Tangannya bergerak menggaruk sisi kepalanya.

"Enggak gitu. Materialnya bukan itu. Nanti disuruh revisi pasti."

Astaga... bahkan pas tidur aja cowok itu masih mikirin tugasnya.

"Eung, jembatannya kurang kokoh. Iya-iya. Gitu."

Joanna terkekeh tanpa suara, memutuskan buat beranjak duduk di samping Jeno.

"Enggak, Joanna jangan diambil."

Gak tau serius ini Jeno mimpiin apa, but Joanna find it cute.

"Siapa yang mau ambil?" Sama Joanna disahutin, penasaran Jeno bakalan merespons atau enggak.

"Monyet."

Joanna speechless, mendadak menyesal udah nanya.

Bibirnya menipis, matanya mendelik lucu menatap Jeno yang sekarang terdiam. Kayaknya mimpi absurd cowok itu udah berakhir.

"Gak usah mimpi apa-apa deh," gumam Joanna sebelum benar-benar beranjak, memilih buat mengerjakan tugasnya di sofa yang ada di dekat jendela dan membiarkan Jeno benar-benar istirahat sampai jam 9 nanti.











Halooow, akhirnya bisa lanjut lagi dengan chapter yang panjang hehe. Apa masih kurang???

Btw ini udah chapter yang ke berapa sih? Gue gak ngitung soalnya hshshs

Setelah sekian banyak chapter WLD dan setelah satu tahun lebih kapal Jen-Jo berlayar di sini, gue akhirnya menemukan salah satu reader yang nanya soal panggilan mereka.

Gue lupa username-nya, gak sempat ss juga huhuw maaf. Dia nanya yang intinya tuh gini. "Kenapa Jeno sama Joanna gak pakai aku-kamu aja?"

Naaah, mau gue jawab di sini aja gak apa-apa kan ya???

Jadiiiii. Duluuu, pas gue baru awal-awal ngetik buku ini, gue tuh masih ngerasa agak canggung (?) kalo ngetik dialog tokoh pakai aku-kamu. Rasanya agak aneh karena jujur gue bahkan jarang banget menerapkan aku-kamu di percakapan sehari-hari gue. Teruuuus, Jeno sama Joanna itu kan udah kenal lama ya, jadinya agak canggung dan aneh (?) juga buat mereka kalo tiba-tiba ngubah nama panggilan. I hope you guys can understand cause i'm bad at explanation the reason😭

Muk nanya nih. Menurut kalian enakam tetap pakai gue-lo atau dicoba aja ngubah panggilan jadi aku-kamu. But i found that awkward for meee gak tau kenapa😭

Tapi di WLD vol. 2 mereka bakalan pakai aku-kamu kok hehe. Spoiler ini spoiler. Kalo jadi sih gue publish cerita yang satu itu

Oke deh, udah kebanyakan bacot itu.

Bubye!!!

Continue Reading

You'll Also Like

465K 18K 47
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...
78.4K 7.7K 73
bertahan walau sekujur tubuh penuh luka. senyum ku, selalu ku persembahkan untuknya. untuk dia yang berjuang untuk diri ku tanpa memperdulikan sebera...
327K 23.3K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
114K 2K 10
suka suka saya.