Hiiii😝❤️ Maaf ya, seminggu kemarin aku sibuk ngewar tiket😭😭
Btw, Dapet salam nih dari Seulgi
Katanya jangan lupa di Vote Komen dan Follow author😅😝🫶🏻
Sebelum baca jangan lupa Vote nya 🤩🙏🏻
Welcome Home Syasa
-HF-
Met baca😆✋🏻
Syasa memasuki ruang kamar inap bersama Austin. Setelah selesai dioperasi, ayahnya langsung dipindahkan menuju kamar inap VIP itu. Seharusnya ayahnya dipindahkan ke ruang ICU untuk pemulihan apalagi ayah Syasa habis operasi besar, tapi Benjy bilang kalau Ayah Syasa sempat meminta kepada dirinya agar langsung pindahkan kekamar kalau operasinya berjalan lancar
"Gimana ayah? Belum bangun?" tanya Syasa
"Belum kak" jawab Dira
Setelah beberapa jam pasca operasi, Syasa dan lainnya terkejut saat melihat tangan Aldi yang sudah mulai bergerak-gerak. Semua yang ada didalam langsung menghampiri Aldi, tidak lupa Syasa menyuruh Dira untuk memanggil Dokter.
"Ayah, ayah udah sadar?" Tanya Syasa
Aldi masih menatap langit-langit kamar itu, tatapan Aldi seperti tatapan yang benar-benar kosong. Tak lama setelah itu, Benjy masuk kedalam ruangan bersama Dira.
"Kenapa?" tanya Benjy
"Ayah udah sadar tapi dari tadi dipanggil diam aja"
Benjy kembali memeriksa Aldi yang masih terdiam seperti patung, benar-benar tidak menatap Syasa dan yang lainnya sama sekali
"Kalau habis operasi memang seperti itu kak, apalagi ayah kakak habis operasi besar, mungkin agak susah bicara selama beberapa jam bahkan bisa beberapa hari. Jadi tunggu aja kak, yang penting sering-sering diajak ngobrol" ujar Benjy
Perlahan mata Aldi menoleh kearah sebelah kirinya, menatap Syasa dan yang lainnya. Syasa tidak mengerti maksud tatapan Aldi, anehnya sekarang Aldi bukan menatap Syasa tapi menatap Austin yang berdiri disebelah Syasa
"Ayah, ayah bisa dengar Syasa gak?" ujar Syasa lagi yang sudah mendekati ayahnya
"Om gak budeg Kak, pasti bisa denger lah" ceplos Benjy
Plakkk
Austin menggeplak kencang kepala Benjy karna mulutnya tidak pernah bisa melihat situasi saat ini. Kenapa juga Austin bisa punya adik seperti Benjy
"Sakit bang, yaampun kejam banget" ringis Benjy mengelus kepalanya, "Inget bang gue dokter terganteng dan terkaya disini karna gue yang punya rumah sakit ini, jangan merendahkan gue" celetus Benjy
"Keluar sana" ketus Austin mengusir Benjy
"Iya abwangg" jawab Benjy dengan suara lenjehnya
Austin hanya menggelengkan kepalanya saja, sudah punya jabatan tinggi tapi kelakuannya tidak pernah berubah masih seperti anak kecil, apalagi adiknya itu akan menjadi orang tua. Tidak terbayang gimana anaknya Benjy kalau tahu bapaknya seperti itu.
•••••
Tepat hari yang sudah direncanakan Austin, kini semua keluarganya sudah siap untuk pergi kerumah sakit. Iya, Austin akan menikah dirumah sakit karna kondisi ayah Syasa yang belum sembuh total.
"Mana Benjy?" Tanya Freya karna anak keduanya tidak kelihatan sama sekali
"Benjy berangkat duluan ma, katanya masih ada urusan dirumah sakit" jawab Emily
"Bagus, kalo ada dia ribet" ketus Dizon
"Bang Austin yang mau nikah, Erlan yang degdegan ketemu Dira" ujar Erlan pelan sembari memegang dadanya
Kini mobil sudah berjalan memasuki gerbang rumah sakit, hanya 2 mobil yang dibawa keluarga mereka karna memang acaranya hanya didatangi keluarga dekat saja, bahkan penghulu yang saat itu menikahkan Benjy kini sudah datang untuk menikahkan Austin.
Semua orang yang berada di lobby rumah sakit menatap kearah mereka yang berpakaian benar-benar sangat rapi. Mungkin mereka bingung karna pagi-pagi seperti ini ngapain datang beramai-ramai menggunakan jas dan dress.
"Ma, kita mau kemana" ujar Isabella kebingungan
"Ketemu onty Syasa, Ca" jawab Vanka yang sudah menggendong Isabella
Tangan dan kaki Erlan benar-benar sangat bergemetar saat mereka memasuki lift rumah sakit, jantungnya juga berdegup sangat cepat. Yang menikah abangnya tapi yang panik Erlan.
Pintu lift pun terbuka, di lantai 7 khusus kamar VIP kini benar-benar terlihat sangat sepi. Entah memang tidak ada pasien yang menginap disana atau memang sudah dikosongkan oleh Benjy
"Ehh Penganten udah dateng" ujar seseorang dari belakang mereka, siapa lagi kalau bukan Benjy
"Benjy kenapa masih pakai baju dokter" tanya Jeff karna memang Benjy masih mengenakan jas dokter berwarna putih dengan stetoskop yang tergantung di lehernya
"Tadi ayahnya ka Syasa ngedrop lagi"
"Terus? Sekarang gimana?" panik Austin
"Sabar-sabar. Nih gue ceritain" ucapnya santai, "ayah nya Ka Syasa tadi tibatiba ngedrop, terus kan dari semalem gak bicara sama sekali. Nah pas ngedrop tibatiba ayahnya Ka Syasa bisikin ke telinga Benjy"
"Intinya dia bilang nanti apapun yang terjadi sama ayah pokonya acaranya harus tetap dilanjutkan, gitu lahh yang Benjy dengar"
"Terus Syasa?" tanya Austin lagi, ia benar-benar panik karna takut Syasa juga ikut drop
"Ka Syasa tadi gak mau lanjut, dia mau nunggu ayahnya normal lagi, pokonya ka Syasa nolak sampe nangis itu makeupnya luntur kesian"
"Serius dulu dong ben" kesal Freya
"Ya pokoknya ayahnya ka Syasa tetap mau dilanjutkan, gamau nunggu keaadannya normal kembali. Setelah dibujuk sama adiknya, ka Syasa akhirnya mau"
Tak mendengar lanjutan cerita Benjy, Austin pun langsung berlari kearah kamar inap. Perlahan ia membuka pintu kamar inap tersebut, betapa terkejutnya Austin melihat Syasa yang sedang menangis di pelukan Dira yang berada disebelah bed pasien ditemani beberapa suster.
Perempuan yang sudah mengenakan kebaya putih pemberian Freya kini menatap ke arah Austin, "Austin" teriak nya dan berlari ke arah Austin
Syasa langsung memeluk erat tubuh Austin dengan air mata yang masih mengalir di pipinya bahkan air mata itu juga sudah membasahi Jas hitam milik Austin
"Austin... hiks... ayah..." ujar Syasa sesegukkan karna terlalu lama menangis
Bahkan Ibu dan Dira juga sudah menangis disebelah bed pasien yang ditiduri oleh Aldi. Austin membalas pelukan Syasa dan ia juga mengelus pelan punggung Syasa, ia bingung harus berbuat apa karna ia juga sangat sedih melihat Aldi yang tubuhnya sudah tertempel banyak alat.
Pintu kamar pasien terbuka, keluarga Austin memasuki kamar inap yang lumayan besar itu. Mereka benar-benar ikut sedih melihat semua yang berada didalam sedang menangis termasuk Syasa
Benjy yang melihat tangan Aldi bergerak pun langsung berlari kearah Aldi, memang Aldi masih tersadar dengan tatapan yang masih menatap langit-langit kamar tapi Aldi benar-benar tidak bicara sepatah kata pun selain yang aldi bisikin kepada Benjy tadi pagi
Benjy mendekatkan dirinya kearah Aldi, Benjy merasa ada sesuatu yang ingin Aldi katakan kepada dirinya tapi Aldi tak bisa berkata apapun. Tangan Benjy mencoba menggenggam tangan Aldi untuk merespon maksud tatapan Aldi
Kepala Aldi tibatiba mengangguk pelan, Benjy mulai paham dengan anggukan itu yang sepertinya meminta acaranya untuk segera dimulai.
Sebenarnya kalau dilihat dari kondisi Aldi saat ini benar-benar sudah sangat parah, seharusnya Aldi dipindahkan keruang ICU agar dapat perawatan yang lebih baik. Benjy sangat yakin kalau Aldi sedang menahan sakitnya hanya untuk menikahkan Syasa dan Austin.
Benjy juga sebenarnya tidak mau egois, ia awalnya tetap memaksa Aldi agar berada di ruang ICU untuk beberapa hari tapi Aldi memaksa Benjy dan bahkan memohon dengan Benjy. Akhirnya Benjy mengiyakan nya, karna Benjy juga tak mau Aldi tibatiba berubah pikiran untuk operasi
"Kak, mulai sekarang aja biar setelah selesai acara Om langsung dipindahkan ke ruang khusus" ujar Benjy yang sebenarnya tidak tega untuk memberitahunya
Syasa menggelengkan kepalanya, ia tidak mau memulai kalau ayahnya masih dalam kondisi seperti itu. Ia mau ayahnya benar-benar mendampingi Syasa disaat akad nya dimulai
"Ka, nurut aja apa kata ayah" kesal Dira yang juga sudah menangis, "kalo kakak gamau nanti ayah malah semakin parah" sambungnya
"Sya, nurut" ujar Kurnia yang sedari tadi duduk dikursi sebelah Bed pasien
Freya menghampiri Syasa yang masih diam dan menangis, ia mengelus pundak Syasa untuk menenangkan Syasa. Memang berat sekali melihat orang tua tersayang sakit seperti itu, apalagi disaat seperti ini orang tuanya ingin anaknya menikah dan bahagia.
"Kalo emang Syasa belum siap mama sekeluarga gak masalah kok" ujar Freya menenangkan Syasa, "Syasa tenangin diri Syasa dulu ya"
Syasa menggeleng, ia kembali duduk dikursi yang sudah disiapkan, 2 kursi yang berada tepat disebelah bed pasien yang ditiduri oleh Aldi. Sebenarnya Bukan ini yang Syasa inginkan, tapi demi kesehatan ayahnya Syasa harus menerima dan ikhlas.
"Siap ya" ujar penghulu itu
"Ananda Austin Edbert Hamilton Bin Jeff Edbert Hamilton, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Aleisya Ramanda Costa Binti Aldiyans Costa dengan mas kawinnya berupa Emas 25gram berlapis berlian 0,9 karat dan uang tunai senilai 250juta rupiah, tunai"
Kepala Syasa yang sedari tadi menunduk dan menangis kini matanya membulat sempurna mendengar uang tunai bahkan maharnya, kemarin Syasa lupa bertanya dengan Austin karna Syasa terima beres saja dan tak memperdulikan semuanya yang terpenting keinginan ayahnya terwujud
Saya terima nikah dan kawinnya Aleisya Ramanda Costa Binti Aldiyans Costa dengan maskawinnya yang tersebut, tunai
SAHH!!
Titttt........
•••••
Woyyy author ngetiknya tegang banget sumpah😭🤯
@dhinces @wattpaddhinces
Next?🔥