Trying To Stay [END]

By malamsejuk

6.9K 5.5K 1.8K

FOLLOW + VOTE + COMENT & SHARE AGAR TAHU INFO UPDATE NYA !! _END....._ Rank #1 jalan keluar Rank #2 Qanita R... More

Prolog
Cast !
chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Extrachapter
Epilog
Chapter 40

Chapter 24

122 91 73
By malamsejuk

Bismillah.....
Selamat membaca :) semoga pada suka ya gaes. Oh iya maybe ada byk typo author mon maaf bgttttt ya :) thank udh baca karya pertama author.

******

Terkadang mengetahui apa yang tidak diketahui itu ujungnya menyakitkan. Rasa kesal, marah, kecewa dan sebagainya menyatu diwaktu yang sama. Tapi aku harus sadar dan harus bertindak secara dewasa, karena sekarang aku bukanlah anak kecil.

Trying To Stay
_Nblaasyfaa🍂

____________________________

Rintik hujan telah reda, mereka berdua memutuskan untuk segera kembali kerumah nenek berniat langsung pulang ke Jakarta.

08XXXX
hai! Lo lagi disini ya? Gak sekalian mampir? Atau gue aja yang mampir?
(Read)

Ya Qanita hanya membacanya tanpa berniat untuk membalas chat itu. Amran masih eh ralat tetapi setia dengan menggenggam tangan Qanita, tanpa ada niat untuk melepaskannya.
*kek org pacalan aja lu pada :) ehh pacalan dosa ga boleh oke.

"Hai Nit!" Sapa seseorang pada mereka berdua, ya siapa lagi kalau bukan ... kalian tau mungkin.

Plak.

Begitu cepat gerakan tangannya itu tepat mengenai pipi Qanita. Amran yang melihat itu hendak membalas, namun Qanita segera melarangnya.

"Udah puas?" Tanya Qanita dingin, ya sangat horor. Jika dibandingkan dengan tembok maka tembok kalah dengan aura dingin Qanita.

"Belum! Gue belum puas!" Bentak orang dihadapannya membuat mereka menjadi pusat perhatian. Bahkan beberapa orang telah mendekat ke arah mereka, termasuk para geng orang didepan Qanita.

"Hilih pengecut lo! Maennya bawa warga seRT, gak sekalian aja sedunia?" Cibir Amran pada orang didepannya ini.

"Suka suka gue," bentaknya membuat keadaan menjadi ricuh.

"Yuk balik," ajak Qanita dingin, ya Ia tak menginginkan keributan semakin menjadi.

Akhirnya Amran menurut, sejumlah cibiran kembali terpampang padanya, bahkan ada juga yang kembali mengungkit masa kelam, Qanita hanya memejamkan mata mencoba untuk bisa mengontrol emosinya.

"Sabar Nit, gue percaya lo kuat. Maaf gue malah ajak lo kesini lagi," bisik Amran pada Qanita dengan tatapan sendu.

"Gapapa kok," balas Qanita tersenyum, namun berbeda dimatanya, ya matanya malah menegaskan jika Ia lelah, terlebih Amran tak tega melihat pipi Qanita yang memerah akibat kejadian tadi.

"Langsung pulang aja ya? Nanti gue obatin dulu luka lo," ucap Amran tersenyum lalu mengeratkan genggaman tangannya.

"Oke," balas Qanita mengangguki perkataan Amran.

***

"Mau langsung pulang nak? Gak nginep aja? Itu pipi Qanita kenapa?" Pertanyaan beruntun diberikan nenek mereka.

"Iya nek hehe, seoalnya besok aku ada kelas kalau Qanita ada ulangan semester," balas Amran tersenyum Qanjta hanya tertegun debgan jawaban Amran.

"Trus itu pipi Qanita kenapa?" Tanya kakek mereka yang muncul dari ruangan belakang.

"Ini tadi jatuh kek," jawab Qanita

Kakeknya menghela nafas mendengar penuturan Qanita. "Itu pipinya mau diobatin dulu?" Tanya kakeknya lagi.

"Iya kek, biar Amran obatin lukanya," balas Amran tersenyum lalu mengajak Qanita duduk digazebo dekat rumah kakek neneknya.

"Hey bro kapan kesini?!" Seru seseorang lalu menepuk pundak Amran.

"Tadi hehe, lo sendiri kesini kapan?" balas Amran tersenyum.

"Barusan, lo mau nginep?" Tanyanya lagi.

"Nggak, gue langsung pulang sekarang," timpal Amran padanya.

"Yaelah udah sore kali Ran," ujarnya dengan menepuk bahu kanan Amran.

"Hehe iya si, tapi gue gak bisa buat nginep sekarang paling lain kali, yaudah gue duluan ya," pamit Amran, lalu menuju Qanita yang menunggu digazebo.

"Sini gue obatin dulu," ucap Amran lalu segera mengobati luka Qanita.

"Udah kak, lagian gak kenapa napa kok," ucap Qanita lalu menepis pelan tangan Amran.

"Yaudah kalau gitu, pulang sekarang aja?" Tanya Amran pada Qanita.

"Iya," jawab Qanita singkat.

****

Di lain tempat, terdapat Reza tengah berdiam di meja belajarnya, biasanya Ia selalu membaca materinya dengan fokus namun sekarang Ia tidak fokus sama sekali, entah apa sebabnya.

Toktok.

"Rez ada temen kamu tuh," ujar Qia setelah masuk ke kamar Reza.

"Siapa?" Tanya Reza mengalihkan pandangannya pada sang bunda.

"Biasa," jawab Qia santai, sedangkan Reza mengangguk paham apa maksud dari bundanya itu.

"Woy bro!" Sahut Bisma pada Reza.

"Kenapa?" Tanya Reza.

"Yaelah Rez, gak biasanya lo jawab singkat singkat gitu, lama lama jadi sikat." Jelas Gilang mengejek Reza.

"Hmm, yaudah ke atas aja kalau gitu," ucap Reza lalu teman temannya mengikuti dari belakang.

"Rez gue mo bilang," ucap Bisma tiba tiba ketika mereka berada dikamar Reza.

"Apaan?" Tanya Reza menatap Bisma.

"Ada cemilan gak? Biar gak garing gitu," balas Bisma santai dengan cengiran terpampang diwajahnya.

Reza mendengus kesal, lalu segera membawa makanan yang dimaksud Bisma.

"Yaelah lo Bis, untung Reza sabar, kalau kagak lo bisa abis sama dia," ucap Farid dengan menggelengkan kepalanya.

"Ckk, kek kalian gak pada mau ngemil aje, ntar dibelakang ngedumel mending kek gue langsung bilang ke dia," ujarnya dengan bangga.

"Bangga banget lu," kini giliran Gilang yang menyaut dengan memutar bola matanya malas.

"Berisik lo pada," decak Aldi yang sedari tadi memainkan handphone ditangannya.

"Hilih bang Al kesambet apaan ? Pms lo?!" Terang Bisma diakhiri gelak tawa dengan teman yang lain.

"Ngapain?" Tanya Reza yang tiba tiba datang dari balik pintu membuat mereka terperangah kaget.

"Ya gak ngapa ngapain Rez, kita pen ngumpul aja," balas Farid santai dengan diangguki oleh yang lain.

Mendengar jawaban itu Reza hanya menghela nafasnya kasar.

"Eh eh lo pada nyadar gak? kalau sekarang ini kek ada kejanggalan?" Tanya Gilang tiba tiba.

"Kejanggalan apa?" Tanya Aldi serius.

"Gue tadi iseng nge-hack eh taunya kek gini." ujar Gilang lalu memperlihatkan pada teman temannya. Perlu diketahui, memang diantara mereka Gilang merupakan hacker, namun identitasnya hanya diketahui oleh teman temannya.

"Lah kok ini," ujar mereka serempak terkejut dengan apa yang ditunjukan oleh Gilang.

"Ntar gue selidiki lagi bro," ujar Gilang yang paham dengan raut wajah teman temannya.

***

Rasa lelah dan kantuk kini menguasai Qanita dan Amran. Mereka telah sampai dirumah dan memutuskan merebahkan tubuh dikasur kesayangannya.

"Apa yang sudah kamu lakukan sama Amran? Kamu mencelakainya? Salah apa dia hah? Bukankah dia selalu menjagamu, apakah ini balasannya?" Beberapa pertanyaan itu terlontar dari wanita didepannya, Ia meringis takut. Semua menyalahkannya tanpa Ia tau apa yang terjadi sebenarnya.

"Bukan aku yang lakuin itu semua ma," balas anak itu dengan bulir air mata menetes tanpa henti.

"Bohong kamu!" Bentaknya dengan sebuah pukulan mendarat ditubuh anak itu.

"Ma aku gak boong! Ma-maafin Nita ma," ucap anak itu dengan gemetar dan air mata yang terus mengalir.

"Kamu pergi dari sini! Saya tidak mau lihat wajahmu sekarang!" Bentaknya membuat anak itu kembali menangis, rasa sakit seperti sayatan dihatinya terasa ketika ucapan itu terdengar dari mulut ibunya sendiri.

"Udah ma, tenang dulu," ucap lelaki paruh baya menenangkan istrinya. "Kamu pulang dulu ya, mamah kamu butuh waktu untuk sendiri," lanjutnya dengan lembut pada anak itu, walaupun rasa kecewa memenuhi pikiran dan hatinya, anak itu hanya menangguk sebagai jawaban.

Ia memilih berada ditaman rumah sakit dan ya Ia menangis sejadi jadinya disana. Tanpa menghiraukan orang orng yang memperhatikannya. 'Andai semua itu terjadi padaku bukan padanya,' itulah yang dikatakan hatinya disela sela tangisnya.

Selintas ingatan itu kembali datang tanpa diundang, ketakutan itu kembali menyeruak ke dalam pikirannya.

Toktok.

"Kenapa Kak?" Tanyanya setelah membuka pintu kamarnya.

"Yuk makan, dari siang belum makan kan?" Ajak Amran lalu menarik tangan Qanita tanpa ijin.

Qanita hanya menurut enggan membantah atas tarikan yang berada ditangannya.

***

Pagi ini Qanita telah bersiap dengan seragam sekolahnya padahal jam masih menunjukan 5.30 masih ada waktu 1 jam lebih sebeljm masuk sekolah bukan? Ia memilih membaca materi untuk persiapan ulangan nanti.

Setelah merasa cukup membacanya, ia pun memasukan buku pelajaran untuk dibaca lagi disekolah nanti, dengan segera Ia turun ke bawah lalu menuju ruang makan yang telah didapati oleh keluarganya.

"Hai pagi Nit!" sapa Amran.

"Pagi kak," balas Qanita singkat.

"Pagi sayang!" sapa kedua orang tuanya.

"Pagi mah, pah," balas Qanita lalu duduk ditempatnya.

Oh ya jika kalian menanyakan perihal luka Qanita yang kemarin, memang saat ini lukanya masih membekas namun Qanita tutupi oleh pelembap wajah miliknya.

"Kalian berangkat bareng?" Tanya Rifky tiba tiba.

"Eng-" belum juga beres, Amran malah memotong pembicaraanya.

"Iya," balas Amran tersenyum.

Qanita hanya menatap Amran datar sedangkan sang empu tersenyum simpul.

"Yaudah mah, pah, kita berangkat dulu ya," pamit Amran lalu mencium tangan kedua orang tuanya, Qanita pun melakukan hal yang sama.

***

"Alah belagu amat lu! Turutin kita doang susah amat!" Seru seorang wanita dengan tangan terangkat hendak menampar, namun itu semua gagal karena seseorang dengan sigap segera menangkap tangan wanita itu.

"Berani beraninya lo! Gak usah ikut campur!" Pekiknya dengan amarah yang memuncak.

"Kalau lo ada masalah sama dia, selesaiin dengan baik baik, gak usah bawa geng lo," balasnya datar.

Sekumpulan wanita itu menggeram amarah dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya.

"Minggir lo kalau lo masih mau tenang!" Decaknya.

"Kita gak ada masalah sama lo, tapi kita ada masalah sama dia!" Geramnya dengan apa yang dilakukan lawannya tanpa rasa takut.

"Kalau lo pada masih kek gini, gue berhak buat ikut campur." Tegas orang itu dengan penuh penekanan.

Ia segera menarik tangan korban bullying itu lalu membawanya ke arah taman sekolah.

"Ma- makasih kak," ucapnya ragu dengan kepala menunduk.

"Iya," balasnya lalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang masih bergeming.

"K-kak!" Panggilnya sedikit berteriak membuat sang empu menoleh.

"Kenapa?" Tanyanya dengan sedikit membalikan tubuhnya.


***

Hallow gaess!!
Akhirnya author kembali update !!

Reza Bintang Pamungkas.

Qanita Afshan.

Muhammad Azwar Haidar


Apa kabar? Semoga baik baik aja ya.

Ada yang mah disampein sama mereka ?

Amran?

Qanita?

Reza?

Aldi?

Keyra?

Azwar?

Bisma?

Kinara?

Gilang?

Mayra?

Atau siapa lagi?

Jangan lupa kalian vote + coment + follow.

Kalau mau hubungin lewat tele, ini akun author ya : @brthn_ga.

Oke mksi. See you next time :)

Salam dari author tersayang wkwk.

:)))

_Nblaasyfaa🍂

Continue Reading

You'll Also Like

12.4M 596K 31
Cinta diam-diam Naira tersimpan rapi bertahun-tahun kepada Wildan yang hatinya telah tertambat pada gadis lain. Naira harus menahan rasa sakit saat m...
2U ✔ By 🍵

Fanfiction

102K 1.7K 7
Setelah 6 tahun berlalu Jungkook dan Nayeon dipertemukan kembali dalam suatu keadaan yang berbeda. Jungkook yang merasa dikhianati oleh Nayeon memend...
821K 60.9K 34
BISA DIBELI DI TOKO BUKU TERDEKAT.. BEBERAPA PART TERAKHIR SUDAH DI DELETE _______________________________________ Dari AbuHurairah Ra., bahwasanya R...
607K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...