EDELWEISS [On Going]

By NurwandaAckerman

2.3K 758 497

❝Kamu itu layaknya bunga Edelweiss bisa kulihat. Namun, tak bisa kupetik❞ - Kirei Nashira - Kejadian menyaki... More

1. EDELWEISS
2. EDELWEISS
3. EDELWEISS
4. EDELWEISS
5. EDELWEISS
6. EDELWEISS
7. EDELWEISS
8. EDELWEISS
9. EDELWEISS
10. EDELWEISS
11. EDELWEISS
12. EDELWEISS
13. EDELWEISS
14. EDELWEISS
16. EDELWEISS
17. EDELWEISS
18. EDELWEISS
19. EDELWEISS
20. EDELWEISS
21. EDELWEISS
22. EDELWEISS
23. EDELWEISS
24. EDELWEISS
25. EDELWEISS
26. EDELWEISS
27. EDELWEISS
28. EDELWEISS
29. EDELWEISS
30. EDELWEISS
31. EDELWEISS
32. EDELWEISS
33. EDELWEISS
34. EDELWEISS
35. EDELWEISS
36. EDELWEISS
37. EDELWEISS
38. EDELWEISS

15. EDELWEISS

79 25 22
By NurwandaAckerman

"Woi, itu fanny arrivalnya ngepush goblok!" teriak Dion frustrasi.

"Bentar anjing gue recall dulu," sahut Alvino.

DEFEAT

"Telat goblok, udah ancur turetnya," ucap Dion memutar bola mata malas.

"Lah? Jangan nyalahin gue lah!" bantah Alvino.

"Elu ju──." Dion belum sempat memaki-maki Alvino sudah dipotong duluan oleh Kirei.

Kirei datang menghampiri Dion dan Alvino yang berada disudut kelas mereka, sedari tadi kedua anak manusia itu hanya bisa ribut saja. Kelakuan cowok kalo lagi main game selalu saja seperti itu.

"Nggak bisa diem banget sih, malu-maluin aja didepan anak baru." Kirei menjewer telinga keduanya hingga mengaduh kesakitan.

"Ampun. Ki, sakit anjirr," adu Dion begitu juga dengan Alvino.

Kirei yang merasa tidak tega langsung melepaskan tangannya dari telinga kedua pemuda itu tidak lupa juga dirinya memasang wajah garang dihadapan keduanya.

"Anu Ney, jangan dilihat dan di tiru ya kelakuan setan mah emang gitu," ucap Kirei lalu duduk kembali dikursi sebelah Neysha.

"Eh nggak papa kok," kata Neysha tersenyum kearah Kirei.

Sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi, terik matahari yang sangat menyengat sampai-sampai masuk lewat sela-sela jendela kelas itu.

Tak banyak juga para siswa dan siswi mengaduh kepanasan, kipas angin yang tersedia dikelas itu tidak lah cukup untuk mengatasi masalah ini.

Ting tong ... waktunya pulang dan sampai bertemu lagi dibesok pagi.

"BANGUNN!!! UDAH BEL PULANG, MOLOR MULU NIH KELAS BISANYA," teriak sang ketua kelas.

"Nggak usah teriak-teriak juga kali bos, kita-kita juga punya kuping kok," ucap Dion seraya mengucek matanya.

Tanpa mempedulikan teman-temannya yang pada adu mulut, Kirei memilih untuk pulang duluan tanpa berpamitan kepada teman-temannya sebab ia sudah melihat Nathan yang menunggunya didepan kelas.

"Nathan udah lama nunggu Kirei?" tanya gadis itu tanpa sadar ada seseorang yang memperhatikan keduanya.

"Baru aja," jawab Nathan seadanya.

Nathan merasakan jika ada seseorang yang memeperhatikan dirinya, ia pun menoleh matanya bertemu dengan mata seorang gadis yang seumuran dengan sahabatnya.

Dengan cepat Nathan membuang muka, lalu menggenggam tangan Kirei erat mengajaknya menuju parkiran motor.

Bayangan kejadian tadi tercetak jelas dipikirannya, entah kenapa dirinya merasakan hal yang aneh didalam tubuhnya. Gejolak rasa takjub memenuhi relung hatinya.

Diperjalanan pulang Nathan hanya bisa senyum-senyum sendiri ketika mengingat kejadian singkat tadi, tanpa sadar dirinya mengabaikan curhatan dan ocehan dari sahabatnya dan itu membuat Kirei kesal.

"Nathan dengerin aku gak sih?" tanya Kirei kesal.

"Iya, maaf." Nathan kembali fokus pada jalanan yang cukup ramai, pinggangnya terasa pegal hari ini, tugas osis membuatnya lelah.

"Besok pulang sendiri aja ya, Ki. Soalnya gue besok mau rapat osis." Nathan membantu Kirei membuka kan helmnya, kini mereka sudah sampai dirumah gadis itu.

"Padahal Kiki mau ngajak Nathan main, udah lama nggak jalan-jalan," ucap Kirei sedih.

"Hari ini aja gimana?" tawar Nathan.

"Emang Nathan nggak papa?"

"Iya, yaudah gue pulang dulu. Ntar gue jemput," ucap Nathan kemudian memasang helmnya kembali, lalu melajukan motornya kearah rumahnya.

•••

Kirei sudah bersiap sepuluh menit yang lalu tinggal meminta izin kepada Mamanya.

Gadis itu berjalan kearah kamar orangtuanya, satu fakta yang harus diketahui bahwa Yura sangat melarang Kirei untuk kekamarnya. Kecuali ada Andre dirumah.

Tok ... tok ... tok

"Mama? Ma, buka pintunya Ma," panggil Kirei pelan.

Lama ia berdiri sambil mengetok pintu kamarnya, alhasil tidak ada yang membukakan pintu itu, gadis itu menyerah ia pun mencoba membuka pintu kamar itu yang memang tidak dikunci.

"Mama, Ma─ ." Ucapan gadis itu terpotong tak kala melihat apa yang sebenarnya terjadi didalam kamar itu.

Jantung gadis itu berdegub tak karuan ia tak tahu harus berbuat apa ketika melihat sang Mama tengah tidur sambil berpelukan dengan pria asing dan bukanlah ayahnya.

Bagaimana bisa Yura menyusupkan seorang pria didalam rumahnya, dan sialnya gadis itu lupa jika Girald belum pulang jam segini. Pantas saja.

Kirei bergegas menutup kembali pintu itu, lalu berlari keluar rumahnya, shock kemungkinan terjadi kepada Kirei.

Air matanya tidak dapat dibendung, ingin sekali rasanya Kirei mengadu kepada Papanya. Tapi, gadis itu juga tidak ingin keluarganya hancur karna masalah ini.

Dirinya tahu ini bukan lah masalah sepele yang bisa diselesaikan dengan kepala dingin.

"Aku harus gimana?" Kirei duduk sendirian didepan pagar rumahnya, ia takut untuk masuk kembali kedalam rumahnya.

Dari kejauhan Nathan dapat melihat gadis itu duduk dengan gelisah, rasa penasaran pun datang menghampirinya. Tanpa pikir panjang Nathan menyebrang jalanan lalu menghampiri Kirei yang tampak ketakutan.

"Kiki? Kenapa?" tanya Nathan membantu gadis itu untuk bangun.

"Nggak papa Than, Kiki tadi jatuh disana terus makanya Kiki nangis." Kirei berbohong sambil menunjuk teras rumahnya.

"Lo nggak bohong kan?" Nathan menatap kedua bola mata coklat itu sambil mengelus pipi gadis itu dengan lembut.

"Nathan ayo kita jalan!" seru gadis itu menarik pengelangan tangan pemuda itu.

Nathan merasa ada yang disembunyikan oleh gadis didepannya ini, pertama ia melihat Kirei tengah duduk dengan gelisah didepan gerbang rumahnya, yang kedua gadis itu tampak selesai menangis terlihat dari kedua bola matanya yang sedikit memerah, dan ketiga sifatnya langsung berubah drastis tidak seperti biasanya.

Keduanya sudah sampai didepan danau, seperti biasa Kirei naik keatas pohon yang menghadap langsung kearah danau. Nathan duduk dibawahnya, dirinya tidak bisa memanjat.

Tanpa sengaja air mata lolos dari pelupuk mata gadis itu, matanya kembali berair. Dengan cepat Kirei menghapus jejak air mata itu.

Perasaannya bercampur aduk saat ini, biasanya Kirei akan mengoceh dan banyak bercerita kepada Nathan. Namun saat ini bukan lah waktu yang tepat untuk melakukan itu semua.

"Ki? Kok diem aja?" tanya Nathan seraya melempar batu kerikil kearah danau.

"Than, nanti aja ya pulangnya, Kiki masih mau sama Nathan," lirih Kirei sebisa mungkin membendung air matanya.

Nathan mendongak menatap Kirei lekat, tersirat rasa cemas dan bingung dimata Nathan. Pemuda itu pun tersenyum kemudian mengangguk.

Mata gadis itu menatap kosong kearah danau, sesekali dirinya menghapus air matanya yang selalu turun tanpa diminta.

Brukk!

Kirei melompat turun dari pohon itu lalu berlari kencang kearah danau, mentenggelamkan tubuhnya kedalam sana dan itu membuat Nathan kaget bukan main.

"KIKI!!!" teriak Nathan frustrasi.

Baru saja Nathan ingin menceburkan dirinya masuk kedalam danau itu, Kirei sudah memunculkan kepalanya duluan.

Gadis itu tersenyum sambil mengusap wajahnya dari air. "Kiki nggak papa kok, Kiki seneng bisa main air ... hahaha." Tawa gadis itu pecah dengan tangannya asik menyemburkan air kesana kemari.

Nathan kesal dengan tingkah laku kirei saat ini, bisa-bisanya bikin orang cemas.

"Nathan!! Ayok nyebur sini, dingin banget airnya segerr," teriak Kirei diiringi dengan tertawa namun dibalik tertawa itu ada rasa cemas dan takut.

"Kotor, Ki! Ayok naik, udah mandinya." Tangan Nathan terulur ingin menggapai Kirei yang cukup jauh darinya.

Mau tak mau Kirei harus menuruti ucapan Nathan, sifat ingin menjahili Nathan ia urungkan.

"Baju Kiki basah," ucap Gadis itu polos.

Pemuda itu berdecak ingin sekali rasanya ia menceburkan kembali gadis didepannya ini, bikin kesal saja.

Tangan Nathan terulur merapikan rambut-rambut nakal yang menghalangi penglihatan gadis itu.

"Ayok pulang, terus ganti baju," ucap Nathan menarik tangan Kirei namun gadis itu tak bergeming.

Kirei terpaku mendengar ucapan pulang yang dilontarkan oleh Nathan, dirinya masih takut dengan kejadian tadi. Baru saja ia sedikit lupa Nathan sudah mengingatnya kembali.

Pemuda itu menoleh kearah Kirei dengan alis yang saling bertautan menatap Kirei dengan sorot mata ingin tahu. "Kenapa?"

Gadis itu menggelng pelan dengan kepala menunduk. "Yaudah, kerumah gue aja, ada Mama kok dirumah," ucap Nathan membuat mata Kirei berbinar.

"Ada Mama? Yeay!! Udah lama nggak ketemu," ucap gadis itu girang.

Nathan tersenyum melihat aura kebahagiaan terpancar dari wajah gadis itu.

Mereka berjalan beriringan dengan Kirei yang berbalut jaket pemuda itu, keduanya saling diam namun tangan mereka tak berhenti saling bertautan.

•••

Sudah malam gadis itu belum ingin pulang kerumahnya, gadis itu memakai baju dan celana Nathan. Ia duduk disofa ruang tamu sambil memainkan ponsel dengan tenang.

"Belum mau pulang, Ki?" tanya Nathan, gadis itu menggeleng.

"Gue boleh nanya nggak?" pinta Nathan masih memastikan.

Kirei mengangguk.

Nathan mengusap tenguknya yang terasa dingin sambil menyengir seperti kuda.

"Nggak jadi, Ki. Nanti aja," ucap Nathan membuat Kirei merasa heran.

Kirei menghela nafas lalu segera berpamitan untuk pulang kerumahnya, berlama-lama dirumah Nathan membuatnya sedikit tak enak hati walaupun ada Lusina dirumah itu.

Diperjalanan pulang, jantung gadis itu tak henti-hentinya berdetak sangat cepat sedari tadi, bayang-bayang kejadian tadi siang terekam jelas diotaknya.

Ketika ingin melangkah memasuki rumah mata gadis itu membulat sempurna ketika melihat sebuah kaki perempuan berdiri didepan pintu, ia pun mendongak menatap dengan takut sang Mama dengan wajah penuh amarahnya.

Kirei membuang muka ia tak berani terlalu lama menatap sang Mama, ia pun memilih untuk masuk. Namun, Yura masih menghalangi gadis itu masuk.

"Permisi, Ma." Kirei menautkan kedua tangannya yang bergetar.

"Sampai kamu beritahu kejadian tadi kepada Papa kamu, saya akan lakukan apa saja supaya kamu dibenci oleh semua orang," bisik Yura terdengar horor ditelinga gadis itu.

Dari mana Yura bisa tau?

T B C

Continue Reading

You'll Also Like

267 132 52
"Aku adalah aksara tanpa makna dan kamu adalah metafora dan fana. Layaknya bagasfora dan bantala kita adalah dua atma yang tidak di izinkan semesta"...
265K 41.1K 72
Sebelum Mentari berhasil pergi dari hadapannya, ia mengungkung tubuh Mentari dengan kedua tangannya. Kini hanya beberapa tumpuk buku di tangan Mentar...
Rain By Halowyf

Teen Fiction

109K 5K 59
Dia Mentari. Kehidupannya yang tak lepas dari sketchbook dan menggambar. Mentari suka hujan. Katanya, dia bisa ikut menangis tanpa ketahuan oleh oran...
6.1M 263K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...