YOUNG PAPA

By TintaTiway_

26.4K 5.6K 6.9K

Young Papa [SeulYong] COMPLETED "Maaf gi." "Ngga ada gunanya juga minta maaf, semua udah terjadi. Impian gue... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SPESYAL CAST
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
45
epilog
ekstra chapter 1
ekstra chapter 2

41

357 105 115
By TintaTiway_

Halo semua, apa kabar?

Wkwkwk, udah lama banget nih ga nyapa kalian.

Eka kok sekarang makin rajin update nya?
Um, iya nih soalnya seminggu lagi jadwal aku udah mulai padat lagi, jadi aku usahain bakal ending secepatnya. Gimana ya, biar ga ada tanggungan lagi buat nulis juga wkwkwk. Paling mampir ke wp buat baca aja sama lanjut nulis 'with my way' tiap hari minggunya Hem.

Tenang aja, buat kalian yang kangen aku bisa DM, atau hubungi aku via WhatsApp boleh banget itu buat nambah pertemanan,hehe.

Maaf banget ga bisa panjang dan hanya end di part 45 nanti. Kalau kalian mau aku kasih ekstra chapter boleh kok....

Dan awalnya sih target end tuh tanggal 6 bulan 6

Tapi keknya ga bisa deh, ini aja udah tanggal 3 :(

Kak Eka banyak omong, iya emang aku kaya gini wle, ga bisa diam asek, apalagi kalau curhat, wkwkwk.

Udah lah, langsung ke cerita aja.

"Maaf ma, untuk sekarang Seulgi belum bi...."

"Aw, dada ma-ma sa-kith," rintih Tiffany melepaskan tangannya dari genggaman Seulgi. Wanita itu kembali meremas dan memukuli dadanya.

Dengan cepat, Seulgi mengambil tas besarnya dan segera mengecek keadaan Tiffany. Tak lupa, wanita itu juga meminta Taeyong agar menghubungi dokter Felix secepatnya.

Setelah dokter Felix datang bersama dengan Arin dan dua suster lainnya, Seulgi memilih untuk ikut keluar ruangan, menenangkan kedua putrinya yang merasa takut dan trauma dengan keributan barusan.

"Shut, jangan nangis. Nenek ngga kenapa-napa," ucap Seulgi sambil membelai rambut Yuna di pelukannya.

"Buna, kenapa nenek sakit lagi?" lirih Yuna dengan tubuh masih bergetar hebat.

"Nenek ngga kenapa-napa, kamu tenang aja ok?"

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Arin keluar bersama dengan seorang suster bertubuh gemuk. "Kak, ini Tante Tiffany kudu dipindahkan ke ICU, gimana dong?"

Dengan wajah panik sekaligus menahan kesal, Seulgi mendekati Arin. "Ya pindahin aja sekarang, apapun yang terbaik asal mama masih bisa bertahan sampai waktunya operasi nanti."

Tidak biasanya Seulgi berkata sekasar itu pada Arin, dengan cepat Arin membalikkan tubuhnya kembali masuk ke ruangan. Suster itu sendiri segera membuka pintu agar brankar Tiffany dapat melewatinya.

Karena terlalu panik dengan Yuna, Seulgi bahkan melupakan Yura yang juga menangis dipangkuan ayahnya. Gadis itu sedari tadi menatap kedekatan Seulgi dan Yuna dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ayah, nenek ngga kenapa-napa kan?" lirih Yura mengusap pelan pipi Taeyong.

Taeyong menggeleng lemah, menatap nanar manik Yura yang sedikit mengeluarkan air mata. "Ngga kok, nenek orangnya kuat, jadi kamu tenang aja."

"Ayah, ayah marah ngga kalau Yuna dipeluk Buna?" ucapnya lagi sambil sedikit melirik ke arah Seulgi duduk.

"Loh ngga dong, kan bunda juga punyanya Yuna, jadi boleh aja lah."

"Oh gitu ya, ya udah deh."

Brankar Tiffany didorong keluar dari ruang rawat menuju ICU. Dengan langkah cepat, Seulgi berjalan mengikutinya. Ia juga selalu memanjatkan doa agar Tiffany baik baik saja.


Hari semakin larut, si kembar sudah pulang ke apartemen Seulgi bersama Joy. Ya, Seulgi merasa kasihan pada adik iparnya yang sudah beberapa hari mengurung diri di ruangan Tiffany untuk menjaga mamanya.

Seulgi duduk seorang diri di ruang tunggu, memandangi room chat nya bersama Kun yang masih sama seperti beberapa hari lalu. Biarpun siang tadi sudah bertemu, namun tetap saja Kun belum mengabarinya.

Ia sedikit mendongak saat melihat seseorang mengulurkan sebuah kopi kemasan di depannya. Ya, dia Taeyong yang beberapa waktu lalu pamit keluar.

"Nih, aku tau kamu haus," ucap Taeyong dengan wajah datarnya.

Tanpa ragu, Seulgi merampas kopi itu dan segera meneguknya habis. "Makasih."

Pria yang memiliki paras menyerupai anime itu hanya mengangguk sekilas. Ia mendudukkan dirinya di samping Seulgi dan sedikit melirik ke arah iPhone Seulgi yang dibiarkan menyala di pahanya.

"Gi, ucapan mama tadi ngga usah dipikirin. Aku tau kamu disini juga udah bahagia kan? Tenang aja," ucap Taeyong sambil menatap lurus ke arah ruangan didepannya.

"Oh iya, ngga terlalu dipikirin juga hehe," balas Seulgi sembari menutup kembali botol yang ia pegang. "lama banget dokter Felix nih, gimana kalau aku masuk aja?"

Seulgi hampir berdiri, namun tangan wanita itu ditarik kembali oleh Taeyong, dan berakhir lah ia terduduk kembali ditempatnya. "Kenapa?"

Taeyong menggeleng. "Ngga, lebih baik disini aja. Paling bentar lagi selesai."

Benar saja, seperti yang Taeyong ucapkan, saat itu juga dokter keluar dari ruangan.

"Gimana dok keadaan mama saya?" tanga Taeyong cepat sambil melangkah mendekati dokter Felix.

"Ibu anda kondisinya cukup drop untuk saat ini, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan ibu Tiffany meski hanya sedikit peluang," ucap dokter Felix pelan lalu pergi meninggalkan Taeyong yang kini bersandar pada dinding ruangan.

Seulgi menatap Taeyong iba, wanita itu berdiri dan berjalan mendekati pria itu. Mengusap air mata yang mengalir di pipi Taeyong dengan ibu jarinya. Namun, entah mengapa hatinya juga merasa sedih melihat sisi rapuh Taeyong.

"Udah mama pasti kuat, sekarang mending kamu istirahat dulu," ucap Seulgi lembut.

Taeyong hanya mengangguk, menggandeng tangan Seulgi kembali menuju kursi. Pria itu menyandarkan tubuhnya, memandang kosong pintu ruangan didepannya dengan masih menggenggam telapak tangan Seulgi. Seulgi sendiri hanya bisa dia, untuk saat ini dia tak mau egois untuk memikirkan dirinya sendiri.

"Gi, aku takut mama beneran akan pergi nyusulin papa. Tidak egois kan jiga aku tetep maksa mama buat tetap disini?"

Seulgi menggeleng pelan, perlahan ia melepaskan tangannya dari genggaman Taeyong. "Enggak, emang seharusnya kita menyemangati mama agar tetap bertahan."

"Tapi mama menahan sakit yang luar biasa."

"Iya, maafin Seulgi ya, mungkin kalau tadi Seulgi tidak jawab kaya gitu, mama akan baik baik saja," ucap Seulgi sambil perlahan menundukkan kepalanya.

"Bukan salah kamu, lupain aja," balas Taeyong berusaha menampakkan senyumnya. "kamu ada hubungan apa sama Kun?"

Seulgi mendongak cepat, menatap manik Taeyong dengan tubuhnya sedikit melemas. Dada wanita itu terasa sakit, seperti terkena tusukan beribu ribu jarum. Mengapa ia begitu sakit saat Taeyong menanyakan tentang Kun kepadanya? Tidak susah bukan kalau ia tinggal jawab jika mereka sama-sama saling mencintai.

Disaat yang bersamaan, Arin berlari menghampiri Seulgi. Nafas gadis itu tersengal-segal. "Kak Kun!"

Dengan cepat Seulgi beranjak dari duduknya, mendekati Arin dengan wajah cemas. "Kak Kun kenapa?"

"Dia pergi malam ini?"

"Maksudnya apa sih? Kak Kun pergi kemana ha?"

"Dia balik ke rumah ibunya di China."

Deg

Kun pergi? Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Mengapa semenjak ada Taeyong disini, pria itu selalu bertindak aneh, pergi tanpa pamit, sekedar memberi kabar pun tidak. Dan sekarang? Tiba-tiba dia ke China tanpa bicara sedikitpun dengan Seulgi.

"Lo jangan asal ngomong deh, mana ada dia pergi tanpa ngabarin gue ga?" tanya Seulgi tak terima.

"Iya kak, dia barusan chat gue, sekarang dia udah berangkat."

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi mulus Arin. Ya, Seulgi pelakunya, ia benar-benar merasa dibohongi oleh sahabatnya sendiri, bahkan hari ini bukan hari ulang tahunnya.

"Lo jangan bercanda deh Rin!"

"Iya gue tau kakak sedih, tapi ini kenyataannya, dia udah berangkat dari sore tadi!"

Tubuh Seulgi merosot begitu saja di lantai, air matanya mengalir deras di pipinya. Bukanya tadi siang ia baru bertemu dengan pria itu? Tapi mengapa dia tega sekali meninggalkannya begitu saja?

"Rin, bawa Seulgi pulang. Gue ngga mau dia kenapa-napa disini," pinta Taeyong berusaha membantu Seulgi untuk berdiri.

Arin hanya mengangguk, gadis itu merangkul pundak Seulgi dan membawanya keluar rumah sakit. Mereka bahkan saat ini menjadi pusat perhatian seluruh mata di sana, namun biarlah, Arin tetap membawa Seulgi keluar dengan PD.

Selama perjalanan, Seulgi tertidur disana dengan air mata yang masih tetap mengalir.

Sampai di depan unit Seulgi, wanita itu menghentikan langkahnya, membuat Arin juga terpaksa harus berhenti. "Gue mau ke ruangan kak Kun," ucapnya singkat lalu berjalan cepat memasuki unit Kun.

Ruangan utama yang Seulgi tuju adalah kamar, ya wanita itu berlari dan membuka kamar Kun. Terlihat jelas, disana Seulgi hanya bisa melihat beberapa barang Kun yang tertinggal seperti foto dan beberapa buku di rak. Ia tak lagi menemukan laptop juga beberapa barang berharga lainnya.

Ia mencoba untuk menghubungi pria itu, tapi nihil, iPhone Kun tidak aktif. Seulgi pun mencoba mengirimkan pesan singkat ke nomor Kun, berharap pria itu membacanya dan meminta maaf padanya karena telah pergi begitu saja meninggalkannya.

Kak Kunnyuk

Kak, kakak masih di sini kan?
Kak Seulgi butuh kakak buat cerita
Kak cepat temuin Seulgi!
21.00
✔️

"Lo ternyata beneran pergi disaat Lo tau Seulgi cinta sama Lo Kun," Taeyong mengacak rambutnya frustasi.

Ia mengambil amplop coklat di sakunya. Disana tertulis nama indah Seulgi dengan beberapa hiasan gambar hati. Ia masih ingat betul dimana malam itu ada seorang pria menitipkan surat itu padanya.Ya, dia adalah Kun yang rela datang tengah malam ke ruangan Tiffany untuk bertemu dengan Taeyong.

~Flashback on~

Malam hari seusai mengantar Seulgi dan kedua anaknya pulang ke apartemen setelah melihat pementasan drama Yura, Kun datang menghampirinya ke ruang rawat inap Tiffany. Pria itu mengajak Taeyong untuk berbicara empat mata di roftop rumah sakit, ya walaupun begitu sangat dingin, Taeyong tetap menurut.

Seperti yang Taeyong duga, Kun berbicara mengenai Seulgi. Pria itu berkali-kali meminta maaf pada Taeyong karena telah lancang dan bahkan berani mengungkapkan perasaannya. Ia juga menceritakan semuanya tentang hubungan baiknya dengan Yura.

"Gue beneran minta maaf sama Lo bang," ucap Kun penuh penyesalan.

"Lo ngga salah, gue disini yang harus berterima kasih sama Lo. Dan gue juga bisa pasrah sama keputusan Seulgi, gue cowo pengecut yang sampai sekarang belum bisa menyelesaikan semua masalah gue."

"Gue beneran ga enak sama Lo bang."

"Lo tetep kudu jadi Kun yang selama ini ada di hidup Seulgi, Lo udah berhasil bahagiain dia," ucap Taeyong sambil menepuk pelan pundak Kun. "gue bakalan balik setelah mama sembuh, dan disini gue ga akan ganggu kalian."

"Gue ga bisa bang, gue ngga pantas buat Seulgi."

Taeyong masih diam, ia menatap nanar mata Kun yang mulai berair. "Gue cuma punya ini buat Seulgi, gue titip ya bang?" Kun memberikan amplop cokelat pada Taeyong. "gue yang akan pergi secepatnya dari hidup Seulgi," lanjutnya.

Taeyong menatap Kun tak percaya. "Lo gila? Setelah Lo ngungkapin perasaan Lo ke Seulgi, dan Lo main pergi gitu aja? Bangsat Lo jadi cowo."

"Iya, gue bangsat! Gue bego! Gue goblok! Makanya gue mau pergi dari sini!"

"Lo mau kemana?"

"Gue bakal pergi jauh, dan Seulgi ga akan bisa menemukan gue lagi bang. Gue nitip dia ya?" Kun menepuk pundak Taeyong, beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan Taeyong yang masih mencerna ucapannya.

Angin malam berembus lebih kencang menerpa wajah Taeyong, rambutnya yang semula rapi kini terangkat sehingga menampakkan dahi yang indah disana. Pria itu memejamkan matanya, menyimpan amplop itu ke saku dan ikut pergi meninggalkan roftop yang semakin dingin.

~Flashback end~

Mengusap wajahnya kasar, Taeyong begitu pusing memikirkan itu semua. Pria itu berdiri, berjalan mendekati pintu ICU dan membukanya. Berjalan perlahan menghampiri brankar Tiffany yang dimana banyak alat-alat medis mengelilinginya.

Tubuhnya bergetar saat melihat wajah mamanya yang semakin pucat dan tubuh yang semakin kurus dan kering. Ia menggenggam erat tangan Tiffany, mengangkatnya dan meletakkan tangan itu dipipinya, ia membiarkan air matanya mengalir disana.

"Mama cape ya?" tanyanya lembut. "mama tidurnya sekarang nyenyak banget, mama seneng tadi udah bisa ngobrol sama Seulgi lagi?"

"Iya lah, pasti seneng banget kan. Gimana? Mama juga udah lega kan Seulgi mau maafin mama? Cie, yang udah dimaafin sama mantunya," ucap Taeyong lagi diiringi kekehan kecil. "tapi sayang, mantu mama hatinya udah buat orang lain ma, disana udah ngga ada Taeyong lagi."

"Iya ini salah mama, makanya sekarang bangun dan tanggung jawab buruan."

Namun semuanya nihil, tak ada jawaban sedikitpun dari yang empunya, hanya terdengar suara dentingan pada elektrokardiograf yang membuat ruang itu semakin mencekam.

Tangan yang ada digenggamnya melemas hingga kembali terjatuh di brankar. Taeyong menoleh ke arah wajah Tiffany yang sudah tergeletak menghadap ke arahnya. Semakin dibuat panik ketika ia melihat ke layar elektrokardiograf yang memperlihatkan garis lurus dan suara melengking layaknya suara sirine.

"Mama," manggil Taeyong sambil menggoyangkan pundak Tiffany, bahkan ia tak sempat memanggil dokter karena saking paniknya.

"MAMA BANGUN!" teriaknya keras.

Terdengar pintu ruangan yang terbuka, menampakkan dokter Felix dan satu perawatan di belakangnya yang juga tampak panik disana. "Biar sama periksa."

"Selamatan mama dok, selamatin dia!"

Dengan cepat dan teliti dokter mengecek keadaan Tiffany. "Denyut jantungnya tidak terdeteksi, coba sediakan alat pemicu jantung," pintanya dan langsung dilaksanakan oleh perawat muda itu.

Berkali-kali dokter Felix mencoba memancing kembali denyut jantung Tiffany, namun itu tidak lagi membuahkan hasil.

"jam 22.20 menit, ibu Tiffany telah menghembuskan nafas terakhirnya," lirih dokter Felix sambil melepas semua alat di tubuh Tiffany dan menutupi seluruh tubuh wanita itu dengan selimut.

"Dokter bohong ka?"

"Tolong ikhlaskan kepergian mama kamu ya, biarin dia tenang dan tidak menahan sakit lagi disana."





















































TBC
_____________________________________

Isinya ngga sesuai ekspektasi ya? Wkwkwk aku mau kelarin dulu masalah Tiffany

Double up lagi?

Diketik 1950 kata

See you next part

Continue Reading

You'll Also Like

757K 64.9K 79
[END] Seorang wanita yang merasakan menikah dengan Jung Jaehyun, lelaki yang tampan. Dan beruntung nya wanita yang menikah dengan Jung Jaehyun. Start...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 313K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
532K 19.9K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
447K 46.9K 70
"Papa!" Dongpyo lari ke- "Loh Pak Seungwoo?" "Kok anak saya bisa di kamu? Kamu mau nyulik anak saya?" Pak Seungwoo langsung gendong dongpyo terus nge...