YOUNG PAPA

Par TintaTiway_

26.4K 5.6K 6.9K

Young Papa [SeulYong] COMPLETED "Maaf gi." "Ngga ada gunanya juga minta maaf, semua udah terjadi. Impian gue... Plus

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SPESYAL CAST
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42
43
44
45
epilog
ekstra chapter 1
ekstra chapter 2

37

314 98 110
Par TintaTiway_

Hal yang menakutkan tentang jarak
adalah kamu tidak tahu apakah mereka akan merindukanmu atau bahkan melupakanmu



Azan magrib berkumandang, Taeyong dan Doyoung yang baru saja melakukan survei lapangan menyempatkan diri untuk sholat  di sebuah masjid terdekat. Belum sempat membuka sepatunya, terdengar iPhone Taeyong berdering, buru-buru pria itu mengambilnya dari saku dan mengangkatnya.

"Halo kak, ini aku Joy!" Sapa orang diseberang sana dengan nada panik.

"Ada apa Joy? Ini kakak lagi dijalan mau pulang juga."

"Aduh, anu mama drop. Sekarang udah Joy bawa ke RS, dan mama sekarang di ICU lagi," jawab Joy dengan nada yang masih sama seperti sebelumnya. "Kakak cepetan kesini ya."

Tanpa menjawab apapun, Taeyong segera menarik tangan Doyoung yang baru saja selesai melepas sepatu. Doyoung yang dasarnya sedikit emosian tak tinggal diam, pria itu menarik balik tangan Taeyong hingga keduanya terjatuh di depan masjid.

"Lo kenapa dah? Ini kita sholat dulu, udah telat anjir," omel Doyoung pada sahabatnya itu.

"Mama masuk ICU, gue kudu cepet ke sana goblok!"

Tangan Doyoung terulur untuk mengusap punggung Taeyong. "Mending Lo tenang dulu, kita sholat sambil doain tante Tiffany, habis itu baru kita ke RS."

"Tapi mama ud...."

Dengan cepat Doyoung menarik Taeyong menuju tempat wudhu. "Udah ayo kita berdoa buat mama Lo."

"Ck anjir, gue belum lepas sepatu gue."

Meskipun sudah tidak bisa dibilang remaja lagi, namun jika sedang bersama sahabat ya tetap saja sifat kekanak-kanakan mereka kembali. Entah dimana pun itu tak melihat tempat untuk berantem ataupun berbicara kasar.

Selesai sholat, tanpa memakai kembali sepatunya, Taeyong menarik tangan Doyoung ke parkiran. Karena Doyoung juga tahu akan situasi ini, ia hanya pasrah dan segera mengantar Taeyong ke rumah sakit.

"Kak," sapa Joy saat melihat Taeyong dan Doyoung sudah sampai di sana.

"Mama gimana?" tanya Taeyong sembari memeluk erat tubuh adiknya, ya pria itu tau kalau saat ini Joy juga tidak baik-baik saja.

Joy menggeleng. "Belum tau kak, tapi dokter bilang kalau kakak udah datang disuruh ke ruangannya."

Dengan cepat Taeyong melepaskan pelukannya dan mengangguk. "Ya udah, kakak ke sana dulu yah," ucapnya sambil mengelus rambut adiknya. "Doy, gue titip Joy bentar."

Hanya deheman yang diberikan Doyoung sebagai jawaban. Tapi, biar lah Taeyong tetap pergi untuk menemui dokter.

Taeyong melangkahkan kakinya memasuki ruangan dengan nuansa putih dan bau obat-obatan yang sangat menyengat. Melihat dokter Yeji yang sudah duduk menunggunya di kursi, dengan langkah cepat Taeyong menghampirinya dan mendudukkan dirinya di depan dokter itu.

Yang awalnya fokus pada berkas-berkas di depannya, dokter cantik itu mengalihkan pandangannya pada Taeyong yang baru saja mendudukkan dirinya. "Taeyong, apa kabar kamu?"

Sudah seperti keluarga sendiri hubungan Taeyong dan dokter Yeji, mengingat sudah setahun lebih Tiffany dirawat oleh dokter itu. "Baik dok, oh ya gimana kondisi mama sekarang?"

Menarik nafasnya panjang, dokter itu mengambil satu map dan membukanya perlahan. "Kondisi mama kamu sekarang semakin drop Taeyong. Kanker di hati mama kamu semakin menjalar. Alat yang kita gunakan disini juga belum terlalu lengkap mengingat disini juga cabang dari SM Hospital Singapore."

"Terus gimana dok, saya mau mama saya bisa sembuh lagi."

"Menurut saya, sebaiknya ibu Tiffany kita pindahkan ke SM Hospital pusat, disana kita mempunyai alat lebih dan ada dokter spesialis yang sangat profesional menangani penyakit seperti ini."

"Tapi, dan kira-kira, untuk pindah ke Singapore hari apa dok?"

"Kita bisa terbang secepatnya Tae, bisa jadi disana ada pendonor hati yang bersedia mendonorkannya untuk mama kamu."

"Makasih dok, saya akan persiapkan semuanya."

Dokter Yeji mengangguk. "Secepatnya Tae, kemungkinan besar kita berangkat malam ini juga."

"Baiklah, saya permisi," pamit Taeyong lalu melangkah keluar meninggalkan ruangan dokter Yeji.

Selesai mengurus semua administrasi dan semua biaya penerbangan, Taeyong melangkahkan gontai menghampiri Doyoung dan Joy yang sama-sama sedang meminum kopi di ruang tunggu.

Dengan kasar, Taeyong menghempaskan tubuhnya di kursi sebelah Joy terduduk. Pria itu mengusap wajahnya kasar, begitu pusing dengan semuanya, jujur dia lelah, tapi disisi lain dia juga tidak mau ditinggalkan oleh mamanya.

"Nih, ngopi dulu, biar ngga stres Lo," ucap Doyoung dengan tangannya yang terulur memberikan segelas kopi pada Taeyong.

Taeyong mengambilnya perlahan, membukanya pelan, dan meneguknya nikmat. "Ah," Taeyong mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. "Malam ini mama kudu dibawa ke Singapore."

Aktivitas meminum kopi Doyoung dan Joy terhenti, keduanya sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah Taeyong. Namun, pria yang kini menjadi pusat diantara ketiganya malah dengan tenang kembali meneguk kopinya.

"Maksudnya? Mama kudu berobat ke Singapore gitu kak?" tanya Joy dengan mata melotot.

Taeyong hanya mengangguk sebagai jawaban, pria itu kini masih tetap menikmati kopinya. Menatap kosong pintu ICU yang tertutup rapat yang pria itu lakukan.

"Serius malam ini? Emang sudah siap semua? Oh ya, Yuna gimana?" tanya Doyoung cepat.

"Ck, udah gue urus semua. Untuk Yuna, gue bakal bawa dia. Yuna juga salah satu alasan kenapa mama masih bertahan sampai sekarang. So, gue ngga mau pisahin mereka dulu."

"Tapi, Lo ngga akan lupain tugas Lo buat jaga Yuna disana kan?" tanya Doyoung memastikan, ya tentu saja Doyoung khawatir jika Taeyong terlalu sibuk dengan Tiffany dan melupakan Yuna.

Taeyong terkekeh pelan. "Ngga akan, ya udah gw telpon ayah bentar," ucap Taeyong lalu keluar dan berusaha untuk menelpon Siwon.

Tuuttt

Padahal belum masuk waktu isya, namun Siwon sepertinya sudah menonaktifkan hp nya. Terpaksa lah pria itu menghubungi lewat no telepon rumah keluarga Choi.

"Halo, ayah Siwon ada?" tanya Taeyong saat menyadari panggilnya telah terhubung.

"Oh, pak Taeyong ya? Ada pak, biar saya panggilkan," balas orang di seberang sana.

Taeyong meletakkan iPhone nya di sana lalu menyalakan keran air di depannya dan sedikit membasuh wajahnya. "Halo ayah," sapanya setelah mendengar sedikit suara deheman di seberang sana.

"Iya Tae, gimana survei nya? Lancar?" tanya Siwon tenang, pria itu belum tau kalau sebenarnya ada maksud lain Taeyong menghubunginya.

"Hem, lancar yah."

"Bagus lah, oh ya ini ada apa kok tumben nelpon. Apa kamu ngga bisa jemput Yuna?"

"Bukan yah. Oh ya, ini Tae mau bilang kalau mama harus dibawa ke Singapore buat pengobatan. Dan mau ngga mau, Yuna harus Tae bawa."

Siwon belum menjawab sedikitpun, Taeyong pun juga sama, masih terdiam berharap ayah mertuanya mengizinkannya untuk membawa Yuna.

"Apa tidak lebih baik kalau Yuna disini saja Tae? Bunda kasihan sama Yuna kalau harus ikut ke sana," bukan Siwon yang menjawab, melainkan Yoona yang tiba-tiba mendekat dan mengambil alih telepon dari genggaman Siwon.

"Tae tau Bun, tapi mama juga butuh Yuna, mengingat Yuna adalah salah satu alasan mama buat bertahan saat ini."

Yoona menarik nafasnya panjang, ya dia tau kalau kini Tiffany benar-benar menyayangi Yuna. "Bunda tau Tae, tapi apa mungkin kamu bisa...."

"Tae janji Tae bakalan tetap merawat Yuna dengan baik, ngga akan telamtarin Yuna disana. Bunda tenang aja ya."

Butuh waktu lama untuk Taeyong membujuk kedua mertuanya agar mengizinkan Yuna ikut dengannya. Dan berkat perjuangan yang sangat menghabiskan tenaga itu, akhirnya Taeyong mendapat izin untuk membawa Yuna.

Dengan segera, pria itu menjemput Yuna sekaligus mengambil semua barang yang sudah Sunny siapkan dirumah.Tepat jam sebelas malam nanti, mereka akan berangkat membawa Tiffany ke Singapore.


Yura berlari kesana-kemari dengan memakai gaun yang akan gadis itu pakai besok malam di pementasan drama di sekolahnya. Awalnya Seulgi hanya meminta anak itu untuk mencobanya, namun namanya juga anak-anak pasti terlalu senang dan berakhir tidak mau dilepas.

"Yura, ganti baju dulu sayang. Kan itu mau dipakai besok, kalau ngga dilepas besok bajunya udah jelek dong."

"Bentar Buna, ini papi Kun masih mau ajarin aku main sulap," jawab gadis itu polos tanpa mengalihkan pandangannya pada Seulgi.

"Tapi itu bajunya ganti dulu ya?"

Menggelengkan kepalanya cepat sambil mengerucutkan bibirnya yang Yura lakukan. "Ngga mau Buna, tinggal satu trik lagi. Yura mau pintar kaya papi Kun," jawab Yura dengan nada tinggi lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Seulgi menyerah untuk menasehati Yura, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke ruang tengah menghampiri dua orang yang tengah asik dengan kertas-kertas yang dilipat tak karuan di atas meja.

"Kak Kun! Bisa ga sih udahan dulu kan mainnya? Ini Yura biar mandi sama ganti baju dulu," tegur Seulgi dengan nada tunggu sambil berkacak pinggang di depan dua orang itu.

Kun sedikit mendongak. "Kok ngegas? Orang ini aja Yura yang maksa. Kakak ngga mau ya kalau sampai ini anak nangis dan kamu lari-larian ke unit kakak buat minta tolong," balas Kun dengan nada santai.

"Nah bener tuh kata papi Kun, nanti kalau Yura nangis, Buna ikutan nangis lagi kaya kemarin," sahut Yura membela Kun.

Seulgi yang merasa terpojokkan pun dengan cepat menggebrak meja di depannya. "Yura! Kenapa sih Yura ngga mau dengerin kata bunda? Emang yang orang tua Yura tuh bunda apa om Kun?" tanya Seulgi kelewat emosi.

Yura yang merasa kaget dengan cepat memeluk erat leher Kun dan menenggelamkan wajahnya di sana. "Papi,  takut Buna, hiks."

"Shut, jangan takut. Biar papi yang nasehati bundanya ok?" ucap Kun berharap Yura sedikit lebih tenang.

Tangan Kun terulur mengusap rambut Yura, tak lupa pria itu juga menatap tajam ke arah Seulgi. "Gi, iya kakak tau kamu sedang capek. Tapi ngga seharusnya kamu lampiaskan ke Yura kaya gini. Ingat, Yura satu-satunya harta berharga di kamu. Gimana kalau dia takut dan ngga mau ketemu kamu hem?"

Seulgi sedikit menunduk. "Maaf kak, tadi Seulgi bener-bener kelepasan."

Senyum Kun terukir indah di wajahnya, tak lupa lesung pipi yang membuatnya semakin tampan dan manis ketika tersenyum. "Ya udah, mending sekarang kamu minta maaf gih sama Yura. Dan ingat, jangan diulangi ya."

Seulgi mengangguk, wanita itu berjalan mendekati Yura yang masih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Kun. Mengulurkan tangannya untuk sekedar mengusap rambut anaknya.

"Yura, bunda minta maaf ya udah bentak kamu tadi," ucap Seulgi dengan wajah cemas dan merasa bersalah.

Gadis kecil itu masih belum menampakkan wajahnya meski sekarang tangisan anak itu sudah mereda.

"Hey, Yura mau kan maafin bunda. Bunda janji ngga akan bentak dan kasar sama Yura lagi, ok?" ucap Seulgi lagi namun belum ada respon dari gadis kecil itu.

Seulgi dan Kun saling bertatapan, sama-sama bingung dan ada rasa takut juga jika ada apa-apa dengan Yura.

"Kak, Yura kayaknya marah banget ya sama aku?"

Kun menggeleng. "Kayaknya ngga deh, coba biar kakak aja yang tanyain, siapa tau mau jawab," balas Kun.

Pria itu dengan pelan dan lembut mengubah posisi Yura ke pangkuannya. Dan bener saja, dikira marah beneran pada bundanya hingga tak mau berbicara, namun ternyata anak itu sudah tertidur pulas dengan air mata yang masih tertinggal dipipinya.

Kun terkekeh geli melihat tingkah Yura yang menggemaskan itu. Dengan lembut pria itu mengucap air mata Yura. "Nih, anaknya udah tidur."

"Ck, astaghfirullah. Pintar banget ya ini anak buat bundanya ketakutan hem," ucap Seulgi ikut terkekeh.

"Mungkin dia juga sama capeknya kaya kamu. Ya udah, ini kakak antar ke kamar aja atau gimana?" tanya Kun yang dibalas anggukan kepala oleh Seulgi.

"Iya kak, ke kamar aja. Seulgi mau ke dapur bentar deh," jawab Seulgi.

Dengan hati-hati Kun beranjak berdiri dan membawa Yura menuju kamar. Bukan lancang, tapi memang sudah biasa juga Kun untuk masuk ke kamar ini.

Meletakkan Yura di atas kasur lalu menyelimutinya dengan lembut. Tak lupa, Kun juga memberikan kecupan manis di puncak kepala Yura. Seperti yang kalian tau, Kun benar-benar sayang dan perhatian pada Yura.

Seulgi yang melihatnya dari pintu, diam-diam bibirnya tertarik mengulas senyuman manis di wajah cantiknya. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya terasa begitu panas, bahkan tiba-tiba tubuhnya melemas begitu saja.

Tak mau diam diri dengan kondisi seperti ini, Seulgi dengan cepat membalikkan tubuhnya dan kembali menuju ruang makan untuk sekedar minum dan menetralkan detak jantungnya.  Seulgi bener-bener takut dengan situasi ini, entahlah, tapi akhir-akhir ini perasaannya selalu tidak karuan jika sedang dekat dengan Kun.

Apa mungkin cintanya sudah terbagi dua? Bagaimana bisa, dulunya setiap malam ia selalu memimpikan Taeyong tetap hidup disisinya. Namun, perlahan mimpi itu semakin hilang dan diganti dengan tawa dan senyum Kun yang selalu pria itu perlihatkan pada semua orang.

"Gi, kakak pamit deh ya. Yura juga udah tidur," ucap Kun yang berhasil membuyarkan lamunan Seulgi.

Seulgi mengerjap, mendadak ia tersedak air yang tengah ia minum. "Uhuk, uhuk, uhuk, ih iya kak. Ma.... uhuk, kasih."

Kun hany bisa mengerutkan keningnya. "Eh, Lo ngga apa-apa kan gi? Duh, kenapa bisa keselek gitu sih?" tanya Kun ikutan panik.

"Ya itu gara-gara Lo kak!"






























































To Be Continued
____________________________________

Makasih buat kalian yang masih stay sampai sekarang

Wkwkwk, ngga nyangka cepet banget udah mau ending aja, hiks

Diketik 2000 kata

See you next time

Ig@ekcahytihh

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

757K 64.9K 79
[END] Seorang wanita yang merasakan menikah dengan Jung Jaehyun, lelaki yang tampan. Dan beruntung nya wanita yang menikah dengan Jung Jaehyun. Start...
206K 21.5K 89
"Oppa, terimakasih atas semua kebahagiaan yang ada di dalam hidupku." "Tzuyu, aku akan selalu menggenggam tanganmu sampai aku menutup mataku." Highes...
MARSELANA Par kiaa

Roman pour Adolescents

1.7M 60.3K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...