YOUNG PAPA

By TintaTiway_

26.4K 5.6K 6.9K

Young Papa [SeulYong] COMPLETED "Maaf gi." "Ngga ada gunanya juga minta maaf, semua udah terjadi. Impian gue... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SPESYAL CAST
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
epilog
ekstra chapter 1
ekstra chapter 2

34

318 99 116
By TintaTiway_

Kita sering melihat sesuatu itu lebih berharga, saat kita mengetahui ia sudah hilang dan dimiliki oleh orang lain

"Gi," panggil seseorang yang berhasil membuyarkan lamunannya.

Seulgi merasakan pelukan hangat dan elusan lembut di pundaknya. "Lo ngga boleh sedih gi, Lo udah berjuang."

Tatapan orang orang yang berlalu lalang di area itu sebagian besar tertuju pada Seulgi yang kini berusaha berdiri dan membalas pelukan pria yang menghampirinya.

"Kak, aku telat. Yuna udah balik kak, hiks."

Kun menggandeng tangan Seulgi, membantunya berdiri dan kembali memeluk tubuh wanita itu. "Shut, ngga, Lo ngga telat. Sekarang kita ke Yura ya? Yakin aja pasti tuhan temuin Lo sama Yuna lagi, tapi ngga hari ini gi."

Karena makin malam juga, Kun memasangkan jaketnya ke tubuh Seulgi. Menggenggam erat tangan wanita itu dan membawanya keluar dari sana.

Selama perjalanan pun, Seulgi tak henti hentinya menangis, merutuki kebodohannya beberapa jam yang lalu. Seharusnya, ia tak menghindar dan segera memeluk Yuna saat ia bertemu. Seharusnya situasi ini tak terjadi, dan dirinya sudah bisa bersama lagi dengan kedua anaknya.

"Kak, gue mau nyusul ke Indonesia."

Kun yang terkejut seketika menoleh, membulatkan matanya dengan sempurna. "Lo sekarang lagi capek gi, mending kita cepat capat pulang dan istirahat."

"Tapi gue perlu ketemu Yuna, kak!"

"Ya gue tau! Tapi Lo juga kudu mikir perjuangan Lo selama disini. Lo tinggal tiga semester lagi belajar, coass, dan dapetin gelar Lo sebagai dokter spesialis bedah! Lo mau sia-siain semua?" jawab Kun dengan nada tak kalah tinggi dari Seulgi.

Menundukkan kepalanya dan membiarkan air matanya mengalir deras yang bisa dilakukan Seulgi. Dia tak bisa menyusul Yuna sekarang, masih banyak urusan yang perlu ia lakukan. Apa mungkin waktu lima tahun tidak membuat Yuna lupa dengannya? Ya, kira kira Seulgi di Singapore masih lima tahunan lagi.

"Jangan nangis lagi lah, tambah jelek. Noh, bedak Lo ikut ngalir sama air mata," tangan kiri Kun terulur mengusap air mata di pipi Seulgi. Disertai kekehannya, Kun mencubit gemas pipi Seulgi.

Seulgi yang diperlakukan seperti itu hanya mendengus sebal. Wanita itu mendekatkan wajahnya pada cermin yang ia ambil dari laci. "Ck, mana ada bedak gue luntur?"

"Hahaha, ada Lo nya aja yang ngga lihat karena gelap."

"Ih, kak Kun! Gue lempar Lo ya!"

Pukul sebelas lebih tiga puluh menit, pesawat yang Taeyong tumpangi landing di bandara internasional Soekarno-Hatta. Karena taksi yang ia pesan sudah sampai, buru buru ia pulang  kembali ke rumah.

Tuuttt

Sudah berkali kali Taeyong mencoba menghubungi Donghae maupun Tiffany, namun tak ada satu pun diantara mereka yang menjawab panggilan itu. Taeyong menghela nafasnya panjang, seharusnya ia sekarang senang karena Seulgi sedang berusaha untuk menemuinya. Namun, lihatlah, ia sekarang sudah sampai di Indonesia, ia tidak bisa menepati janjinya pada Yuna.

Karena jalanan tidak terlalu padat, hanya butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di rumah. Keadaan masih seperti biasa, lampu halaman masih menyala terang dan yang ia lihat, lampu kamar Joy juga menyala, tandanya masih ada orang di rumah.

Turun dari taksi dengan menggendong Yuna dan tangan kiri menarik kopernya masuk ke dalam rumah. Selesai menidurkan Yuna di kamar, barulah pria itu menuju kamar orang tuanya.

Cklek

Pintu kamar terbuka, namun Taeyong tak menemukan siapapun di sana, koper kedua orang tuanya yang biasa di atas almari pun juga sudah tidak terlihat. Apa mungkin mereka sudah pergi?

Oh ya, Taeyong ingat kalau tadi ia melihat lampu di kamar Joy masih menyala. Buru buru ia berlari menuju kamar di ujung ruangan itu. Berusaha membuka pintunya, namun nihil, pintu ini sepertinya di kunci dari dalam.

Tok Tok Tok

"Joy, buka dulu ini kakak," panggil Taeyong lembut dan tidak mendapat balasan dari dalam.

Taeyong berniat kembali ke kamar, mungkin adik perempuannya itu sudah tidur mengingat waktu sudah larut. Belum sempat melangkah, suara benda jatuh terdengar dari dalam kamar Joy.

Prang...

Wajah Taeyong mendadak panik, pria itu kembali mengetuk pintu dengan keras berharap adiknya di dalam mau membukakannya. "Dek, buka ini kakak!"

Tak ada sahutan dari dalam, Taeyong mendekatkan telinganya di pintu. Ya, dia mendengar isakan dari dalam, ia yakin kalau adiknya yang baru kelas delapan SMP ini sedang menangis.

Dengan penuh kekuatan, Taeyong mendobrak pintu kamar Joy.

Brak

Pintu terbuka, dapat dilihat kamar adiknya tengah yang sudah berantakan, semua barang tergeletak begitu saja di lantai dan yang paling menyakitkan, Taeyong melihat adiknya menangis di dekat jendela sambil memeluk foto keluarganya.

Taeyong berjalan mendekat, membawa tubuh kecil adiknya ke dalam pelukan hangatnya. "Shut, jangan nangis lagi, ada kakak."

Joy membalikkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya ke dalam dekapan kakaknya. "Kak, mama sama papa jahat! Joy dibiarkan di rumah sendiri! Bibi juga udah mereka usir kak, Joy takut."

"Tenang aja, sekarang udah ada kakak. Kamu jangan nangis lagi ok? Sekarang udah malam, kita istirahat dulu," ucap Taeyong diikuti dengan mendaratkan ciuman di puncak kepala Joy.

Jujur, selain dirinya ketakutan, Joy kini juga tengah menahan laparnya. Ia ingin ngomong sama kakaknya itu, tapi ia juga tau kalau kakaknya pasti juga sangat lelah.

Kruak...

Hahahaha

"Kamu belum makan?" tanya Taeyong sambil melepas pelukannya setelah mendengar suara yang berasal dari perut Joy.

Wajah Joy yang semula sendu kini berubah lebih tenang. Gadis itu menyengir tak berdosa sembari memegangi perutnya. " Hehe iya kak, cuma sarapan tadi pagi doang."

"Ck, ya udah ayo makan dulu, biar kakak yang buat mie instan," ajak Taeyong, Joy hanya menurut dan berjalan mengikuti Taeyong ke arah dapur.

Keluar dari kamar, mereka berpapasan dengan Jennie yang baru saja mengambil air. Wanita itu tetap berjalan ke arah kamar tanpa memperdulikan keberadaan Taeyong juga Joy.

Sambil menunggu Taeyong memasak, Joy menyiapkan dua gelas susu dan dibawanya ke meja makan. Daripada bosan, anak itu mending gangguin kakaknya, udah lama juga tidak jail pada kakak laki-lakinya ini.

"Mau apa Lo? Duduk lagi sana," usir Taeyong, pria itu sudah tau kalau adiknya bakal jail padanya.

Joy mendengus sebal, ia menghentakkan kakinya kembali duduk di kursi, mengerucutkan bibirnya sambil bermain sendok di sana. "Kak, kenapa sih si Kak Jennie judes banget!"

Taeyong mengendikkan bahunya. "Emang kek gitu kan?"

"Tapi kok Kakak masih bertahan sih sama dia? Kalau Joy sih udah aku ajak cerai dari dulu dulu."

Taeyong menghampiri Joy sambil membawa dua mangkuk mie instan. "Iya sih, tapi, lihat aja ntar, dia yang ga akan tahan sama kakak."

Joy menatap kakaknya tak percaya, sekaligus tidak paham maksud kakaknya. "Maksud kakak? Kakak mau neror dia biar ga tahan gitu?"

Melihat wajah Joy yang kebingungan membuat Taeyong tertawa terbahak bahak. "Ya ga lah, lihat aja ntar pasti dia kabur."

"Gimana caranya coba? Dikasih kapur barus biar kabur kek kutu di rambut kakak dulu?"

"Enak aja, mana ada? Kakak ngga kutuan ya. Lihat aja, bocil mana tau rencana gituan."

"Kakak kaya cerita di novel novel yang aku baca, nikah karena terpaksa gitu," ucap Joy lalu menyuapkan sesendok penuh mie.

"Oh jadi kamu bacanya yang kaya gitu? Bagus ya?"

"Eh, nggak kak. Kan bosen baca yang gitu gitu aja."

"Ya mungkin cara kakak ngusir Jennie kaca di novel yang nikah terpaksa itu."

"Serius, yang kaya gimana? Cara apa?"

"Lihat aja nanti. Kalau sekarang, nanti bukan suprise."

Joy hanya ber oh ria, menyuapkan kembali mienya ke mulut dengan lahap karena dia juga sangat kelaparan. Melihat adiknya yang begitu lahap, Taeyong akhirnya juga ikut menyantap mienya.

Walaupun hanya berdua, namun suasana ruang makan itu sangat ramai, seperti sedang kumpul keluarga saja. Pasalnya, dua bersaudara itu tidak bisa diam kalau lagi berdua tanpa ada siapapun diantara keduanya.

"Dih, masih kecil tuh ngga boleh pacaran dulu," cibir Taeyong setelah selesai mendengarkan curhatan adiknya.

"Dih, kan kakak dulu pas mau naik kelas sembilan udah pacaran sama kak Seulgi, kenapa aku ngga boleh?" protes Joy tak terima, ya dia tau betul hubungan antara Taeyong dan Seulgi sampai ke akarnya pun.

"Itu beda Joy, Lo masih bocil."

"Sama aja, kakak dulu pas pertama kali pacaran sama kak Seulgi juga masih bocil."

Terjadilah perang lempar lemparan tisu antara keduanya.

iPhone Taeyong berdering, cepat capat pria itu mengambilnya dari saku dan mengangkat panggilan yang datang dari nomor tak dikenal. Joy yang paham langsung terdiam, ikut mendengarkan apa yang dibahas dalam telepon.

"Halo, apa benar dengan keluarga Lee?" tanya seseorang diseberang sana. Taeyong pun belum mengenali suara itu.

"Iya, dengan saya Lee Taeyong. Anda siapa ya? Dan ada perlu apa menghubungi saya?"

"Begini pak Taeyong. Jadi, malam ini telah terjadi kecelakaan beruntun di tol Cikampek kilometer xx, dan salah satu korban dari kecelakaan itu adalah bapak Donghae," jawab pria itu lagi dari seberang sana.

Ya, dari awal Taeyong mengangkat panggilan terdengar suara bising dan ramai dari seberang. "A-apa mereka baik baik saja?"

"Sekarang korban tengah dilarikan ke SM Hospital, silahkan langsung ke sana saja pak."

"Baik, terimakasih informasinya."

Tuuttt

Taeyong meremas iPhone nya setelah panggilan diputuskan secara sepihak dari seberang sana. Gadis yang duduk di depannya kini kembali menangis, nafsu makannya mendadak hilang.

"Kak, Joy mau ketemu mama."

"Bentar, kami tunggu disini biar kakak ke atas ambil kunci," pamit Taeyong lalu berlari menaiki tangga.

Pria itu kembali turun bersama Yuna yang akan ia titipkan pada tante Sunny, dan juga Jennie yang ngeyel ingin ikut ke rumah sakit. Taeyong pergi duluan untuk menitipkan Yuna, setelahnya baru mengeluarkan mobil dari bagasi dan langsung menancap gas menuju rumah sakit.

Biarpun kedua orang tuanya selalu memperlakukannya seenaknya, terutama Tiffany. Namun, sebagai anak tetap saja akan khawatir jika terjadi apa apa pada orang tuanya.

Sampai di rumah sakit, Taeyong menuntun tangan Joy berlari menuju ruang IGD, dimana sudah ada beberapa orang yang duduk di sana. Mungkin, karena semua korban dibawa kesini. Dan kebetulan, saat Taeyong tiba, dokter keluar dari ruangan itu.

"Maaf, dari tujuh belas korban, hanya lima pasien saja yang selamat...."

Belum sempat selesai, Taeyong lebih dulu menyahut ucapan dokter itu. "kedua orang tua saya selat kan dok? Papa Donghae dan mama Tiffany?"

Dokter itu menatap Taeyong iba. "Maaf, hanya mama kamu saja yang bisa bertahan, itu pun dia sekarang tengah dalam keadaan kritis."

Tubuh Taeyong lemas seketika, disaat semua orang masuk dan ingin melihat keadaan keluarganya di dalam, Taeyong malah menangis keras sambil memeluk tubuh Joy yang tak kalah lemasnya.

"Hiks, Joy ngga mau papa pergi,hiks."


Pagi ini agak sedikit mendung, hembusan angin sepoi-sepoi menyelimuti proses pemakaman papa Donghae. Jeritan tangis Joy kini tak lagi terdengar, anak itu kini hanya bisa menatap kosong ke dalam liang lahat tempat dimana papanya akan dimakamkan.

Sama halnya dengan Taeyong yang masih berusaha menahan sesak di dadanya saat mengumandangkan adzan terakhir untuk papanya. Dengan suara yang bergetar, pria itu akhirnya mampu mengazankan ayahnya hingga selesai.

Betapa merisnya jika di ingat-ingat, dulu papanya yang mengumandangkan adzan pertama kali ditelinganya saat ia lahir. Kini, giliran dia yang mengumandangkan adzan untuk papanya. Menutupnya dengan beberapa bongkah kayu dan tanah diatasnya.

Prosesi pemakaman kini benar benar selesai. Satu persatu orang mulai meninggalkan area pemakaman. Kini, hanya tersisa Taeyong, Joy, Jennie, juga Sunny dan suaminya.

Joy bersimpuh di samping gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama indah papanya. Ia tidak menyangka kalau papanya meninggal dengan cara seperti ini.

"Pa, Joy minta maaf kalau ada salah. Joy janji, akan selalu nurut sama mama, sama kakak, dan Joy akan jadi wanita yang bisa membanggakan keluarga," lirih Joy memeluk batu nisan di depannya.

Taeyong memeluk tubuh adiknya dari belakang. "Pa, Taeyong juga janji bakal urus semua masalah papa. Tae juga bakal jaga Joy sepenuhnya."

Mengingat hari juga mendung, Sunny ikut berjongkok menenangkan keduanya. "Udah, kalian ga boleh terlalu sedih, kasihan Donghae ya. Udah mendung juga, mending kita pulang dulu, kita gantian ngasih semangat buat mama biar kuat."

Taeyong tersenyum simpul. Tangannya terulur untuk mengusap batu nisan si depannya. "Papa tenang disana. Tae sama Joy pamit dulu pa, assalamualaikum."

Setelah dari pemakaman, kedua bersaudara itu kini tengah bersiap untuk kembali ke rumah sakit buat menjaga Tiffany.

Entahlah, sejak pulang dari pemakaman tadi Jennie sudah tidak kelihatan di sini. Mungkin, benar apa yang Taeyong ucapkan dengan Joy semalam, Jennie akan lelah sendiri hidup dengannya yang penuh ujian.

Tanpa pamit, Taeyong dan Joy langsung menuju ke rumah sakit. Sampai disana, dengan cepat keduanya berganti menggunakan gaun protektif pembesuk dan segera menghampiri Tiffany yang belum juga membuka matanya.

Taeyong mendaratkan bibirnya di dahi Tiffany lama, berharap bisa menyalurkan kekuatan dan semangat untuk mamanya agar kuat berjuang. "Cepat sadar ya ma."

"Ma, Joy sayang mama. Joy mau mama cepat bangun, semangat mama," ucap Joy lirih.

Kedua bersaudara itu menghabiskan harinya bersama Tiffany di ruang ini, ya memang hanya satu pasien yang ada di ruang ICU, jadi mereka bisa lama lama disini, bahkan hingga hari mulai gelap.


































































































Bersambung
_______________________________________

Balik lagi dong

Diketik 2035 kata

See you next part

Ig@ekcahytihh

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 122K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
48.5K 5.4K 19
"hei kau! iya kau pria cantik di sudut sana yang bernama Oh Sehun!, jadilah kekasih ku!!" -Kim Kai- "dasar bodoh" -Oh Sehun- Warn : HunKai, KaiHun (...
40.4K 2.7K 78
Jaehyun x you Kata Jaehyun kamu itu kaya lagunya Ed sheeran PERFECT Bikin jantung jedag jedug Per episode ceritanya ringan n pendek Minim konflik ...
106K 9.1K 42
[Previous title : Backstreet Boyfriend] ❝rasanya jadi pacar idol ituㅡ❞ Kalau saja Seojin tidak pergi ke pesta, dirinya pasti hidup dengan normal. Buk...