YOUNG PAPA

By TintaTiway_

26.4K 5.6K 6.9K

Young Papa [SeulYong] COMPLETED "Maaf gi." "Ngga ada gunanya juga minta maaf, semua udah terjadi. Impian gue... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SPESYAL CAST
21
22
23
24
25
26
27
28
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
epilog
ekstra chapter 1
ekstra chapter 2

29

319 103 114
By TintaTiway_


Hidup ini penuh kejutan, kamu tidak tahu apa yang akan terjadi, jadi nikmatilah dan bersiaplah untuk setiap kejutan yang akan menghampirimu


Sudah hampir seminggu Taeyong tidak pernah menemani Yuna dirumah, paling papa muda itu hanya menyapa anak itu sebelum berangkat berkerja dan menemani sebelum tidur saja. Taeyong lebih sering menghabiskan waktunya untuk lembur mengingat kebutuhan ekonomi keluarga yang semakin bertambah.

Hari sudah gelap, Yuna sendiri sudah tertidur pulas di ruang keluarga milik Sunny. Gadis itu memang sudah mengantuk dari beberapa jam lalu, namun karena terlalu rindu dengan sang ayah, ia rela untuk menunggu kedatangan ayahnya di ruang tengah hingga dirinya bisa melihat wajah ayahnya ketika pulang kerja seperti dulu.

Tok Tok Tok

Sunny yang barusan memangku tubuh Yuna seketika berdiri, membukakan pintu dan menyambut kedatangan orang itu.

"Loh, Yuna minta gendong Tante?" tanyanya sambil mengambil alih Yuna dari tangan Sunny.

"Tadi mau tante tidurin di atas, eh dia ngga mau katanya mau nunggu kamu."

Taeyong menatap Yuna penuh rasa bersalah. Ia mencium punggung tangan Sunny lalu membawa Yuna pulang ke rumah.

"Tae pamit dulu ya Tan."

Sunny mengusap lembut kepala Taeyong. "Hati hati, jaga Yuna baik baik ya Tae. Jangan sampai kamu lebih mentingin yang lain dibanding Yuna."

"Iya Tan, makasih."

Belum sempat istirahat, lelaki itu sudah disambut oleh tatapan tajam Tiffany di ruang makan. Tak perlu ambil pusing, Taeyong tetap menggendong Yuna ke kamar untuk menidurkannya, setelah selesai ia baru kembali turun untuk bergabung makan malam.

Mendudukkan dirinya di samping Jennie yang Taeyong lakukan. Ia sendiri juga bingung mengapa wajah Jennie begitu pucat dan terlihat ketakutan.

"Em, udah kumpul kan? Ayo makan," ajak Taeyong agar semua segera melahap makanannya.

Masih dalam keadaan yang hening mereka menikmati makanannya, bahkan Tiffany pun sedari tadi belum sedikitpun membuka percakapan. Entah lah, mungkin wanita itu tengah memendam rasa kesal yang mendalam.

"Ekhem, kalian kan udah nikah sebulan lebih nih? Jennie ko belum hamil juga, apa jangan-jangan dia mandul?" ucap Tiffany disela-sela ia mengunyah makanannya.

Seketika orang yang baru saja disebutkan tersedak,"uhuk uhuk uhuk." Jennie, mengambil air milik Taeyong dan meminumnya cepat.

"Ma, Jennie menantu kesayangan mama jadi keselek kan," sahut Donghae. Ya, meski ia agak marah dengan Seulgi, pria paruh baya itu juga lebih memilih Seulgi dibanding dengan Jennie.

"Ya gimana mama ngga nanya coba, orang sini juga ngarep pengen cepet-cepet punya cucu, jangan-jangan emang bener dia mandul."

Kali ini Taeyong merasa kasihan dengan Jennie yang terpojokkan. Namun, ia sendiri juga puas karena lagi-lagi wanita itu tidak berani menjawab. Sebenarnya, bukan hanya Taeyong yang malas bersetubuh dengan Jennie, namun karena wanita itu juga yang selalu membuatnya malas untuk menyentuhnya.

"Anu ma, mungkin Taeyong masih ditugaskan untuk menjaga Yuna," jawab Taeyong.

"Yuna? Apa yang bisa dibanggakan dari anak itu hem? Kamu itu terlalu manjain dia tau ngga?"

"Ma, plis jangan salahin Yuna. Yuna ngga ada...."

"Jennie yang belum siap ma," sahut Jennie lalu beranjak dan berlari menaiki tangga.

Tiffany membanting sendoknya, ia bersiap untuk berlari mengejar Jennie, namun tangannya berhasil dicekal oleh Donghae. Dengan berat hati, ia kembali duduk dan melahap makanannya.

"Bukan Jennie yang belum siap, tapi Tae yang males, masa tiap hari dia masih main sama pacarnya tuh," ucap Taeyong pelan, namun masih bisa didengar oleh telinga Tiffany juga Donghae.

"Jaga omongan kamu Tae, Jennie anak baik, ngga mungkin dia kaya gitu."

"Tapi Taeyong ngga bohong ma."

"Mama yakin Jennie ngga seperti itu, dia gadis yang setia. Dia aja rela nunggu kamu sampai tiga tahun, makanya mama percaya sama dia."

"Terserah mama, tapi kemarin anak itu habis beli hp buat pacarnya juga. Belain aja terus, Tae juga udah ngalah," Taeyong nyerah bicara dengan Tiffany, ia kembali ke kamar Yuna untuk melihatnya lagi sebelum ia ikut tidur.

Lagi dan lagi ia merasa bersalah saat melihat Yuna tertidur memeluk erat guling disampingnya. Tentu saja ia tau kalau anak itu pasti rindu akan pelukan bundanya. Taeyong berjalan mendekati kasur, merebahkan tubuhnya di samping Yuna dan membiarkan Yuna tertidur diperlukan.

Cup

"Ayah minta maaf ya sayang."

Seperti yang Taeyong rencanakan sebelumnya, hari minggu kali ini ia manfaatkan untuk jalan jalan bersama Yuna. Ya, semenjak Seulgi pergi, Yuna sudah tidak pernah lagi pergi ke tempat bermain atau lainnya lagi.

Karena tadi pagi Jennie memaksa untuk ikut, jadi mereka pergi bertiga. Anehnya, semenjak bangun tidur, Jennie mendadak baik pada semua orang, termasuk Yuna. Ada apakah gerangan bisa dengan cepat berubah sikap seperti itu.

Sampai di playground terdekat, Yuna turun dan masuk dengan digendong oleh Jennie. Sebenarnya dari tadi Taeyong agak was-was dan ya pastinya takut terjadi apa apa pada Yuna, numun hatinya meyakinkannya bahwa Jennie juga bisa berubah. Tapi, mengapa secepat itu?

"Yuna mau langsung main apa beli es krim dulu? Kamu suka es krim rasa taro kan?" tanya Jennie masih menggendong Yuna dipanggangnya.

Yuna menggeleng. "Yuna mau main aja, beli es tlim na nanti ya tante."

"Ya udah, kita main sekarang," ucap Jennie semangat. "Ayo Tae!" ajak Jennie sambil menarik tangan Taeyong cepat.

Wahana pertama yang mereka naiki adalah komedi putar yang bisa dinaiki satu keluarga. Kali ini, Taeyong mengambil Yuna dari Jennie dan mendudukkan anak itu di pangkuannya.

Begitu senangnya Yuna bisa bermain dan jalan-jalan seperti dulu lagi. "Ayah, nanti Yuna mau naik biang lala ayah," ucap Yuna sambil menunjuk ke arah salah satu wahana.

"Ha beneran? Emang kamu berani?"

"Belani dong ayah."

"Aduh, mama Jennie takut loh Yuna," sahut Jennie menampakkan wajah cemberut.

Ha apa tadi mama? Lagi lagi Taeyong masih ngga percaya atas perubahan sikap Jennie. Apa mungkin karena ucapan mamanya kemarin dia mau berubah. Ah, tapi ngga mungkin, ngga ada kaitannya juga bukan.

Biar lah, Taeyong ikut permainan Jennie lagi untuk yang kesekian kalinya. "Yah, mama Jennie cemen. Kita naik berdua aja ya?" tanya Taeyong mencubit gemas pipi Yuna.

"Kacian tante Jennie nunggu, Yuna ngga jadi aja."

Jennie terbelalak, awalnya ia ingin bercanda tapi mengapa Yuna seserius itu. "Eh, ngga ko. Kita naik bareng bareng, Yuna mau kan?"

Yuna mengangguk dan masih melihat wajah Jennie yang tersenyum manis itu. "Yuna mau, tapi tante takut."

"Ngga kok, Tante ngga jadi takut. Kan ada Yuna sama ayah yang nemenin, jadi sekarang berani deh."

Setelah beberapa kali bercanda dan tak lupa juga mengambil foto bersama, akhirnya komedi putar itu berhenti. Turun dari sana, Yuna ingin berjalan sendiri, akhirnya Taeyong menggandeng tangan sebelah kanan, sedangkan Jennie sebelah kiri.

"Yuna, mama haus mau beli minum. Kamu haus ngga?" tanya Jennie sambil berjongkok di depan Yuna.

"Yuna mau tante, yang lasa cokelat ok."

"Sipp," Jennie memberikan jempol, setelahnya wanita itu langsung pergi ke satu kedai penjual minuman.

Yuna menarik tangan Taeyong menuju satu tempat, ya dimana ia selalu duduk bersama dengan Yura ketika menunggu Seulgi membeli makanan. Yuna terdiam, nafasnya agak sedikit memburu.

Taeyong mengulurkan tangannya mengusap lembut punggung Yuna. "Yuna kenapa hem?"

Hanya menggelengkan kepala yang Yuna lakukan. Gadis itu kembali terdiam, ia sedikit menyender kepalanya pada samping kursi. Gadis itu sangat bahagia bisa bermain dan berjalan bersama ayahnya, namun pikiran anak itu menuju adiknya, ia takut kalau adiknya tidak jalan jalan sepertinya.

"Halo, lihat nih, mama beliin es krim taro buat Yuna," Jennie datang dengan memamerkan es krim ditangannya.

"Ah, Yuna mau tante," gadis itu merubah posisi duduknya, mengambil es krim dari tangan Jennie dan memakannya.

Jennie sendiri langsung duduk di samping Taeyong, membuka minumannya dan meneguknya hingga rasa hausnya ilang.

"Lo kenapa tiba-tiba baik?" tanya Taeyong tanpa menolehkan wajahnya ke arah Jennie.

"Emang salah kalau aku baik sama Yuna? Toh dia juga anak sambung aku kan?"

Benar juga yang Jennie bilang bahwa Yuna anak sambungnya, tapi masa ia kemarin dia masih benci dan sekarang langsung baik dan manjain Yuna begitu saja.

"Kak Taeyong ngeraguin aku?"

Taeyong menggeleng, lelaki itu kembali fokus pada Yuna dan seringkali tertawa melihat wajah Yuna yang belepotan terkena es krim yang dimakan anak itu.

Tak butuh waktu lama untuk istirahat, kini seperti permintaan Yuna, wahana yang mereka tuju adalah biang lala. Begitu girangnya saat Yuna memasuki satu tempat dengan duduk sendiri di samping Taeyong.

Sampai di bagian paling atas, biang lala itu berhenti. Yuna yang barusan terduduk manis pun malah berdiri untuk melihat pemandangan dibawah. Ya, meski masih di pegangi oleh ayahnya, tapi Yuna termasuk anak yang berani.

"Ayah, lihat deh. Di bawah ada anak nangis sendili," tunjuk Yuna ke bawah, tempat dimana ada gadis yang menangis di kursi tempatnya duduk tadi.

"Iya, kasihan. Nanti pas udah sampai bawah, kita tenangin ya."

Yuna mengangguk paham, tiba-tiba ia kembali duduk. Hatinya merasa kasihan pada gadis yang tengah menangis itu.

Biar sebenarnya biang lala berputar dua kali tiap satu penumpang, tapi karena harus menenangkan anak tadi, mereka hanya berputar satu kali.

Yuna berlari mendahului ayahnya untuk menemui anak itu, Yuna ikut duduk di samping gadis yang sedikit lebih tinggi darinya. Tak lupa, Yuna juga mengusap punggung gadis itu. "Kaka kenapa?"

Gadis itu menoleh, tersenyum ke arah Yuna juga Taeyong dan Jennie yang sudah berdiri disana. "Aku ngga apa apa, cuma sedih aja dari tadi hanya adik aku yang diajak main sama papa."

"Kakak ngga boleh nangis, nanti Yuna kasih es klim, ok?"

Belum sempat menjawab, sudah datang satu pasangan dengan membawa anak laki-laki menghampiri tempat itu. Pria seumuran dengan Taeyong itu segera menarik tangan anak perempuannya untuk pergi.

Tak mau tinggal diam, Taeyong melepaskan tangan pria itu dari anaknya. "Maaf sebelumnya, dia anak anda, ngga seharusnya anda bersikap seperti itu pada dia."

"Anda siapa? Ngga usah ikut campur urusan saya."

"Tapi anak itu...."

"Ayah, pelut Yuna sakit ayah," teriak Yuna sambil memegangi perutnya.

"Itu urus dulu anak anda, jangan campuri urusan saya," lelaki itu langsung pergi dengan masih menyeret anak perempuannya.

Taeyong mendudukkan dirinya, mengusap lembut rambut Yuna berusaha sedikit menenangkannya. "Yuna kenapa nak?"

"Hiks, pelut Yuna sakit, aw."

Panik, Taeyong menggendong Yuna, membawanya menuju mobil tanpa menghiraukan panggilan Jennie dari arah belakang. Ya Tuhan, baru saja Yuna merasa bahagia, mengapa malah jadi seperti ini.

Dengan nafas tersengal-sengal, Taeyong menidurkan Yuna di jok bagian belakang dengan berbantal paha Jennie.

Taeyong menancap gas meninggalkan parkiran playground. Keringatnya bercucuran, ia sangat khawatir dengan keadaan Yuna sekarang. Berbeda dengan Jennie yang hanya terdiam sambil sesekali mengusap kepala Yuna.

"Tahan dulu ya Yuna," lirihnya. "Jen, Lo usapin minya ke perut Yuna sekarang," perintahnya yang langsung dilaksanakan oleh Jennie.

Mengapa jalanan hari ini begitu ramai, karena di depan terlihat macet, Taeyong membelokkan setirnya melewati gang. Ya lelaki itu sudah berpengalaman menelusuri jalan tikus sekalipun.

Menghentikan mobilnya di depan pintu IGD, Taeyong keluar dan segera mengangkat tubuh Yuna lalu berlari membawanya masuk.

Namun tetap saja, ia tak pria itu hanya bisa menunggu di luar ruangan saat Yuna di periksa. Berjalan kesana kemari, pikiran dan perasaan yang tidak tenang menyelimutinya. Jujur ia lelah mondar mandir dari tadi, ia mendudukkan dirinya di samping Jennie.

Jennie yang paham pun segera menyodorkan sebotol minuman pada Taeyong. Mengusap lembut pundak lelakinya. "Kamu yang tenang, Yuna anak kuat."

"Ya gimana mau tenang ha? Satu satunya titipan Allah yang harus gue jaga tiba-tiba sakit tanpa ada gejala apapun ha?"

"Ya yang penting kamu tenang, biar marah marah pun, Yuna ngga akan sembuh."

Tak mau menghiraukan Jennie lagi, Taeyong sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia benar benar gagal menjaga gadis kecilnya, ia juga merasa bersalah sama Seulgi karena tidak bisa jaga Yuna dengan baik.

Cklek

Pintu IGD terbuka. Seorang dokter keluar dari sana dengan senyum canggungnya. "Dengan keluarga pasien bernama Ayuna?"

Taeyong berdiri dan berjalan menghampiri dokter itu. "Iya dok, saya ayahnya."

"Boleh ikut ke ruangan sebentar."

Taeyong mengangguk cepat. "Iya, boleh dok," jawabnya lalu berjalan mengekori dokter itu ke dalam sebuah ruangan.

Duduk berhadapan dengan sang dokter membuat Taeyong sedikit agak kaku. "Apa anak saya baik baik saja dok?" tanyanya.

"Um, apa sebelum anak bapak sakit perut, dia ada makan sesuatu?"

Taeyong sedikit mengingat, namun entah lah, otaknya kosong, ia tak bisa mengingat apapun. "Emang, Yuna kenapa dok?"

"Anak bapak keracunan makanan, untung saja tadi langsung dibawa kemari, kalau saja telat, pasti tidak selamat lagi. Dan, adek Ayuna juga harus dirawat intensif dulu di sini kurang lebih tiga hari."

Pikiran Taeyong semakin buyar, apa apaan ini dia tidak bisa menjaga pola makan anaknya. "Baik dok, boleh saya menemui anak saya."

"Baik pak, silahkan."

Ayah muda itu mengacak rambutnya frustasi, keluar dari ruangan dokter itu, ia disambut oleh Jennie yang berdiri sedekap di samping pintu. Dan ya, dia baru ingat kalau Jennie membelikan Yuna es krim.

"Lo," geram Taeyong sambil menunjuk ke arah Jennie.

"Iya gue yang buat, haha, puas gue," jawabnya angkuh.

"Kenapa Lo lakuin itu ha?"

"Ya emang salah? Gue ga suka ada dia disini. Dan, karena dia gue ga dapat perhatian dari Lo Taeyong!"








































































TBC
_____________________________________

Minal Aidzin Wal Faizin semua, kalau aku disini ada banyak salah, aku minta maaf ya, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Telat banget ngucapinnya, hehehe

Next ga?

Diketik 2075 kata

See you

Ig@ekcahytihh

Continue Reading

You'll Also Like

666K 8.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 11K 4
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.2M 117K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...