YOUNG PAPA

By TintaTiway_

26.7K 5.6K 6.9K

Young Papa [SeulYong] COMPLETED "Maaf gi." "Ngga ada gunanya juga minta maaf, semua udah terjadi. Impian gue... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SPESYAL CAST
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
epilog
ekstra chapter 1
ekstra chapter 2

27

322 97 139
By TintaTiway_

Jika suatu saat nanti kamu menemukan kebahagiaanmu, kamu harus ingat aku pernah berjuang untuk kamu


Halo semua, sebelum masuk ke cerita, aku mau bilang dulu ke kalian....

Jadi pembaca yang bijak ya❤️

Tau kenapa aku bilang gitu? Ya, pasti sudah tau lah, mengingat hal ini juga ramai lagi untuk yang kesekian kalinya.

Penulis hanya menuliskan cerita sesuai imajinasinya, tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Dan tujuan mereka memberikan cast di setiap cerita mereka, agar kalian para pembaca bisa mendapat feel juga bisa membayangkan cerita itu benar benar hidup.

Terima kasih ya, kalian hebat ko.

Hari yang ditunggu tunggu telah tiba, yups hari ini Taeyong akan menjadikan Jennie sebagai istri keduanya. Ya sebenarnya hanya Tiffany dan keluarga Jennie yang bersemangat menyambut hari ini. Taeyong ? Pria itu masih sama, dia tak terlalu peduli akan hari yang menurut orang orang sakral ini, baginya hari ini sama saja dengan hari hari sebelumnya. Bangun siang, mandi dan makan bareng Yuna, setelah ia rebahan dan bermain dengan anaknya hingga lelah.

Taeyong akan melakukan ahad juga resepsi malam ini di sebuah villa di puncak. Dan, pastinya Tiffany geram dong hari sudah siang namun Taeyong belum persiapan sedikitpun. Wanita itu mendekat, menggendong paksa Yuna dan membawanya pergi.

Taeyong yang tak terima berlari menyusul ibunya menaiki tangga. "Ma, balikin Yuna! Mama, jangan apa apain Yuna ma!"

"Jangan ikut campur kamu, biar mama yang urus ini anak."

"Stop ma! Taeyong akan batalin pernikahan ini kalau mama ga serahin Yuna sama Tae," Taeyong berhasil mencekal pergelangan tangan mamanya.

Tiffany semakin geram, ia menurunkan Yuna dari gendongannya dan pergi begitu saja. Taeyong langsung berjongkok, menarik tangan putrinya dan membawanya ke dalam pelukannya.

Mengelus puncak kepala Yuna, tak lupa ia juga sedikit menenangkan gadis itu. "Yuna, jangan nangis lagi ok. Ayah selalu disamping Yuna, Yuna jangan takut, kita akan segera pindah dari sini."

"Yuna mau Buna ayah, hiks," gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada ayahnya.

"Shut, kita cari bunda. Sekarang, Yuna mandi dulu yuk, nanti kita pesta."

"Yuna ndak mau punya buna yang lain."

"Nggak akan, bundanya Yuna ya bunda Seulgi. Kenapa kamu ngomong kaya gitu cantik?"

Yuna menggeleng lemah. "Tadi nenek bilang Tante jeni mau jadi bunanya Yuna, Yuna ndak mau ayah."

"Ayah juga nggak mau, yuk kita mandi," Taeyong membawa Yuna menuju kamar mandi. Seperti biasa, selain menjadi seorang ayah, ia juga harus menggantikan Seulgi untuk merawat Yuna biarpun tidak bisa sempurna seperti wanita itu.

Selesai memakaikan gaun untuk Yuna, Taeyong juga bersiap dengan jas nya. Pria itu berjalan dan berhenti di depan cermin, melihat pantulan wajahnya juga pakaian yang ia kenakan hari ini yang sama persis dengan yang ia pakai saat ia menghalalkan Seulgi. Tapi hari ini ia menggunakan bajunya lagi.

Sedih bercampur marah menyelimuti hati Taeyong, mengapa disaat kondisi seperti ini dia tak bisa berbuat apapun. Mengapa ia tak mengejar Seulgi dari kemarin kemarin. Ya, dia memang kecewa, tapi hatinya juga tidak bisa ia bohongi. Dia sangat mencintai wanita itu.

"Memang hari ini Lo udah menang Jennie, tapi tidak dengan besok dan seterusnya. Gue bukan seperti yang Lo pikirin," batin Taeyong dengan senyum smrik terbit diwajahnya.

Ya, jangan kalian pikir Taeyong cuma diam mengikuti alur permainan mamanya. Dia masih waras, dia juga punya otak.

"Ayah, Yuna atut."

Taeyong menoleh ke tempat Yuna duduk, ia menghampirinya dan langsung mendekapnya. "Yuna anak pemberani. Jangan takut, ingat Yuna lebih kuat dari Frozen."

Yuna mengerucutkan bibirnya, ia mencubit pergelangan tangan ayahnya. "Ih, Yuna sukana lapunzel ayah. Dia bisa melawan mamanya yang nakal."

"Nah iya, nanti kalau kamu punya mama nakal, kamu kaya Rapunzel ya nak. Lawan aja, jangan takut."

"Sipp ayah, nanti Yuna lawan bunda Seul...."

"Eh, jangan. Kalau bunda Seulgi, nanti Yuna dosa, Yuna nggak mau kan masuk neraka?" sahur Taeyong, apa apaan coba. Yang ia maksud adalah jika suatu saat Jennie nyakitin Yuna kan anak itu bisa membalas, mengapa malah sampai ke Seulgi.

Yuna mengangguk paham. "Jadi yang boleh Yuna balas bunda Yuna yang bukan bunda Seulgi dong ayah?"

"Iya, yang lain. Sip kan?"

"Ok sipp ayah."

Ya biarpun ajaran yang sesat, namun Taeyong juga harus mengajarkannya untuk jaga jaga. Ok lah, Yuna anaknya nurut dan bisa diajak kompromi.

Halaman villa yang di dekor sebagus dan semewah mungkin menjadi saksi dimana Taeyong mengucapkan ijab qobul di depan orang tua Jennie dan tamu undangan lainnya. Aneh bukan, kemarin ia bisa mengucapkannya secara lantang di depan Siwon, tapi ini saat pengucapan yang ketiga kalinya ia baru benar.

Ya, acara resepsi akan dilaksanakan sebentar lagi. Bukan menunggu Jennie selesai ganti gaun, Taeyong malah memilih berkeliling villa dengan Yuna. Entah lah, dia benar benar tidak punya semangat sedikit pun untuk acara ini.

Acara pun dimulai, ia berjalan menghampiri Jennie yang sudah bersama Tiffany di depan sana. Seperti acara pernikahan biasa, ia menggandeng tangan istrinya dan berjalan menuju kursi pelaminan. Tak lupa dengan Yuna yang juga setia Taeyong gandeng.

Biarpun sang istri mengenakan gaun yang indah, namun di mata Taeyong, tetap biasa saja. Lebih cantikan Yuna yang tanpa terpoles make up sedikitpun.

Bukan hanya saat berjalan saja, Taeyong juga membawa Yuna untuk duduk bersama di kursi pelaminan. Bukan ia mau menunjukkan kalau dia sudah punya anak, namun hanya saja ia malah satu kursi buat berdua dengan wanita itu.

Banyak pasang mata yang ikut terharu melihat perlakuan Taeyong kepada Yuna. Namun, tak sedikit juga yang tidak suka pada perlakuan ayah pada anaknya yang dinilai terlalu berlebihan.

Kedua mempelai menyambut tamu yang bersalaman dan akan berfoto bersama dengannya. Contohnya sekarang, sahabat dekat Jennie dengan riang berjalan dan berlarian untuk memeluk tubuh Jennie.

"Hay baby, selamat. Akhirnya setelah penantian panjang Lo nikah sama Taeyong juga," wanita tinggi dengan make up natural memeluk Jennie dan disusul ketiga teman lainnya.

"Wah wah wah, ngeduluin kita Lo ya, selamat Jen, moga cepet dikasih baby," ucap gadis bernama Lisa yang juga ikut memeluk Jennie.

Jennie sendiri hanya tersenyum malu dan sedikit melirik ke arah Taeyong. "Siap, doain aja yang terbaik ya girl."

"Duh kenapa Lo jadi cantik banget Jennie, kan diantara kita harusnya Jisoo yang paling cantik," protes Jisoo. Wanita itu sepertinya paling terharu dibandingkan yang lain, buktinya dia udah meneteskan air mata ketika berpelukan dengan Jennie.

"Iya tetep kamu yang paling cantik, udah dong jangan sedih. Kita foto aja yuk," ajak Jennie untuk mencairkan suasana dan disetujui oleh ketiganya.

Setelah selesai dnegan Jennie, ketiga gadis itu juga mengucapkan selamat pada Taeyong, tak lupa sebagai sahabat juga menitipkan temannya pada mempelai pria. Taeyong sendiri hanya bersikap datar seakan semua hanya candaan baginya. Selanjutnya dengan terpaksa, Taeyong harus akting tersenyum di dalam sesi foto tersebut. Iya lah, kalau dia tidak senyum, mungkin wajah tampannya akan berkurang.

Setelah ketiga gadis itu turun, nampak dua pemuda yang datang menghampiri kedua mempelai. Ya, diantara anak anak enciti lainnya, hanya Jaehyun dan Winwin yang datang. Ya tentu saja semua anggota tahu akan hal ini, namun anehnya mereka semua enggan untuk sekedar datang mengucapkan selamat pada Taeyong, Jennie tepatnya.

Jaehyun menepuk pundak Taeyong, miris rasanya melihat sahabatnya mengalami hal seperti ini. "Bro, sorry hanya kita berdua yang bisa datang. Dan selamat buat Lo sama istri kedua Lo. Ya doa gue sih sama kaya Lo."

Winwin, laki laki itu hanya diam saja. Wajahnya datar dan sedikit agak malas untuk sekedar menjabat tangan ketuanya. Bahkan, saat Jaehyun selesai berbicara pada Taeyong pun, lelaki itu masih terdiam ditempatnya. Berbeda saat acara acara sebelumnya pasti semua anggota akan berebut untuk sekedar mengucapkan selamat dan sedikit bercanda bersama.

"Win, Lo kenapa dah ha?" tanya Jaehyun memecahkan kecanggungan.

"Gapapa, aneh aja gitu. Biasa acara kek gini selalu rame, lah ini cuma kita doang yang salaman kesini. Andai kemarin Doy izinin gue ikut cari sahabat sama keponakan gue, ngga akan berdiri disini gue sekarang."

"Alah, bilang aja Lo mau jalan jalan, sok sokkan mau cari sahabat sama keponakan segala."

Taeyong hanya tersenyum getir, ya sudah  dua minggu lebih ia tak bertemu Doyoung. Apa mencari keberadaan Seulgi saja membutuhkan waktu selama ini? Kemana sebenarnya Seulgi pergi? Sampai sampai semua orang tidak menemukannya.

"Yoi, makasih udah mau datang," balas Taeyong ramah.

Winwin berjongkok memegang kedua tangan Yuna dan membisu sesuatu pada telinga gadis kecil itu. Yang lain? Tentu mereka hanya bisa bertanya tanya pada pikiran mereka masing masing tentang perlakuan Winwin itu.

"Kalau ada apa apa sama Yuna, gue siap gantiin peran Lo buat Yuna," Winwin menatap tajam Taeyong dan Jennie, "gue pamit," ucapnya sambil berlalu tanpa menjabat tangan kedua mempelai pun.

Jaehyun melakukan hal yang sama, ia tak sudi menjabat tangan bahkan untuk menatap wajah Jennie pun enggan. Sebelum pergi, ia hanya mencium kening Yuna, mengusap pundak sahabatnya dan berjalan keluar tempat melakukan acara.

Tiffany menghampiri anaknya setelah menyadari kepergian kedua sahabat baik Taeyong. "Lihat mereka, sahabat kamu sejak kecil aja kaya gitu ke kamu. Kena hasut apa sih mereka sampai segitunya ngebela Seulgi?"

"Ma, plis jangan buat keributan dulu ma," mohon Taeyong, mengingat masih ada banyak tamu undangan yang belum pulang.

"Mama nggak ngajak ribut, mama cuma mau nyadarin kamu kalau teman teman kamu itu udah pada ga ada yang peduli sama kamu," Tiffany kembali berjalan ke tempat duduknya dnegan senyum yang masih tercipta di wajah cantiknya.

"Mereka ngga peduli lagi sama Tae juga karena mama," lirih Taeyong.

Jennie yang menyadari itu pun segera memanfaatkan waktunya. Wanita itu mengusap lembut pundak suaminya seakan ia juga merasakan beban hidup Taeyong. "Sabar, aku taku kamu laki laki kuat Tae, aku cinta kamu."

Sang empu yang mendengarnya hanya tersenyum getir, ia melirik kearah Jennie yang tengah menatapnya. "Iya gue kuat mengikuti alur permainan ini, ngga tau deh kalau Lo."

Seulgi merasa bosan, ya ibu muda itu sedari tadi hanya melihat Yura dan ketiga pria bermain di taman hiburan. Dari pada menunggu lama, ia memilih untuk berkeliling sekedar mencari cemilan biar tak bosan bosan banget.

Mendudukkan dirinya di satu kursi kedai  cup cake di tengah timezone. Ia memesan dua cake oreo dan menikmatinya sembari melihat lihat video juga foto yang masih tersimpan di iPhone nya. Jujur, ia sangat merindukan Yuna, tapi bagaimanapun kondisinya, dia tak mungkin untuk menemui anak itu sekarang. Ya dia janji akan kembali ketika dia sudah sukses dan mandiri.

Ia melihat ke ujung gedung, tempat dimana Yura sedang bermain dengan ketiga pria yang setia menemaninya. Ia bersyukur, ia senang melihat Yura dengan tawa lepasnya. Apa Yuna disana juga tengah tertawa lepas?

Tak mau berfikir negatif lagi, Seulgi melirik arjoli di tangannya. Tanpa sadar, waktu berjalan begitu cepat. Ia segera kembali menghampiri keempat orang yang tangah istirahat di pinggiran gedung sambil membawakan minuman.

"Nih, gue bawain minum. Udah jam sepuluh lebih juga, pulang aja yuk," ajaknya sambil menyuapkan permen ke mulut Yura.

"Ya udah deh, udah lelah juga dari tadi mainan mulu, ayo lah," balas Doyoung mengambil jaketnya dari kursi.

Kini Lucas yang menyetir mobil Kun, ya kasihan juga lah, masa dari dulu Kun terus yang jadi supir, sekali kali gantian juga tidak masalah kan.

Seperti malam malam biasa, kini Lucas menginap di unit Kun dan hanya Doyoung lah yang di apartemen Seulgi. Ya karena Yura yang minta untuk tidur selalu ditemani Doyoung, berakhir lah sampai sekarang dia belum balik juga ke Indonesia.

Selesai membereskan kamar, Seulgi menyempatkan diri untuk mandi. Keluar dari kamar mandi, ia melihat Yura yang sudah tertidur pulas di tempatnya. Ia menghampiri Doyoung yang asih dengan iPhone nya di sofa.

"Kak, kan kakak udah ketemu Arin nih, ga ada gitu niatan balikan gitu?"

Doyoung meletakkan iPhone nya diantara dia dan Seulgi. Ia mengangkat wajahnya menatap manik adiknya itu. "Buat mah ada, tapi gue mau dia benar benar tahu perjuangan gue selama ini dulu."

Seulgi hanya mengangguk anggukan kepalanya, seolah tahu apa yang ada dipikiran kakaknya. "Semangat kak, udah jam satu, tidur gih," ucapnya setelah melihat ke arah jam di atas nakas.

"Lo juga banyak istirahat, ingat Yura selalu butuh Lo. Lo juga tidur sana," usir Doyoung berharap Seulgi beranjak dari sofa agar dia bisa merebahkan tubuhnya, "Gi Lo kuat ya."

Seulgi menoleh sebelum dia benar benar berdiri. "Gue kuat lah, emang kenapa? Udah biasa juga gue hidup kek gini kak."

Doyoung hanya menggelengkan sekilas. "Bagus lah, intinya apapun yang terjadi, Lo ngga boleh menyerah. Masih banyak orang yang sayang sama Lo."

Perkataan yang keluar dari mulut Doyoung membuat Seulgi semakin bingun dan bertanya-tanya. "Ada apa sih ah, serius banget huhu."

"Ga apa apa, Lo tidur aja gih, udah larut. Peluk Yura ya, biar jua juga kuat," ucap Doyoung lagi yang akhirnya langsung menutup matanya.

Seulgi mendengus, ia berjalan ke arah kasur lalu tidur memeluk Yura. Sebelum benar benar tidur, ia juga sempat membuka iphone milik Doyoung untuk mengabari keluarga di rumah. Namun, ternyata bukan itu saja, ia malah membuka apk Instagram di iPhone kakaknya.

Sesak bercampur sakit rasanya saat ia melihat postingan paling atas di beranda. Benar dugaan, sampai kapanpun, lelaki itu tak akan mencarinya. Dia udah bahagia. Dan ya, meski ia masih berstatus sebagai istrinya, Seulgi juga harus sama sama bangkit dan melupakan Taeyong, biarpun semua itu tidak mungkin. Ada Yura yang selalu membuatnya teringat.

Ia kembali tersenyum miris, memandangi foto yang sepertinya tidak ada raut wajah terpaksa dari wajah Taeyong. Seulgi hancur, ia menangis, ia benar benar kecewa dengan lelaki itu.

💟    🗯️    ↗️

Disukai oleh rosemawarr dan 12330 lainnya

Jennie.Kim setelah penantian dan perjuangan selama ini❤️

Komen dinonaktifkan

Seulgi menutup dan menyimpan iPhone kakaknya ke dalam nakas, ia menyelimuti tubuhnya dan memeluk Yura erat. Berharap, gadis kecil itu tidak merasakan sakit hati yang sama sepertinya.

"Anak bunda kuat," Seulgi mengecup kening Yura, "Yuna disana juga kuat, kamu hebat nak. Tunggu bundamu pulang ya, maaf."












TBC
_______________________________________

Maaf ya aku rada buat konflik yang berat hehe

Ngga tau, intinya aku udah kepikiran konflik ini, dan menurutku berat banget

Diketik 2200 kata

SEE YOU NEXT PART

DUA RATUS KOMEN AKU DOUBLE UP !!!
ga tembus ya up nya besok, hahaha

Ig@ekcahytihh

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 71K 32
[Buku tersedia di shopee Momentous WordLab dan shopee Buku Beken.] Bagaimana bisa 'perjodohan' dan 'pemaksaan' yang memiliki arti kata berbeda akan...
1.8M 192K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
951K 51.5K 54
Follow Author Terlebih Dahulu!!! [Sudah Terbit] -Part masih lengkap- 💍💍💍 Sinopsis tersedia di part pertama❤ ©2020 Syalva Destiana Azzahra Rank #1...
4.9K 1.3K 43
(Completed) Local Fanfiction Cast : Yerin, Hoshi & Dokyeom Romance | Friendship | Hurt THE TEACHERS Ini hanya cerita sederhana yang bermula dari seor...