VENUS [#5 Venus Series]

By RiriLidya

25.9K 2.5K 331

Venus are back! "Only us who can say RED" Bercerita tentang keempat wanita muda yang masih sekolah; Hera Loui... More

V E N U S
PROLOG
Chapter 1 - Freshman
Chapter 2 - Don't provoke them
Chapter 3 - Matthew's back
Announcement
Chapter 4 - How to get her in your bed
Chapter 5 - The boy on the balcony
Chapter 6 - Alice
Chapter 7 - Young woman with green eyes
Chapter 8 - Help her
Chapter 9 - Help him
Chapter 10 - 5M
Chapter 11 - Her father's lover
Chapter 12 - He's coming
chapter 13 - Frat party
Chapter 14 - Fix himself
Introducing Characters
Chapter 15 - With one kiss
Chapter 16 - Kiss you like this
Chapter 17 - I'll send you to hell
Chapter 18 - A dirty book
Chapter 19 - Don't bet on it
Chapter 20 - Chase you
Chapter 21 - Get rejected
Chapter 22 - Special gift
Chapter 23 - Special gift 2
Chapter 24 - Got her number
Chapter 25 - Girl crush
Chapter 26 - Girl crush 2
Chapter 27 - Joke's on her
Chapter 28 - Looking for my sunshine
Chapter 29 - Confessed
Chapter 30 - Ethan O'Connor
Chapter 31 - Possessive
Chapter 32 - Father and daughter
Chapter 34 - The days went well
Chapter 35 - Feel like a fool
Chapter 36 - His hunch came to pass
Chapter 37 - Can't scold her
Chapter 38 - Inanna the lazy one
Chapter 39 - Shopping with his future father-in-law
Chapter 40 - BBQ time!
Chapter 41 - Eavesdropping
Chapter 42 - The uncle
Chapter 43 - Rejected
Chapter 44 - The worst date ever
Chapter 45 - Argue and then make up
Chapter 46 - A terror
Chapter 47 - The best meeting place is the toilet room
Chapter 48 - Duel
Chapter 49 - An intern
Chapter 50 - Worry about him

Chapter 33 - Mr. Coward

403 44 4
By RiriLidya

Setelah sekian kali teleponnya tidak diangkat, Becky menghembuskan napas kasar. Wajah kesalnya menatap obrolan pesan yang tidak dibalas sama sekali oleh pihak kedua.

Tidak bisa dipercaya ....

Malam itu Becky menunggunya hingga club tutup. Tapi pria itu sama sekali tidak datang. Dan semenjak itu Becky terus menghubungi bahkan mengirim banyak pesan namun tidak ada satu pun yang ditanggapi.

Ketika dia mencoba menghubungi sekali lagi, seseorang menyentuh bahunya membuat Becky terkejut dan menoleh ke belakang secara naluriah. Melihat 4 gadis yang dia kenal di depannya membuat raut wajahnya berubah suram. Mereka datang di saat dia dalam suasana hati buruk.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kita ingin ke kafetaria. Ingin ikut?" Lisa tersenyum dan menarik tangannya.

Namun karena Becky menahan tubuhnya, menolak untuk ikut, mereka berempat menatapnya dengan bingung.

Becky menarik tangannya dengan lembut dan tersenyum pendek. "Aku memiliki urusan dengan anak lain. Kalian bisa makan lebih dulu tanpaku."

Lisa memperhatikan Becky dalam diam. Bagaimana dia tampak tidak senang dan mundur sedikit, seolah sedang menarik diri. Tersenyum, Lisa mengangguk. "Sampai jumpa."

Becky mengangguk singkat. Ketika empat gadis itu mulai berjalan meninggalkannya, Becky segera berjalan tergesa-gesa, berlawanan arah dengan mereka.

Tanpa berhenti berjalan, Lisa menoleh ke belakang melihat punggung Becky yang semakin menjauh. Dan tangan wanita itu tidak berhenti mengetik di ponselnya. Dia mendesah pelan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Becky?

***

Di perpustakaan sekolah, Christian duduk dengan tidak sabar di meja kayu. Kakinya bergerak cepat dan tangannya mengetuk meja dengan tempo seirama.

Padahal jam pertemuannya dengan Inanna adalah di jam istirahat. Tapi, dia sudah datang 15 menit lebih awal dari jam yang sudah ditentukan.

Menyadari betapa konyolnya dia, Christian tidak bisa marah. Dia hanya terlalu bersemangat karena bisa berduaan dengan Inanna sebentar lagi.

Di saat dia melihat jam tangannya lalu menatap pintu, akhirnya gadis bermata hijau terang itu datang juga. Christian berdiri dan membuat kursi bergerak ke belakang yang mana menimbulkan suara tanpa disengaja. Tidak peduli beberapa pasang mata di dekatnya yang menatapnya tidak senang, dia melambaikan tangannya dengan heboh.

Inanna, gadis pujaannya mendekat dengan wajah datarnya yang dingin. Christian menepuk kursi kosong di sebelahnya membuat Inanna mengikuti keinginan pria itu.

"Apa aku terlambat?" tanya Inanna mendapatkan gelengan kuat dari Christian.

"Aku juga baru tiba," ujar Christian bohong.

"Oke." Inanna meletakkan buku pelajaran yang dia bawa ke atas meja.

"Apa kau sudah makan siang?"

Inanna mengangguk. "Sambil kemari aku sudah menghabiskan roti lapis."

"Oh ...." Christian menggeser beberapa buku di depannya. "Sambil menunggumu, aku mengambil beberapa buku untuk riset kita nanti."

Inanna menatap tumpukan buku tersebut dan membaca judul-judulnya. "Ini sudah cukup. Maaf, kau harus melakukannya sendirian."

Christian mengedikkan bahunya ringan. "Ini bukan masalah besar."

"Baiklah. Kita akan membagi tugas dulu. Apa kau ingin mengerjakan nomor ganjil atau ge-" Ketika Inanna menoleh ke samping, dia seketika terdiam karena tatapan intens Christian di wajahnya.

Mengalihkan wajahnya cepat, dia mengerjap dan membersihkan tenggorokannya. "Aku akan mengerjakan nomor ganjil dan kau genap. Jika ada soal yang sulit, kita akan mengerjakannya bersama."

Tersenyum konyol, Christian setuju. "Okay, Ma'am."

Panggilan itu sontak saja membuat Inanna menatap Christian tidak senang. Namun Christian hanya tersenyum polos.

Meninggalkan godaan Christian begitu saja, Inanna mulai fokus terhadap tugasnya. Dan Christian pun tidak mungkin mengganggu lebih jauh. Jadi dia mulai menyusul Inanna mengerjakan soal tersebut.

Beberapa menit yang tenang pun berlalu. Christian menyadari di sampingnya tidak ada suara pen menulis cukup lama, dia segera menoleh dan melihat wajah tertekan dengan kerutan di dahi Inanna. Dia pun mendekat dan bertanya di samping wajah Inanna, "Ada apa?"

Karena jarak di antara mereka sangat dekat, Inanna secara naluriah menjauhkan wajahnya hingga Christian terkekeh pelan.
"Nomor berapa yang tidak bisa kamu kerjakan?"

"... Uhm, nomor 5."

Christian membaca soal nomor 5.

"Aku pikir aku sudah menggunakan rumusnya dengan benar ...."

Christian kemudian melihat jawaban Inanna. Dan ketika dia mendapatkan kesalahan dia kemudian melingkarinya.
"Di sini-"

Inanna seketika mendekat dan menatap kertas dengan serius membuat Christian terdiam sejenak.

Sebelumnya, dia yang mendekat dan Inanna terkejut. Sekarang Inanna yang membuatnya berdebar tanpa gadis ini sadari.

Inanna menatap Christian karena pria itu diam saja. Dan setelah membersihkan tenggorokannya, Christian melanjutkan ucapannya, "Seharusnya di sini adalah 1,0 x 10-¹⁴ jadi hasilnya antara kedua konsentrasi ini sama, 1,0 x 10-⁷ M."

"Ah benar juga," bisik Inanna segera membetulkan jawabannya. "Thanks."

"Anytime. Ngomong-ngomong setelah pulang sekolah nanti, apa kau langsung pulang ke rumahmu?"

Tanpa menoleh Inanna menjawab, "Ya."

Senyuman Christian seketika mengembang. "Ayo kita kencan."

Perkataan Christian sungguh membuat Inanna terkejut sampai-sampai dia menoleh ke arahnya dengan cepat. "Apa?"

"Kencan. Kita berdua pergi keluar."

Dan Inanna mengedipkan matanya dengan tenang. Bukankah dia sudah menolaknya? Kenapa pria ini masih mengejarnya?

***

Inanna menatap beberapa judul film di depannya tanpa semangat.

Setelah siang tadi mereka kerja kelompok, jam pulang sekolah Christian sudah menunggu Inanna di depan kelasnya. Dia tidak perlu memikirkannya lagi kenapa pria itu bisa tahu kelas apa yang dia ambil di jam terakhir sekolah. Lalu pria itu menarik Inanna menuju cinema terdekat dengan sekolah mereka.

Dan di sinilah dia, mengantre membeli tiket dengan Christian berdiri di sebelahnya.
Juga, Inanna menatap ke bawah di mana tangan mereka bersatu.

Inanna menarik tangannya namun Christian tidak mau melepaskannya. "Kau tidak perlu menggenggam tanganku."

Christian menoleh dengan wajah polos. "Bagaimana jika kau kabur? Itu sangat tidak lucu karena kau sudah berjanji akan pergi kencan denganku."

Inanna mengerutkan darinya. "Aku tidak pernah menerima tawaran kencanmu!"

"Oh maju lagi, Inanna."

Menatap ke depan dan melangkah, Inanna mendengus tidak percaya. Pria ini benar-benar tidak mengenal kata menyerah.

Christian bisa melihat kekesalan gadis di sebelahnya. Jadi dia menarik tangannya yang mana membuat Inanna yang tidak siap segera bertubrukan dengan tubuhnya menyebabkan dia tersenyum lebar. Sedangkan di sisi lain Inanna menatapnya tajam.

"Kencan denganku tidak buruk, kok. Percayalah." Christian kemudian menatap ke depan. "Banyak pilihan film hari ini. Tapi bagaimana jika kita menonton film horor? Apa kau penakut? Jika iya, kau bisa memelukku. Aku akan menjadi pelindungmu karena aku tidak takut dengan hal seperti itu."

Melihat bagaimana sombongnya Christian membuat Inanna memutar bola matanya.

Selang beberapa menit kemudian, mereka mendapatkan tiket dan menunggu beberapa waktu yang singkat lagi sebelum film tersebut mulai ditayangkan.

"Ingat apa yang aku katakan, oke?" Christian berkata dan menepuk lengannya sendiri. "Peluk saja aku."

"Itu maumu saja." Inanna memutar bola matanya.

Menonton film di depannya, Inanna awalnya merasa bosan. Akan tetapi ketika suasana tegang film tersebut dimulai, Inanna merasakan seseorang memegang jemarinya membuat dia menegang kaku dan menatap si pemilik tangan.

Christian tidak melepaskan tatapannya pada layar lebar di depan mereka. Namun, tangannya yang menggenggam tangan Inanna menjadi kencang dan tegang.

Inanna mengerutkan dahinya halus. Jangan bilang pria ini takut hantu ....

"AAARGH ...!" teriakan Christian di sebelahnya yang tiba-tiba bersamaan penonton yang lain sontak saja membuat Inanna terperanjat kaget dan menyentuh dadanya. Dia hampir merasakan jantungnya copot.

Dan belum sempat kagetnya hilang, Christian membawa tangan Inanna untuk menutup matanya.

"Apa setannya sudah hilang?"

"...." Inanna menatap Christian datar.

Bukankah sebelumnya dia bilang tidak takut dengan film seperti ini?

Dua jam kemudian, akhirnya Inanna dan Christian keluar.

"Wow!" Christian berseru takjub. "Aku tidak tahu filmnya akan seseram itu. Apa kau takut juga? Padahal aku sudah menyiapkan dadaku untukmu. Sedikit kasar tapi cukup nyaman." Dia mengakhiri ucapannya dengan kedipan sebelah mata.

Dan Inanna menatapnya datar. Tidak bisa dia bayangkan pria berbadan besar seperti Christian sebenarnya seorang pria penakut.

Continue Reading

You'll Also Like

892K 63.9K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
1M 19.6K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
501K 37.6K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...