DIRGANTARA (SELESAI)

By Sofie715

930K 60.3K 6.4K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA SEBAGIAN CHAPTER SUDAH DI PRIVAT❤️] "Burung yang sudah tertangkap, tidak... More

P r o l o g
1.Tatapan Mata
2.Dirgantara
3.Masalah
4.keroyokan
5.Leopard
6. Pertarungan (1)
7.Pertarungan (2)
8.Keluarga
9.Awal masalah
10.Rasa ketakutan
11.Begajulan Leopard
12. Perseteruan
Cast of story
13.Hukuman
14.Pertemuan kedua
15. Permulaan
16. Peliharaan?
17. Kedatangan Talos
18. Diserang! (1)
19. Diserang! (2)
20. Secarik kertas
21. Bermain?
22. Bajingan
23. Anjing peliharaan
24. Bertemu lagi?
25. Insiden
26. Sentuhan
27. Tercium
28. Pelukan kedua
29. Sisi baiknya
30. Giliran pipi?
31. Dia, siapa?
32. Nervous
33. Kerja bakti sekolah
34. Melindungi, atau menyakiti?
35. Kekangan Dirga
36. Tidak rela?
37. Amarah Dirga
38. Diluar kendali
39. Nggak sengaja, katanya?
40. Kehangatan Dirga
41. Dia demam
42. Sipeneror cokelat
43. Marah?
44. Perdebatan
Baca, harus teliti
45. Rengkuhannya
46. Hilangnya senyuman
47. Sebatas kasihan?
48. Takdir cinta
49. Dua hati?
50. Lembaran baru
52. Merelakan
53. Ikatan pertemanan
54. Pembuktian cinta
55. Malam bersamamu
56. Janji sang senja
57. Hari tanpa Dirga
58. Malam kehancuran
59. Dekat, tapi jauh
60. Hanya kamu
61. Tercerai-berai
62. Hanya sesaat
63. Takdir yang berbicara
64. Kejutan semesta
65. Suka dan Duka
E p i l o g
Kabar gembira? Atau...
Spin off
New story!
Halo...

51. Hari bahagia

9.4K 691 120
By Sofie715

Sumpah, entah kenapa tiba² mood aku anjlok-_-

Nggak tau apa sebabnya, yang jelas seiring waktu mood aku sering berubah-ubah. Maka dari itu aku nggak henti²nya bilang ke kalian,

Jangan berhenti untuk support dan kasih semangat😢 Mungkin cuma itu, kunci agar aku selalu excited dan bersemangat;)

Hayuk, vote dulu abis itu spam coment 💚

HAPPY READING

Kebersamaan Dirga dan Alexa pagi ini, menjadi perbincangan hangat alias gosip di sekolah. Sejak kejadian di rooftop yang melibatkan keduanya waktu itu, mereka menjadi bahan trending topik dikalangan siswa-sisiwi, baik siang atau malam.

Bahkan, lambe turah SMA PITALOKA ada yang mengabarkan bahwa mereka sudah menjalin hubungan, singkatnya jadian. Hingga seantero sekolah, dibuat geger oleh berita yang berhasil mencuat dalam sekejap.

Pasalnya, mereka juga sempat tak percaya. Apa iya? Ada yang bisa menaklukkan hati seorang Dirga. Secara, laki-laki itu sangat terkenal akan kebengisan fisik, kebrutalannya dalam hal bertarung, hingga gelapnya hati yang sekeras batu. Menurutnya, itu mustahil.

“Dirga...”

Saat selesai memarkirkan motornya, Dirga melangkah lalu berdiri disamping Alexa. Secara perlahan, tangannya bergerak menautkan jari-jemarinya dengan milik Alexa, tanpa menatap retina gadis itu. 

Alexa menoleh kesamping dan mendongak. Perlahan walau deg-degan, ia tersenyum saat merasakan Dirga mempererat tautan tangannya dengan wajah lurus kedepan, seolah melarangnya pergi, apapun yang terjadi.

“Aku disini, disamping kamu.” Tukasnya lirih nan sendu. Alexa berbicara, murni mengikuti suara hatinya. Sehingga, tidak ada kegugupan.

Perkataannya, membuat Dirga menoleh menatapnya. “Gue maunya, seumur hidup. Sanggup?” tanya Dirga tenang.

Alexa mengulum bibir seraya memutar bola mata keatas, berpikir sejenak. “Nggak tau,” jawabnya lugas.

Dirga mengerutkan kening, “kenapa nggak tau?” tanyanya.

Gadis itu terkekeh geli, saat melihat wajah serius Dirga. “Karena cuma takdir, yang tau. Iya kan?”

Cukup lama Dirga terdiam, menatap Alexa tanpa jeda. Kemudian, tangannya terangkat untuk mencubit pucuk hidung Alexa secara cepat.

“Pinter,”

Alexa memberenggut, sembari menutup hidungnya yang sudah memerah. Hal itu, membuat Dirga langsung terkekeh.

Perlahan, kekehan itu memudar, saat bayang-bayang Velin tiba-tiba menghantuinya. Ia memandang Alexa yang tengah sibuk menggosok-gosok hidung kecilnya, dengan tatapan lamat.

Bagaimana, jika waktu itu akan tiba dan benar terjadi? Apa yang harus Dirga perbuat, jika seseorang yang bertahun-tahun seolah lenyap diterjang badai, menghilang dari hidupnya, meninggalkannya disaat rapuh melanda, akan kembali.

Kenapa jika dia sudah memilih pergi, tidak selamanya benar-benar menghilang dari kehidupannya.  Kenapa harus kembali, jika untuk menoreh luka?

“D-dirga?”

Panggilan pertama, tidak ada respon. Dirga masih menatapnya lamat, namun sorot matanya nampak melayang jauh.

“Dirga??”

“Hah, Ya?” Panggilan kedua, Alexa berhasil menyadarkannya dengan cara mengeratkan genggaman.

Alexa menghela.

“Kamu kenapa? Ada masalah? Mikirin sesuatu??” ujarnya beruntun.

Dirga tersenyum, walau terlihat lebih ke senyuman tipis yang tertahan. Ia kemudian mengambil sepuluh jari-jari lentik gadis itu, menggenggamnya dengan lembut.

“Nggak mikirin apa-apa. Lo ada sama gue, buat apa gue berpikir?” ucapnya gamblang.

Blush! Alexa menunduk, menahan senyum malu dan rona merah diwajahnya.

“Kalau lo jauh dari gue, baru gue mikirin lo,” lanjutnya lekat, yang membuat Alexa bertambah gugup. Rasanya malu, senang dan campur aduk. Semakin kesini, kenapa Dirga makin meresahkan ya.

Dari luar gerbang, Alam yang masih terduduk di motornya dengan mesin menyala, berdecih kemudian meludah kasar. Tangannya yang mengepal di stang motor semakin  bergetar dan mengeraskan bunyi gas motornya hingga knalpot mengeluarkan banyak asap.

Alam memandang keduanya dengan nanar, tak lama kemudian ia menancapkan gas dan melaju kencang.

*****

Hari Senin ini, teruntuk seluruh siswa-siswi kelas 12 sudah mulai mengadakan simulasi ujian untuk persiapan otak, bulan depan. Mulai hari ini, mereka akan banyak disibukkan dengan menghabiskan waktu untuk belajar dan mengurangi kegiatan bermain.

“Bos mana cok?” tanya Wahyu yang kebetulan telat hadir, karena sempat belok ke pom bensin lebih dulu.

“Lu tau sekarang si bos udah ada dugem, pasti sekarang lagi mojok.”  Cecep menjawab santai sembari menikmati jamur crispy yang belum lama dibelinya, dikantin.

Wahyu ikut duduk bersama ketiga temannya, setelah mencomot cepat jamur crispy milik Cecep.

“Heran gue, mereka belum pacaran tapi udah lengket. Apalagi si bos, nunggu apa lagi tuh orang, kenapa nggak langsung sikat aja kalo udah mantep. Ngegantungin enak kali ya,” ujar Wahyu lalu menyantap jamur crispy-nya.

Cecep menoleh, dengan mata sedikit memicing. “Dasar culametan lo!”

Culametan met met,” Sambil mengunyah, Wahyu menirukan dengan gaya menye-menye.

“Muka lo Yu, kaya kanebo kering.” Ronald berujar kalem, seraya menatapnya sekilas.

“Wah, ngajak gelud nih. Mending gue kanebo kering, Elu? Kresek gorengan. Glowing,” balas Wahyu terbahak kemudian.

“Ngomong apa lo? Gue slepet juga lama-lama,” ujar Ronald tersulut.

“Gini, titisan jamet. Mancing duluan, emosi duluan. Emang nggak waras lu Nald,” tukas Wahyu lalu terkekeh merasa menang.

Ronald memutar malas bola mata, menatap kelain arah.

“Wih, santai bang bro! Sensitif amat.  Gimana sama Ichi-Ocha, lancar?” Cecep menyenggol lengan Ronald dengan alis naik-turun. Lantas, Ronald menatap Cecep tak selera.

“Bukan lancar, malah bubar.”

HAHAHA, MAMPUS!” Bukan Cecep yang tertawa, melainkan Wahyu.

Alhamdulillah, Wahyu sujud syukur. Bukan cuma dia sama Monik yang lagi ambyar, tapi Ronald juga. Azek,  ada temen!

“Lo seneng diatas penderitaan gue??” Ronald balas menyolot dengan raut kesal.

Alhamdulillah, seneng lillahita'ala.”

“Tai lo!” Ronald melemparinya dengan rumput liar, yang membuat Wahyu semakin meledakkan tawa karena berhasil menyulutnya.

“Makanya Nald, pilih cewek satu-satu. Ocha, ya Ocha. Pelangi, ya Pelangi. Jangan dua-duanya lo embat, sukses kan jadinya. Sukses bubar, hahaha!” Kan kan, Cecep jadi ikut-ikutan.

“Weh weh! Dirga tuh.” Athar, salah satu teman sekelasnya yang lumayan dekat dengan mereka, memberi instruksi.

Mereka kompak, menatap kearah yang ditunjuk.

“Anjer, sama gebetan!” ujar Cecep histeris. 

Ssst, ssst! Diem nyet,” kata Wahyu berbisik.

EKHEM, EKHEM. OHOK, OHOK OHOOOK! PAGI-PAGI, ADA YANG GANDENGAN NIH!” sindir Wahyu lalu cekikikan bersama Cecep.

Alexa yang mendengar itu, langsung spontan melepaskan tautannya sembari menunduk.

“NEMPEL TEROOOS!”

Secara refleks, Alexa menjauhkan tubuhnya yang menempel kala Cecep menyindir terang-terangan. Dirga menoleh menatap Alexa, kemudian beralih ke arah teman-temannya dengan tatapan sinis.

“Kita nggak ngomong apa-apa ya Yu? Cuma lagi ngecek suara aja. Cek cek, log! Satu dua, cek!

Dirga memandang intens Cecep dan Wahyu dengan raut datar. Tatapan yang begitu menusuk, hingga sang lawan susah berkutik.

Dengan gerakan cepat, Dirga meraih kembali tangan Alexa dan menariknya, hingga lengan mereka bertabrakan.

Dirga menoleh, mendapati Alexa tengah mengerjap bingung. Tak lama, bibirnya menciptakan seulas senyum yang sangat samar.

“Jangan peduli, mereka gila.”

*****

“Cie, yang udah awowo...” Ocha menggoda sembari menoel-noel lengan Alexa dengan senyum jahil.

Chelsy disampingnya ikut tertawa kecil, lega melihat Alexa tak lagi terjerat dalam aksi kekejaman Dirga. Justru, ia mendapat perilaku langka dari lelaki itu.

“Enggak kok Cha. Kita nggak pacaran,” sahut Alexa menahan untuk tidak tersenyum.

Lantas Ocha mengernyit, menahan tawa kejahilan.

Dih, siapa juga yang bilang pacaran? Hayoo, ngarep ya kamu Al? Ngaku, pasti kamu ngarep ditembak, abis itu pacaran, terus__mmpptt!” 

“Ocha, mulutnya!”

Dengan wajah merah padam, Alexa menyumpali mulut Ocha dengan roti yang baru dibuka, dan belum sempat ia makan. Spontan, Ocha melotot lalu mengunyah roti tersebut dengan pipi menggembung penuh, kemudian menelannya susah payah.

“Enak, lagi Al!”

“Buat kamu aja.” Alexa mencebik kemudian memberikan roti beserta bungkusnya dengan raut sedikit kesal karena kejahilan Ocha.

“Dih, ngambek...” Ocha mencolek dagu Alexa dengan jahil. Sementara Alexa hanya diam, memalingkan wajahnya kearah lain.

“Jangan ngambek dong... Masa ngambek? Udah disayang juga, sama Dirga. Ekhem!”

“Apasi Cha, diem!” tegur Alexa menangkis tangan Ocha yang asik menoel-noel, dengan senyum tertahan. Aish, malu!

“Nggak boleh ngambek ah, kan udah disayang. Diutamain lagi,”

“Ocha!”

Sang pelaku cekikikan lantaran melihat Alexa yang salah tingkah akibat digodanya. Seperti biasa, Chelsy hanya diam menyaksikan  dengan senyum tulus.

“Cie, yang disayang...”

“Ocha, diem!”

“Cie cieee...EEIT!! Nggak kena,” Ocha menghindar, saat Alexa bergerak untuk menyentuh perutnya.

“Al Al, mau apa nih? Jangan macem-macem. Atau__HAHAHA! STOP, STOP AL! GELI, HAHAHA!

Alexa yang menemukan ide, langsung menggerakkan kedua tangannya untuk menggelitiki perut Ocha sebelum Ocha pergi menghindar.

“AL, UDAH DONG... STOP! HAHAHA, BERHENTI AL!! HAHAHA, RASAIN NIH!”

Sekarang giliran Ocha yang mengambil alih, aksi Alexa sebelumnya.

“Cha, hahaha! Stop, berhenti. Hahaha! Aku nyerah, udah Cha...”

Mereka berdua sama-sama mengatur nafas sesaat bebas dari gelitikan. Chelsy menggeleng pelan dengan senyum terukir.

“Kalian itu kaya Tom and Jerry.”

Alexa dan Ocha langsung menoleh menatap Chelsy nanar.

“Terus kamu?” tanya Alexa.

“Aku tau nih, pasti anjing ya? Yang ibu anjing itu, yang besar. Yang galak banget,” kata Ocha mewakili.

Hush, sembarangan. Chelsy nggak gitu,” balas Alexa menolak.  

“Terus apa dong?”

“Aku penonton,” jawab Chelsy tenang.

“Yang bener bae. Masa penonton? Kan__”

“Udah udah, kita ke kelas aja ya? Udah mau pulang,” ajak Alexa beranjak berdiri. Ocha dan Chelsy mengikutinya.

Mereka bertiga berjalan bersisian melewati lorong demi lorong kelas, dengan senda gurau. Tidak ada salah satu yang dibelakang, ketika berjalan. Mereka selalu bersama, bergandengan, saling merangkul, dimana pun mereka berada, mereka selalu bertiga.

Maka jika suatu saat salah satunya tidak ada, itu patut dipertanyakan.

Fyuuuh, rasanya tentraaaam banget nggak ada 3 serangkai duri itu. Rasa-rasanya, hati aku sejuk dan damai kaya di Antartika nggak liat muka Ella. Berasa di surga dunia, kalo nggak ada dia.” Ocha berujar tiba-tiba dengan mata terpejam seolah menikmati suasana. 

“Seandainya aja, selamanya bakal gini terus. Mungkin aku bakal adain selamatan besar-besaran, buat perayaan.”

Alexa tersenyum sekilas, kemudian menatap lurus menerawang. Entah alibi jenis apa, yang akan Ella berikan kepada keluarganya dirumah, untuk menutupi hukuman skorsing, yang ia dapat.

“Anjir, Al! Gila Al, gila! Lihat disana, lihat!” Ocha menepuk lengan Alexa tanpa henti, berusaha memberi tahu informasi.

“Apa Cha? Kenapa??” Alexa menyahut bingung, lalu perlahan mengikuti arah tuju Ocha.

Sekejap, bola matanya melebar melihat pemandangan. Ia mengerjap beberapa kali disusul satu tegukan ludah yang cukup sulit.

“Gimana nih Al?! Nggak ada jalan buat nyimpang! Mereka udah deket! Aku males ketemu sama Ronald, jijik liat wajahnya!” kata Ocha histeris. Masalahnya lorong sempit, jalannya jadi terbatas. 

Alexa sibuk menormalkan detak jantungnya yang menggila. Sekarang, ketika bertemu dengan Dirga, Alexa merasa teramat canggung. Bukan tanpa sebab. Karena keduanya sudah mengakui perasaannya masing-masing.

SSSYT SSSYT! CEWEK,”

“MINGGIR! MINGGIR!” teriak Ocha mencari celah untuk menyingkir tanpa bertabrakan dengan mereka yang berjalan berlawanan arah.  Diluar kesadaran, ia hanya berhasil  menggandeng Chelsy, dan Alexa tertinggal dibelakang.

“Santuy dong! Sensi amat lu Cha, lagi patah hati ya??” sindir Wahyu melirik Ronald, kemudian menoleh kebelakang menatap punggung Ocha.

“HARI GINI? PATAH HATI UDAH NGGAK JAMAN KEULES!” teriak Ocha sembari berpura-pura tidak peduli, dan terus berjalan menarik tangan Chelsy.

“Cha, Alexa...” bisik Chelsy memberitahu.

Alexa yang masih berada di depan mereka, berusaha untuk melangkah mencari celah untuk menyusul Ocha dan Chelsy yang sudah pergi. Namun, Dirga yang posisinya paling depan, langsung menghalangi.

Dibawah, kedua tangannya mengepal hingga berkeringat. Ia melangkah tertunduk ke sisi kiri, dan sejurus kemudian Dirga sudah berdiri didepannya. Ia kembali melangkah ke sisi kanan, namun Dirga  mengikutinya.

Sorak-sorai teman-teman Dirga dibelakangnya bersahutan riuh menggoda mereka. Alexa gemetaran dengan raut gugup. Ingin segera bebas, ia memberanikan diri untuk mendongak.

Diluar dugaan, laki-laki itu tengah menatapnya dengan seulas senyum manis yang intens.

“A-aku, mau__”

Alexa menggantung ucapan, saat Dirga melangkah lebih dekat. Spontan, ia memundurkan wajah ketika Dirga menunduk mensejajarkan tingginya dan berhenti tepat didepan wajahnya. Alexa Manahan nafas, karena tegang.

“Pulang nanti, tungguin gue.” Dirga berbisik, meraih tangan Alexa kemudian mengecupnya sekilas sebelum berdiri seperti semula, lalu pergi.

Cup!

Sebelum benar-benar pergi, Dirga sempat mengumbar senyum menawan bermakna ganda, yang membuat Alexa memegangi dadanya dengan wajah merah ingin meledak.

*****

“Alexa!”

Gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang, sesaat indera pendengarannya menangkap sebait suara seseorang yang bergema dikoridor panjang yang ia lewati.

“Woy! Sendirian aja, doi mana?” Steven menggoda, kemudian merangkul bahunya sembari berjalan.

“Kamu ngejek aku kan? Mentang-mentang udah ada cewek, pamer sana-sini.” Alexa mendengus tanpa menatapnya.

Steven mengernyit. “Cewek gue siapa?” tanyanya balik.

“Mana aku tau?! Kamu sendiri yang nggak mau cerita, gimana aku bisa tau.” Steven tersenyum miris mendengarnya.

GOBLOK!
Satu kata yang ingin sekali Steven teriakan didepan wajah Alexa. Sungguh, kenapa gadis itu justru salah sangka dan menganggap dia sudah mempunyai pacar.

“Yuk, pulang.” Steven mengganti rangkulan menjadi sebuah genggaman tangan yang begitu erat.

Alexa mengulum bibir seraya mengedarkan pandangannya gelisah. Ia teringat akan ucapan Dirga saat menjelang pulang tadi.

Pulang nanti, tungguin gue.

“A-anu, Steven. Aku__”

“Nggak ada penolakan, lo harus pulang sama gue. Gue udah janji sama Tante Katrine, buat selalu jagain lo. Supaya hal-hal negatif kaya kemarin, nggak akan terulang lagi.” Steven menyelanya cepat.

“T-tapi Stev...., a-aku, aku ada urusan! I-iya, aku ada urusan sama Ocha hehe. K-kita, mau belajar kelompok bareng, diasrama Chelsy.” Karena gugup dan bingung, Alexa meringis canggung saat mengatakan.

“Nggak bisa. Lo bohong soalnya. Pokoknya, lo harus pulang sama gue apapun yang terjadi,” pungkas Steven menariknya untuk berjalan. Dia jelas tau, Alexa sedang berdusta.

Alexa mematungkan diri ditempat.

Nggg, nggak bisa dong! A-aku kan, mau belajar. Kamu kalau mau pulang, pulang aja sana. B-bilangin ke Mama, kalo aku ada tugas tambahan. Ya?” Alexa berusaha melepaskan tangannya dari Steven dengan ringisan.

“Nggak ada belajar, nggak ada apapun. Lo harus tetep pulang sama gue, Al.”

“Steven, nggak bisa! A-aku harus ikut, kamu mau aku dihukum?”

“Masa bodo, lo harus pulang,” kata Steven terus menariknya secara paksa agar Alexa mengimbangi langkahnya.

“Steven, Nggak mau...,” rengek Alexa terus mencoba untuk melepaskan diri.

“Harus,”

“Enggak bisa!”

“Al, nurut kenapa sih?!”

“Eng__”

“Dia pulang sama gue,”

Suara berat seseorang, sedetik setelahnya mengintrupsi dua insan yang tengah berdebat itu, hingga spontan menghentikan langkahnya. Steven menoleh, menatap remeh orang tersebut.

“Siapa elo?” angkuhnya mengedikan dagu. Jujur, Steven masih dongkol terhadap perlakuannya terhadap Alexa, waktu itu.

“Al, sekarang juga lo harus pulang sama gue. Titik! Dia bajingan, nggak usah deket-deket dia. Jauhi dia!”

“Anu, a-aku__”

“Jauhi dia Al! Lo bisa hancur sama dia! Lo harus pulang sama gue, ayo!”

“Kalo nggak mau, nggak usah dipaksa.”

“DIEM NJING!” geram Steven menunjuk Dirga tajam.

“Ayo Al, kita pulang sekarang!” Steven merampas tangan Alexa, hendak membawanya pergi secepatnya.

Namun, tarikannya mendadak terasa berat. Ia menoleh kebelakang, lalu menggeram saat Dirga ternyata menahan tangan sebelah kanan Alexa.

“Lo!__”

Ucapan Steven tertahan, saat Dirga dengan gerakan santai mampu menarik Alexa hingga genggaman Steven telah terlepas.

Gadis itu sedikit terkejut saat tubuhnya tertarik dan menabrak pelan tubuh Dirga. Laki-laki itu tersenyum kearahnya, hingga membiusnya untuk ikut tersenyum.

“Mau lo apa sih anjing!!” Steven yang sangat geram mendekat maju, hendak merebut kembali Alexa. Namun, dengan gesit Dirga menyembunyikan Alexa dibelakangnya.

“Lo jangan berani macem-macem sama Alexa bangsat! Kasih ke gue, cepet!”

“Dia pulang sama gue, sialan. Lo tuli?” kata Dirga angkuh.

“Dia harus pulang sama gue anjir, bukan lo!!”

“Dia sendiri mau pulang sama gue, lantas apa gunanya lo nolak?” ucap Dirga berhasil membuat Steven menggerang marah.

“Lo!__”

“Ayo,” ajak Dirga menggenggam lembut tangan Alexa kemudian menarik tangannya, menjauh dari penghalang mereka.

Sembari berjalan karena menyeimbangkan tarikan Dirga, Alexa menoleh kebelakang lalu mengedipkan matanya satu kali kearah Steven. Ia menyatukan jari telunjuk dan jempol keudara, seolah mengatakan, "jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa!"

-
-
-
-
To be continued

Chapter kali ini, full happiness ya guys^^

Santai-santai dahulu. Badai kemudian, hehehe 😂

Vote dan Coment💚

Continue Reading

You'll Also Like

8.9M 950K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
502K 25.2K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
415K 45.7K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
283K 11.6K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...