°Twenty-nine°

Beginne am Anfang
                                    

"Lalu dia berkata, aku harus melupakan Rey. Seakan-akan dia tau apa yang aku rasakan terhadap Rey." Shierra tidak dapat menahan tangisan nya saat mengatakan hal itu, sangat sakit menurutnya.

Karen di sebrang sana menghela nafas, dia tau pasti hal ini akan terjadi tidak berapa lama.

"Sudah kuduga. Kan sudah ku katakan seharusnya kau tidak usah dekat-dekat dengan Rey lagi karena aku tau nantinya akan seperti ini." Ucap Karen Pelan, niatnya hanya memberi nasihat pada Shierra namun Shierra terlihat tidak suka di sebrang sana.

"Tapi melupakan seseorang itu ga gampang Karen!" Teriak Shierra, kepalanya ia telungkupkan ke bantal berusaha meredam suara tangisnya yang sangat kencang.

"Okey-Okey. Aku mengerti, bagaimana jika kau berusaha untuk menghindarinya?" Suara Karen masih terdengar di telinga Shierra.

"Sudah ku lakukan." Ucap Shierra di balik bantalnya.

"Hasilnya?"

"Sama saja tidak ada yang berubah, dia malah semakin mendekatiku."

"Ini cukup Rumit."

"Memang."

"Bagaimana jika kau mengikuti kata hatimu saja? Kau cukup nikmati dan merasakan alur ini dan melakukan apa yang menurutmu benar."

"Aku tidak menikmati ini, ini rasanya sungguh menyesakkan dan sangat-sangat sakit. Aku tidak suka ini."

"Lalu kau maunya apa?"

"Tidak tau." Ucap Shierra menghela nafas bingung.

"Kau terlalu takut dengan segalanya Shierra. Bisakah kau beranikan dirimu sedikit saja?"

"Maksudmu? Tentang apa?"

"Tentang semuanya."

"Maksudmu aku penakut, begitu?"

"Yep."

"Mengapa kau berpikir aku seperti itu?"

"Karena hatimu sangat berani untuk mencintai seorang Rey, namun dirimu belum siap dan belum berani untuk menerima konsekuensi jika kau juga suka dengan Rey."

Kata-kata itu membuat Shierra terdiam, hening. Dia memikirkan perkataan yang di lontarkan Karen tadi.

"Ingat Shierra, mencintai seseorang itu butuh pengorbanan. Hatimu sudah sangat berani untuk di korbankan tapi tinggal dirimu. Semuanya ada di dirimu, renungkan lah hal itu. Aku akan kembali bekerja sebentar lagi, Bye sayang! Telpon aku jika ada apa-apa lagi." Dan telpon pun terputus.

Shierra masih termenung mendengarkan setiap kata-kata Karen yang menurutnya sangat-sangat benar.

Shierra mengepalkan kedua tangan nya, yap! Dia harus sedikit lebih berani Ralat! Dia harus berubah dan belajar jadi lebih berani!

•••

"Shierra, Tuan Rey sudah menunggu di ruangan nya." Aku menatap pelayan yang sudah berlalu sambil mengatakan hal tadi kepadaku.

Aku baru saja keluar kamar dan sudah ada panggilan darinya?

Aku menghela nafas lelah, membereskan Dress hitam putih pelayan yang sedang ku kenakan dan berjalan menuju ruangan nya.

Aku menempelkan tanda pengenal rumah ini di dekat pintu dan terdengar bunyi cklek dari pintu itu.

Aku membuka pintu itu pelan dan masuk ke dalam ruangan nya yang terlihat sangat maskulin dan tentunya sepi.

Udara di dalam sini tiba-tiba menjadi sangat dingin saat mataku bertemu dengan matanya yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Kau sudah membereskan barang-barangmu?" Aku menaikkan sebelah alisku saat ia membuka Topik pembicaraan dengan berkata seperti itu.

"Maksudmu?" Tanyaku bingung.

"Kita pergi dari sini." Aku langsung mengingat kejadian dimana dia akan merekrutku untuk kerja di rumahnya menjadi pelayan nya.

"Ini terlalu mendadak." Ucapku berusaha menolak.

"Mendadak? Aku rasa tidak ini sudah hari sabtu lagi pula. Aku akan kembali ke rumahku dan kau ikut aku." Dia bangkit dari meja kerja nya berjalan menuju ke arahku.

Langkahnya terlalu cepat, aku tidak ingin berdekatan dengan dirinya dulu.

Aku mundur dua langkah memberi jarak pada kita berdua, tiba-tiba Atmosfer di sekelilingku berubah menjadi menegangkan itu akibat tatapan tajam nya yang ia berikan padaku.

"Apa kau mencoba menolakku lagi, Shierra?" Aku menggigit bibir bawahku dengan gugup.

"Uhm..." Dia semakin berjalan mendekat dan aku semakin memundurkan langkahku.

"Kau harus ikut denganku, jika tidak. Kau tidak akan bisa bekerja lagi, karena surat kerjamu sebagai pelayan sudah berada di tanganku. Mau kau bekerja kemanapun tidak ada orang yang mau menerima mu kecuali memang kau sudah bukan pelayanku, bahkan kau bisa terusir dari sini jika tidak ikut denganku." Dia berbicara dengan tatapan tajam nya menghadapku.

Ah dia sedang mengancamku.

Aku mundur dua langkah berusaha mengatur degup jantungku yang tak karuan karena dia terus-terusan mendekat.

"Kau harus setuju, Shierra." Ucapnya yang mendekat lagi ke arahku tidak lupa wajahnya berhadapan denganku.

Aku menahan nafas karena jarak wajah kami begitu dekat, bisa kupastikan wajahku memerah sekarang ini.

Aku memalingkan wajahku cepat menghindari dirinya.

Ok, dia mengancamku seperti itu. Tampak menyeramkan sekarang.

"Baiklah! Baiklah! Aku ikut!" Teriakku menyerah dan mendorong dada bidangnya dari hadapanku lalu berusaha menghirup Udara sebanyak-banyak nya.

Atmosfer di sekitarku kembali normal tidak seperti tadi.

Dia tersenyum miring, merasa menang. Aku tersenyum sebal sambil berbalik badan ingin pergi dari hadapan nya segera.

"Cepat bereskan perlengkapanmu sekarang." Aku memutar kedua bola mataku sebal mendengar perintahnya.

Saat aku ingin keluar dari ruangan nya ia menambahkan beberapa kata yang membuat diriku tambah malu.

"Oyya, Pipimu seperti kepiting Rebus sangat lucu tadi." Kekehnya ringan membuat diriku menutup pintu dengan kencang.

Between You And Me [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt