°Fifty-Three°

140 6 0
                                    

Tuuut... Tuutt...

Tidak ada panggilan jawab sedari tadi, dengan perasaan tidak enak Rey melajukan mobilnya cepat cepat menuju Caffe tempat Shierra berada.

Setelah sampai sana dia membuka pintu Caffe dengan kencang membuat seluruh pengunjung Caffe terpaku melihat ke arahnya.

Tapi Rey tidak peduli dia mengedarkan pandangannya ke seluruh Caffe mencari perempuan bermata biru itu.

Lalu Rey tersadar satu tempat yang belum di beresi, secangkir minuman dan buku Novel di atas meja masih terbuka.

Rey yakin itu pasti tempat yang ditinggal Shierra namun tidak ada sosok siapapun disana, tidak ada tasnya juga.

Lantas Rey langsung menuju meja pemesanan dan bertanya pada pegawai disana.

"Apa kau melihat wanita yang duduk disana?" Tanya Rey cepat.

"Tidak tuan, aku baru berada disini, ini sift sore ku."

Rey mendesah frustasi.

"Apa kau mencari wanita yang membaca novel disebelah situ?" Suara berat menginterupsi Rey.

"Ya." Ucapnya cepat.

"Dia dibawa oleh lelaki sosok tinggi dan berwajah sangar."

"Apa? Apa kau tau plat mobilnya?"

Drian lelaki tampan dan pintar yang sedari tadi memandangi Shierra, tentu saja dia tau plat nomornya. Dia cukup pintar hanya untuk menghafal platt nomor mobil.

Drian menyebutkan nomor Platt mobilnya dan seketika Rey langsung berucap kasar.

"Siall, dasar kau Smith." Gumam Rey kesal.

"Terima kasih dan siapa namamu?"

"Drian O'brien panggil saja Drian."

"Ok, Drian aku akan mengingatmu selalu." Ucap Rey sambil berbalik badan menuju mobilnya.

Di dalam mobilnya dia menelepon seseorang.

"Lacak keberadaan Shierra, Smith dan juga Sheriel. Sekarang cepat! 20 menit berikan kepadaku." Rey langsung menancapkan Gas mobilnya menuju Jalan Raya.

•••

"Ah, dimana aku?" Shierra merintih kesakitan.

Setengah sadar dia tau bahwa dirinya di ikat di kursi, kaki dan tangannya tidak bisa bergerak.

Di atasnya ada lampu yang menyorot ke arah dirinya.

"Malangnya nasibku, lihatlah sekarang di culik karena kebodohanku. Di culik seperti yang di film-film." Ucap Shierra dari dalam hati dan menghela nafas.

"Akhirnya kau sadar juga."

"Lihatlah, penjahatnya datang." ucap Shierra dari dalam hati sambil memandang pincing ke arahnya.

"Wow, wow santai saja. Aku tidak akan membunuhmu."

Wanita licik itu siapa lagi jika bukan Sheriel berjalan ke arah Shierra dengan pisau di tangannya.

"Jam berapa sekarang?" dengan santainya Shierra bertanya hal seperti itu.

"10 malam. Kenapa kau malah bertanya jam?" Sheriel melihat ke arah Shierra terheran-heran.

"Tidak apa-apa, setidaknya aku tau jam berapa aku akan mati nanti." Jawabnya santai.

"Kau! Apa kau sudah bersiap untuk mati?!" Sheriel menodongkan pisau ke arah wajah Shierra.

"Tunggu dulu! Apa yang kau pakai pisau dapur? Bolehkah aku tertawa? Seorang penjahat menggunakan pisau dapur untuk membunuh musuhnya? Oh, Ayolah kau bercanda?!" Sempat-sempatnya Shierra tertawa dan membuat Sheriel merasa sangat kesal.

Between You And Me [END]Where stories live. Discover now