°Nineteen°

161 12 0
                                    

"Apa?" Ucapku saat dirinya masih menatap sinis padaku.

"Bagaimana?" Ucapnya meminta komentar padaku.

"Seharusnya kau tidak harus seperti itu pada mereka." Dia mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?" Tanya nya bingung.

"Karena seharusnya masih ada rasa simpati sedikit di hatimu. Aku kasihan melihat mereka yang sangat tertekan oleh omonganmu." Dia menatap diriku dengan sebal.

"Shierra, dia sudah hampir mencelakaimu dan kau bilang aku harus punya rasa simpati dikit padanya? Oh, Cmon." Ucapnya memprotes ucapanku.

"Ya, aku tau. Tapi setidaknya jangan sangat sangat menekan mereka. Buat mereka jera saja. Jangan sampai menekan keuangan mereka." Ucapku tak mau kalah.

Dia tersenyum miring menanggapi perkataanku.

"Oh, sudahlah. Kau memang wanita berhati kapas sangat lembut tidak akan tega melihat diriku yang seperti tadi dan kau tidak akan mengerti." Ucapnya lalu berjalan membawa laptopnya keluar dari ruangan nya.

"Maksudmu? Hey! Maksudmu apa?" Aku berlari mengejar dirinya yang sudah keluar kantor lebih dulu.

Aku berhasil mengejarnya yang sedang menunggu lift menuju Lobby.

Lift terbuka dan kami berdua pun masuk.

"Hey, maksudmu itu tadi apa? Perkataan mu kalau aku tidak akan mengerti." Ucapku berbisik di sebelahnya, namun ia tidak menjawab pertanyaanku.

Wajahnya terlihat muram dan itu sangat menyeramkan.

Aku memutuskan untuk diam dan berhenti bertanya. Kurasa perkataanku tadi membuat Suasana hatinya langsung Down begitu saja.

Lift terbuka dan kami sudah sampai di Lobby kantornya.

Dia berjalan keluar dari kantornya dan aku mengikutinya.

Di luar kantor sudah ada Mobil Bmw nya.

'Bukankah dia tadi membawa mobil sport nya?' Ucapku dalam hati, merasa bingung.

Di samping mobil itu juga berdiri Jesen yang mungkin membawa mobil itu kesini.

Dia membuka pintu kemudi untuk Rey, dan Rey langsung masuk kedalam mobilnya.

Aku menaikkan sebelah alisku.

'Bukankah ini terlalu formal? Padahal mereka teman bukan?' Aku bertanya tanya dalam diriku sendiri.

"Kenapa kau begitu formal?" Tanyaku saat Rey sudah masuk kedalam mobilnya.

"Mengapa harus membuka kan pintu kemudi juga?" Lanjutku bertanya.

Mimik wajahnya berubah menjadi serius.

"Walaupun dia temanku, aku tetap menghormatinya sebagai boss ku. Sejujurnya Rey adalah Seniorku, kita bertemu saat aku hampir saja di bully, dia banyak membantuku." Lalu
tangannya menepuk sebelah bahuku.

"Pikirkanlah Shierra dia benar benar tulus." Ucapnya yang membuat diriku termangu.

"Hey kalian! Membicarakan apa? Cepat masuk." Titah Rey pada Shierra dari balik kaca mobilnya.

Aku langsung membuyarkan lamunanku dan mengangguk lalu masuk kedalam mobil.

•••

"Besok kamu tidak usah pergi sekolah." Aku langsung menoleh ke arahnya.

"Maksudmu?" Ucapku bingung akan pertanyaan nya.

"Kakimu masih sakit dan juga lecet. Aku tidak ingin kau kenapa-napa." Ucapnya dingin, matanya masih menatap ke jalanan saat mengatakan kata-kata itu.

Between You And Me [END]Where stories live. Discover now