°Fourty-Nine°

105 9 0
                                    

"Sudah siap?"

Shierra terkejut dan menoleh ke arah pintu yang dibuka.

"Kau mengejutkanku. Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?!" ujarnya kesal.

"Habis tidak di kunci, ku kira sudah selesai." jawabnya enteng tanpa rasa bersalah.

Shierra yang mendengar hal itu hanya mendengus kasar.

"Sudah, ayo!" Ucapnya sambil membawa tas dan bucket bunga di tangannya.

"Tunggu dulu!" Rey menghalangi jalan keluar Shierra.

"Kenapa kau tampak cantik hanya ingin ke pemakaman?" tanya nya heran.

"Karena aku ingin bertemu ibuku, minggir." Ucap Shierra sambil mendorong badan Rey yang besar.

"Wah, sangat tidak adil. Kenapa jalan bersamaku terlihat biasa saja."

"Karena aku bukan tipe perempuan yang seperti mantanmu." Ucap Shierra dan masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

•••

Di perjalanan terasa sangat hening.

Mereka berdua tenggelam dengan perasaan mereka masing-masing.

Yang satu bingung akan bicara apa dengan ibunya dan yang satu memikirkan omongan ibunya pada Shierra.

Flashback on.

"Kamu itu ga pantes jadi menantu saya! Ngimpi kamu bisa dapetin Rey! Rey pokoknya ibu ga bakalan setuju kamu mau nikah sama anak ini! Kamu harus nikah sama Sheriel! Kamu tega bikin perusahaan papa hancur?! Ini demi mempererat kerja sama dengan perusahaan papa kamu! Kamu tau kan? Perusahaan papa terbantu banget sama perusahaan Sheriel?!"

"Dan kamu mau nikahin cewe kayak dia! Yang ga punya apa-apa, bahkan dia cuman pembantu dirumah kita! Ralat Dia cuman anaknya pembantu!"

"Inget dong Rey! Dia udah ninggalin kamu selama 10 tahun! Dan kamu masih tetep sayang sama dia?!"

"Mama ga paham lagi sama isi hati kamu, perasaan kamu udah membatu cuman buat cewek kayak dia."

"MA!"

"Apa?! Kamu mau ngelawan mama lagi?!"

"MA, BERHENTI!"

"Kamu masih ngebelain cewe pembantu kayak dia!"

Shierra hanya terdiam sambil menunduk, kedua tangannya mengepal sangat erat.

Rasa malu dan kesal bercampur aduk.

Dia tidak menyangka, Ibu Rey yang dulu ramah kepadanya akan menjadi sadis seperti ini.

Apa ini karena soal uang?

Ya, Uang bisa merubah siapa saja.

Shierra melirik ke arah Sheriel yang menahan tawa karena Ibunya Rey terus-terus an membelanya.

Dia tidak datang kesini untuk di permalukan begini dan dia merutuki kebodohannya yang tidak tau diri ikut masuk kesini.

Dengan bibir terkatup rapat dan kedua tangan mengepal erat serta badan yang bergetar menahan tangis, dengan cepat Shierra keluar dari ruangan itu.

Dia berlari lewat tangga darurat turun kebawah sejauh mungkin dia berlari sambil menangis bahkan dia tidak peduli orang-orang melihat dirinya.

Lalu tibalah di lapangan berumput hijau yang sepi nan luas, dia berteriak sambil menumpahkan seluruh emosinya.

"Kenapa? Kenapa begini? Apa aku emang ga pantas bahagia?!" Ucapnya masih menangis terisak isak.

"Kenapa aku tidak bisa memiliki kebahagiaan yang ku inginkan?" Ucapnya dengan suara kecil lalu memeluk kedua kakinya di tengah lapangan.

Shierra merasa, semesta begitu tidak adil pada dirinya.

Flashback off.

Shierra menghela nafas ketika mengingat kembali kejadian kemarin, sangat menyedihkan dan tentu saja menyakitkan lalu Shierra memandangi Rey yang fokus menyetir.

Dia bersyukur masih punya Rey yang berada di sampingnya.

Sedangkan Rey berusaha fokus menyetir tanpa melamunkan apa yang ada di pikirannya. Dia takut Shierra sakit hati lagi saat mengingat perkataan ibunya padanya.

Flashback on

"Aku tidak datang untuk hal seperti ini." Ucap Rey dengan suara beratnya.

"Lalu kenapa kau membawa wanita itu datang kemari?! Ibu hanya ingin bicara padamu! Bukan bicara dengan kau dan wanita itu!"

"Justru! Ibu harus mengerti, kenapa aku selalu membawanya kemana-mana."
"Karena aku tidak akan menurut pada ibu kali ini, ibu harus mengerti kalau wanita yang kucintai hanya Shierra."

"Cinta?! Tau apa kau soal cinta?! Kau dibesarkan bukan untuk memikirkan soal hal seperti ini Rey!"

"Memang bukan. Karena aku sadar, bahkan ibu dan ayah mendidik ku tidak dengan cinta."

"Kau!"

"Aku tidak ingin menyakiti siapapun disini, tapi ibu sama sekali tidak memahamiku."

Rey berbalik hendak pergi namun kakinya terhenti.

Dia menengok ke arah Sheriel matanya menatap Sheriel yang berdiri sambil menatapnya juga.

"Beruntunglah aku tidak menikahimu, karena aku tidak ingin menyakiti ataupun menghancurkan siapapun kelak suatu saat nanti."

Lalu matanya beralih menatap ibunya.

"Aku tidak peduli, tidak mendapat restu darimu atau ayah. Jangan telepon aku lagi hanya untuk hal seperti ini." Ucap Rey dengan tampang datar dan nada dinginnya.

Langsung berbalik mengejar Shierra.

"HEY! KAU! DASAR BAJINGAN!"

Rey tidak peduli, dengan makian ibunya.

Setelah mencari sampai kemana-mana Rey bertemu Shierra di lapangan.

Dia langsung memeluk badan kecilnya yang bergetar sangat hebat.

Lalu Rey membisikkan sesuatu di telinga Shierra.

"Tenang, kau punya aku. Akan selamanya tetap begitu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku bisa janji."

Tapi Shierra tetap menangis dan Rey tetap memeluknya sampai Shierra tenang.

Flashback off.

•••

Sesampainya mereka di tempat pemakaman, Shierra mengigit bibirnya ragu-ragu dan dengan tak enak hati dia meminta Rey untuk tetap di dalam mobil tidak mengikutinya kedalam.

"Aku ingin ada sedikit privacy untuk aku dan ibuku."

Rey mengerti dan dia mengangguk paham.

Shierra tersenyum tipis dan keluar dari mobil sambil membawa buket bunga dan tasnya.

Between You And Me [END]Where stories live. Discover now